Pengertian Spektrofotometri UV/Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190 nm – 380 nm) dan sinar tampak (380 nm – 780 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer . Pada u mumnya , spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi, dan menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu senyawa.
Prinsip Kerja
Istrumentasi spektrometri UV/Vis 1. Sumber cahaya 2. Monokromator 3. Kompartemen sampel 4. Detektor 5. Pengukur intensitas cahaya
1). Celah keluar sinar monokromatis hanya satu. 2). Wadah atau kuvet yang dapat dilalui sinar hanya satu. 3). Setiap perubahan panjang gelombang, alat harus dinolkan. Jenis Spektrofotometer UV-Vis
1). Celah keluar sinar monokromatis ada dua. 2). Wadah melalui dua kuvet sekaligus. 3). Alat cukup satu kali dinolkan dengan cara mengisi kedua kuvet dengan larutan blanko.
METODE Simplisia diekstraksi dengan pelarut tertentu . Buat baseline dengan mengisi kedua kuvet dengan pelarut . I solat dilarutkan dalam pelarut I si salah satu kuvet dengan larutan sampel dan kemudian diukur panjang gelombangnya .
Faktor-faktor yang mempengaruhi spektrum serapan
Jenis Pelarut Pelarut yang digunakan tidak boleh mengabsorpsi cahaya pada daerah panjang gelombang dimana dilakukan pengukuran sampel . Biasanya pelarut yang digunakan antara lain: Air Etanol 95% Metanol n- heksana Eter Petroleum eter Pelarut kloroform dan piridina umumnya tidak digunakan karena dapat menyerap UV pada panjang gelombang 200-260 nm, tetapi sangat cocok untuk mengatur pigmen tumbuhan seperti karotenoid .
Pengaruh pH larutan terhadap absorbansi Senyawa ada yang ber s ifat basa ( mengandung gugus –NH2) atau asam ( asam karboksilat , fenol ) butuh pelarut yang asam ( HCl 0,1 N) atau Basa ( NaOH 0,1 N) . Ada senyawa yang sangat sensitif terhadap penyimpangan pH pelarutnya . Oleh sebab itu pembuatan pelarut harus diperhitungkan secara benar ( dalam 1 kali pembuatan ) . Pada senyawa yang sangat sensitif oleh pengaruh pH penetapan kadar dilakukan pada titik isobestis . Yaitu titik dimana pada panjang gelombang tertentu , senyawa senyawa dengan konsentrasi sama , tetapi pH tidak sama memberikan serapan yang sama .
Perubahan pelarut, pH kadar larutan, tebal larutan dan lebar celah → perubahan serapan/daya serap dan panjang gelombang maksimum zat tersebut. Efek yang timbul akibat pada spektrum serapan faktor tersebut diatas: terhadap perubahan serapan ( hiperkromik dan hipokromik ) dan perubahan panjang gelombang ( hipsokromik/blue shift, batokromik/red shift ).
Hiperkromik : adalah bertambah besarnya nilai serapan dibandingkan serapan seharusnya akibat pengaruh perubahan pelarut / pH. Hipokromi k: adalah turunnya nilai serapan dibandingkan serapan seharusnya akibat pengaruh perubahan pelarut / pH. Batokromik : adalah bertambah besarnya panjang gelombang dibandingkan seharusnya akibat pengaruh perubahan pelarut / pH. Hipsokromik : adalah turunnya panjang gelombang dibandingkan seharusnya akibat pengaruh perubahan pelarut / pH.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM DAUN BELUNTAS ( Pluchea indica L.)
Cara Kerja Sebanyak 50 gram serbuk simplisia daun beluntas dimasukkan ke dalam Erlenmeyer (500 ml) kemudian direndam dengan 250 ml pelarut etanol 96% p.a , ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 7 hari , sambil sesekali dikocok . Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator pada suhu 70°C sehingga diperoleh ekstrak pekat . Ekstrak pekat dicampurkan dengan etanol 96% p,a kemudian dipartisi dengan n- heksana . Ekstrak yang diperoleh dilakukan uji fitokimia flavonoid . Ekstrak yang positif mengandung flavonoid dilanjutkan untuk di isolasi dan pemurnian dengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase diam GF254 dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan fase gerak campuran dari n- butanol - asam asetat -air (BAA) (4:1:5).
Ketiga isolat hasil KLT yang telah dikerok dan disentrifuge kemudian dibaca pada alat spektrofotometer UV-Vis menggunakan pelarut baku metanol . Dari ketiga isolat tersebut , isolat ketiga yang memiliki hasil spektrum senyawa flavonoid yaitu flavonol seperti yang bisa dilihat pada gambar . Dari hasil spektrum yang tampak , terdapat dua pita pada isolat ketiga . Pita pertama mempunyai panjang gelombang 372 nm pada absorbansi 0,252 dan pita kedua mempunyai panjang gelombang 276 nm pada absorbansi 0,532 ini menandakan bahwa isolat yang dibaca positif mengandung flavonol . Hal ini diperkuat oleh markham (1988) bahwa rentang serapan spektrum flavonol mempunyai panjang gelombang 350-385 nm pada pita pertama dan pita kedua pada panjang gelombang 250-280 nm
Keuntungan :
Kerugian :
Referensi Harmita , 2006, Buku Ajar Analisis Fisikokimia , Depok : Departemen Farmasi FMIPA UI. Harmita . 2014. Spektroskopi . Depok ; Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Fatimawali , Koirewoa , Y. A., Wiyono . W. I. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Beluntas ( Pluchea Indica L.) diakses melalui : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=15364&val=1015