Dukungan 17 Bidang Studi Lemhannas RI dalam Transformasi SDM Unggul

DadangSolihin 1 views 45 slides Oct 14, 2025
Slide 1
Slide 1 of 45
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45

About This Presentation

Transformasi menuju Indonesia Emas 2045 menuntut kesiapan sumber daya manusia unggul yang tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga berakar pada nilai kebangsaan. Lemhannas RI, melalui 17 bidang studinya, menghadirkan paradigma pendidikan strategis yang menyatukan dimensi ideologi, poli...


Slide Content

1

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Dukungan 17 Bidang Studi Lemhannas RI dalam Transformasi SDM Unggul
oleh
Dr. Dadang Solihin, SE, MA
Taprof Bidang Sosial Budaya Lemhannas RI
Tulisan 4 dari 10

3.1. Bidang Studi Geografi
Geografi adalah ilmu yang tidak sekadar memetakan ruang, tetapi menyingkap jati diri bangsa.
Bagi Indonesia, geografi adalah kodrat sejarah yang membentuk peradaban nusantara,
menjadikan bangsa ini sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang terbentang dari
Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote, dengan lebih dari 17 ribu pulau yang diikat
oleh laut, udara, dan garis khatulistiwa. Pemahaman atas geografi berarti memahami
kekuatan dan kerentanan, peluang sekaligus tantangan, serta strategi untuk memanfaatkan
posisi strategis di antara dua benua dan dua samudra. Lemhannas RI melihat geografi sebagai
pintu masuk untuk membentuk SDM unggul yang sadar ruang, peka terhadap lingkungan,
serta mampu menjadikan potensi ruang sebagai instrumen kedaulatan dan daya saing bangsa.
Dalam konteks pembangunan SDM unggul, geografi berperan penting dalam menanamkan
kesadaran bahwa posisi Indonesia bukanlah sekadar takdir, melainkan anugerah yang harus
dikelola dengan visi besar. WEF Future of Jobs Report 2025
1
menegaskan bahwa perubahan

1
WEF (2025). Future of Jobs Report 2025, https://www.weforum.org/publications/the-future-of-jobs-report-
2025/digest/

2

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
iklim, transisi energi, dan disrupsi teknologi menjadi faktor kunci yang membentuk lanskap
pekerjaan di masa depan. Semua faktor ini berkelindan dengan dimensi geografi. Peningkatan
intensitas bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim, tantangan ketahanan pangan
akibat degradasi lahan, dan kebutuhan akan pekerjaan hijau yang terkait dengan konservasi
serta energi terbarukan semuanya menunjukkan bahwa geografi bukan ilmu statis, melainkan
ilmu dinamis yang menuntut respons strategis dari bangsa.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki peluang untuk menjadi poros maritim dunia.
Namun, peluang itu tidak akan berarti jika bangsa ini tidak memiliki SDM yang mampu
mengelola ruang laut, menguasai teknologi navigasi, memahami geopolitik maritim, dan
mengintegrasikan potensi pesisir dengan ekonomi biru. Geografi di Lemhannas tidak diajarkan
hanya sebatas peta topografi, melainkan juga peta kepentingan strategis. Calon pemimpin
bangsa dididik untuk membaca ruang sebagai arena kompetisi global, di mana jalur
perdagangan internasional, titik chokepoints, dan jalur energi menjadi penentu posisi tawar
bangsa. Dengan demikian, penguasaan literasi geopasial adalah kunci agar Indonesia tidak
hanya menjadi objek, tetapi juga subjek dalam percaturan global.
Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, geografi juga menuntut integrasi dengan big data,
kecerdasan buatan, dan teknologi satelit. Lemhannas RI menekankan bahwa pemimpin
strategis masa depan harus mampu membaca peta bukan hanya dengan mata, tetapi juga
dengan analitik berbasis data. Informasi geospasial dapat digunakan untuk memprediksi pola
migrasi, memantau degradasi lingkungan, mengantisipasi bencana, hingga merancang tata
ruang yang inklusif. SDM unggul yang memahami dimensi ini akan mampu mengubah data
spasial menjadi strategi pembangunan yang berkelanjutan dan berdaulat.
Selain sebagai instrumen pembangunan, geografi juga adalah benteng pertahanan. Letak
geografis Indonesia yang berada di jalur strategis Indo-Pasifik menjadikan bangsa ini selalu
diperhitungkan oleh kekuatan global. Laut Natuna, Selat Malaka, dan perairan sekitar Papua
adalah contoh ruang strategis yang menjadi titik tarik kepentingan banyak negara. Lemhannas
RI memandang bahwa hanya dengan pemimpin yang memiliki kesadaran geografis yang
tinggi, bangsa ini dapat menjaga kedaulatannya. SDM unggul harus mampu memandang
ruang bukan hanya sebagai aset ekonomi, tetapi juga sebagai medan juang yang harus
dilindungi dengan strategi pertahanan menyeluruh.
Kearifan lokal yang lahir dari interaksi manusia dengan ruang juga menjadi dimensi penting
dari geografi. Bangsa Indonesia telah lama hidup dalam harmoni dengan alam, membangun
sistem sosial yang berakar pada kesadaran ruang, dari pola tanam masyarakat agraris hingga
tradisi pelayaran masyarakat maritim. Lemhannas RI menekankan pentingnya
mengintegrasikan kearifan lokal ini ke dalam pendidikan strategis, sehingga SDM unggul tidak
tercerabut dari akar budaya, tetapi justru menjadikannya sumber kekuatan menghadapi
disrupsi global. Dengan begitu, geografi tidak hanya dipandang sebagai ilmu teknis, tetapi juga
sebagai panduan etis untuk menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan pembangunan.
Dalam menghadapi tantangan masa depan, WEF 2025 menekankan bahwa keterampilan
resiliensi, fleksibilitas, analisis kritis, dan literasi lingkungan akan menjadi keterampilan inti.
Semua keterampilan ini bersumber dari kesadaran geografis. Resiliensi dibangun melalui
kesiapan menghadapi bencana alam, fleksibilitas lahir dari kemampuan beradaptasi dengan
kondisi ruang yang beragam, analisis kritis diperkuat dengan data spasial yang akurat, dan
literasi lingkungan terwujud dalam kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Lemhannas

3

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
RI memastikan bahwa bidang studi geografi tidak hanya melahirkan teknokrat, tetapi
negarawan yang mampu menghubungkan ruang dengan cita-cita Indonesia Emas 2045.
Heroisme geografi terletak pada kemampuan bangsa untuk menjadikan ruang sebagai medan
perjuangan. Sejarah telah membuktikan, dari perang gerilya di hutan-hutan Jawa hingga
perjuangan mempertahankan Irian Barat, kesadaran ruang selalu menjadi faktor penentu
kemenangan. Kini, di era globalisasi, perjuangan itu bergeser ke arena diplomasi maritim,
sengketa batas wilayah, hingga kompetisi energi biru. SDM unggul yang ditempa di Lemhannas
harus siap melanjutkan heroisme itu, bukan dengan senjata, tetapi dengan strategi, inovasi,
dan kepemimpinan berbasis kesadaran geografis.
Oleh karena itu, geografi adalah fondasi perencanaan pembangunan nasional. Ia mengikat
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, dan ideologi ke dalam satu ruang kebangsaan.
Tanpa pemahaman geografis yang mendalam, bangsa akan kehilangan arah dalam
pembangunan. Sebaliknya, dengan kesadaran geografis yang kokoh, Indonesia dapat
memanfaatkan posisinya untuk menjadi pusat gravitasi global. Lemhannas RI menjadikan
bidang studi geografi sebagai kawah candradimuka untuk melahirkan pemimpin yang mampu
menjadikan ruang sebagai instrumen perjuangan, pembangunan, dan kebanggaan bangsa.
Untuk mempertegas kerangka pemikiran ini, berikut tabel enam dimensi bidang studi geografi
yang disusun selaras dengan WEF Future of Jobs Report 2025 dan dukungan konseptual
Lemhannas RI.
Tabel 3.1
Bidang Studi Geografi
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Literasi Geospasial Penguasaan data spasial dan
teknologi digital
Integrasi big data, AI, dan satelit untuk
perencanaan ruang
2. Ketahanan Iklim
dan Bencana
Indeks kesiapsiagaan
bencana
Penguatan mitigasi, adaptasi iklim, dan
pendidikan kebencanaan
3. Ekonomi Biru dan
Hijau
Jumlah sektor maritim dan
energi terbarukan
Pembangunan ekonomi berbasis laut
dan energi bersih
4. Diplomasi Maritim
dan Batas
Resolusi sengketa wilayah Penguatan posisi Indonesia sebagai
poros maritim dunia
5. Integrasi Kearifan
Lokal
Modul pendidikan berbasis
kearifan lokal
Sinergi budaya ruang dengan
pembangunan berkelanjutan
6. Geostrategi
Pertahanan
Peta kerentanan ruang
strategis
Pertahanan menyeluruh berbasis
ruang dan geopolitik Indo-Pasifik

Dengan demikian, bidang studi geografi di Lemhannas RI bukan sekadar studi akademis,
melainkan strategi nasional untuk membentuk SDM unggul yang sadar ruang, peka terhadap
tantangan global, dan heroik dalam menjaga kedaulatan bangsa. Kesadaran geografis adalah
cahaya yang menuntun bangsa Indonesia melewati gelombang disrupsi global menuju pantai
kejayaan Indonesia Emas 2045.

4

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
3.2. Bidang Studi Demografi
Demografi adalah cermin masa depan bangsa. Dari jumlah, struktur, dan distribusi penduduk,
sebuah bangsa dapat membaca peluang sekaligus ancaman yang akan dihadapinya. Indonesia
dengan lebih dari 270 juta jiwa memiliki anugerah besar berupa bonus demografi yang sedang
berlangsung hingga dua dekade ke depan. Bonus ini bukan hanya angka statistik, melainkan
potensi riil berupa tenaga produktif yang dapat menjadi penggerak transformasi menuju
Indonesia Emas 2045. Namun, potensi itu hanya akan terwujud jika bangsa ini mampu
mengelola demografi dengan strategi yang visioner. Jika gagal, bonus demografi justru dapat
berubah menjadi bencana pengangguran massal, ketimpangan sosial, dan krisis kohesi
bangsa. Lemhannas RI menempatkan bidang studi demografi sebagai kunci strategis untuk
menyiapkan SDM unggul yang mampu menjadikan populasi produktif sebagai energi
pembangunan nasional.
Dalam konteks global, WEF Future of Jobs Report 2025 menunjukkan bahwa dunia sedang
mengalami dua fenomena besar: penuaan populasi di negara-negara maju dan pertumbuhan
populasi usia produktif di negara berkembang. Di Eropa, Jepang, dan sebagian besar negara
maju, jumlah penduduk lansia meningkat tajam sehingga tenaga kerja menyusut dan biaya
kesehatan melonjak. Sebaliknya, di Asia Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara, jumlah usia
produktif meningkat pesat. Indonesia termasuk dalam kategori ini. Fenomena ini menuntut
kebijakan strategis yang mampu menyeimbangkan pertumbuhan penduduk produktif dengan
penciptaan lapangan kerja yang berkualitas. WEF menegaskan bahwa 59 dari 100 pekerja di
dunia membutuhkan pelatihan ulang atau peningkatan keterampilan pada 2030. Artinya,
manajemen talenta lintas generasi menjadi syarat mutlak untuk mengubah potensi demografi
menjadi keunggulan kompetitif.
Lemhannas RI membekali calon pemimpin bangsa dengan keterampilan membaca dinamika
demografi secara komprehensif. Calon pemimpin dilatih untuk memahami implikasi
pertumbuhan penduduk usia produktif, tingginya tingkat urbanisasi, mobilitas global, dan
meningkatnya angka harapan hidup. Mereka juga diajarkan untuk merancang kebijakan jangka
panjang di bidang pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan perlindungan sosial. Pendidikan
yang adaptif dengan kebutuhan industri 4.0 dan 5.0 menjadi kunci, begitu pula dengan sistem
kesehatan yang kuat untuk mendukung produktivitas usia kerja. Tanpa kebijakan yang sinkron,
bonus demografi akan berubah menjadi beban demografi.
Sejarah menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan demografi. Pada krisis 1997–1998,
meningkatnya angka pengangguran memperburuk situasi politik dan sosial. Kerusuhan massal
menjadi gambaran nyata bagaimana ketidaksiapan mengelola penduduk usia produktif dapat
mengguncang stabilitas bangsa. Di sisi lain, pengalaman negara seperti Korea Selatan dan
Singapura membuktikan bahwa bonus demografi dapat menjadi titik loncatan menuju
kemajuan jika dikelola dengan baik. Mereka mengubah ledakan penduduk produktif menjadi
modal manusia yang berkualitas melalui pendidikan unggul, industrialisasi terencana, dan
investasi teknologi. Indonesia harus belajar dari pengalaman tersebut.
Heroisme dalam bidang demografi bukanlah heroisme di medan perang, melainkan di medan
kebijakan. Para pemimpin yang lahir dari kawah candradimuka Lemhannas harus mampu
menjadikan setiap warga usia produktif sebagai aset, bukan beban. Mereka harus mampu
memastikan bahwa setiap anak Indonesia memperoleh pendidikan yang layak, setiap pemuda
memiliki akses pada keterampilan masa depan, dan setiap pekerja memiliki peluang reskilling
dan upskilling. Inilah cara mengubah angka statistik menjadi energi kebangkitan bangsa.

5

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Tantangan besar juga datang dari kesenjangan wilayah dan ketimpangan gender. WEF 2025
menyoroti bahwa partisipasi perempuan dalam pasar kerja masih tertinggal di banyak negara
berkembang, termasuk Indonesia. Demografi tidak hanya bicara soal jumlah, tetapi juga
distribusi dan kesetaraan. Lemhannas menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan
dan pemerataan pembangunan antarwilayah agar potensi demografi dapat dimanfaatkan
secara inklusif. SDM unggul tidak akan lahir jika sebagian besar populasi, baik karena gender
maupun lokasi geografis, tertinggal dari arus utama pembangunan.
Selain itu, migrasi global menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Mobilitas tenaga kerja
lintas negara membuka peluang sekaligus ancaman. Di satu sisi, tenaga kerja Indonesia yang
bekerja di luar negeri dapat berkontribusi melalui remitansi. Namun di sisi lain, fenomena
brain drain atau keluarnya tenaga ahli justru dapat merugikan bangsa. Lemhannas membekali
calon pemimpin dengan pemahaman bagaimana mengelola migrasi global agar Indonesia
tetap memperoleh manfaat, misalnya melalui kebijakan brain circulation, di mana tenaga ahli
yang berpengalaman di luar negeri kembali dan membangun bangsa.
Keterkaitan antara demografi dengan transformasi teknologi juga semakin erat. WEF 2025
menekankan meningkatnya kebutuhan akan keterampilan teknologi, literasi digital, dan AI.
Generasi muda Indonesia yang kini tumbuh sebagai digital natives harus diarahkan agar
kecakapan digitalnya tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga untuk produktivitas,
inovasi, dan kewirausahaan. Lemhannas memandang bahwa investasi terbesar bangsa ini
bukan pada sumber daya alam, melainkan pada sumber daya manusia. Demografi adalah jalan
untuk memastikan investasi itu tidak sia-sia.
Ketahanan nasional juga sangat terkait dengan demografi. Jumlah penduduk yang besar harus
menjadi kekuatan pertahanan semesta, di mana setiap warga negara tidak hanya berperan
sebagai tenaga kerja, tetapi juga sebagai komponen cadangan pertahanan bangsa. Demografi
yang kuat berarti rakyat yang sehat, terdidik, produktif, dan cinta tanah air. Tanpa itu semua,
jumlah penduduk yang besar hanya akan menjadi angka tanpa makna.
Dalam konteks Indonesia Emas 2045, keberhasilan mengelola demografi akan menentukan
apakah bangsa ini benar-benar menjadi kekuatan baru dunia atau hanya sekadar pasar besar
tanpa kedaulatan. Lemhannas RI menegaskan bahwa demografi adalah arena perjuangan
strategis. SDM unggul harus lahir dari kebijakan demografi yang berorientasi jangka panjang,
inklusif, visioner, dan berpihak pada kepentingan nasional. Pemimpin yang ditempa oleh
kesadaran demografi akan mampu mengubah tantangan populasi menjadi sumber kejayaan
bangsa.
Untuk mempertegas kerangka konseptual, berikut tabel enam dimensi strategis bidang studi
demografi yang disusun berdasarkan dokumen WEF 2025 dan penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.2
Bidang Studi Demografi
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Bonus Demografi Proporsi penduduk usia
produktif
Optimalisasi pendidikan, keterampilan, dan
lapangan kerja
2. Reskilling dan
Upskilling
Jumlah pekerja yang
dilatih ulang
Program pelatihan nasional berbasis
teknologi dan industri masa depan

6

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
3. Kesetaraan Gender Tingkat partisipasi
perempuan
Pemberdayaan perempuan dalam ekonomi
dan kepemimpinan
4. Migrasi dan
Mobilitas Global
Arus keluar-masuk
tenaga kerja
Kebijakan brain circulation dan
perlindungan pekerja migran
5. Kesehatan dan
Produktivitas
Indeks kesehatan usia
kerja
Penguatan layanan kesehatan preventif
dan promotif
6. Pemerataan Wilayah Rasio pembangunan
antar daerah
Akselerasi pembangunan di wilayah
tertinggal dan perbatasan

Dengan demikian, demografi bukan sekadar hitungan angka, tetapi panggilan sejarah untuk
mengelola potensi manusia menjadi energi kebangkitan bangsa. Lemhannas RI melalui bidang
studi demografi memastikan bahwa setiap calon pemimpin memiliki kesadaran strategis
bahwa rakyat adalah kekuatan terbesar negara. Dengan manajemen demografi yang tepat,
Indonesia tidak hanya akan memanfaatkan bonus populasi, tetapi juga melahirkan generasi
emas yang tangguh, berdaya saing, dan berkarakter kebangsaan. Inilah jalan untuk
memastikan Indonesia Emas 2045 benar-benar terwujud, bukan sebagai utopia, tetapi sebagai
realitas yang dibangun dari kekuatan rakyatnya sendiri.

