GilangRizkiAlFarizi1
8 views
40 slides
Oct 23, 2025
Slide 1 of 40
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
About This Presentation
Farmakovigilans untuk antihipertensi memainkan peran penting dalam memastikan keamanan penggunaan obat-obatan yang digunakan untuk mengelola hipertensi, mengingat potensi efek samping yang bisa terjadi pada terapi jangka panjang. Obat-obat antihipertensi seperti ACE inhibitors, ARB, beta-blockers, d...
Farmakovigilans untuk antihipertensi memainkan peran penting dalam memastikan keamanan penggunaan obat-obatan yang digunakan untuk mengelola hipertensi, mengingat potensi efek samping yang bisa terjadi pada terapi jangka panjang. Obat-obat antihipertensi seperti ACE inhibitors, ARB, beta-blockers, diuretics, dan calcium channel blockers memiliki profil keamanan yang berbeda. Efek samping yang umum ditemukan antara lain hipotensi, gangguan elektrolit, batuk (terutama pada ACE inhibitors), dan bradikardia (pada beta-blockers). Farmakovigilans berfokus pada identifikasi dan pemantauan reaksi merugikan yang mungkin tidak terdeteksi dalam uji klinis, serta mengevaluasi interaksi obat yang dapat memperburuk kondisi pasien, terutama bagi mereka dengan penyakit penyerta. Pelaporan efek samping melalui sistem farmakovigilans membantu dalam pembaruan pedoman klinis, memberikan rekomendasi dosis yang lebih tepat, dan mendukung pengembangan terapi antihipertensi yang lebih
Size: 2.34 MB
Language: none
Added: Oct 23, 2025
Slides: 40 pages
Slide Content
Farmakovigilans Untuk
Obat Antihipertensi
apt. Gilang Rizki Al Farizi, M.Farm
Program Studi S-1 Farmasi
Universitas Telogorejo Semarang
Hipertensi
•Hipertensi didefiniskan sebagai peningkatan tekanan darah arteri
yang persisten. Dimana JNC 7 menyebutkan bahwa tekanan darah
arteri normal adalah kurang dari 120/80 mmHg. Kenaikan
tekanan darah arteri antara 120-139/80-89 mmHg masuk dalam
kategori Prahipertensi yang biasanya memerlukan terapi non
farmakologi. Pasien dikategorikan kedalam Hipertensi jika hasil
pemeriksaan tekanan darah menunjukkan lebih dari sama dengan
140/90 mmHg.
•Menurut JNC 8, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg, berdasarkan pengukuran berulang dalam kondisi yang
sesuai.
Epidemiologi
Menurut WHO, sekitar 1,4 miliar orang dewasa usia 30–79
tahun hidup dengan hipertensi pada tahun 2024
Epidemiologi (Cont)
•Menurut Prevalensi Nasional (2023)
prevalensi HT 34,1% pada penduduk usia ≥
18 tahun
•Distribusi provinsi meliputi Jawa Tengah: ~
37,6 %, Jawa Barat: ~ 39,6 %, Kalimantan
Selatan: ~ 44,1 %, Papua: ~ 22,2 %
Faktor Risiko
•Usia (> 55 tahun pria > 65 tahun Wanita)
•Riwayat dislipidemia
•Mikrialbuminuria dan DMT2
•Riwayat keluarga
•Obesitas (IMT > 30 kg/m2)
•Merokok
Gejala Hipertensi
Kategori Hipertensi
Terget Tekanan Darah
Joint National Committee (JNC) edisi 8:
•pasien usia >60 tahun dengan komplikasi
adalah dibawah 150/90 mmHg
•Sedangkan untuk pasien berusia 60
tahun lebih tanpa komplikasi serta pasien
usia <60 tahun target terapi yang ingin
dicapai yaitu <140/90 mmHg
Terget Tekanan Darah (Cont)
JNC 8 dan WHO ( World Health
Organization) merekomendasikan lima jenis
obat yang berbeda untuk mengobati
hipertensi yaitu ACE inhibitors, β-blockers,
diuretik tiazide, antagonis Ca, dan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB).
