EPIDEMOLOGI penyakit tidak menular HIV dan AIDS

Tressiafebrianti1 0 views 15 slides Oct 01, 2025
Slide 1
Slide 1 of 15
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15

About This Presentation

EPIDEMOLOGI penyakit tidak menular HIV dan AIDS


Slide Content

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR HIV D AN AIDS

OUTLINE . 1 2 2 3 7 Latar Belakang E pidemiologi HIV Masa inkubasi ETIOLOGI 1 3 4 6 5 Pencegahan HIV/AIDS Pembahasan Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA 8

Latar Belakang Selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus . Berdasarkan data WHO tahun 2019, terdapat 78% infeksi HIV baru di regional Asia Pasifik . Untuk kasus AIDS tertinggi selama sebelas tahun terkahir pada tahun 2013, yaitu 12.214 kasus

Jawa Timur jawa Tengah DKI Jakarta Papua Kepulauan Riau . Lima provinsi dengan jumlah kasus HIV terbanyak

E pidemiologi AIDS akan diuraikan mengenai faktor agent, faktor host dan faktor environment. Penyebab penyakit (Agent) HIV merupakan virus penyebab AIDS termasuk golongan retrovirus yang muda mengalami mutasi, sehingga sulit membuat obat yang dapat membunuh virus tersebut. Virus HIV sangat lemah dan muda mati di luar tubuh. HIV termasuk virus yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan berbagai desinfektan Tuan rumah (Host) kelompok umur yang aktif melakukan hubungan seksual. Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik homo maupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Faktor lingkungan (Environment) Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi kejadian HIV/AIDS pada laki-laki umur 25-44 tahun adalah: transfusi darah (pendonor maupun penerima), penggunaan narkoba, kebiasaan konsumsi alkohol, ketersediaan sarana di pelayanan kesehatan (kondom), faktor sosial budaya dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, akses ke tempat PSK, akses ke pelayanan kesehatan.

ETIOLOGI P enyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif.

Masa inkubasi Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala- gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Seseorang yang terserang virus AIDS menjadi pembawa virus tersebut selama hidupnya orang tersebut bisa saja tidak menampakan gejala sama sekali namun tetap sebagai sumber penularan pada orang lain

Pencegahan HIV/AIDS Menghindari Free Sexsebisa mungkin. Usahakan hanya melakukan hu b ungan seksual dengan 1 pasangan. Memberikan vaksinanasi jika ibu hamil positif HIV agar bayi kemungkinan kecil terkena HIV. Tidak Menggunakan Jarum Suntik Secara Bergantian

Pembahasan Faktor agent Agent adalah penyebab penyakit. Bakteri, virus, jamur merupakan berbagai agent ditemukan sebagai penyebab infeksi. AIDS disebabkan oleh virus Human Immunodefisiency Virus (HIV) yang berupa agent viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.

Pembahasan Tuan rumah (Host) Karakteristik host pasien HIV/AIDS 1. Kelompok umur Usia remaja, dan usia produktif sangat berisiko terhadap penularan HIV/AIDS. Infeksi HIV/AIDS sebagian besar (>80%) diderita oleh kelompok usia produktif (25-44 tahun). Banyak faktor yang menyebabkan tingginya kasus HIV/AIDS pada kelompok usia remaja, usia produktif. Remaja sangat rentan dengan HIV/AIDS, oleh karena usia remaja identik dengan semangat bergelora, terjadi peningkatan libido selain itu risiko ini disebabkan faktor lingkungan remaja . Yang dimana pendapat ini di perkuat penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2010) di Medan memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian HIV/AIDS dimana usia yang paling berisiko terhadap HIV/AIDS adalah umur 25-34 tahun (OR=23,100), Usia 15-24 tahun (OR=6,346), 35-44 Tahun (OR=4,641) (Simanjuntak, 2010)

2. Tingkat pendidikan Dalam masyarakat dimana taraf kecerdasan masih rendah, masyarakat belum berpartisipasi dalam pencegahan penyakit dan baru mencari pemecahan persoalan bila masalah sudah nyata . Tingkat pendidikan individu dan masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan kesehatan. Oleh sebab itu sosialisai (komunikasi, informasi dan edukasi, pencegahan HIV/AIDS harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat . Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati bahwa pendidikan berpengaruh terhadap kejadian HIV/AIDS dengan nilai OR:3,156 (95% CI, 1.504-6,625, p=0,002) artinya bahwa mereka yang berpendidikan rendah memiliki risiko 3,156 kali untuk menderita HIV.