3.3. Bidang Studi Sumber Kekayaan Alam
Kekayaan alam adalah anugerah yang menjadi fondasi eksistensi bangsa sekaligus tantangan
besar yang menguji kebijaksanaan kepemimpinan nasional. Indonesia yang terbentang luas
dari Sabang hingga Merauke dianugerahi hutan tropis terbesar ketiga di dunia, laut yang kaya
akan biodiversitas, cadangan energi fosil yang melimpah, serta mineral strategis seperti nikel,
tembaga, dan bauksit yang kini menjadi penentu kompetisi global dalam transisi energi.
Namun, sejarah juga mencatat bagaimana kekayaan alam sering kali berubah menjadi kutukan
bagi bangsa-bangsa yang tidak mampu mengelolanya secara adil, bijak, dan berkelanjutan.
Lemhannas RI menegaskan bahwa kekayaan alam harus menjadi modal pembangunan yang
kokoh, bukan sekadar komoditas yang dieksploitasi tanpa visi.
Dalam konteks pembangunan SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045, penguasaan dan
pengelolaan sumber daya alam tidak boleh berhenti pada pemahaman teknis, melainkan
harus disertai kesadaran strategis tentang nilai kedaulatan, keadilan, dan keberlanjutan.
Laporan WEF Future of Jobs Report 2025 menyoroti bahwa transformasi menuju ekonomi
hijau dan transisi energi menjadi salah satu faktor paling menentukan perubahan pasar kerja
global. Hampir separuh perusahaan dunia menyatakan bahwa upaya mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim akan mengubah bisnis mereka dalam lima tahun mendatang. Tren ini
melahirkan permintaan yang tinggi terhadap green jobs, termasuk insinyur energi terbarukan,
ahli lingkungan, serta spesialis kendaraan listrik otonom. Artinya, pengelolaan sumber daya
alam harus dilihat sebagai arena penciptaan lapangan kerja baru yang berkualitas, sekaligus
sebagai instrumen diplomasi strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam peta
ekonomi global.
Hilirisasi menjadi kata kunci dalam memastikan agar kekayaan alam memberikan nilai tambah
bagi bangsa. Selama puluhan tahun, Indonesia mengekspor bahan mentah dengan nilai yang

7

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
rendah, sementara negara lain memetik keuntungan dari produk turunannya. Lemhannas RI
menekankan bahwa SDM unggul harus mampu mengawal transformasi dari ekonomi
ekstraktif menuju ekonomi berbasis nilai tambah. Hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan
listrik adalah salah satu contoh konkret yang tidak hanya mendorong industrialisasi, tetapi
juga menjadikan Indonesia pemain utama dalam rantai pasok global energi masa depan.
Namun, keberhasilan hilirisasi sangat bergantung pada kualitas SDM yang mampu menguasai
teknologi, memahami rantai pasok global, dan menjaga kepentingan nasional dari praktik
eksploitasi asing.
Ekonomi hijau juga menjadi dimensi yang tidak dapat diabaikan. WEF 2025 menunjukkan
bahwa keterampilan terkait environmental stewardship untuk pertama kalinya masuk dalam
daftar 10 keterampilan yang pertumbuhannya tercepat. Hal ini menandakan bahwa masa
depan pekerjaan erat kaitannya dengan tanggung jawab ekologis. Bagi Indonesia, pengelolaan
hutan, laut, dan energi terbarukan harus menjadi arena untuk melahirkan SDM unggul yang
berkarakter Pancasila dan berwawasan Nusantara. Mereka harus memahami bahwa menjaga
hutan berarti menjaga paru-paru dunia, mengelola laut berarti menjaga kedaulatan maritim,
dan mengembangkan energi bersih berarti memastikan kemandirian energi bangsa.
Lemhannas RI mendidik calon pemimpin strategis agar menyadari bahwa kekayaan alam
adalah bagian integral dari ketahanan nasional. Sumber daya energi, air, dan pangan adalah
komponen vital yang menentukan stabilitas negara. Ketika sumber daya ini dikuasai oleh asing
atau dikelola tanpa keadilan, kedaulatan bangsa terancam. Karena itu, SDM unggul harus
menyeimbangkan kepentingan ekonomi dengan tanggung jawab ekologis. Mereka harus
berani menolak praktik eksploitasi yang merugikan rakyat, sekaligus mampu merumuskan
kebijakan yang memastikan distribusi manfaat kekayaan alam secara adil bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Sejarah Indonesia menunjukkan betapa kekayaan alam sering menjadi medan pertarungan
kepentingan global. Dari eksploitasi rempah-rempah di era kolonial hingga perebutan minyak
dan gas di era modern, kekayaan alam Indonesia selalu menarik perhatian kekuatan besar
dunia. Namun, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu mengelola kekayaannya sendiri
dengan kedaulatan. Lemhannas menekankan heroisme baru dalam pengelolaan sumber daya:
bukan lagi mengangkat senjata untuk mempertahankan tanah, melainkan mengangkat
pengetahuan, teknologi, dan kepemimpinan untuk memastikan kekayaan alam benar-benar
menjadi milik bangsa.
Pengelolaan sumber daya juga tidak bisa dipisahkan dari keadilan antargenerasi. Kekayaan
alam bukan hanya milik generasi kini, tetapi juga amanah untuk generasi mendatang. Oleh
karena itu, eksploitasi yang berlebihan, deforestasi tanpa kendali, dan pencemaran lingkungan
adalah bentuk pengkhianatan terhadap masa depan bangsa. SDM unggul yang ditempa di
Lemhannas harus memiliki kesadaran ekologis yang kuat, memahami konsep pembangunan
berkelanjutan, dan berkomitmen menjadikan keadilan antargenerasi sebagai landasan
kebijakan.
Dalam kacamata global, pengelolaan sumber daya alam juga menjadi instrumen diplomasi
strategis. Indonesia dapat menggunakan posisinya sebagai pemasok utama mineral strategis
untuk memperkuat daya tawar dalam forum internasional. Namun, daya tawar itu hanya akan
efektif jika didukung oleh SDM unggul yang mampu bernegosiasi, memahami geopolitik
energi, dan menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan korporasi asing. Dengan

8

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
demikian, kekayaan alam bukan hanya aset ekonomi, tetapi juga instrumen politik luar negeri
yang dapat mengokohkan posisi Indonesia sebagai pemimpin global Selatan.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, sumber daya alam harus menjadi landasan
kemandirian dan daya saing bangsa. Lemhannas RI memastikan bahwa calon pemimpin
strategis dididik untuk menjadikan pengelolaan sumber daya sebagai arena pengabdian.
Mereka harus menyadari bahwa setiap tetes minyak, setiap butir nikel, dan setiap hamparan
hutan adalah darah dan napas bangsa yang harus dijaga dengan sepenuh hati. Heroisme
pengelolaan sumber daya tidak lahir dari retorika, tetapi dari keberanian mengambil
keputusan strategis yang berpihak pada rakyat dan masa depan bangsa.
Dengan pengelolaan sumber daya yang berdaulat, berkeadilan, dan berkelanjutan, Indonesia
dapat memastikan bahwa kekayaan alam tidak lagi menjadi kutukan, melainkan berkah yang
mengantar bangsa ini menuju kejayaan. Lemhannas RI meneguhkan bidang studi sumber
kekayaan alam sebagai kawah candradimuka untuk membentuk pemimpin strategis yang
mampu menjaga, mengelola, dan memanfaatkan kekayaan alam demi terwujudnya SDM
unggul dan Indonesia Emas 2045.
Untuk mempertegas gagasan ini, berikut tabel konseptual enam dimensi strategis bidang studi
sumber kekayaan alam yang disusun berdasarkan dokumen WEF Future of Jobs Report 2025
dan penguatan kompetensi Lemhannas RI.
Tabel 3.3
Bidang Studi Sumber Kekayaan Alam
No. Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Hilirisasi Industri Rasio ekspor produk
olahan
Peningkatan nilai tambah melalui
industrialisasi dan penguasaan teknologi
2. Ekonomi Hijau Jumlah green jobs dan
investasi hijau
Pengembangan energi terbarukan dan
ekonomi berkelanjutan
3. Ketahanan Energi Indeks kemandirian
energi
Diversifikasi energi, transisi ke energi bersih,
dan efisiensi penggunaan sumber daya
4. Keberlanjutan
Ekologis
Indeks kualitas
lingkungan
Konservasi hutan, pengelolaan laut
berkelanjutan, dan rehabilitasi ekosistem
5. Keadilan
Distribusi
Tingkat pemerataan
manfaat SDA
Reformasi tata kelola SDA berbasis keadilan
sosial dan antargenerasi
6. Diplomasi
Sumber Daya
Jumlah perjanjian
internasional strategis
Penguatan posisi tawar Indonesia dalam
geopolitik energi dan mineral strategis

Dengan demikian, bidang studi sumber kekayaan alam bukan hanya membicarakan apa yang
dimiliki bangsa, tetapi bagaimana mengelola, menjaga, dan memanfaatkannya dengan bijak.
SDM unggul yang ditempa dengan kesadaran ini akan mampu memastikan bahwa kekayaan
alam benar-benar menjadi modal kedaulatan dan kejayaan bangsa, membawa Indonesia
berdiri tegak sebagai bangsa yang mandiri, berdaulat, dan disegani di pentas dunia.

9

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

3.4. Bidang Studi Ideologi
Ideologi adalah fondasi jati diri bangsa yang tak tergantikan, pilar yang menjaga arah moral
dan kompas kebangsaan di tengah arus deras globalisasi dan disrupsi. Sejak awal
kemerdekaan, Indonesia menegaskan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa, sebuah ideologi yang tidak lahir dari imitasi, tetapi dari kristalisasi pengalaman
sejarah, budaya, dan peradaban nusantara. Dalam konteks Lemhannas RI, bidang studi
ideologi ditempatkan sebagai jantung pendidikan strategis untuk meneguhkan SDM unggul
yang tidak hanya cerdas secara teknokratis, tetapi juga kokoh secara ideologis. Pancasila harus
dipahami bukan sekadar sebagai dokumen normatif, melainkan living values yang hidup dalam
setiap kebijakan, perilaku, dan keputusan kepemimpinan nasional.
Era disrupsi digital telah melahirkan ancaman ideologi transnasional yang mampu menembus
batas ruang dan waktu. Radikalisme, ekstremisme, liberalisme radikal, dan hegemoni budaya
global berpotensi melemahkan kohesi sosial bangsa. Dalam situasi ini, penguatan ideologi
menjadi benteng pertahanan yang utama. Lemhannas RI memastikan bahwa calon pemimpin
ditempa agar mampu menghadirkan Pancasila bukan hanya dalam retorika, tetapi dalam
praktik kebijakan nyata yang membumikan nilai kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial.
Inilah yang membedakan bangsa yang memiliki jati diri dengan bangsa yang kehilangan arah.
Tanpa ideologi yang kokoh, bangsa akan mudah goyah, tercerai-berai, dan kehilangan
identitas.
Laporan WEF Future of Jobs Report 2025 menyoroti keterampilan kepemimpinan, resiliensi,
dan social influence sebagai keterampilan inti masa depan. Semua keterampilan ini berakar
dari ideologi yang kokoh. Kepemimpinan yang berintegritas lahir dari keyakinan pada nilai-
nilai Pancasila, resiliensi dibangun dari semangat gotong royong dan solidaritas sosial,
sementara social influence atau pengaruh sosial hanya akan bermakna jika berakar pada
keadilan, persatuan, dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Lemhannas RI menegaskan
bahwa SDM unggul harus berpijak pada Pancasila agar mampu menavigasi perubahan global
tanpa kehilangan jati dirinya.
Sejarah telah memberikan pelajaran berharga. Gerakan komunisme, ekstremisme agama,
hingga arus liberalisme radikal pernah berusaha mencabut bangsa ini dari akar ideologinya.
Peristiwa G30S 1965 adalah pengingat betapa ideologi dapat menjadi medan perang yang
menentukan eksistensi bangsa. Demikian pula dengan munculnya gerakan radikalisme
pascareformasi yang berusaha menggerus Pancasila sebagai konsensus dasar. Namun, setiap
kali bangsa ini diuji, Pancasila selalu hadir sebagai perisai kokoh yang menjaga persatuan
nasional. Sejarah heroik ini harus terus diwariskan, agar generasi muda memahami bahwa
mempertahankan ideologi berarti mempertahankan bangsa itu sendiri.
Lemhannas RI memandang penguatan ideologi sebagai medan perjuangan intelektual yang
tidak kalah penting dari perjuangan fisik. Para pengajar, pengkaji, dan profesional Lemhannas
berperan sebagai prajurit ideologi yang berjuang dengan gagasan, analisis, dan strategi.
Mereka memastikan bahwa Pancasila diinternalisasikan dalam sistem pendidikan,
dikontekstualisasikan dalam kebijakan publik, dan dipromosikan dalam diplomasi
internasional. Dalam konteks global, diplomasi ideologis menjadi penting untuk
menghadirkan Pancasila sebagai kontribusi Indonesia bagi perdamaian dunia, sebagai ideologi

10

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
yang menolak penindasan, diskriminasi, dan apartheid, sekaligus menawarkan keadilan sosial
dan solidaritas kemanusiaan.
Penguatan ideologi di Lemhannas tidak cukup hanya mengajarkan doktrin. Ia harus dikemas
dalam pendekatan multidisiplin yang menekankan analisis kritis, refleksi historis, dan relevansi
kontemporer. Para pengajar dituntut mampu menjelaskan akar historis Pancasila, menggali
filsafatnya, dan mengaitkannya dengan tantangan zaman, seperti etika digital, krisis
lingkungan, dan polarisasi politik. Para pengkaji perlu meneliti ancaman infiltrasi ideologi
asing, misalnya melalui media sosial, budaya populer, atau jaringan global. Sementara para
profesional harus menerjemahkan hasil kajian menjadi kebijakan praktis, strategi komunikasi,
dan instrumen penguatan wawasan kebangsaan. Dengan cara ini, ideologi benar-benar hadir
sebagai kekuatan yang menggerakkan bangsa.
Tantangan besar abad ke-21 adalah bagaimana menghadirkan Pancasila dalam bahasa yang
aktual agar diterima generasi muda. Di tengah dominasi media sosial, ketika nilai kebangsaan
sering dianggap sebagai jargon kosong, para calon pemimpin harus mampu menampilkan
Pancasila sebagai etika digital yang menolak hoaks dan ujaran kebencian, sebagai jawaban
atas ketimpangan global, serta sebagai energi solidaritas di tengah polarisasi politik.
Lemhannas RI memastikan bahwa calon pemimpin strategis mampu menghadirkan Pancasila
dengan cara yang inspiratif, relevan, dan kontekstual.
Kekuatan bangsa terletak pada jati diri ideologisnya. Oleh karena itu, penguatan ideologi
adalah bagian dari strategi menjaga ketahanan nasional. Jati diri bangsa tidak bisa hanya
dipertahankan dengan retorika, tetapi harus dijaga dengan kerja keras, inovasi, dan
keberanian moral. Inilah heroisme baru yang dituntut dari SDM unggul: menjaga api Pancasila
agar tidak pernah padam di tengah gempuran ideologi asing. Lemhannas RI menjadi
mercusuar yang memastikan ideologi bangsa tetap tegak berdiri, mengarahkan perjalanan
Indonesia menuju kejayaan 2045.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas, penguatan ideologi menjadi fondasi yang akan
menopang seluruh aspek pembangunan. Ideologi yang kokoh akan melahirkan politik yang
sehat, ekonomi yang berkeadilan, sosial budaya yang harmonis, serta pertahanan yang
tangguh. SDM unggul yang ditempa dengan kesadaran ideologis akan menjadi pemimpin
visioner yang mampu memadukan kecerdasan intelektual dengan kekuatan moral. Mereka
akan berani mengambil keputusan strategis yang berpihak pada kepentingan rakyat, meski
harus berhadapan dengan tekanan global.
Dengan demikian, bidang studi ideologi bukan sekadar bagian dari kurikulum Lemhannas,
melainkan jiwa dari pendidikan strategis bangsa. Ia adalah benteng yang menjaga keutuhan
NKRI, kompas yang mengarahkan bangsa dalam menghadapi badai global, dan api yang
menyala di dada setiap pemimpin yang lahir dari kawah candradimuka Lemhannas. Tanpa
ideologi, bangsa akan rapuh; dengan ideologi, bangsa akan tangguh, mandiri, dan
bermartabat di hadapan dunia.
Untuk mempertegas kerangka pemikiran ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang studi
ideologi yang selaras dengan dokumen WEF Future of Jobs Report 2025 dan penguatan
Lemhannas RI.

11

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Tabel 3.4
Bidang Studi Ideologi
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Substansi Filosofis Tingkat pemahaman
historis-filosofis Pancasila
Penguatan kurikulum berbasis sejarah,
filsafat, dan konsensus dasar bangsa
2. Analisis Ancaman Jumlah kajian ancaman
ideologi transnasional
Riset multidisiplin tentang infiltrasi
ideologi asing dan kontra narasi
3. Pedagogi Ideologis Evaluasi internalisasi nilai
oleh peserta didik
Inovasi metode pembelajaran ideologi
yang persuasif, inspiratif, dan kontekstual
4. Kontekstualisasi
Global
Modul Pancasila dalam isu
kontemporer
Integrasi Pancasila dengan etika digital,
lingkungan, dan isu global
5. Implementasi
Kebijakan
Proporsi rekomendasi
strategis berbasis Pancasila
Mainstreaming nilai ideologi dalam
kebijakan publik nasional
6. Diplomasi
Ideologis
Jumlah kerja sama ideologis
lintas negara
Promosi Pancasila sebagai ideologi
perdamaian dan solidaritas global

Dengan demikian, bidang studi ideologi memastikan bahwa SDM unggul yang lahir dari
Lemhannas RI adalah generasi pemimpin yang tidak hanya berpikir kritis dan strategis, tetapi
juga memiliki keberanian moral dan komitmen kebangsaan. Ideologi menjadikan mereka
kokoh dalam menghadapi ancaman, bijak dalam memimpin, dan heroik dalam mengabdikan
diri pada bangsa. Inilah jalan yang akan membawa Indonesia menuju puncak kejayaan sebagai
Indonesia Emas 2045, berdiri tegak dengan Pancasila sebagai cahaya penuntun peradaban.