Masalah Pengobatan
•Menurut Laporan Riskesdas Tahun 2018, hanya 54,4%
pasien Hipertensi yang rutin mengkonsumsi obat,
sedangkan sisanya 32,2% tidak rutin minum obat dan
13,3% bahkan tidak meminum obat
•Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik akibat
pasien tidak rutin minum obat, dapat berisiko
menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti
stroke, gagal jantung, gangguan ginjal, gangguan mata
Masalah Pengobatan (Cont)
•Tidak tepat pengobatan pasien tidak pernah
mengeluh sakit (silent killer)
•Resisten terhadap pengobatan HT Skunder
•Efek samping pengobatan
•Kepatuhan minum obat
•Kurangnya edukasi dan komunikasi terhadap pasien
•Keterbatasan terhadap akses pengobatan Pkm hanya
ada kaptopril dan amlodipine
Pengobatan Hipertensi
•Terapi Hipertensi dikategorikan menjadi 2 yaitu terapi non
farmakologi dan terapi farmakologi. Semua pasien dengan
prahipertensi dan hipertensi harus disarankan untuk melakukan
modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat
berkontribusi dalan penurunan tekanan darah yang kecil
hingga sedang.
•Pada pasien hipertensi, modifikasi gaya hidup dapat membantu
menurunkan tekanan darah, sedangkan pada pasien
prahipertensi dapat mencegah perkembangan menjadi
Hipertensi
Diuretika
Diuretika adalah obat yang meningkatkan
ekskresi natrium (Na) dan air melalui
⁺
ginjal, sehingga meningkatkan jumlah urin
yang dihasilkan (diuresis)
Diuretik tiazid juga direkomendasikan
sebagai terapi lini pertama pada populasi
kulit hitam umum, termasuk mereka dengan
diabetes
Diuretika (Cont)
•Diuretik tiazid dianjurkan untuk diberikan di pagi hari
guna menghindari diuresis pada malam hari. Diuretik
tiazid merupakan antihipertensi yang lebih efektif
dibandingkan diuretik loop pada sebagian besar pasien
•hidroklorotiazid, memiliki manfaat tambahan pada
osteoporosis tetapi mungkin memerlukan pemantauan
tambahan pada pasien dengan riwayat asam urat atau
hiponatremia
Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
•ACE inhibitor (ACEi) adalah kelompok obat yang
berfungsi menghambat enzim pengubah angiotensin
(Angiotensin-Converting Enzyme yang berperan penting
dalam sistem renin–angiotensin–aldosteron (RAAS) —
sistem hormonal yang mengatur tekanan darah, volume
cairan, dan keseimbangan elektrolit dalam tubuh
•Joint National Committee (JNC) 8 merekomendasikan
ACEi sebagai lini terapi pada populasi non kulit hitam
dengan diabetes, bersama dengan pilihan obat lainnya
seperti diuretik tiazid, CCB dan ARBs
Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
(Cont)
•Pada pasien dengan komorbid diabetes melitus, pemberian
ACEi akan memberikan manfaat terhadap penurunan
risiko nefropati, penyakit arteri koroner, dan gagal jantung
•Pengobatan dengan ACEi akan meningkatkan outcome
terapi pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal
•Pemberian golongan ACEi pada kondisi tertentu dapat
menyebabkan gagal ginjal akut
•Golongan ACEI sebaniknya tidak gunakan pada pasien
yang sedang hamil atau pada pasien dengan riwayat
angioedema
Penghambat Reseptor Angiotensin
•ARB atau Angiotensin II Receptor Blocker (kadang
disebut juga Angiotensin Receptor Antagonist) adalah
kelompok obat yang bekerja dengan menghambat reseptor
angiotensin II tipe 1 (AT )
₁
pada pembuluh darah, jantung,
dan ginjal
•Golongan obat ini juga menjadi pilihan pada pasien dengan
komorbid diabetes melitus dan pada populasi berusia >18
tahun dengan penyakit gagal ginjal kronik (GGK)
•Tidak menyebabkan batuk
•Tidak direkomendasikan pada pasien yang sedang hamil
Penyekat Beta
•Penyekat beta atau beta-blocker adalah kelompok obat yang bekerja
dengan menghambat reseptor β-adrenergik pada jantung, pembuluh
darah, dan organ lain yang dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis.