3. Pola / kebiasaan Seks Transmisi HIV masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu: secara vertical dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak (selama mengandung, persalinan dan menyusui), secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual), secara horizontal yaitu kontak antar darah atau produk darah yang terinfeksi (asas sterilisasi kurang diperhatikan terutama pada pemakaian jarum suntik bersama-sama secara bergantian, tatto, tindik, transfuse darah). Hal ini sejalan dengan penelitian yang berjudul analisis faktor resiko kejadian human immunodeficiency virus pada lelaki seks lelaki ( bunga tiara carolin 2020) yang dimana faktor-faktor yang di teliti seperti penggunaan kondom dan perilaku sex berisiko terdapat hubungan yang signifikan tetapi dalam penelitian ini faktor jarum suntik tidak mempunyai pengaruh signifikan dlam penyebaran Hiv

Faktor lingkungan (Environment) HIV/AIDS dapat terjadi karena faktor perilaku dan sosial budaya. Faktor sosial budaya yang Salah satu budaya yang ada di Timor Leste adalah pesta dansa dan minum minuman beralkohol. Pesta dansa menjadi satu-satunya hiburan yang bersifat masif di Kota Dili, dengan dansa mereka dapat berinteraksi antara satu dengan lainnya. bahkan acara dansa ini seringkali dijadikan sebagai sarana kesempatan dalam kesempitan oleh kaum muda mudi, biasanya acara ini dibanjiri dengan minum minuman beralkohol . Konsumsi alkohol memiliki dampak pada niat individu untuk melakukan seks tanpa kondom, menurut hasil dari tinjauan sistematik dan meta-analisis yang diterbitkan dalam jurnal Addiction. “Semakin tinggi kandungan alkohol dalam darah, lebih jelas niat untuk terlibat dalam seks tidak aman,” komentar para peneliti .

Kesimpulan Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami mutasi sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus tersebut , Host pada HIV adalah manusia. Virus berkembang biak di tubuh manusia dengan cepat dan hidup di aliran darah, cairan semen, dan cairan vagina dan Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan penyebaran AIDS.

DAFTAR PUSTAKA H. (2018). Waspada Epidemi Hiv-Aids Di Indonesia. Medical and Health Science Journal , 1 (1), 1–8. https://doi.org/10.33086/mhsj.v1i1.610 Azwar, S. (2011). Determinan Penggunaan Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) Oleh Ibu Rumah Tangga Berisiko Tinggi HIV Positif Di Kabupaten Biak …. In Politeknik Kesehatan Jayapura. Jayapura . Carolin, B. T., Suprihatin, S., & Maharani P.K, A. (2020). Analisis Faktor Risiko Kejadian Human Immunodeficiency Virus (Hiv) Pada Lelaki Seks Lelaki (Lsl). Jurnal Kebidanan Malahayati , 6 (2), 141–147. https://doi.org/10.33024/jkm.v6i2.2379 Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i., S. kg. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular. In Pengaruh Kualitas Pelayanan… Jurnal EMBA (Vol. 109, Issue 1). Kementerian kesehatan RI. (2020). Infodatin HIV AIDS. Kesehatan , 1–8. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin AIDS.pdf Sebayang, M. (2017). Intimate Partner Violence against Women Living with HIV in Indonesia: Causes and Effective Intervention . bibalex.org. http://bibalex.org/baifa/Attachment/Documents/0WrhnfBJDC_20180412145328234.pdf Simanjuntak, E. (2010). Analisis faktor resiko penularan HIV/AIDS di kota Medan. Publikasi Penelitian Terapan Dan … . http://ejournal.sumselprov.go.id/pptk/article/view/194 Susantie, N. G., & Hasanbasri, M. (2007). Koordinasi Stakeholder dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Manokwari . repository.ugm.ac.id. https://repository.ugm.ac.id/id/eprint/74969 Susilowati, T. (2011). … Pasien HIV dan AIDS Panduan Pelatihan Klinis bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas dalam Pengobatan dan Perawatan Orang yang Terinfeksi HIV …. In Yogyakarta: Center for Health Policy and Social … . Virus, I., Sopir, P., Umum, A., Behavior, S., Insidence, H. I. V, & Driver, T. (2015). Identifikasi Perilaku Seksual Dan Kejadian Hiv ( Human. Jurnal Berkala Epidemiologi , 3 , 377–386.
Tags