3.5. Bidang Studi Politik
Politik adalah instrumen kedaulatan rakyat, arena di mana nasib sebuah bangsa ditentukan,
dan panggung tempat kepemimpinan diuji. Sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan
bahwa politik adalah urat nadi yang menghubungkan ideologi, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan. Politik yang sehat akan melahirkan stabilitas, legitimasi, dan
demokrasi substantif, sedangkan politik yang rapuh dapat menjerumuskan bangsa ke dalam
konflik, polarisasi, dan disintegrasi. Lemhannas RI menempatkan bidang studi politik sebagai
salah satu pilar strategis dalam membentuk SDM unggul yang visioner, berintegritas, dan
berakar pada nilai Pancasila serta UUD 1945. Politik yang berpijak pada nilai kebangsaan akan
menjadi instrumen luhur untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.
Dalam konteks global, Laporan WEF Future of Jobs Report 2025 menegaskan bahwa
kepemimpinan dan social influence merupakan keterampilan inti yang dibutuhkan di abad ke-
21. Kedua keterampilan ini sangat terkait dengan politik. Pemimpin yang cakap politik bukan
hanya mereka yang pandai bernegosiasi, melainkan juga mereka yang mampu menginspirasi,
mempengaruhi, dan menggerakkan rakyat menuju tujuan bersama. Politik yang sehat
memastikan pembangunan tidak terhenti oleh konflik internal, sementara kepemimpinan
yang kokoh memastikan legitimasi politik tetap terjaga. SDM unggul yang ditempa dalam studi

12

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
politik Lemhannas akan memiliki kemampuan membaca situasi, mengelola konflik, dan
menjaga keseimbangan antara stabilitas dan kebebasan.
Politik yang sehat tidak bisa hanya mengandalkan prosedur, melainkan harus substansial.
Demokrasi prosedural yang hanya menekankan mekanisme pemilu tanpa menjamin keadilan,
partisipasi, dan transparansi hanya akan melahirkan formalisme kosong. Demokrasi
substansial, sebaliknya, menghadirkan politik sebagai sarana menyalurkan aspirasi rakyat,
mengelola perbedaan secara konstruktif, dan memastikan bahwa kekuasaan selalu kembali
kepada pemilik sejatinya: rakyat. Lemhannas RI membekali calon pemimpin dengan
pemahaman kritis mengenai perbedaan antara demokrasi prosedural dan substansial, agar
mereka tidak terjebak pada simbol, melainkan berjuang untuk esensi demokrasi yang
menyejahterakan rakyat.
Sejarah Reformasi 1998 adalah pelajaran berharga tentang betapa pentingnya legitimasi
dalam politik. Ketika kepercayaan rakyat runtuh, stabilitas politik pun terguncang, dan krisis
ekonomi berubah menjadi krisis multidimensi yang hampir melumpuhkan bangsa. Namun,
dari krisis itu lahir sistem politik yang lebih terbuka, pemilu yang lebih demokratis, dan
kebebasan pers. Peristiwa heroik ini menjadi pengingat bahwa politik tanpa legitimasi tidak
akan bertahan lama. SDM unggul yang ditempa di Lemhannas harus belajar dari pengalaman
tersebut: stabilitas hanya dapat bertahan jika ditopang oleh kepercayaan rakyat yang lahir dari
tata kelola yang transparan dan akuntabel.
Di era disrupsi digital, tantangan politik semakin kompleks. Polarisasi yang tajam dalam setiap
kontestasi pemilu, politik identitas, praktik politik transaksional, hingga penetrasi disinformasi
digital adalah ancaman nyata bagi kohesi nasional. WEF 2025 juga menyoroti keterampilan
berpikir kritis, kemampuan komunikasi, dan kepemimpinan yang inklusif sebagai keterampilan
masa depan. Lemhannas menegaskan bahwa SDM unggul harus mampu memimpin di tengah
keragaman, mengelola perbedaan, dan menghadirkan politik sebagai perekat bangsa, bukan
pemecah belah. Politik yang dijalankan dengan integritas akan melahirkan negarawan, bukan
sekadar politisi.
Politik juga erat kaitannya dengan dinamika global. Indonesia sebagai demokrasi terbesar
ketiga di dunia memiliki tanggung jawab moral untuk menunjukkan bahwa demokrasi dapat
berjalan seiring dengan stabilitas, pembangunan, dan keadilan sosial. Lemhannas membekali
calon pemimpin dengan wawasan geopolitik agar mereka mampu membaca dampak global
terhadap politik domestik, seperti pengaruh populisme, intervensi asing dalam politik
nasional, dan perang informasi yang dapat mengguncang legitimasi pemilu. SDM unggul harus
mampu menjaga agar politik Indonesia tetap berakar pada kepentingan nasional dan bebas
dari intervensi asing, sehingga kedaulatan rakyat tidak tercemar oleh kepentingan luar.
Heroisme politik di era modern bukanlah heroisme dengan senjata, melainkan heroisme
dalam memperjuangkan aspirasi rakyat dengan integritas. Lemhannas RI menekankan bahwa
politik adalah medan perjuangan yang membutuhkan keberanian moral, kecerdasan strategis,
dan komitmen kebangsaan. Pemimpin yang ditempa di Lemhannas dididik untuk memahami
bahwa setiap keputusan politik adalah amanah rakyat yang harus dijalankan dengan penuh
tanggung jawab. Dengan demikian, politik dapat menjadi instrumen untuk memperkokoh
persatuan, memperjuangkan keadilan, dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, bidang studi politik memiliki peran yang sangat
penting. Politik yang sehat akan menciptakan stabilitas, stabilitas akan memperkuat

13

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
pembangunan, dan pembangunan akan melahirkan kesejahteraan serta legitimasi politik yang
berkelanjutan. Lemhannas RI memastikan bahwa calon pemimpin bangsa tidak hanya paham
teori politik, tetapi juga terampil dalam diplomasi politik, komunikasi publik, dan manajemen
konflik. Mereka dilatih untuk menjadi negarawan yang mampu mengutamakan kepentingan
bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
Dengan demikian, bidang studi politik di Lemhannas RI bukan hanya pendidikan akademis,
melainkan kawah candradimuka yang melahirkan pemimpin strategis yang visioner, tangguh,
dan berintegritas. Politik yang dijalankan dengan nilai Pancasila akan menjadi mercusuar bagi
bangsa ini dalam menghadapi gelombang perubahan global. SDM unggul yang ditempa dalam
bidang politik Lemhannas akan menjadi benteng demokrasi, pengawal persatuan, dan motor
penggerak menuju Indonesia Emas 2045.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi politik yang selaras dengan dokumen WEF Future of Jobs Report 2025 dan penguatan
Lemhannas RI.
Tabel 3.5
Bidang Studi Politik
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Stabilitas Politik Indeks stabilitas politik
nasional
Penguatan sistem politik yang inklusif, adil,
dan berintegritas
2. Tata Kelola
Demokrasi
Indeks tata kelola
pemerintahan
Reformasi birokrasi, partisipasi publik, dan
transparansi
3. Legitimasi Institusi Indeks kepercayaan
publik pada lembaga
Penguatan checks and balances,
akuntabilitas, dan integritas politik
4. Manajemen
Konflik
Jumlah konflik politik
yang terkelola
Peningkatan kapasitas resolusi konflik,
mediasi, dan komunikasi publik
5. Dinamika Global Analisis dampak
intervensi asing
Politik luar negeri bebas aktif dan diplomasi
politik strategis
6. Demokrasi
Substansial
Indeks demokrasi
substantif
Penguatan demokrasi inklusif, partisipatif,
dan menyejahterakan rakyat

Dengan demikian, politik adalah panggung heroik di mana para pemimpin bangsa
membuktikan pengabdian sejati mereka. Lemhannas RI memastikan bahwa setiap calon
pemimpin strategis memahami politik bukan sebagai sarana perebutan kekuasaan semata,
melainkan sebagai instrumen luhur untuk memperkuat persatuan, memperjuangkan
keadilan, dan menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan SDM
unggul yang ditempa dalam kesadaran politik kebangsaan, Indonesia akan melangkah pasti
menuju kejayaan Indonesia Emas 2045, berdiri tegak sebagai mercusuar demokrasi yang
disegani dunia.

14

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

3.6. Bidang Studi Ekonomi
Ekonomi berdaulat adalah napas dari ketahanan nasional, fondasi yang menentukan apakah
sebuah bangsa mampu berdiri tegak atau terjerembab dalam ketergantungan. Indonesia yang
dikaruniai jumlah penduduk besar, sumber daya alam melimpah, serta posisi strategis di jalur
perdagangan dunia, memiliki potensi untuk menjadikan ekonominya sebagai penopang
kedaulatan bangsa. Namun, sejarah menunjukkan bahwa tanpa daya tahan fiskal, stabilitas
moneter, dan daya saing perdagangan, ekonomi justru dapat menjadi titik lemah yang
mengundang krisis multidimensi. Lemhannas RI menegaskan bahwa bidang studi ekonomi
bukan hanya mengajarkan teori, melainkan membentuk SDM unggul yang mampu berpikir
visioner, inovatif, dan resilien, sehingga menjadikan ekonomi sebagai instrumen perjuangan
menuju Indonesia Emas 2045.
Krisis moneter 1997–1998 menjadi pelajaran pahit yang tidak boleh dilupakan. Ketika rupiah
terjun bebas, inflasi melonjak, dan perusahaan kolaps, jutaan orang kehilangan pekerjaan, dan
stabilitas politik ikut runtuh. Krisis itu menunjukkan bahwa ekonomi yang rapuh dapat
meruntuhkan sendi bangsa. Dari pengalaman tersebut, Indonesia belajar pentingnya sistem
fiskal yang sehat, bank sentral yang independen, regulasi yang tangguh, serta cadangan devisa
yang memadai. Lemhannas RI menjadikan pengalaman ini sebagai titik pijak untuk mendidik
calon pemimpin agar memahami bahwa ekonomi bukan hanya sekadar angka dalam neraca,
melainkan urat nadi yang menggerakkan seluruh aspek kehidupan nasional.
Dalam konteks global, WEF Future of Jobs Report 2025 menyoroti urgensi keterampilan
analitis, manajemen sumber daya, dan literasi teknologi dalam menghadapi transformasi
ekonomi dunia. Ekonomi digital, ekonomi hijau, dan industri berbasis nilai tambah menjadi
penentu daya saing masa depan. Pekerjaan masa depan menuntut reskilling dan upskilling,
khususnya di sektor teknologi, energi terbarukan, dan manajemen keuangan. SDM unggul
Indonesia harus siap menjawab tantangan ini dengan berpikir strategis dan bertindak inovatif.
Lemhannas RI membekali calon pemimpin agar mampu mengintegrasikan tren global dengan
kepentingan nasional, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi konsumen perubahan, tetapi
juga pencipta arah baru dalam ekonomi global.
Ekonomi berdaulat menuntut daya tahan fiskal yang kuat. APBN yang sehat adalah instrumen
strategis untuk membiayai pembangunan tanpa menjerat generasi mendatang dalam beban
utang. Lemhannas RI menekankan pentingnya reformasi perpajakan, efisiensi belanja negara,
dan peningkatan kemandirian fiskal agar pembangunan dapat berkelanjutan. Stabilitas
moneter juga menjadi syarat mutlak, karena inflasi yang tak terkendali akan melemahkan daya
beli rakyat dan menggerus legitimasi pemerintah. SDM unggul yang dididik di Lemhannas
harus mampu memahami bahwa stabilitas moneter bukan hanya tugas teknokrat, melainkan
bagian dari strategi ketahanan nasional.
Daya saing perdagangan juga menjadi pilar utama. Indonesia tidak boleh terus bergantung
pada ekspor bahan mentah yang bernilai rendah, tetapi harus berani mengembangkan
hilirisasi industri. Nikel, tembaga, dan bauksit tidak boleh berhenti sebagai komoditas mentah,
tetapi harus diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti baterai kendaraan listrik, chip
semikonduktor, atau material strategis lainnya. Hilirisasi ini tidak hanya meningkatkan devisa,
tetapi juga membuka lapangan kerja berkualitas. Namun, keberhasilan hilirisasi sangat

15

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
bergantung pada kualitas SDM yang mampu menguasai teknologi, memahami rantai pasok
global, dan menjaga kepentingan nasional di tengah persaingan internasional.
Ekonomi hijau adalah medan perjuangan baru. Perubahan iklim mendorong dunia untuk
beralih ke energi bersih, dan Indonesia memiliki modal besar dalam bentuk potensi energi
surya, angin, panas bumi, serta bioenergi. WEF 2025 menunjukkan bahwa green jobs akan
menjadi salah satu kategori pekerjaan yang pertumbuhannya paling cepat. Lemhannas RI
membekali calon pemimpin agar mampu menjadikan transisi energi sebagai peluang strategis,
bukan beban. Ekonomi hijau harus diintegrasikan ke dalam strategi pembangunan, sehingga
Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam ekonomi global yang berkelanjutan.
Selain itu, ekonomi digital kini menjadi pilar utama pembangunan masa depan. Dengan
jumlah pengguna internet lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia memiliki pasar digital yang sangat
besar. E-commerce, fintech, artificial intelligence, dan big data adalah sektor yang tumbuh
pesat. Namun, potensi ini hanya akan memberikan nilai tambah jika didukung oleh SDM
unggul yang memiliki literasi digital, keterampilan analitis, dan kemampuan inovatif.
Lemhannas RI menekankan bahwa transformasi digital harus diarahkan tidak hanya untuk
konsumsi, tetapi juga untuk produksi, inovasi, dan kemandirian teknologi.
Ekonomi berdaulat juga harus memperhatikan dimensi keadilan sosial. Pertumbuhan ekonomi
tanpa distribusi yang adil hanya akan melahirkan ketimpangan yang mengancam kohesi sosial.
SDM unggul harus mampu memastikan bahwa pembangunan ekonomi menjangkau seluruh
lapisan masyarakat, termasuk wilayah tertinggal, UMKM, dan kelompok rentan. Pasal 33 UUD
1945 harus menjadi kompas, bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan, dan cabang-cabang produksi yang penting dikuasai oleh
negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Lemhannas RI menekankan bahwa
pemimpin strategis harus berani menegakkan keadilan sosial dalam setiap kebijakan ekonomi.
Ketahanan ekonomi juga erat kaitannya dengan ketahanan nasional. Bangsa yang tidak
berdaulat secara ekonomi akan mudah ditekan oleh kekuatan asing. Krisis energi, krisis
pangan, dan krisis keuangan global selalu memiliki dampak langsung pada stabilitas nasional.
Oleh karena itu, SDM unggul harus mampu merumuskan strategi untuk mengantisipasi
kerentanan struktural, seperti ketergantungan impor, defisit neraca perdagangan, atau
fluktuasi harga komoditas. Lemhannas RI mendidik calon pemimpin untuk melihat ekonomi
sebagai arena perjuangan geopolitik yang tidak kalah penting dari pertahanan militer.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, ekonomi harus menjadi mesin penggerak
utama yang menopang kedaulatan, kesejahteraan, dan keadilan. Lemhannas RI meneguhkan
bidang studi ekonomi sebagai kawah candradimuka yang melahirkan pemimpin strategis yang
mampu memadukan ilmu pengetahuan, kepemimpinan, dan keberanian moral. Mereka tidak
hanya dituntut memahami angka-angka, tetapi juga memiliki visi besar untuk menjadikan
ekonomi sebagai instrumen perjuangan bangsa.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi ekonomi yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of Jobs Report 2025 dan
penguatan Lemhannas RI.

16

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Tabel 3.6
Bidang Studi Ekonomi
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Daya Tahan Fiskal Rasio defisit anggaran
dan utang
Reformasi pajak, efisiensi belanja, dan
peningkatan kemandirian fiskal
2. Stabilitas Moneter Indeks stabilitas inflasi
dan nilai tukar
Penguatan independensi bank sentral dan
stabilisasi moneter
3. Daya Saing
Perdagangan
Rasio ekspor produk
bernilai tambah
Hilirisasi industri, diversifikasi pasar, dan
penguatan UMKM
4. Ekonomi Hijau Jumlah green jobs dan
investasi hijau
Transisi energi, pembangunan ekonomi
berkelanjutan, dan pengembangan energi
bersih
5. Ekonomi Digital Indeks literasi digital
dan inovasi
Penguatan infrastruktur digital, AI, big data,
dan kewirausahaan teknologi
6. Keadilan Sosial
Ekonomi
Indeks ketimpangan
(Gini ratio)
Kebijakan afirmatif, perlindungan sosial, dan
pemerataan pembangunan

Dengan demikian, bidang studi ekonomi di Lemhannas RI menjadi wahana untuk membentuk
SDM unggul yang memahami bahwa ekonomi bukan hanya sarana mencari keuntungan,
tetapi instrumen perjuangan untuk kedaulatan, keadilan, dan kesejahteraan. SDM unggul yang
ditempa dalam bidang ini akan menjadi pemimpin visioner yang mampu menjadikan ekonomi
sebagai fondasi kokoh menuju Indonesia Emas 2045, bangsa yang berdikari secara ekonomi,
kuat secara politik, berdaulat secara ideologi, dan bermartabat di hadapan dunia.

3.7. Bidang Studi Sosial Budaya
Sosial budaya adalah identitas bangsa sekaligus kekuatan lunak yang mampu menggerakkan
solidaritas, membangun harmoni, dan memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. Sejarah
bangsa Indonesia membuktikan bahwa keberagaman suku, agama, bahasa, dan adat istiadat
yang membentang dari Sabang hingga Merauke telah membentuk mozaik yang kaya, indah,
dan unik. Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan, melainkan realitas kehidupan yang
menjadi fondasi kohesi nasional. Lemhannas RI menempatkan bidang studi sosial budaya
sebagai pilar penting dalam membentuk SDM unggul yang tidak hanya cerdas intelektual,
tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang diperlukan untuk memimpin
bangsa dalam kompleksitas global.
Di era globalisasi, soft power atau kekuatan lunak menjadi semakin penting. Laporan WEF
Future of Jobs Report 2025 menekankan keterampilan interpersonal seperti empati,
kolaborasi, komunikasi lintas budaya, dan kecerdasan emosional sebagai keterampilan inti
masa depan. Keterampilan ini bersumber dari kesadaran sosial budaya yang mendalam.
Indonesia dengan kekayaan budayanya memiliki modal besar untuk memainkan peran sebagai
pusat kebudayaan dunia. Namun, modal itu hanya akan bermakna jika dikelola oleh SDM
unggul yang memahami nilai budaya, mampu mengintegrasikannya dengan diplomasi, serta

17

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
menjadikannya instrumen strategis dalam memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan
global.
Sosial budaya juga merupakan benteng pertahanan yang menjaga bangsa dari fragmentasi. Di
tengah derasnya arus globalisasi, hegemoni budaya asing, dan penyebaran nilai transnasional
melalui media digital, bangsa ini menghadapi risiko erosi identitas. Lemhannas RI menegaskan
pentingnya menanamkan nilai kebangsaan, memperkuat literasi budaya, dan merawat
identitas nasional agar tidak larut dalam homogenisasi global. SDM unggul yang ditempa di
Lemhannas harus memiliki kemampuan untuk membangun kohesi sosial, menolak
radikalisasi, dan merajut kembali kebersamaan dalam keberagaman.
Sejarah bangsa Indonesia membuktikan bahwa kekuatan sosial budaya mampu melahirkan
perlawanan heroik. Sumpah Pemuda 1928 adalah tonggak sejarah yang memperlihatkan
bagaimana kesadaran budaya melahirkan tekad untuk bersatu. Gerakan kebudayaan pasca
kemerdekaan menunjukkan bahwa kebudayaan bukan hanya seni dan tradisi, melainkan
senjata untuk memperkuat jati diri bangsa. Di masa kini, heroisme sosial budaya diwujudkan
melalui kemampuan bangsa untuk mempertahankan identitasnya di tengah derasnya arus
globalisasi. SDM unggul harus menjadi garda terdepan dalam melanjutkan heroisme itu,
menjadikan kebudayaan sebagai energi pengikat persatuan sekaligus diplomasi strategis yang
mengangkat martabat bangsa.
Diplomasi budaya menjadi instrumen penting bagi Indonesia untuk memperkuat soft power.
Melalui seni, musik, film, kuliner, dan tradisi lokal, Indonesia dapat memperkenalkan dirinya
kepada dunia dengan cara yang persuasif dan berpengaruh. Lemhannas RI memastikan bahwa
calon pemimpin bangsa dilatih untuk melihat kebudayaan bukan hanya sebagai warisan,
tetapi juga sebagai aset strategis yang dapat digunakan untuk memperluas jejaring
internasional, membangun citra positif, dan meningkatkan posisi tawar bangsa di dunia. SDM
unggul harus mampu menggunakan diplomasi budaya untuk memperkuat solidaritas global,
membangun dialog lintas peradaban, dan menghadirkan wajah Indonesia sebagai bangsa
yang damai, inklusif, dan kreatif.
Selain itu, bidang studi sosial budaya juga mempersiapkan pemimpin untuk menghadapi
tantangan sosial kontemporer, seperti urbanisasi, global citizenship, migrasi, dan digitalisasi.
WEF 2025 menegaskan bahwa keterampilan adaptasi sosial, fleksibilitas, dan kesadaran global
menjadi kompetensi penting. Lemhannas RI menekankan pentingnya melahirkan pemimpin
yang mampu membangun harmoni di tengah perubahan sosial yang cepat, mengelola
keberagaman dengan bijak, dan menjadikan keberagaman sebagai kekuatan, bukan sumber
konflik. SDM unggul harus mampu mengantisipasi dampak sosial dari perubahan ekonomi,
teknologi, dan politik, serta merancang kebijakan yang inklusif dan adil bagi semua kelompok
masyarakat.
Kohesi sosial menjadi kunci utama ketahanan bangsa. Tanpa kohesi sosial, pembangunan akan
rapuh, politik akan mudah diguncang, dan pertahanan akan melemah. Lemhannas RI
mendidik calon pemimpin untuk memahami bahwa merawat kohesi sosial bukan hanya tugas
budaya, tetapi juga strategi politik dan keamanan. SDM unggul harus mampu menghadirkan
kebijakan yang memperkuat integrasi sosial, mengurangi ketimpangan, dan mengelola konflik
secara konstruktif. Dengan kohesi sosial yang kuat, bangsa ini akan mampu menghadapi
tantangan global dengan lebih tangguh.
Sosial budaya juga erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi kreatif. Indonesia memiliki
kekayaan tradisi, seni, dan warisan budaya yang dapat dikembangkan menjadi sektor ekonomi