Dengan menghambat efek hormon adrenalin (epinefrin) dan
noradrenalin (norepinefrin), obat ini menurunkan frekuensi denyut
jantung, kekuatan kontraksi jantung, dan tekanan darah
•Menurut JNC 8, golongan Penyekat Beta bukan merupakan pilihan lini
pertama pada terapi Hipertensi
melainkan tambahan terapi atau
dikombinasikan dengan obat anti HT lain jika obat lini pertama tidak
memberikan outcome terapi yang efektif
•Sangat direkomendasikan pada populasi <80 tahun dan populasi dewasi
dengan penyakit jantung kongesif
Penyekat Beta (Cont)
•Golongan penyekat reseptor β kardio selektif, pada dosis rendah
hingga sedang hanya bekerja pada reseptor β1,
namun pada dosis
yang lebih tinggi akan memblokir reseptor β2, sehingga dapat
memperburuk gejala asma jika diberikan pada dosis yang lebih tinggi
•Golongan penyekat β non-selektif dapat menghambat reseptor β1 dan
β2 pada semua dosis sehingga dapat memperburuk asma.
•Golongan obat ini dapat memberikan manfaat tambahan jika
diberikan pada pasien dengan tremor esensial, sakit kepala migrain
dan tirotoksikosis
•Penghentian mendadak golongan penyekat β dapat menyebabkan
rebound hipertensi.
Penghambat Kalsium
•Antagonis kalsium (atau calcium channel blockers, CCBs) adalah
kelompok obat yang menghambat masuknya ion kalsium (Ca² ) ke
⁺
dalam sel otot polos vaskuler dan otot jantung melalui kanal
kalsium tipe L (voltage-gated L-type calcium channels). Dengan
mengurangi asupan kalsium ke dalam sel, obat ini menyebabkan
relaksasi otot polos pembuluh darah (vasodilatasi) dan mengurangi
kontraktilitas otot jantung, sehingga membantu menurunkan tekanan
darah dan beban kerja jantung
•Joint National Committee (JNC) 8 merekomendasikan pilihan pini
pertama pada populasi non-kulit hitam umum dengan diabetes,
Bersama dengan pilihan antihipertensi lain seperti ACEI, ARBs dan
Diuretika tiazid
Sub Kelas Terapi
Golongan dihidropiridin adalah vasodilator perifer yang lebih
poten dibandingkan golongan nondihidropiridin dan dapat
menyebabkan lebih banyak pelepasan refleks simpatis
(takikardia), pusing, sakit kepala, muka memerah, dan edema
perifer, tetapi memiliki manfaat tambahan jika diberikan pada
pasien
Efek Samping Anti HT
•Salah satu faktor yang menjadi penyebab
pasien tidak meminum obat antihipertensi
adalah sekitar 4,5% pasien menyatakan
tidak tahan terhadap efek samping obat.
Efek Samping Anti HT (Cont)
Farmakovigilans Amlodipin
•Efek samping yang sering dilaporkan dari
penggunaan amlodipin adalah pusing, di ikuti
dengan efek samping yang jarang terjadi seperti
hipotensi, sering BAK dan penurunan gairah
seksual
•Kejadian pusing diduga akibat blockade pada
kanal kalsium tipe L vasodiltasi perifer serta
arteri koronaria
Farmakovigilans ACEi
•Pasien yang menggunakan Kaptopril melaporkan mengalami efek samping
antara lain batuk kering, pusing, mulut terasa kering dan gangguan pada
indra pengecap, kemerahan dan gatal pada kulit dan konstipasi
•Kaptopril yang merupakan golongan ACEI dapat meningkatkan kadar dari
bradikinin yang merupakan pemicu terjadinya batuk kering
•Efek vasodilatasi perifer akibat konsumsi ACEi menyebabkan banyaknya
pelepasan mediator menyebabkan reaksi yang timbul pada kulit berupa
kemerahan dan gatal
•Blokade pada angiotensin II menyebabkan kadarnya menjadi rendah
motilitas usus berkurang yang menyebabkan terjadinya konstipasi
akibatnya penyerapan air di usus juga berkurang
Farmakovigilans ARB
•Efek samping yang dilaporkan oleh pasien yang
menggunakan losartan yaitu pusing, batuk dan
penurunan gairah seksual. Losartan adalah obat yang
metabolit aktif utamanya mencegah efek
vasokonstriktor angiotensin II dan sekresi aldosteron
dengan secara selektif memblokir ikatan angiotensin II
ke reseptor AT1, yang ditemukan pada banyak jaringan
seperti kelenjar adrenal dan otot polos pembuluh darah
yang menyebabkan rasa pusing