18

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
kreatif yang berdaya saing tinggi. WEF 2025 menekankan pentingnya kreativitas dan inovasi
sebagai keterampilan masa depan. Lemhannas RI memastikan bahwa calon pemimpin
strategis memahami hubungan antara budaya dan ekonomi kreatif, sehingga mereka dapat
merumuskan kebijakan yang mendukung industri kreatif, memberdayakan komunitas lokal,
dan menjadikan kebudayaan sebagai sumber kesejahteraan. Dengan demikian, sosial budaya
tidak hanya berfungsi sebagai perekat identitas, tetapi juga sebagai motor ekonomi yang
mendukung pencapaian Indonesia Emas 2045.
Dengan kesadaran yang mendalam terhadap dimensi sosial budaya, Lemhannas RI
menegaskan bahwa SDM unggul bukan hanya mereka yang unggul secara intelektual dan
teknologis, tetapi juga mereka yang mampu menjaga harmoni sosial, merawat keberagaman,
dan menghadirkan kebudayaan sebagai energi strategis. Heroisme sosial budaya bukanlah
romantisme masa lalu, tetapi perjuangan kontemporer untuk memastikan bahwa bangsa ini
tetap berdiri tegak sebagai bangsa yang berakar kuat pada identitasnya sekaligus terbuka
terhadap dunia.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi sosial budaya yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of Jobs Report 2025 dan
penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.7
Bidang Studi Sosial Budaya
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Kohesi Sosial Indeks integrasi sosial
nasional
Penguatan nilai kebangsaan, literasi
budaya, dan program inklusi sosial
2. Soft Skills Global Tingkat empati,
kolaborasi, dan
komunikasi
Pendidikan kepemimpinan berbasis soft
skills sesuai kebutuhan abad ke-21
3. Diplomasi Budaya Jumlah kerja sama
budaya internasional
Penguatan diplomasi budaya untuk
memperluas soft power Indonesia
4. Identitas Nasional Tingkat literasi budaya
dan wawasan nusantara
Perlindungan warisan budaya, revitalisasi
tradisi, dan integrasi budaya ke
pembangunan
5. Ekonomi Kreatif Nilai kontribusi PDB
sektor kreatif
Pengembangan industri kreatif berbasis
budaya lokal
6. Adaptasi Sosial
Global
Indeks kesiapan
menghadapi urbanisasi
dan globalisasi
Kebijakan sosial inklusif, pemberdayaan
komunitas, dan pembangunan berbasis
keragaman

Dengan demikian, bidang studi sosial budaya di Lemhannas RI bukan hanya mengajarkan
teori, tetapi membentuk pemimpin strategis yang memahami bahwa identitas bangsa adalah
sumber kekuatan yang harus dijaga, dirawat, dan dikembangkan. SDM unggul yang lahir dari
kesadaran sosial budaya akan menjadi pemimpin yang mampu membangun harmoni di
tengah keberagaman, menjadikan kebudayaan sebagai diplomasi strategis, dan memastikan
bahwa bangsa Indonesia melangkah menuju Indonesia Emas 2045 dengan penuh martabat,
kebanggaan, dan kejayaan.

19

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

3.8. Bidang Studi Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan adalah garda depan kedaulatan negara, benteng terakhir yang
memastikan sebuah bangsa tetap berdiri tegak meski diterpa badai ancaman global. Bagi
Indonesia, negara kepulauan dengan posisi strategis di persilangan dua benua dan dua
samudra, pertahanan dan keamanan bukan hanya persoalan militer, melainkan persoalan
menyeluruh yang mencakup politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan diplomasi.
Lemhannas RI menempatkan bidang studi pertahanan dan keamanan sebagai ruang
penggemblengan calon pemimpin bangsa agar memahami bahwa menjaga kedaulatan bukan
hanya kewajiban TNI dan Polri, melainkan tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Dalam
kerangka Indonesia Emas 2045, pertahanan dan keamanan dipandang bukan sekadar
instrumen menjaga batas teritorial, tetapi jaminan keberlanjutan pembangunan, stabilitas
nasional, dan kedaulatan rakyat.
Di era modern, ancaman terhadap pertahanan dan keamanan semakin kompleks. Perang
konvensional masih mungkin terjadi, tetapi jauh lebih nyata adalah ancaman non-tradisional
yang sulit dikenali bentuknya. Lemhannas RI mengajarkan bahwa ancaman kini tidak hanya
berupa invasi militer, tetapi juga perang siber, disinformasi, terorisme, radikalisme, hingga
proxy war yang melibatkan aktor non-negara. WEF Future of Jobs Report 2025 menyoroti
meningkatnya kebutuhan keterampilan di bidang cybersecurity, resiliensi, dan teknologi
digital sebagai salah satu tren besar masa depan. Ancaman digital seperti peretasan
infrastruktur kritis, manipulasi informasi, dan serangan siber lintas negara menjadi tantangan
baru yang harus dihadapi dengan kesiapan SDM unggul yang memiliki keterampilan teknis
sekaligus kesadaran ideologis.
Pertahanan menyeluruh adalah konsep yang selalu dijunjung tinggi oleh Indonesia.
Lemhannas RI membekali calon pemimpin dengan pemahaman bahwa kekuatan pertahanan
tidak hanya ditentukan oleh jumlah alutsista, tetapi juga oleh kesiapan seluruh elemen
bangsa. Ketahanan pangan, energi, ekonomi, hingga budaya adalah bagian tak terpisahkan
dari ketahanan nasional. Pertahanan yang kuat harus terintegrasi, di mana militer, sipil, dan
seluruh masyarakat memiliki kesadaran bela negara yang tinggi. Dengan demikian,
pertahanan bukan hanya domain tentara, tetapi juga seluruh rakyat yang bersatu dalam
menjaga NKRI.
Sejarah bangsa menunjukkan bahwa pertahanan dan keamanan selalu menjadi penentu
keberlangsungan negara. Dari pertempuran 10 November di Surabaya hingga perjuangan
mempertahankan Irian Barat, bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa semangat bela
negara mampu mengalahkan kekuatan militer yang lebih besar. Di masa kini, heroisme
pertahanan tidak hanya diwujudkan di medan tempur, tetapi juga di ruang siber, di pusat
penelitian teknologi, dan di ruang-ruang kebijakan strategis. SDM unggul yang ditempa di
Lemhannas harus memahami bahwa perjuangan mempertahankan kedaulatan kini terjadi di
banyak medan sekaligus, dari diplomasi internasional hingga inovasi teknologi pertahanan.
Resiliensi menjadi kata kunci. WEF 2025 menekankan bahwa resiliensi adalah keterampilan
inti abad ke-21, baik dalam konteks individu, organisasi, maupun negara. Indonesia harus
memiliki sistem pertahanan dan keamanan yang resilien, mampu bertahan dari serangan,
pulih dengan cepat, dan beradaptasi terhadap ancaman baru. SDM unggul yang dididik di
Lemhannas dilatih untuk merancang kebijakan yang meningkatkan daya tahan negara, mulai

20

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
dari memperkuat infrastruktur siber, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
disinformasi, hingga membangun kemampuan cadangan pertahanan nasional.
Lemhannas RI juga menekankan pentingnya integrasi teknologi modern dalam pertahanan.
Artificial intelligence, big data, unmanned systems, dan teknologi ruang angkasa kini menjadi
bagian dari persenjataan global. Indonesia tidak boleh hanya menjadi konsumen teknologi,
tetapi harus menjadi produsen dan pengembang teknologi pertahanan. SDM unggul harus
mampu mengintegrasikan teknologi modern dengan semangat bela negara, sehingga
pertahanan Indonesia tidak hanya kuat secara materiil, tetapi juga kokoh secara moral.
Selain itu, pertahanan dan keamanan juga memiliki dimensi diplomasi. Indonesia menganut
politik luar negeri bebas aktif yang menempatkan perdamaian dunia sebagai cita-cita. Namun,
perdamaian hanya bisa diraih jika sebuah bangsa memiliki pertahanan yang kuat. Diplomasi
pertahanan menjadi instrumen penting untuk membangun kerja sama internasional,
memperkuat kepercayaan, dan mencegah konflik. Lemhannas RI mendidik calon pemimpin
agar mampu menggunakan diplomasi pertahanan untuk memperkuat posisi Indonesia di
kawasan Indo-Pasifik, menjaga stabilitas regional, dan memastikan bahwa kepentingan
nasional selalu terjaga.
Pertahanan dan keamanan juga erat kaitannya dengan pembangunan manusia. Tanpa rasa
aman, pembangunan tidak akan berjalan. Lemhannas RI menegaskan bahwa pertahanan yang
kuat bukan hanya menjaga wilayah, tetapi juga menjamin keberlanjutan pembangunan. SDM
unggul harus memahami keterkaitan ini, sehingga mereka mampu merancang kebijakan yang
memastikan keamanan nasional selalu mendukung pembangunan berkelanjutan. Dengan
pertahanan yang kuat, investasi dapat tumbuh, industri dapat berkembang, dan rakyat dapat
hidup tenang.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, bidang studi pertahanan dan keamanan
memastikan bahwa SDM unggul yang lahir dari Lemhannas RI siap menjadi pemimpin strategis
yang tidak hanya memahami konsep pertahanan menyeluruh, tetapi juga mampu
memadukan teknologi modern dengan nilai kebangsaan. Mereka akan menjadi negarawan
yang memahami bahwa pertahanan bukan sekadar alat perang, tetapi instrumen
kemanusiaan untuk menjaga kehidupan bangsa. Dengan resiliensi yang kokoh, semangat bela
negara yang menyala, dan kemampuan memanfaatkan teknologi, pertahanan Indonesia akan
menjadi benteng yang menjamin kedaulatan, keadilan, dan kesejahteraan rakyat.
Untuk mempertegas kerangka pemikiran ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang studi
pertahanan dan keamanan yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of Jobs Report
2025 dan penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.8
Bidang Studi Pertahanan dan Keamanan
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Pertahanan
Menyeluruh
Tingkat partisipasi
masyarakat dalam bela
negara
Penguatan konsep pertahanan rakyat
semesta berbasis integrasi sipil-militer
2. Keamanan Siber Jumlah serangan siber
yang berhasil ditangkal
Peningkatan kapasitas cybersecurity
nasional, perlindungan infrastruktur kritis

21

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
3. Resiliensi Nasional Indeks daya tahan
terhadap ancaman
Penguatan sistem deteksi dini, mitigasi, dan
adaptasi terhadap ancaman multidimensi
4. Teknologi
Pertahanan
Jumlah inovasi dan
kemandirian alutsista
Pengembangan industri pertahanan
nasional, integrasi AI, big data, dan
unmanned systems
5. Diplomasi
Pertahanan
Jumlah kerja sama
pertahanan regional-
global
Politik luar negeri bebas aktif dengan fokus
pada stabilitas Indo-Pasifik dan perdamaian
dunia
6. Keamanan
Pembangunan
Indeks rasa aman
masyarakat
Integrasi kebijakan pertahanan-keamanan
dengan pembangunan nasional
berkelanjutan

Dengan demikian, bidang studi pertahanan dan keamanan di Lemhannas RI bukan sekadar
mata kuliah akademis, melainkan kawah candradimuka untuk melahirkan pemimpin strategis
yang mampu mengintegrasikan kekuatan militer, ekonomi, sosial, dan teknologi. SDM unggul
yang ditempa dalam bidang ini akan memahami bahwa pertahanan adalah benteng
kehidupan bangsa, bukan hanya pagar perbatasan. Mereka akan menjadi generasi heroik yang
menjaga kedaulatan, memastikan keberlanjutan pembangunan, dan mengantar Indonesia
menuju puncak kejayaan sebagai bangsa besar yang tangguh di panggung dunia pada 2045.

3.9. Bidang Studi Kewaspadaan Nasional
Kewaspadaan nasional adalah perisai bangsa yang berfungsi sebagai sistem deteksi dini
terhadap berbagai ancaman yang berpotensi melemahkan kedaulatan, menggerus identitas,
dan mengguncang ketahanan nasional. Dalam konsepsi Lemhannas RI, kewaspadaan nasional
bukanlah sekadar sikap waspada individu, melainkan suatu sistem terintegrasi yang menuntut
kepekaan kolektif bangsa dalam mengenali, memahami, dan merespons ancaman dengan
cepat dan tepat. Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia berulang kali menghadapi tantangan
yang menguji ketahanan, mulai dari infiltrasi ideologi transnasional, penyebaran paham
radikal, hingga tekanan geopolitik dan ekonomi global. Tanpa kewaspadaan nasional yang
kokoh, setiap gempuran tersebut dapat meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan berbangsa.
Oleh karena itu, bidang studi kewaspadaan nasional ditempatkan oleh Lemhannas sebagai
salah satu garda strategis untuk membentuk SDM unggul yang memiliki kepekaan tinggi,
kemampuan analisis tajam, serta sikap adaptif dalam menghadapi dinamika global.
Di era disrupsi digital, ancaman yang datang tidak lagi berwujud invasi fisik semata, melainkan
semakin canggih dalam bentuk perang informasi, disinformasi, hingga manipulasi opini publik
melalui media sosial. WEF Future of Jobs Report 2025 menekankan bahwa keterampilan
resiliensi, fleksibilitas, dan agility adalah keterampilan inti yang dibutuhkan di masa depan.
Ketiga keterampilan ini sesungguhnya adalah refleksi dari kewaspadaan nasional. Resiliensi
mengajarkan ketangguhan menghadapi guncangan, fleksibilitas menuntut kemampuan
beradaptasi terhadap perubahan, sementara agility menuntut ketangkasan dalam merespons
ancaman yang datang secara tiba-tiba. Dalam konteks ini, Lemhannas RI mendidik calon
pemimpin strategis agar mampu mengenali pola ancaman non-tradisional, mulai dari krisis

22

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
energi, kejahatan siber, infiltrasi budaya asing, hingga perang hibrida yang memadukan aspek
militer, ekonomi, dan informasi.
Sejarah memberikan pelajaran penting tentang bagaimana ketiadaan kewaspadaan dapat
membawa bangsa pada keterpurukan. Krisis moneter 1997–1998 yang bermula dari gejolak
ekonomi regional berubah menjadi krisis multidimensi karena lemahnya sistem deteksi dini
dan mitigasi risiko nasional. Demikian pula, infiltrasi ideologi transnasional pascareformasi
menunjukkan bahwa lemahnya kewaspadaan dapat membuka celah bagi munculnya
radikalisme yang mengancam keutuhan bangsa. Dari pengalaman ini, Lemhannas RI
menegaskan bahwa kewaspadaan nasional harus dipandang sebagai kebutuhan strategis,
bukan pilihan opsional. SDM unggul yang ditempa di kawah candradimuka Lemhannas dididik
untuk menjadikan kewaspadaan sebagai naluri kepemimpinan, sehingga mampu berpikir
preventif, responsif, dan adaptif.
Kewaspadaan nasional juga terkait erat dengan literasi digital. Di tengah derasnya arus
informasi global, kemampuan memilah fakta dari hoaks, membedakan informasi otentik dari
manipulasi, serta menyusun kontra narasi yang efektif menjadi keterampilan vital. Lemhannas
RI menekankan pentingnya literasi digital bukan hanya untuk generasi muda, tetapi juga untuk
seluruh lapisan masyarakat, agar bangsa ini tidak mudah terjerumus ke dalam jebakan
informasi palsu yang dapat memicu konflik sosial dan melemahkan legitimasi pemerintah.
Literasi digital yang kuat adalah benteng pertahanan ideologi dan sosial di era digital.
Selain itu, kewaspadaan nasional juga berarti memiliki kesadaran tinggi terhadap potensi
ancaman dalam bidang energi, pangan, dan lingkungan. Krisis energi global akibat konflik
geopolitik, krisis pangan akibat perubahan iklim, serta bencana ekologis yang semakin sering
terjadi adalah contoh nyata bahwa ancaman non-tradisional tidak kalah berbahaya
dibandingkan invasi militer. SDM unggul yang ditempa di Lemhannas dididik untuk memiliki
pandangan holistik dalam membaca ancaman ini, serta mampu merumuskan kebijakan
mitigasi yang menjaga keberlanjutan pembangunan sekaligus menjamin kesejahteraan rakyat.
Kewaspadaan juga erat kaitannya dengan infiltrasi ideologi asing yang seringkali masuk
melalui jalur budaya, pendidikan, bahkan media hiburan. Globalisasi membawa serta nilai-
nilai transnasional yang tidak selalu selaras dengan jati diri bangsa. Lemhannas RI memastikan
bahwa calon pemimpin bangsa memiliki kesadaran tinggi terhadap infiltrasi ini, sekaligus
kemampuan untuk menolak, menyaring, dan mengadaptasi nilai-nilai luar sesuai dengan nilai
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian, kewaspadaan
nasional tidak berarti menutup diri dari dunia luar, melainkan menguatkan daya seleksi bangsa
agar tetap terbuka tetapi tetap teguh pada identitas.
Heroisme kewaspadaan nasional bukanlah heroisme dengan mengangkat senjata, melainkan
heroisme intelektual, moral, dan strategis. Seorang pemimpin heroik adalah mereka yang
mampu melihat ancaman sebelum ancaman itu datang, mampu menyiapkan bangsa untuk
menghadapi badai sebelum badai itu menghantam. Lemhannas RI membentuk calon
pemimpin bangsa untuk menjadi visioner, bukan hanya reaktif, sehingga bangsa ini tidak
pernah lengah dalam menghadapi tantangan. Kewaspadaan adalah daya hidup bangsa, daya
yang memastikan generasi emas tidak mudah tergelincir dalam jebakan globalisasi yang
merugikan, tetapi mampu mengubah tantangan menjadi peluang untuk memperkuat
ketahanan nasional.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, kewaspadaan nasional harus menjadi garda
utama. Bangsa yang besar bukanlah bangsa yang tidak pernah menghadapi ancaman,

23

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
melainkan bangsa yang selalu siap menghadapinya. Lemhannas RI menegaskan bahwa
kewaspadaan adalah fondasi dari kepemimpinan strategis. SDM unggul yang lahir dari
kesadaran ini akan mampu menjaga kedaulatan, melindungi rakyat, dan mengarahkan bangsa
menuju kejayaan. Dengan kewaspadaan nasional yang kokoh, Indonesia akan melangkah ke
masa depan sebagai bangsa yang tangguh, mandiri, dan bermartabat.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi kewaspadaan nasional yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of Jobs Report
2025 dan penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.9
Bidang Studi Kewaspadaan Nasional
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Literasi Digital Tingkat literasi masyarakat
terhadap hoaks
Penguatan pendidikan literasi digital di
semua jenjang dan kelompok usia
2. Kontra Narasi
Radikalisme
Jumlah program kontra
narasi efektif
Pembangunan narasi kebangsaan
berbasis Pancasila dan moderasi
beragama
3. Deteksi Ancaman
Non-Trad
Jumlah simulasi dan
laporan deteksi dini
Peningkatan sistem deteksi dini terhadap
krisis energi, pangan, dan ekologi
4. Resiliensi Nasional Indeks daya tahan bangsa Penguatan mekanisme mitigasi risiko
multidimensi dan kesiapsiagaan nasional
5. Agility
Kepemimpinan
Tingkat kecepatan respons
krisis
Pelatihan kepemimpinan adaptif dan
responsif terhadap perubahan global
6. Infiltrasi Ideologi
Asing
Jumlah kasus infiltrasi
ideologi teridentifikasi
Penguatan sistem penyaringan nilai asing
sesuai jati diri bangsa

Dengan demikian, bidang studi kewaspadaan nasional di Lemhannas RI tidak hanya
mengajarkan kewaspadaan sebagai konsep abstrak, tetapi membentuknya menjadi sikap
hidup, naluri kepemimpinan, dan strategi kebangsaan. SDM unggul yang ditempa dalam
bidang ini akan menjadi generasi pemimpin yang senantiasa waspada, adaptif, dan tangguh
dalam menjaga kedaulatan bangsa. Mereka akan menjadi penjaga yang memastikan bahwa
jalan menuju Indonesia Emas 2045 bebas dari jebakan yang melemahkan, sehingga bangsa ini
melangkah maju dengan percaya diri, berdaulat, dan bermartabat di hadapan dunia.

3.10. Bidang Studi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah motor transformasi bangsa, kunci yang membuka
jalan menuju peradaban unggul, dan instrumen strategis yang menentukan posisi sebuah
negara dalam percaturan global. Sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa bangsa
yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berada di garis depan kemajuan.
Revolusi industri, penemuan listrik, teknologi informasi, hingga kecerdasan buatan telah
mengubah wajah dunia dan menciptakan perbedaan besar antara bangsa yang memimpin
dengan bangsa yang tertinggal. Indonesia, dengan visi Indonesia Emas 2045, tidak bisa hanya
menjadi penonton dalam arus transformasi global, tetapi harus menjadi pelaku utama.

24

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Lemhannas RI menegaskan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah syarat
mutlak untuk mencapai kemandirian, daya saing, dan kedaulatan bangsa.
WEF Future of Jobs Report 2025 menekankan bahwa artificial intelligence, big data, cloud
computing, green technology, serta literasi digital merupakan keterampilan inti yang paling
dibutuhkan pada masa depan. Lebih dari 75 persen perusahaan global menyatakan akan
mengadopsi teknologi baru dalam lima tahun mendatang, yang secara langsung mengubah
lanskap pekerjaan dan keterampilan yang dibutuhkan. Artinya, SDM unggul Indonesia harus
adaptif, kreatif, dan siap memimpin era digital. Lemhannas RI membekali calon pemimpin
strategis dengan kesadaran bahwa penguasaan teknologi tidak bisa dilepaskan dari visi
kebangsaan, sehingga teknologi bukan hanya alat produksi, melainkan instrumen perjuangan
untuk memperkuat ketahanan nasional, meningkatkan produktivitas, dan membuka jalan bagi
inovasi berkelanjutan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dipahami sebagai kekuatan strategis. Negara yang
menguasai teknologi ruang angkasa mampu menguasai komunikasi global, negara yang
menguasai energi terbarukan mampu mengendalikan masa depan transisi energi, dan negara
yang menguasai kecerdasan buatan mampu mengatur arus informasi dunia. Indonesia tidak
boleh hanya menjadi pasar teknologi, tetapi harus menjadi pusat inovasi yang menghasilkan
karya sendiri. Lemhannas RI menekankan bahwa SDM unggul harus ditempa agar mampu
mengintegrasikan IPTEK dengan kebutuhan nasional, bukan sekadar mengadopsi teknologi
luar, tetapi mengembangkannya sesuai dengan nilai Pancasila, kepentingan nasional, dan visi
jangka panjang bangsa.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi juga terkait erat dengan ketahanan nasional.
Infrastruktur digital, data nasional, dan sistem komunikasi adalah bagian vital dari pertahanan
negara. Serangan siber, peretasan data, dan manipulasi informasi adalah ancaman nyata yang
dapat melemahkan kedaulatan bangsa. Karena itu, pengembangan IPTEK harus diarahkan
tidak hanya untuk pembangunan ekonomi, tetapi juga untuk pertahanan dan keamanan. SDM
unggul yang lahir dari kawah candradimuka Lemhannas harus mampu merancang strategi
pertahanan digital, membangun kemandirian teknologi, serta memastikan bahwa setiap
inovasi mendukung kekuatan bangsa, bukan melemahkannya.
Selain aspek pertahanan, IPTEK juga menjadi fondasi bagi pembangunan ekonomi yang
berdaya saing. Industri berbasis teknologi tinggi seperti semikonduktor, bioteknologi, energi
bersih, dan kendaraan listrik adalah sektor yang akan menentukan posisi Indonesia dalam
rantai pasok global. Hilirisasi yang dicanangkan pemerintah hanya akan berhasil jika didukung
oleh kemampuan teknologi dalam negeri. Lemhannas RI mendidik calon pemimpin untuk
memahami pentingnya riset dan pengembangan, sinergi antara pemerintah, industri, dan
akademisi, serta penciptaan ekosistem inovasi yang mendukung pertumbuhan startup
berbasis teknologi. SDM unggul harus memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, dan
inovatif agar mampu menjadikan teknologi sebagai motor pembangunan nasional.
Ilmu pengetahuan dan teknologi juga terkait erat dengan pembangunan manusia. Pendidikan
STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) harus diperkuat untuk
menyiapkan generasi yang melek teknologi sejak dini. Lemhannas RI menegaskan pentingnya
reformasi pendidikan agar mampu menumbuhkan kreativitas, logika, dan kemampuan
problem solving. SDM unggul tidak hanya dituntut mampu menggunakan teknologi, tetapi
juga menciptakannya. Inovasi hanya lahir dari generasi yang terbiasa berpikir ilmiah,

25

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
bereksperimen, dan berani mengambil risiko. Karena itu, pendidikan harus diarahkan untuk
membentuk generasi pencipta, bukan sekadar konsumen teknologi.
Dalam konteks sosial budaya, penguasaan teknologi juga harus disertai dengan kesadaran etis.
Teknologi dapat menjadi berkah, tetapi juga dapat menjadi malapetaka jika disalahgunakan.
Media sosial yang semestinya menjadi sarana komunikasi dapat berubah menjadi alat
penyebaran kebencian. Kecerdasan buatan yang dirancang untuk membantu manusia dapat
digunakan untuk manipulasi politik atau pengawasan berlebihan. Lemhannas RI membekali
calon pemimpin agar tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga memiliki kepekaan moral
dalam penggunaannya. SDM unggul harus mampu menempatkan teknologi sebagai alat untuk
kemanusiaan, keadilan, dan solidaritas, bukan sebagai instrumen dominasi dan penindasan.
Sejarah membuktikan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Jepang bangkit dari kehancuran Perang Dunia II dengan
membangun industri teknologi. Korea Selatan melompat dari negara berkembang menjadi
salah satu kekuatan ekonomi dunia berkat investasi besar dalam riset dan pendidikan
teknologi. Indonesia harus belajar dari pengalaman ini, tetapi dengan tetap berpegang pada
identitas nasionalnya. Heroisme masa kini bukan lagi di medan perang fisik, tetapi di
laboratorium, pusat riset, dan ruang inovasi. Generasi muda Indonesia harus menjadi
pahlawan baru yang membawa bangsa ini menuju kemandirian teknologi.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, penguasaan IPTEK harus dipandang sebagai
bagian dari perjuangan nasional. Lemhannas RI memastikan bahwa calon pemimpin strategis
dipersiapkan untuk menjadi visioner dalam teknologi, mampu membaca tren global, dan
mengintegrasikan teknologi ke dalam strategi pembangunan. Dengan IPTEK yang kuat,
Indonesia dapat memperkuat kedaulatannya, meningkatkan daya saing, dan menjadi bangsa
yang disegani di kancah internasional.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of Jobs
Report 2025 dan penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.10
Bidang Studi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Literasi Digital Tingkat literasi
teknologi masyarakat
Penguatan pendidikan STEM dan literasi
digital di semua jenjang
2. Inovasi dan Riset Jumlah paten dan
publikasi ilmiah
Peningkatan investasi riset, kolaborasi triple
helix, dan ekosistem inovasi nasional
3. Teknologi
Pertahanan
Kapasitas sistem
pertahanan berbasis
teknologi
Pengembangan industri pertahanan nasional
berbasis AI, big data, dan unmanned
systems
4. Ekonomi Teknologi Kontribusi industri
teknologi terhadap PDB
Hilirisasi berbasis teknologi tinggi,
pengembangan semikonduktor dan
bioteknologi
5. Etika Digital Indeks kepatuhan etika
dalam penggunaan
teknologi
Regulasi AI, tata kelola data, dan etika
penggunaan teknologi untuk kemanusiaan

26

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
6. Green Technology Jumlah investasi energi
bersih dan green jobs
Peningkatan kapasitas energi terbarukan
dan inovasi ramah lingkungan

Dengan demikian, bidang studi ilmu pengetahuan dan teknologi di Lemhannas RI bukan
sekadar mata pelajaran akademis, tetapi sebuah kawah candradimuka untuk melahirkan
pemimpin strategis yang mampu menjadikan IPTEK sebagai motor transformasi bangsa. SDM
unggul yang lahir dari bidang ini adalah generasi yang adaptif, kreatif, visioner, dan heroik,
yang mampu menjadikan teknologi sebagai instrumen perjuangan menuju kemandirian, daya
saing, dan kejayaan bangsa. Mereka adalah generasi yang akan memastikan bahwa pada 2045,
Indonesia berdiri tegak sebagai bangsa yang tidak hanya kaya sumber daya alam, tetapi juga
unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memimpin peradaban dunia dengan martabat
dan kebanggaan.

3.11. Bidang Studi Strategi
Strategi adalah seni mengubah visi menjadi aksi, kemampuan merancang langkah-langkah
sistematis yang menjembatani cita-cita besar dengan realitas yang penuh dinamika. Dalam
sejarah bangsa-bangsa, strategi selalu menjadi pembeda antara mereka yang mampu
bertahan dan berkembang dengan mereka yang jatuh dalam pusaran sejarah. Indonesia yang
tengah menapaki jalan menuju Indonesia Emas 2045 memerlukan strategi yang tidak hanya
realistis, tetapi juga visioner, inklusif, dan berkelanjutan. Lemhannas RI menempatkan bidang
studi strategi sebagai inti dari pendidikan kepemimpinan nasional karena hanya dengan
strategi yang tepat sebuah bangsa dapat mengantisipasi ancaman, mengelola risiko, serta
mengubah tantangan menjadi peluang emas.
WEF Future of Jobs Report 2025 menegaskan bahwa keterampilan analytical thinking dan
problem solving adalah kompetensi inti yang semakin dibutuhkan di masa depan. Analisis
kritis memungkinkan pemimpin membaca tren global, mengidentifikasi disrupsi, serta
merumuskan respons yang tepat. Problem solving memastikan pemimpin tidak hanya melihat
masalah, tetapi juga menghadirkan solusi inovatif. Keduanya adalah keterampilan strategis
yang tidak hanya menjawab persoalan sesaat, tetapi juga merancang jalan panjang menuju
tujuan besar. Lemhannas RI membekali calon pemimpin agar strategi yang disusun bukan
sekadar dokumen, melainkan peta jalan yang hidup dan mampu menuntun bangsa melewati
ketidakpastian global.
Strategi nasional adalah orkestrasi semua gatra bangsa: ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan keamanan, geografi, demografi, dan sumber daya alam. Tanpa strategi
yang terintegrasi, pembangunan hanya akan menjadi potongan-potongan kebijakan yang
tidak memiliki arah. Lemhannas RI menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam
menyusun strategi, sehingga setiap aspek pembangunan saling melengkapi dan menguatkan.
Strategi harus mampu menjawab pertanyaan fundamental: bagaimana menjaga kedaulatan
di tengah kompetisi global, bagaimana meningkatkan kesejahteraan tanpa mengorbankan
keadilan sosial, dan bagaimana mengelola sumber daya alam tanpa merusak lingkungan untuk
generasi mendatang.

27

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Sejarah bangsa memberikan bukti nyata tentang pentingnya strategi. Proklamasi
kemerdekaan 1945 hanya menjadi awal, tetapi tanpa strategi diplomasi yang cerdas Indonesia
tidak akan memperoleh pengakuan internasional. Demikian pula perjuangan
mempertahankan Irian Barat pada dekade 1960-an adalah bukti bahwa strategi politik, militer,
dan diplomasi yang terintegrasi mampu memenangkan kepentingan nasional. Di era modern,
strategi tidak lagi hanya diuji di medan perang atau meja perundingan, tetapi juga di pasar
global, ruang siber, dan percaturan teknologi. SDM unggul yang ditempa dalam bidang studi
strategi Lemhannas harus memahami bahwa medan perjuangan kini semakin luas dan
kompleks, sehingga strategi yang disusun harus adaptif sekaligus proaktif.
Strategi yang matang juga berarti kemampuan mengantisipasi disrupsi. WEF 2025 menyoroti
bahwa transformasi teknologi, transisi energi, perubahan iklim, dan pergeseran geopolitik
akan membentuk wajah dunia dalam dekade mendatang. Tanpa strategi, bangsa hanya akan
menjadi reaktif, selalu tertinggal dan hanya merespons setelah krisis terjadi. Sebaliknya,
strategi yang visioner memungkinkan bangsa menyiapkan diri jauh sebelum ancaman muncul.
Misalnya, dengan mempersiapkan ekonomi hijau sebelum krisis energi, atau membangun
kemandirian teknologi sebelum ketergantungan menjerat. Lemhannas RI memastikan bahwa
strategi nasional harus selalu selaras dengan cita-cita Indonesia Emas 2045, menjadikan
bangsa ini tidak hanya bertahan, tetapi juga unggul di panggung dunia.
Strategi juga menuntut keberanian mengambil risiko. Tidak ada strategi tanpa ketidakpastian,
tetapi pemimpin yang strategis adalah mereka yang mampu menghitung, mengantisipasi, dan
mengelola risiko. SDM unggul harus dilatih untuk berpikir dalam berbagai skenario,
menyiapkan rencana kontinjensi, dan tidak terjebak pada satu jalur kebijakan. Perencanaan
strategis harus inklusif, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, serta memperhatikan
suara rakyat. Dengan begitu, strategi tidak hanya kuat secara teknokratis, tetapi juga memiliki
legitimasi sosial.
Heroisme dalam strategi terletak pada kemampuan pemimpin untuk mengubah situasi sulit
menjadi titik balik kebangkitan. Seperti para pendiri bangsa yang mampu merumuskan
strategi perjuangan di tengah keterbatasan, generasi kini dituntut untuk menyusun strategi
menghadapi krisis global dengan keberanian dan kebijaksanaan. SDM unggul yang ditempa
Lemhannas harus memahami bahwa strategi adalah warisan dan senjata. Warisan karena
bangsa yang besar selalu hidup dari strategi besar yang diwariskan generasi sebelumnya;
senjata karena hanya dengan strategi bangsa ini dapat melindungi kedaulatan dan
memperjuangkan kepentingannya di dunia internasional.
Strategi juga berkaitan erat dengan inovasi. Dunia bergerak cepat, dan strategi yang statis akan
segera usang. Oleh karena itu, strategi harus memiliki kapasitas pembaruan yang
berkelanjutan. Lemhannas RI menekankan bahwa calon pemimpin harus dilatih untuk tidak
hanya membuat strategi lima tahunan, tetapi juga membangun sistem pemantauan, evaluasi,
dan adaptasi berkelanjutan. Dengan demikian, strategi menjadi dokumen hidup yang selalu
relevan dengan perubahan zaman.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, strategi nasional yang matang akan menjadi
kompas yang menuntun bangsa. Strategi itu harus berlandaskan pada nilai Pancasila, berpijak
pada UUD 1945, menjunjung tinggi NKRI, dan merawat Bhinneka Tunggal Ika. Tanpa strategi,
visi Indonesia Emas hanya akan menjadi mimpi. Tetapi dengan strategi yang kuat, visi itu akan
menjadi kenyataan. Lemhannas RI memastikan bahwa setiap calon pemimpin yang ditempa

28

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
dalam bidang studi strategi memiliki kapasitas analitis, problem solving, serta kemampuan
merancang kebijakan jangka panjang yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi strategi yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of Jobs Report 2025 dan
penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.11
Bidang Studi Strategi
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Perencanaan
Jangka Panjang
Dokumen strategi
nasional yang
terintegrasi
Penyusunan strategi pembangunan jangka
panjang berbasis visi Indonesia Emas 2045
2. Analisis Kritis Jumlah kajian strategis
berbasis evidence
Penguatan kapasitas analytical thinking dan
problem solving
3. Manajemen Risiko Indeks kesiapan
menghadapi disrupsi
Penerapan skenario planning dan kebijakan
kontinjensi
4. Integrasi Nasional Tingkat sinkronisasi lintas
sektor
Orkestrasi gatra ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, hankam, dan SDA
5. Inovasi Strategis Jumlah strategi adaptif
yang diperbarui
Pembaruan strategi nasional berbasis
inovasi, teknologi, dan dinamika global
6. Proaktivitas Global Indeks partisipasi dalam
inisiatif global
Perumusan strategi global yang
memperkuat posisi Indonesia di kancah
internasional

Dengan demikian, bidang studi strategi di Lemhannas RI adalah kawah candradimuka yang
melahirkan pemimpin strategis yang visioner, tangguh, dan berani mengambil keputusan
besar. Strategi menjadikan mereka tidak hanya reaktif terhadap perubahan, tetapi proaktif
membentuk arah masa depan. SDM unggul yang ditempa dalam bidang ini akan memastikan
bahwa strategi nasional selalu selaras dengan cita-cita Indonesia Emas 2045, membawa
bangsa ini menuju kejayaan dengan langkah terencana, berani, dan penuh kebijaksanaan.

3.12. Bidang Studi Geopolitik dan Wawasan Nusantara
Geopolitik adalah cara pandang bangsa terhadap dirinya sendiri di tengah percaturan global,
sebuah perspektif yang melihat ruang bukan sekadar dimensi geografis, tetapi juga arena
perjuangan, perebutan kepentingan, dan penentuan posisi strategis. Bagi Indonesia,
geopolitik tidak bisa dilepaskan dari Wawasan Nusantara yang menjadi konsepsi geopolitik
nasional, lahir dari kesadaran akan kodrat bangsa sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Wawasan Nusantara menegaskan bahwa laut bukan pemisah, melainkan pemersatu; bahwa
keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan; dan bahwa ruang hidup bangsa ini adalah
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lemhannas RI menempatkan bidang studi
geopolitik dan Wawasan Nusantara sebagai pilar strategis dalam membentuk SDM unggul
yang mampu menavigasi kepentingan nasional di tengah dinamika global, sekaligus menjaga
keutuhan NKRI.

29

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
WEF Future of Jobs Report 2025 menekankan pentingnya keterampilan global citizenship,
diplomasi, serta kemampuan memahami dinamika lintas negara sebagai keterampilan inti
abad ke-21. Dunia sedang bergerak menuju era multipolar, di mana kekuatan besar seperti
Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan Uni Eropa saling bersaing memperebutkan pengaruh.
Di kawasan Indo-Pasifik, rivalitas geopolitik semakin menguat, menjadikan kawasan ini titik
fokus perebutan kepentingan ekonomi, militer, dan diplomasi. Indonesia yang berada tepat di
jantung Indo-Pasifik tidak bisa sekadar menjadi penonton, tetapi harus menjadi aktor strategis
yang aktif memperjuangkan kepentingannya sekaligus berkontribusi pada perdamaian dunia.
Lemhannas RI membekali calon pemimpin dengan kemampuan membaca peta geopolitik
global, memahami implikasi regional, dan merancang strategi nasional yang proaktif.
Geopolitik Nusantara mengajarkan bahwa posisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang
membentang dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote, adalah anugerah
sekaligus tantangan. Posisi ini menempatkan Indonesia pada jalur perdagangan internasional
yang vital, dengan selat-selat strategis seperti Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok
yang menjadi choke points dunia. Menguasai geopolitik berarti memahami bahwa siapa yang
menguasai laut, dia akan menguasai perdagangan; dan siapa yang menguasai perdagangan,
dia akan menguasai masa depan ekonomi global. SDM unggul yang ditempa di Lemhannas
harus memiliki kesadaran ini, agar mampu menjadikan Indonesia sebagai poros maritim
dunia, bukan sekadar lintasan bagi kepentingan negara lain.
Wawasan Nusantara juga menegaskan bahwa integrasi ruang darat, laut, udara, dan seluruh
keberagaman budaya adalah bagian dari satu kesatuan geopolitik. Lemhannas RI menekankan
bahwa pemimpin strategis harus mampu menjaga keutuhan ini dengan merawat persatuan,
mengelola keberagaman, dan memastikan pembangunan merata hingga ke wilayah terluar.
Tanpa Wawasan Nusantara, pembangunan akan timpang, kesenjangan akan melebar, dan
keutuhan bangsa akan terancam. Dengan Wawasan Nusantara, bangsa ini dapat menjadikan
keberagaman sebagai kekuatan untuk menghadapi disrupsi global.
Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa kesadaran geopolitik adalah faktor penentu dalam
mempertahankan kedaulatan. Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung adalah bukti
bagaimana Indonesia memainkan peran geopolitik global, menjadi motor lahirnya Gerakan
Non-Blok dan menggalang solidaritas negara-negara Selatan. Demikian pula perjuangan
mempertahankan Irian Barat menunjukkan bahwa diplomasi geopolitik yang cerdas mampu
memenangkan kepentingan nasional tanpa harus mengorbankan integritas bangsa. Kini, di
era Indo-Pasifik, Indonesia dituntut kembali memainkan peran sebagai penyeimbang,
jembatan antarnegara, dan penjaga stabilitas kawasan.
Heroisme geopolitik terletak pada kemampuan bangsa untuk memperjuangkan
kepentingannya tanpa kehilangan martabat, serta berkontribusi pada perdamaian dunia
tanpa kehilangan jati diri. SDM unggul yang dididik di Lemhannas harus mampu
menggabungkan kecerdasan analitis, keberanian moral, dan kecakapan diplomasi untuk
menjadi aktor strategis dalam percaturan global. Mereka tidak hanya membaca peta
kekuatan, tetapi juga mampu mengubah peta dengan menghadirkan strategi yang berpihak
pada kepentingan nasional.
WEF 2025 menegaskan bahwa keterampilan global citizenship harus ditopang oleh
kemampuan komunikasi lintas budaya, kolaborasi internasional, dan diplomasi digital.
Lemhannas RI memastikan bahwa calon pemimpin bangsa memiliki keterampilan ini, agar
Indonesia dapat memainkan peran aktif dalam forum global, seperti ASEAN, G20, PBB, hingga

30

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
BRICS+. Dengan keterampilan diplomasi yang kuat, Indonesia dapat memperkuat posisi
tawarnya, memastikan kedaulatan maritim, dan mengelola hubungan dengan kekuatan besar
secara seimbang.
Geopolitik juga terkait erat dengan ketahanan nasional. Rivalitas global seringkali menjadikan
negara-negara berkembang sebagai ajang proxy war atau persaingan pengaruh. Indonesia
harus mampu menjaga netralitas aktif, memastikan politik luar negeri bebas aktif tetap
relevan, dan menolak intervensi asing yang merugikan kepentingan nasional. SDM unggul
harus memahami bahwa geopolitik bukan hanya soal diplomasi, tetapi juga soal bagaimana
mengamankan sumber daya alam, melindungi industri strategis, dan menjaga kedaulatan
digital.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, bidang studi geopolitik dan Wawasan
Nusantara memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi objek geopolitik global, tetapi
juga subjek yang aktif membentuk arah dunia. Lemhannas RI menegaskan bahwa calon
pemimpin strategis harus memahami bahwa geopolitik bukan hanya ilmu, tetapi seni
memperjuangkan kepentingan nasional dengan cerdas, berani, dan bermartabat. Dengan
Wawasan Nusantara, bangsa ini memiliki lensa strategis yang membedakannya dari bangsa
lain, lensa yang menempatkan kesatuan ruang, rakyat, dan tujuan nasional sebagai dasar
perjuangan.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi geopolitik dan Wawasan Nusantara yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of
Jobs Report 2025 dan penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.12
Bidang Studi Geopolitik dan Wawasan Nusantara
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Kesadaran
Geopolitik
Indeks literasi geopolitik
nasional
Pendidikan geopolitik di semua jenjang
kepemimpinan nasional
2. Wawasan
Nusantara
Tingkat integrasi
pembangunan
antarwilayah
Implementasi pembangunan berbasis
kesatuan ruang dan kearifan lokal
3. Kedaulatan
Maritim
Indeks keamanan laut
dan wilayah perbatasan
Penguatan poros maritim dunia dan
diplomasi maritim internasional
4. Diplomasi Global Jumlah partisipasi
dalam forum
internasional
Penguatan peran Indonesia dalam ASEAN,
G20, PBB, BRICS+, dan kerja sama global
5. Global Citizenship Tingkat keterampilan
diplomasi lintas budaya
Pendidikan soft skills global: komunikasi
lintas budaya dan diplomasi digital
6. Ketahanan
Geopolitik
Indeks kedaulatan dan
ketahanan nasional
Politik luar negeri bebas aktif, penguatan
kemandirian SDA dan teknologi

Dengan demikian, bidang studi geopolitik dan Wawasan Nusantara di Lemhannas RI bukan
hanya pendidikan akademis, tetapi juga kawah candradimuka untuk melahirkan pemimpin
strategis yang memahami arti ruang, posisi, dan kepentingan bangsa di tengah percaturan

31

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
global. SDM unggul yang ditempa dalam bidang ini adalah generasi yang mampu
menempatkan Indonesia bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai aktor strategis yang
memperjuangkan kepentingan nasional sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi
perdamaian dunia. Dengan kesadaran geopolitik yang tajam dan Wawasan Nusantara yang
kokoh, Indonesia akan melangkah mantap menuju kejayaan 2045 sebagai bangsa yang
berdaulat, mandiri, dan bermartabat.

3.13. Bidang Studi Geostrategi dan Ketahanan Nasional
Geostrategi adalah seni memanfaatkan posisi geografis, kekuatan nasional, dan potensi
sumber daya untuk memastikan kepentingan bangsa terlindungi sekaligus diperjuangkan
dalam percaturan global. Bagi Indonesia, negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau,
garis pantai terpanjang kedua di dunia, serta letak strategis di persimpangan Samudra Hindia
dan Pasifik, geostrategi bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Sejak masa awal
kemerdekaan, para pendiri bangsa menyadari bahwa posisi strategis Indonesia dapat menjadi
berkah sekaligus sumber ancaman. Oleh karena itu, Lemhannas RI menempatkan bidang studi
geostrategi dan ketahanan nasional sebagai pilar penting dalam menyiapkan SDM unggul yang
mampu merumuskan grand strategy nasional untuk memastikan keberlangsungan negara dan
kejayaan bangsa.
WEF Future of Jobs Report 2025 menekankan tiga keterampilan penting yang sangat relevan
dengan geostrategi, yaitu resiliensi, agility, dan foresight. Resiliensi adalah kemampuan untuk
bertahan menghadapi guncangan global, baik berupa krisis ekonomi, perubahan iklim,
maupun ancaman keamanan. Agility adalah kemampuan untuk bergerak lincah, cepat
beradaptasi dengan perubahan, dan memanfaatkan peluang yang muncul secara tiba-tiba.
Foresight adalah kemampuan membaca masa depan, mengantisipasi tren, dan menyiapkan
kebijakan jangka panjang sebelum krisis datang. Lemhannas RI menanamkan ketiga
keterampilan ini kepada calon pemimpin strategis, agar mereka tidak hanya reaktif dalam
menghadapi ancaman, tetapi proaktif dalam membentuk arah masa depan bangsa.
Geostrategi menuntut integrasi politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan ke dalam satu
strategi ketahanan nasional yang utuh. Politik harus memberikan stabilitas, legitimasi, dan
arah kebijakan yang jelas; ekonomi harus memberikan daya tahan fiskal, kemandirian energi,
dan daya saing global; sosial budaya harus memperkuat kohesi bangsa di tengah
keberagaman; sementara pertahanan harus menjaga kedaulatan dan mencegah intervensi
asing. Tanpa integrasi, ketahanan nasional akan rapuh. Lemhannas RI memastikan bahwa SDM
unggul memahami keterkaitan antarunsur tersebut, sehingga mampu merancang strategi
komprehensif yang menjadikan bangsa ini tangguh di segala medan.
Sejarah memberikan pelajaran nyata tentang pentingnya geostrategi. Pada masa konfrontasi,
Indonesia menyadari bahwa posisinya di Asia Tenggara tidak hanya menentukan nasibnya
sendiri, tetapi juga memengaruhi keseimbangan kawasan. Perjuangan mempertahankan Irian
Barat menunjukkan bahwa diplomasi, militer, dan solidaritas global dapat digerakkan bersama
sebagai strategi besar untuk mengamankan kepentingan nasional. Demikian pula dalam
konteks modern, keikutsertaan Indonesia dalam G20 dan kepemimpinannya di ASEAN adalah
bentuk geostrategi kontemporer yang memanfaatkan posisi geografis, kekuatan ekonomi, dan
pengaruh politik untuk memperkuat ketahanan nasional.

32

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Dalam era disrupsi, geostrategi harus mampu membaca dinamika baru seperti rivalitas di
kawasan Indo-Pasifik, transisi energi global, revolusi teknologi digital, hingga ancaman non-
tradisional seperti pandemi dan perubahan iklim. SDM unggul yang ditempa di Lemhannas RI
harus memiliki kemampuan foresight untuk memprediksi dampak jangka panjang dari tren
global tersebut. Misalnya, bagaimana krisis iklim akan memengaruhi ketahanan pangan, atau
bagaimana perang siber akan menentukan kedaulatan digital bangsa. Dengan foresight,
bangsa ini tidak hanya bertahan, tetapi juga unggul dalam memanfaatkan momentum
perubahan global.
Ketahanan nasional adalah tujuan akhir dari setiap geostrategi. Konsep ketahanan nasional
Indonesia yang komprehensif dan integral mencakup delapan gatra, yaitu ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, geografi, demografi, dan sumber daya alam.
Lemhannas RI mengajarkan bahwa ketahanan nasional bukan hanya kemampuan bertahan,
melainkan juga kemampuan berkembang dan bersaing. SDM unggul harus mampu
menjadikan ketahanan nasional sebagai dasar dari setiap kebijakan, sehingga pembangunan
ekonomi, sosial, maupun teknologi selalu sejalan dengan upaya memperkuat kedaulatan dan
kemandirian bangsa.
Heroisme dalam geostrategi tidak hanya diwujudkan di medan perang, melainkan juga di
ruang rapat kebijakan, meja diplomasi, pusat riset, dan panggung internasional. Pemimpin
strategis adalah mereka yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang, mengubah
posisi geografis menjadi keunggulan kompetitif, serta menjadikan keterbatasan sebagai
pemicu inovasi. Lemhannas RI membentuk calon pemimpin agar memiliki keberanian moral,
kecerdasan analitis, dan daya juang yang tak kenal lelah, sehingga mereka mampu menjadi
arsitek strategi besar bangsa.
Geostrategi juga menuntut kolaborasi lintas sektor dan lintas generasi. SDM unggul tidak bisa
bekerja sendiri, melainkan harus membangun sinergi antara pemerintah, militer, akademisi,
industri, dan masyarakat. Lemhannas RI menegaskan pentingnya whole of nation approach,
yaitu pendekatan yang melibatkan seluruh komponen bangsa dalam merumuskan dan
melaksanakan strategi nasional. Dengan pendekatan ini, ketahanan nasional tidak hanya
menjadi tanggung jawab negara, tetapi juga menjadi kesadaran kolektif rakyat.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, geostrategi menjadi instrumen utama untuk
memastikan bahwa bangsa ini tidak hanya selamat dari badai global, tetapi juga mampu
mengibarkan panji kejayaan. Dengan geostrategi, Indonesia dapat menjadikan posisi
geografisnya sebagai poros maritim dunia, sumber daya alamnya sebagai modal kemandirian,
dan keberagamannya sebagai kekuatan persatuan. Ketahanan nasional yang kokoh akan
menjadi fondasi bagi tercapainya kedaulatan, keadilan, dan kemakmuran rakyat.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi geostrategi dan ketahanan nasional yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of
Jobs Report 2025 dan penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.13
Bidang Studi Geostrategi dan Ketahanan Nasional
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Resiliensi
Nasional
Indeks ketahanan nasional
komprehensif
Penguatan daya tahan politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan, dan ekologi

33

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
2. Agility Strategis Kecepatan respons
terhadap krisis global
Penerapan whole of nation approach dan
strategi adaptif
3. Foresight
Kebijakan
Jumlah skenario strategis
jangka panjang
Penerapan scenario planning dan
perencanaan berorientasi masa depan
4. Integrasi Gatra
Nasional
Tingkat sinkronisasi
delapan gatra nasional
Orkestrasi kebijakan lintas sektor untuk
memperkuat ketahanan nasional
5. Poros Maritim
Dunia
Indeks kedaulatan maritim
dan daya saing
Penguatan diplomasi maritim, pertahanan
laut, dan pengelolaan SDA pesisir
6. Diplomasi
Geostrategis
Partisipasi dalam forum
global dan regional
Politik luar negeri bebas aktif yang
mendukung kepentingan nasional

Dengan demikian, bidang studi geostrategi dan ketahanan nasional di Lemhannas RI bukan
hanya ruang akademis, tetapi kawah candradimuka yang melahirkan pemimpin strategis yang
mampu mengelola kekuatan nasional dengan cerdas, visioner, dan heroik. SDM unggul yang
ditempa di bidang ini akan memahami bahwa geostrategi bukan sekadar ilmu, tetapi seni
mengarahkan bangsa untuk bertahan, berkembang, dan unggul dalam persaingan global.
Mereka adalah generasi yang akan memastikan bahwa pada tahun 2045, Indonesia berdiri
tegak sebagai bangsa besar yang berdaulat, tangguh, dan disegani dunia, dengan ketahanan
nasional yang kokoh sebagai fondasi kejayaan.

3.14. Bidang Studi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah inti dari transformasi SDM, roh yang menjiwai arah perjalanan bangsa,
dan energi yang menentukan apakah sebuah visi besar dapat diwujudkan menjadi kenyataan.
Sejarah membuktikan bahwa kejayaan suatu bangsa selalu ditentukan oleh kualitas
kepemimpinannya. Indonesia, dengan segala potensi dan tantangan yang dimilikinya, hanya
dapat mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045 apabila melahirkan pemimpin yang visioner,
berintegritas, inklusif, dan memiliki keberanian moral untuk menempatkan kepentingan
rakyat di atas segalanya. Lemhannas RI menegaskan bahwa kepemimpinan tidak sekadar
keterampilan teknis dalam mengelola kekuasaan, melainkan seni, moral, dan strategi dalam
menggerakkan bangsa menuju kejayaan.
Laporan WEF Future of Jobs Report 2025 menegaskan bahwa leadership dan social influence
adalah keterampilan utama abad ke-21, bersama analytical thinking, resilience, dan
kemampuan problem solving. Kepemimpinan yang dibutuhkan pada masa depan bukan lagi
kepemimpinan otoriter atau transaksional, tetapi kepemimpinan transformasional yang
mampu menginspirasi, membangkitkan semangat kolektif, dan mendorong perubahan.
Seorang pemimpin tidak hanya memimpin dengan instruksi, tetapi juga dengan keteladanan;
tidak hanya mempengaruhi dengan kekuasaan, tetapi juga dengan integritas; tidak hanya
mengelola situasi, tetapi juga menciptakan arah baru bagi bangsanya. Lemhannas RI
menanamkan paradigma kepemimpinan yang berakar pada Pancasila, sehingga setiap
pemimpin strategis yang lahir dari kawah candradimuka ini memiliki jati diri kebangsaan yang
kokoh.

34

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Kepemimpinan dalam konteks Indonesia harus dipahami sebagai kepemimpinan yang
merangkul keberagaman. Dengan lebih dari 1.300 suku bangsa, ratusan bahasa daerah, dan
enam agama resmi, Indonesia adalah mozaik kebudayaan yang indah sekaligus kompleks.
Lemhannas RI membekali calon pemimpin agar mampu menjadi perekat sosial, menjadikan
Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya semboyan, tetapi prinsip yang hidup dalam kepemimpinan
sehari-hari. Pemimpin yang unggul adalah mereka yang mampu membangun harmoni di
tengah perbedaan, menjadikan keberagaman sebagai kekuatan, bukan sumber konflik.
Sejarah bangsa Indonesia telah menghadirkan figur-figur kepemimpinan yang heroik. Dari
Soekarno yang visioner dan menggelorakan semangat kemerdekaan, hingga Soeharto yang
membangun stabilitas dan ketahanan ekonomi, serta generasi pemimpin reformasi yang
membuka jalan bagi demokrasi. Setiap fase sejarah membuktikan bahwa pemimpin dengan
visi besar dan keberanian moral mampu mengubah arah bangsa. Namun, sejarah juga
memberi pelajaran bahwa kepemimpinan yang kehilangan integritas akan melahirkan krisis
legitimasi. Karena itu, Lemhannas RI menegaskan bahwa kepemimpinan unggul hanya dapat
lahir dari integritas moral yang kokoh, keteladanan yang nyata, dan komitmen yang tulus pada
kepentingan bangsa.
Dalam era disrupsi digital, kepemimpinan dituntut untuk adaptif dan inovatif. Pemimpin tidak
bisa lagi bersembunyi di balik birokrasi yang kaku, tetapi harus hadir di ruang publik,
merespons aspirasi rakyat secara cepat, dan memanfaatkan teknologi sebagai instrumen
kepemimpinan. WEF 2025 menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi, empati, dan
kolaborasi lintas budaya menjadi bagian dari kompetensi inti pemimpin abad 21. Lemhannas
RI melatih calon pemimpin agar mampu menggunakan teknologi digital untuk memperkuat
transparansi, meningkatkan partisipasi, dan membangun kepercayaan publik. Pemimpin
unggul adalah mereka yang mampu memimpin baik di ruang fisik maupun ruang digital.
Kepemimpinan juga harus berani menghadapi tantangan moral. Dalam dunia yang semakin
pragmatis, ketika politik sering kali terjebak dalam transaksionalisme dan kepentingan jangka
pendek, pemimpin sejati adalah mereka yang berani menjaga prinsip, meski harus
menanggung risiko politik. Lemhannas RI menekankan pentingnya keberanian moral sebagai
inti dari kepemimpinan strategis. SDM unggul harus siap menjadi negarawan yang berani
mengatakan kebenaran, menolak intervensi asing, dan menempatkan kepentingan bangsa di
atas kepentingan pribadi maupun kelompok.
Heroisme kepemimpinan bukanlah retorika, melainkan tindakan nyata. Pemimpin heroik
adalah mereka yang mampu mengorbankan kenyamanan demi rakyat, berani mengambil
keputusan sulit demi masa depan bangsa, dan terus menginspirasi rakyat dengan
keteladanan. Dalam kerangka Lemhannas RI, kepemimpinan dipandang sebagai jalan
pengabdian, bukan pencitraan. Oleh karena itu, calon pemimpin ditempa untuk menjadikan
kepemimpinan sebagai amanah, bukan sekadar jabatan.
Dalam konteks ketahanan nasional, kepemimpinan memiliki peran sentral. Pemimpin yang
tangguh akan mampu mengintegrasikan kekuatan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
pertahanan untuk membangun ketahanan nasional yang kokoh. Lemhannas RI memastikan
bahwa setiap calon pemimpin memahami keterkaitan antara kepemimpinan dan ketahanan
nasional. Tanpa pemimpin yang visioner dan tangguh, seluruh strategi dan kebijakan akan
kehilangan arah. Dengan kepemimpinan yang unggul, bangsa akan mampu menghadapi krisis,
melewati tantangan, dan menggapai peluang emas di masa depan.

35

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Kepemimpinan yang ditempa di Lemhannas RI juga diarahkan untuk melahirkan generasi
pemimpin global. Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia memiliki
tanggung jawab moral untuk menghadirkan kepemimpinan yang mampu berkontribusi pada
perdamaian dunia. WEF 2025 menegaskan pentingnya global citizenship dan social influence.
Oleh karena itu, Lemhannas RI membekali calon pemimpin dengan wawasan global,
keterampilan diplomasi, serta kemampuan membangun pengaruh internasional yang berakar
pada nilai Pancasila. Dengan demikian, pemimpin Indonesia tidak hanya memimpin di dalam
negeri, tetapi juga mampu menjadi aktor strategis di panggung dunia.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, kepemimpinan menjadi inti dari seluruh
transformasi. Visi besar Indonesia hanya dapat diwujudkan jika lahir pemimpin strategis yang
mampu menggerakkan bangsa, menginspirasi generasi muda, dan menjaga konsistensi arah
pembangunan. Lemhannas RI menegaskan bahwa setiap pemimpin yang lahir dari kawah
candradimuka ini harus siap menjadi negarawan sejati, yang tidak hanya memikirkan
kepentingan lima tahun, tetapi juga memproyeksikan kepemimpinan untuk seratus tahun ke
depan.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi kepemimpinan yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of Jobs Report 2025 dan
penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.14
Bidang Studi Kepemimpinan
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Kepemimpinan
Visioner
Jumlah kebijakan berbasis visi
jangka panjang
Pembangunan kepemimpinan strategis
untuk Indonesia Emas 2045
2. Integritas Moral Indeks kepercayaan publik
pada pemimpin
Penguatan etika politik, keteladanan,
dan anti-korupsi
3. Kepemimpinan
Inklusif
Tingkat representasi
keberagaman dalam
kepemimpinan
Penguatan kohesi sosial, representasi
perempuan, pemuda, dan kelompok
rentan
4. Adaptif-Digital Tingkat literasi digital
pemimpin
Pemanfaatan teknologi digital dalam
kepemimpinan dan komunikasi publik
5. Social Influence Tingkat pengaruh sosial
pemimpin
Penguatan kepemimpinan
transformasional berbasis inspirasi dan
kolaborasi
6. Global Citizenship Jumlah keterlibatan dalam
forum global
Pendidikan kepemimpinan global untuk
memperkuat posisi Indonesia di dunia

Dengan demikian, bidang studi kepemimpinan di Lemhannas RI bukan hanya pendidikan
akademis, tetapi kawah candradimuka yang melahirkan pemimpin strategis dengan
keteladanan, visi besar, dan keberanian moral. SDM unggul yang ditempa dalam bidang ini
akan menjadi generasi negarawan yang mampu menavigasi tantangan global, menjaga
kedaulatan bangsa, dan mengantarkan Indonesia menuju puncak kejayaan sebagai Indonesia
Emas 2045. Mereka adalah generasi yang akan memimpin dengan hati, pikiran, dan jiwa

36

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
kebangsaan, menjadikan kepemimpinan bukan sekadar alat kekuasaan, tetapi pengabdian
luhur kepada bangsa dan negara.

3.15. Bidang Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia
Hukum dan hak asasi manusia adalah dua pilar yang menopang keberlangsungan negara
modern. Hukum menjadi sarana untuk menciptakan ketertiban, keadilan, dan kepastian,
sementara hak asasi manusia adalah fondasi yang menjamin martabat setiap individu agar
terlindungi dari kesewenang-wenangan. Indonesia sejak awal berdirinya menegaskan diri
sebagai negara hukum sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, yang berarti
segala tindakan pemerintahan, kebijakan publik, dan penyelenggaraan negara harus tunduk
pada hukum. Lemhannas RI menempatkan bidang studi hukum dan HAM sebagai kawah
candradimuka penting dalam menyiapkan pemimpin strategis yang mampu menegakkan
keadilan sosial, melindungi hak dasar warga negara, serta menjaga keseimbangan antara
kedaulatan nasional dan kewajiban internasional.
Laporan WEF Future of Jobs Report 2025 menekankan bahwa etika, integritas, dan tata kelola
transparan merupakan keterampilan inti dalam kepemimpinan masa depan. Dalam konteks
hukum dan HAM, hal ini bermakna bahwa seorang pemimpin tidak cukup hanya memahami
norma dan peraturan, tetapi juga harus memiliki moralitas dan integritas yang kokoh dalam
penerapannya. Hukum yang adil hanya akan lahir jika ditegakkan oleh mereka yang berpegang
pada prinsip kejujuran, anti-korupsi, serta kepekaan terhadap aspirasi rakyat. Lemhannas RI
memastikan bahwa calon pemimpin ditempa untuk menjadikan hukum bukan sebagai alat
kekuasaan, melainkan instrumen keadilan yang mengabdi pada rakyat.
Sejarah Indonesia mencatat bahwa ketika hukum diperalat demi kepentingan penguasa, krisis
legitimasi selalu muncul. Masa otoritarianisme menunjukkan bagaimana hukum yang tidak
berpihak pada rakyat dapat melahirkan ketidakadilan struktural dan penindasan. Sebaliknya,
masa reformasi memperlihatkan bagaimana supremasi hukum yang didukung oleh kebebasan
pers dan penghormatan HAM dapat membuka jalan bagi demokratisasi dan keterbukaan.
Namun, tantangan belum usai. Korupsi, penyalahgunaan kewenangan, pelanggaran HAM, dan
lemahnya penegakan hukum masih menjadi pekerjaan rumah besar bangsa ini. SDM unggul
yang ditempa di Lemhannas harus mampu menghadirkan kepemimpinan hukum yang kuat,
konsisten, dan berpihak pada keadilan sosial.
Hak asasi manusia memiliki kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Dalam konteks
global, HAM sering menjadi parameter yang menentukan reputasi dan legitimasi sebuah
negara. Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dituntut untuk
menunjukkan komitmen pada perlindungan HAM, baik melalui sistem peradilan nasional
maupun partisipasi dalam instrumen internasional. Lemhannas RI membekali calon pemimpin
dengan kepekaan terhadap isu-isu HAM, baik yang bersifat domestik seperti kebebasan
beragama, hak minoritas, dan kesetaraan gender, maupun yang bersifat global seperti
perdagangan manusia, pengungsi, dan perlindungan lingkungan. Dengan kepemimpinan yang
peka terhadap HAM, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai bangsa yang
bermartabat di hadapan dunia.
Penting untuk dipahami bahwa hukum dan HAM tidak boleh dipertentangkan, melainkan
harus saling melengkapi. Hukum memberikan kerangka normatif, sementara HAM
memberikan jiwa yang menghidupkan norma tersebut. Lemhannas RI menegaskan bahwa

37

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
pemimpin strategis harus memiliki sensitivitas untuk menyeimbangkan keduanya. Penegakan
hukum yang tegas tanpa memperhatikan HAM akan melahirkan represi, sementara
perlindungan HAM tanpa kepastian hukum akan melahirkan anarki. Keseimbangan inilah yang
menjadi seni kepemimpinan dalam bidang hukum dan HAM.
Dalam era digital, tantangan hukum dan HAM semakin kompleks. Disinformasi, kejahatan
siber, pelanggaran privasi, dan dominasi platform global menimbulkan persoalan baru yang
menuntut regulasi cerdas sekaligus penghormatan terhadap kebebasan berekspresi. WEF
2025 menyoroti literasi digital, tata kelola data, serta integritas dalam penggunaan teknologi
sebagai isu krusial. SDM unggul harus mampu menghadirkan regulasi yang melindungi
masyarakat dari ancaman digital tanpa membatasi hak dasar mereka. Lemhannas RI melatih
calon pemimpin untuk melihat teknologi sebagai peluang sekaligus tantangan, sehingga
hukum dapat selalu relevan dengan perkembangan zaman.
Heroisme dalam bidang hukum dan HAM terletak pada keberanian moral untuk menegakkan
kebenaran meskipun menghadapi tekanan politik atau risiko pribadi. Pemimpin strategis
harus berani berkata tidak pada ketidakadilan, menolak intervensi asing yang ingin
memanipulasi isu HAM, serta menjaga agar supremasi hukum tetap berdiri tegak di atas
kepentingan bangsa. Seperti halnya para pejuang kemerdekaan yang mengorbankan jiwa raga
demi kemerdekaan, generasi sekarang dituntut untuk berjuang dengan pena, kebijakan, dan
integritas demi tegaknya hukum dan perlindungan HAM.
Dalam kerangka ketahanan nasional, hukum dan HAM memiliki fungsi vital. Supremasi hukum
menciptakan stabilitas, kepastian, dan keadilan yang menjadi prasyarat pembangunan
ekonomi. Perlindungan HAM memperkuat kohesi sosial, solidaritas nasional, dan legitimasi
internasional. Lemhannas RI menegaskan bahwa pemimpin yang ditempa dalam bidang ini
harus memahami bahwa hukum dan HAM bukan hanya aspek legal, melainkan instrumen
strategis untuk menjaga keutuhan bangsa, meningkatkan kepercayaan rakyat, dan
memperkuat posisi Indonesia di panggung dunia.
Menuju Indonesia Emas 2045, hukum dan HAM harus menjadi fondasi pembangunan. Tanpa
hukum yang adil, pembangunan akan rapuh. Tanpa perlindungan HAM, kemajuan tidak akan
bermakna. Lemhannas RI menegaskan bahwa SDM unggul harus menjadikan hukum dan HAM
sebagai dasar setiap kebijakan, sehingga pembangunan ekonomi, sosial, dan politik selalu
berpijak pada keadilan, kepastian, dan penghormatan terhadap martabat manusia. Dengan
hukum yang kokoh, bangsa ini dapat membangun kepercayaan publik, memperkuat legitimasi
negara, dan melangkah dengan penuh wibawa di kancah internasional.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi hukum dan hak asasi manusia yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of Jobs
Report 2025 dan penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.15
Bidang Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Supremasi Hukum Indeks penegakan
hukum
Penguatan lembaga peradilan independen,
antikorupsi, dan reformasi hukum
2. Etika dan Integritas Indeks persepsi korupsi
dan integritas
Pembangunan tata kelola transparan,
akuntabel, dan berbasis etika

38

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
3. Perlindungan HAM Jumlah kasus HAM yang
ditangani adil
Penguatan mekanisme perlindungan HAM
nasional dan kerja sama internasional
4. Keseimbangan
Hukum-HAM
Tingkat kepuasan publik
atas keadilan
Harmonisasi regulasi antara kepastian
hukum dan penghormatan HAM
5. Hukum Digital Jumlah regulasi siber
dan privasi data
Tata kelola teknologi digital, perlindungan
data pribadi, dan literasi digital
6. Legitimasi Negara Indeks kepercayaan
publik pada negara
Penegakan hukum yang adil sebagai
fondasi legitimasi nasional dan global

Dengan demikian, bidang studi hukum dan HAM di Lemhannas RI bukan hanya mengajarkan
norma, tetapi membentuk pemimpin strategis yang berani, berintegritas, dan peka terhadap
keadilan. SDM unggul yang lahir dari bidang ini akan menjadi penjaga supremasi hukum,
pelindung hak dasar warga, dan pilar legitimasi bangsa. Mereka akan memastikan bahwa pada
tahun 2045 Indonesia berdiri sebagai negara hukum yang adil, berdaulat, dan bermartabat, di
mana hukum bukanlah alat kekuasaan, tetapi instrumen keadilan yang menegakkan
kehormatan bangsa di hadapan rakyatnya dan dunia.

3.16. Bidang Studi Hubungan Internasional dan Diplomasi
Diplomasi adalah seni memperjuangkan kepentingan nasional di panggung global, sebuah
instrumen halus namun strategis yang menentukan bagaimana sebuah bangsa dihormati,
diakui, dan didengar dalam tata dunia yang kompleks. Indonesia sejak awal berdiri telah
memosisikan dirinya sebagai bangsa yang menjunjung tinggi prinsip kemerdekaan,
perdamaian, dan keadilan global. Hal ini tercermin dari Pembukaan UUD 1945 yang
menegaskan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Lemhannas RI menempatkan
bidang studi hubungan internasional dan diplomasi sebagai kawah candradimuka untuk
melahirkan pemimpin yang mampu menjembatani kepentingan nasional dengan dinamika
global, memastikan bahwa suara Indonesia selalu hadir dalam percaturan internasional, baik
di tingkat regional maupun global.
Laporan WEF Future of Jobs Report 2025 menekankan bahwa global citizenship dan
leadership adalah dua kompetensi penting bagi masa depan. Global citizenship berarti
memiliki kesadaran bahwa bangsa-bangsa saling terhubung dalam satu sistem dunia yang
menuntut solidaritas, tanggung jawab, dan kolaborasi. Leadership dalam konteks
internasional berarti kemampuan memimpin tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di
panggung global, memengaruhi opini dunia, dan menghadirkan solusi dalam krisis
internasional. Lemhannas RI menegaskan bahwa SDM unggul Indonesia harus dipersiapkan
tidak hanya untuk menjadi pemimpin nasional, tetapi juga pemimpin global yang mampu
mengartikulasikan kepentingan bangsanya sekaligus berkontribusi pada perdamaian dan
keadilan dunia.
Sejarah membuktikan bahwa diplomasi Indonesia memiliki rekam jejak yang heroik.
Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung menempatkan Indonesia sebagai motor penggerak
solidaritas Selatan-Selatan, melawan kolonialisme, dan memperjuangkan tatanan dunia yang
lebih adil. Gerakan Non-Blok yang muncul setelahnya adalah bukti bagaimana diplomasi

39

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Indonesia mampu memberikan alternatif jalan bagi negara-negara yang tidak ingin terjebak
dalam rivalitas blok besar. Dalam era modern, peran Indonesia di G20, ASEAN, dan PBB
memperlihatkan kesinambungan diplomasi yang konsisten memperjuangkan kepentingan
nasional sambil tetap mengedepankan kepentingan global. SDM unggul yang ditempa di
Lemhannas harus memahami warisan diplomasi ini, dan sekaligus menyiapkan strategi baru
untuk menjawab tantangan abad ke-21.
Diplomasi di era kontemporer tidak lagi hanya berkutat pada isu politik dan keamanan, tetapi
juga mencakup ekonomi, budaya, teknologi, hingga isu-isu lintas batas seperti perubahan
iklim, migrasi, keamanan pangan, dan krisis energi. WEF 2025 menegaskan bahwa
keterampilan negosiasi, komunikasi strategis, literasi digital, dan kemampuan membangun
jaringan internasional akan menjadi kompetensi penting. Lemhannas RI melatih calon
pemimpin agar memiliki keluwesan dalam berbagai bentuk diplomasi: bilateral, multilateral,
ekonomi, budaya, dan bahkan digital diplomacy. Dengan keterampilan ini, Indonesia dapat
memperkuat posisinya sebagai pemimpin regional di Asia Tenggara sekaligus aktor global yang
disegani.
Diplomasi bukan sekadar retorika, melainkan instrumen untuk memperjuangkan kepentingan
rakyat. Perjanjian dagang yang adil akan membuka akses pasar bagi produk dalam negeri.
Kesepakatan internasional tentang perubahan iklim akan melindungi lingkungan dan
keberlanjutan pembangunan. Peran aktif dalam resolusi konflik global akan memperkuat
reputasi Indonesia sebagai negara cinta damai. Lemhannas RI menekankan bahwa SDM
unggul harus mampu memahami diplomasi sebagai instrumen pembangunan nasional, bukan
hanya instrumen politik luar negeri. Setiap langkah diplomasi harus selalu diarahkan untuk
memperkuat ketahanan nasional, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan menjaga
kedaulatan bangsa.
Kekuatan diplomasi Indonesia terletak pada identitasnya sebagai negara demokrasi terbesar
ketiga di dunia dengan populasi Muslim terbesar yang moderat. Identitas ini memberi
Indonesia posisi strategis untuk menjadi jembatan antarperadaban, penghubung antara Timur
dan Barat, Utara dan Selatan. Dalam dunia yang kerap terbelah oleh konflik agama, ras, dan
ideologi, Indonesia memiliki legitimasi moral untuk menghadirkan diplomasi perdamaian.
Lemhannas RI menanamkan kesadaran ini kepada calon pemimpin, agar mereka menyadari
bahwa diplomasi Indonesia tidak hanya berbasis kepentingan nasional, tetapi juga
mengemban misi luhur kemanusiaan.
Heroisme diplomasi terletak pada kemampuan untuk menghadirkan solusi di tengah krisis.
Dalam konflik Palestina, Indonesia selalu konsisten menyuarakan keadilan dan kemerdekaan,
meski menghadapi tekanan dari kekuatan besar. Dalam krisis Myanmar, Indonesia memainkan
peran penting dalam mendorong dialog dan penyelesaian damai melalui ASEAN. Inilah bentuk
diplomasi yang tidak sekadar mencari aman, tetapi berani mengambil posisi moral demi
keadilan. SDM unggul yang lahir dari kawah candradimuka Lemhannas harus mampu
melanjutkan tradisi ini, berani berdiri tegak di hadapan kekuatan global, dan tetap konsisten
membela nilai-nilai kemanusiaan.
Diplomasi juga harus beradaptasi dengan dunia digital. Media sosial kini menjadi arena
diplomasi baru, di mana opini publik global dibentuk dengan cepat. Diplomasi digital
menuntut keterampilan komunikasi yang luwes, kecepatan dalam merespons isu, serta
kemampuan membangun narasi yang positif tentang Indonesia. Lemhannas RI memastikan
bahwa calon pemimpin dibekali keterampilan ini agar Indonesia tidak hanya hadir dalam

40

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
forum formal, tetapi juga mampu bersuara di ruang digital global. Dengan diplomasi digital
yang tangguh, citra positif Indonesia dapat terjaga, dan pengaruh global bangsa dapat
diperkuat.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, diplomasi akan menentukan apakah Indonesia
hanya menjadi penonton atau aktor dalam percaturan global. Lemhannas RI memastikan
bahwa calon pemimpin strategis memiliki keterampilan negosiasi, komunikasi, analisis
geopolitik, serta kepekaan moral untuk memperjuangkan kepentingan nasional sekaligus
berkontribusi pada tata dunia yang adil. Dengan diplomasi yang tangguh, Indonesia dapat
memperkuat posisinya sebagai pemimpin regional, penjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik,
dan aktor global yang berkontribusi nyata pada perdamaian dan kemanusiaan.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi hubungan internasional dan diplomasi yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future
of Jobs Report 2025 dan penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.16
Bidang Studi Hubungan Internasional dan Diplomasi
No. Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Diplomasi
Multilateral
Jumlah partisipasi aktif
dalam forum global
Penguatan peran Indonesia di ASEAN,
G20, PBB, dan BRICS+
2. Negosiasi Strategis Jumlah perjanjian
internasional yang
menguntungkan
Peningkatan kapasitas negosiasi berbasis
kepentingan nasional
3. Global Citizenship Indeks keterlibatan dalam
isu global
Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan
global
4. Diplomasi Digital Jumlah inisiatif digital
diplomacy
Penguatan citra Indonesia melalui
diplomasi berbasis teknologi
5. Diplomasi
Ekonomi
Nilai ekspor hasil diplomasi
ekonomi
Peningkatan kerja sama perdagangan,
investasi, dan ekonomi kreatif
6. Diplomasi
Perdamaian
Jumlah mediasi konflik
yang diinisiasi
Politik luar negeri bebas aktif yang
mengedepankan keadilan dan
perdamaian dunia
Dengan demikian, bidang studi hubungan internasional dan diplomasi di Lemhannas RI bukan
hanya pendidikan formal, tetapi kawah candradimuka yang melahirkan pemimpin strategis
dengan keterampilan global, keberanian moral, dan visi kebangsaan. SDM unggul yang lahir
dari bidang ini akan menjadi duta bangsa yang membawa Indonesia ke panggung
internasional dengan percaya diri, mengibarkan panji Pancasila, dan memperjuangkan cita-
cita kemerdekaan untuk keadilan global. Diplomasi yang tangguh akan memperkuat posisi
Indonesia sebagai pemimpin regional, aktor global, sekaligus jembatan peradaban yang
membawa bangsa ini menuju kejayaan Indonesia Emas 2045.

3.17. Bidang Studi Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen Nasional adalah orkestrasi seluruh gatra bangsa dalam satu kesatuan arah,
visi, dan tujuan. Ia merupakan instrumen yang memastikan bahwa setiap komponen bangsa,

41

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
dari ideologi hingga pertahanan, dari ekonomi hingga sosial budaya, bergerak serentak,
terpadu, dan konsisten menuju tujuan besar nasional. Bagi Indonesia, sistem manajemen
nasional menjadi syarat mutlak agar bangsa yang besar, majemuk, dan tersebar dalam ribuan
pulau ini mampu melangkah dengan irama yang sama menuju cita-cita Indonesia Emas 2045.
Lemhannas RI menempatkan bidang studi ini sebagai pilar strategis yang melatih calon
pemimpin untuk mampu mengintegrasikan kebijakan lintas sektor, mengelola kompleksitas
dinamika global, dan menjaga konsistensi pembangunan jangka panjang.
Laporan WEF Future of Jobs Report 2025 menegaskan pentingnya keterampilan resource
management, operations, dan agility sebagai keterampilan utama yang dibutuhkan untuk
menghadapi tantangan masa depan. Ketiga keterampilan ini selaras dengan prinsip sistem
manajemen nasional. Resource management mengajarkan bagaimana mengelola sumber
daya bangsa secara efisien, adil, dan berkelanjutan. Operations menuntut kemampuan
memastikan pelaksanaan kebijakan berjalan efektif di lapangan. Sementara agility
mengajarkan fleksibilitas dalam menyesuaikan arah pembangunan menghadapi disrupsi
global seperti perubahan iklim, revolusi teknologi, maupun gejolak geopolitik. Lemhannas RI
membekali calon pemimpin agar keterampilan ini menjadi bagian dari pola pikir dan tindakan
strategis mereka.
Sistem manajemen nasional dapat dianalogikan sebagai sebuah orkestra. Jika setiap
instrumen bermain sendiri tanpa konduktor, yang lahir hanyalah kekacauan bunyi. Tetapi
dengan manajemen yang terintegrasi, setiap instrumen dapat berpadu menghasilkan
harmoni. Begitu pula dalam pembangunan bangsa. Tanpa sistem manajemen yang terpadu,
pembangunan akan berjalan sektoral, ego lembaga dan daerah akan mendominasi, serta
tujuan besar bangsa akan kabur. Lemhannas RI menekankan bahwa pemimpin strategis harus
berperan sebagai konduktor yang mampu mengorkestrasi seluruh potensi bangsa, sehingga
Indonesia dapat bergerak serentak menuju tujuan bersama.
Sejarah pembangunan Indonesia memberikan pelajaran tentang pentingnya sistem
manajemen nasional. Pada era Orde Baru, perencanaan pembangunan lima tahunan melalui
Repelita dan GBHN mampu menghadirkan stabilitas dan arah pembangunan yang konsisten.
Namun, pascareformasi, meskipun demokratisasi berkembang pesat, koordinasi lintas sektor
dan konsistensi arah pembangunan sering kali melemah. Inilah tantangan yang harus dijawab
oleh generasi pemimpin masa depan. Lemhannas RI memastikan bahwa calon pemimpin
ditempa untuk mampu memadukan demokrasi dengan efektivitas manajemen nasional,
sehingga pembangunan tetap partisipatif sekaligus konsisten.
Sistem manajemen nasional bukan hanya urusan teknokratis, melainkan juga urusan
ideologis. Tanpa landasan Pancasila, sistem manajemen hanya akan menjadi mekanisme
birokratis yang kering dari nilai. Lemhannas RI menekankan bahwa Pancasila harus menjadi
roh yang menjiwai setiap kebijakan, sehingga integrasi lintas sektor selalu berpihak pada
kepentingan rakyat, menjaga persatuan, dan mengedepankan keadilan sosial. Dengan
demikian, sistem manajemen nasional bukan sekadar alat manajerial, tetapi juga instrumen
kebangsaan.
WEF 2025 menegaskan bahwa keterampilan agility adalah kunci menghadapi dunia yang
semakin penuh ketidakpastian. Pandemi global, krisis energi, dan disrupsi digital telah
membuktikan bahwa rencana yang kaku sering gagal menghadapi realitas. Sistem manajemen
nasional harus memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan arah kebijakan dengan cepat tanpa
kehilangan kompas strategis. SDM unggul yang ditempa di Lemhannas RI dilatih untuk

42

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
memiliki agility, sehingga mereka mampu mengubah ancaman menjadi peluang,
menyesuaikan strategi tanpa kehilangan arah, dan menjaga konsistensi tujuan nasional meski
dunia berubah cepat.
Selain agility, kemampuan resource management adalah hal vital. Indonesia memiliki
kekayaan alam yang melimpah, bonus demografi yang potensial, dan posisi strategis di jalur
perdagangan dunia. Namun, tanpa manajemen sumber daya yang cerdas, semua keunggulan
ini bisa berubah menjadi bencana. Lemhannas RI membekali calon pemimpin agar mampu
mengelola sumber daya dengan prinsip keberlanjutan, keadilan, dan kedaulatan. Pengelolaan
sumber daya harus diarahkan bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi
juga untuk memastikan kesejahteraan rakyat dan kelestarian lingkungan.
Operations dalam sistem manajemen nasional berarti memastikan bahwa kebijakan yang
dirumuskan di tingkat pusat benar-benar terlaksana di tingkat daerah dan menyentuh
kehidupan rakyat. Lemhannas RI menegaskan pentingnya integrasi antara perencanaan dan
implementasi, antara pusat dan daerah, serta antara birokrasi dan masyarakat. SDM unggul
yang ditempa di Lemhannas harus memiliki kapasitas manajerial yang kuat untuk memastikan
kebijakan tidak berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar diwujudkan dalam pembangunan
nyata.
Heroisme dalam sistem manajemen nasional bukanlah heroisme individu, melainkan
heroisme kolektif. Pemimpin strategis adalah mereka yang mampu menundukkan ego
sektoral, meleburkan kepentingan pribadi dan kelompok dalam kepentingan nasional.
Heroisme mereka terletak pada kemampuan menggerakkan seluruh kekuatan bangsa secara
serentak, sehingga tercipta sinergi yang menghasilkan kekuatan luar biasa. Lemhannas RI
mendidik calon pemimpin agar memiliki jiwa negarawan yang mampu memimpin orkestrasi
besar ini dengan kebijaksanaan, keberanian, dan integritas.
Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, sistem manajemen nasional akan menjadi
instrumen utama untuk memastikan bahwa visi besar bangsa tidak hanya menjadi retorika,
tetapi terwujud dalam kenyataan. Visi Indonesia Emas hanya dapat dicapai jika seluruh
komponen bangsa bergerak serentak dengan arah yang sama. Lemhannas RI memastikan
bahwa setiap calon pemimpin yang ditempa dalam bidang studi ini memiliki pemahaman
mendalam tentang orkestrasi pembangunan nasional, sehingga mereka mampu menjaga
konsistensi, mengelola kompleksitas, dan memastikan keberlanjutan pembangunan lintas
generasi.
Untuk mempertegas kerangka konseptual ini, berikut tabel enam dimensi strategis bidang
studi sistem manajemen nasional yang diselaraskan dengan dokumen WEF Future of Jobs
Report 2025 dan penguatan Lemhannas RI.
Tabel 3.17
Bidang Studi Sistem Manajemen Nasional
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Integrasi Lintas
Sektor
Tingkat sinkronisasi
kebijakan nasional
Penguatan koordinasi pusat-daerah dan
antar lembaga
2. Resource
Management
Efisiensi pemanfaatan
sumber daya
Pengelolaan SDA, SDM, dan modal
dengan prinsip keberlanjutan dan
kedaulatan

43

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Strategis Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
3. Operations Tingkat efektivitas
implementasi kebijakan
Reformasi birokrasi, digitalisasi
pemerintahan, dan monitoring
pembangunan
4. Agility Kebijakan Kecepatan adaptasi
terhadap krisis global
Penerapan sistem adaptif dalam
perencanaan pembangunan
5. Tata Kelola
Transparan
Indeks persepsi korupsi dan
akuntabilitas
Penguatan sistem akuntabilitas,
keterbukaan data, dan partisipasi publik
6. Konsistensi
Pembangunan
Indeks keberlanjutan arah
pembangunan nasional
Implementasi RPJPN, RPJMN, dan
sinkronisasi kebijakan lintas
pemerintahan

Dengan demikian, bidang studi sistem manajemen nasional di Lemhannas RI bukan hanya
studi teknis manajerial, tetapi juga sebuah laboratorium strategis untuk melahirkan pemimpin
yang mampu mengorkestrasi seluruh kekuatan bangsa menuju tujuan kolektif. SDM unggul
yang lahir dari bidang ini adalah generasi yang mampu menjaga konsistensi arah
pembangunan, mengelola kompleksitas global, dan memastikan bahwa setiap langkah bangsa
selalu bergerak menuju Indonesia Emas 2045. Mereka adalah arsitek kebijakan nasional yang
menggabungkan visi, integritas, dan ketangguhan, memastikan bahwa Indonesia tidak hanya
bertahan, tetapi juga unggul dan berjaya di panggung dunia.

Daftar Pustaka
Acemoglu, D., & Robinson, J. A. (2012). Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and
Poverty. Crown Business.
Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006). Transformational Leadership (2nd ed.). Mahwah, NJ:
Lawrence Erlbaum Associates.
Burns, J. M. (2010). Leadership. Harper Perennial Modern Thought.
Castells, M. (2010). The Rise of the Network Society (2nd ed.). Wiley-Blackwell.
Dalio, R. (2021). Principles for Dealing with the Changing World Order: Why Nations Succeed
and Fail. Simon & Schuster.
Diamond, J. (2011). Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed. Penguin Books.
Goleman, D. (2011). Leadership: The Power of Emotional Intelligence. Harper Business.
Haass, R. N. (2020). The World: A Brief Introduction. Penguin Press.
Huntington, S. P. (1996). The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order. Simon &
Schuster.
Kissinger, H. (2014). World Order. Penguin Press.
Mearsheimer, J. J. (2001). The Tragedy of Great Power Politics. W. W. Norton & Company.
Nye, J. S. (2004). Soft Power: The Means to Success in World Politics. PublicAffairs.

44

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Peraturan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2022
tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Lemhannas RI Nomor 14 Tahun 2017
tentang Tenaga Profesional Lemhannas RI
Pinker, S. (2018). Enlightenment Now: The Case for Reason, Science, Humanism, and Progress.
Viking.
Rifkin, J. (2019). The Green New Deal: Why the Fossil Fuel Civilization Will Collapse by 2028.
St. Martin’s Press.
Sachs, J. D. (2015). The Age of Sustainable Development. Columbia University Press.
Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution. World Economic Forum.
Schwab, K. (2018). Shaping the Future of the Fourth Industrial Revolution. Crown Business.
Schwab, K., & Zahidi, S. (2020). The Future of Jobs Report. World Economic Forum.
Stiglitz, J. E. (2019). People, Power, and Profits: Progressive Capitalism for an Age of
Discontent. W. W. Norton & Company.
WEF (2025). Future of Jobs Report 2025, https://www.weforum.org/publications/the-future-
of-jobs-report-2025/digest/
Zakaria, F. (2020). Ten Lessons for a Post-Pandemic World. W. W. Norton & Company.

Jakarta, 15 Oktober 2025

Dadang Solihin

45

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Tentang Penulis

Sejak awal Januari 2022 Dadang Solihin memperkuat Lemhannas RI
sebagai Tenaga Ahli Profesional (Taprof). Wredatama ini menempuh
pendidikan S1 dan S2 pada Program Studi Ekonomi Pembangunan.
Gelar SE ia peroleh dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Parahyangan Bandung (1986), dan gelar MA ia peroleh dari University
of Colorado at Denver, USA (1996). Adapun gelar Doktor Ilmu
Pemerintahan ia peroleh dari FISIP Universitas Padjadjaran Bandung
(2011).
Kariernya sebagai PNS ia tekuni lebih dari 33 tahun. Dimulai dari
Bappenas sejak awal 1988, di mana ia pernah menjadi Direktur selama 7 tahun lebih. Atas
pengabdiannya ini, negara menganugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
melalui 3 Presiden RI, yaitu dari Presiden Gusdur (2020), Presiden SBY (2009) dan Presiden
Jokowi (2019).
Ia pernah menjadi Rektor PTS Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta Masa Bakti 2015-
2018, dan sempat mendirikan Batalyon Bushido Resimen Mahasiswa Jayakarta. Pangkat
Akademiknya adalah Associate Professor/Lektor Kepala TMT 1 Oktober 2004. Ia juga pernah
menjadi Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta Masa Bakti 2018-2022.
Jabatan terakhirnya sebagai PNS adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan
Pariwisata sampai memasuki usia pensiun sebagai PNS golongan IV.e TMT 1 Desember 2021.
Di dunia kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Senior citizen yang setiap hari menikmati perjalanan Bike to Work ini adalah Peserta Terbaik
Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXIX tahun 2010 yang diselenggarakan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Jakarta dan Peserta Terbaik Program Pendidikan
Reguler Angkatan (PPRA) XLIX tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI. Ia dinyatakan Lulus Dengan Pujian serta dianugerahi Penghargaan
Wibawa Seroja Nugraha.
Pada tahun 2019 Dadang Solihin mengikuti Pelatihan Jabatan Fungsional Perencana Tingkat
Utama yang diadakan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana
(Pusbindiklatren) Kementerian PPN/Bappenas RI bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM-FEB UI).
Ia dinyatakan lulus dengan memperoleh Nilai Terbaik dan Policy Papernya dijadikan standar
nasional dalam Penilaian Kinerja Jabatan Fungsional Perencana yang diatur dalam Peraturan
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2022.