EPISTEMOLOGI (FILSAFAT PENGETAHUAN) TIM DOSEN FILSAFAT ILMU TEKNIK INFORMATIKA UNINDRA
Pengertian Epistemologi Istilah ‘Epistemology’ dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere yang masudnya untuk membedakan antara dua cabang filsafat yaitu Epistemologi dan Ontologi (Metafisika umum). Kalau dalam metafisika pertanyaan pokoknya adalah ‘Apakah hal yang ada itu?’ maka pertanyaan dasar dalam epistemologi adalah ‘Apakah yang dapat saya ketahui ?’ Epistemologi berasal dari kata Yunani, ‘ Episteme’ dan ‘logos’ . Episteme biasa diartikan sebagai ‘ pengatahuan’ atau ‘kebenaran’, dan ‘logos’ diartikan ‘pikiran’, ‘kata’, atau ‘teori ’. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan sebagai ‘ teori pengetahuan yang benar’ dan lazimnya hanya disebut ‘teori pengetahuan’
lain yang setara Istilah-istilah ‘epistemologi’ maksudnya dalam pelbagai kepustakaan dengan filsafat kadang-kadang disebut juga logika material, criteriology, kritika pengetahuan, gnosiology dan dalam bahasa Indonesia lazim dipergunakan istilah ‘ Filsafat Pengetahuan’ Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, jenis-jenis, metode dan kesahihan/kebenaran pengetahuan
Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya , atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu . Pengetahuan: Subjek dan obje k: keduanya harus ada Pertanyaan: ✔ akal budi atau alam? ✔ subjektif atau objektif? ✔ Untuk ada pengetahuan: keduanya dibutuhkan
Terjadinya Pengetahuan Ada enam hal terjadinya pengetahuan menurut John Hospers: Pengalaman indera (sense experience). Pengindraan adalah satu-satunya alat untuk menyerap segala sesuatu obyek yang ada di luar diri manusia. Pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap obyek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.
2. Reason (nalar) Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendpat pengetahuan baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah tetang azas-azas pemikiran, yaitu: a ) Principiu m Identitas : sesuat u it u mest i sam a denga n dirinya sendiri (A = A). Azas ini biasa juga disebut sebagai azas kesamaan.
Principium Contradictionis: bila terdapat dua pendapat yang bertentangan → maka tidak mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan atau dengan kata lain pada subyek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu. → Azas ini biasa disebut sebagai azas pertentangan . Principium Tertii Exclusi: pada du a pendapa t yang berlawana n → tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu diantara kedua itu , tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Azas ini biasa disebut sebagai azas tidak adanya kemungkinan ketiga.
3. Otoritas (authority). Pengetahuan yang terjadi karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan. 4. Intuisi (intuition). Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan .
5. Wahyu (revelation) Wahyu adala h berit a yang disampaika n oleh Tuha n kepada nabiNya untuk kepentingan umatnya. Kit a mempunya i pengetahuan melalu i wahyu , karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
6. Keyakinan (faith) Keyakina n adala h suat u kemampua n yang ada pad a diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan . Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas , karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan. Perbedaannya : □ keyakina n terhada p wahy u yang secar a dogmatik diikuti adalah merupakan peraturan yang berupa agama . □ Keyakina n melulu kemampua n kejiwaa n manusia yang merupakan pematangan (maturation) dari kepercayaan. menyesuaikan denga n keadaa n yang Karena kepercayaan itu bersifat dinamik sedang mampu terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat statik , kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok buat kepercayaannya.
Jenis-jenis Pengetahuan Pengetahuan dapat dibagi atas : Pengetahuan non-ilmiah Pengetahuan non-ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode-metode ilmiah 2. Pengetahuan ilmiah Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode ilmiah . Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena pengetahuan ini telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dan dengan cara berpikir yang khas yaitu dengan metodologi ilmiah. → Pengetahuan ragam ini pada umumnya disebut ilmu pengetahuan . (Soejono Soemargono, 1983)
Plato Plat o membag i pengetahuan menuru t tingkatan-tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik obyeknya : Pengetahuan Eikasia (khayalan). Eikasia , iala h pengetahuan yang obyeknya berup a bayangan atau gambaran. Pengetahuan berhubungan eikasia ini isinya denga n kesenangan adalah atau hal-hal kesukaan yang serta kenikmatan manusia yang berpengetahuan . Contoh: seseorang yang menghayal bahwa dirinya pada saat tertentu mempunyai rumah yang mewah, besar dan indah serta dilengkapi kendaraan dan lain-lain sehingga khayalannya ini terbawa mimpi. Di dalam mimpinya itu ia betul-betul merasa mempunyai dan menempati rumah itu. Apabila seseorang itu dalam keadaan sadar dan menganggap bahwa khayal dan mimpinya itu betul-betul berupa suatu fakta yang ada dalam dunia kenyataan.
2 . Pengetahuan Pistis (substansial) Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diinderai secara langsung . Obyek pengetahuan pistis biasa disebut zooya oleh karena itu isi pengetahuan semacam ini mendekati suatu keyakinan.
3. Pengetahuan Dianoya (Matematik) Tingkat pengetahuan ini ialah tingkat yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau obyek yang tampak tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya . Bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas: luas, isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan suatu kesimpulan dari hipotesa yang diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir .
4. Pengetahuan Noesis (Filsafat). Pengetahuan yang obyeknya adalah arche ialah prinsip-prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik . Prinsi p utama in i biasa disebut “ ID E ” . Plat o menerangkan tentang pengetahuan in i adala h hampi r sam a dengan pengetahua n pikir tidak lag i menggunakan pertolonga n gambar, → tetapi diagram melainkan denga n pikiran yang sungguh-sungguh abstrak.
Aristoteles Aristoteles membag i pengetahuan menuru t jenisnya sesuai denga n fungsi dar i pengetahua n it u , buka n menurut tingkatannya. Pengetahua n yang umumnya merupaka n kumpulan dinamakan Rational Knowledge → dipisahkan dalam tiga jenis yaitu : Pengetahuan produksi (seni) Pengetahuan praktis (etika, ekonomi, politik) Pengetahua n teoritik (fisika, matematik a dan metafisika/filsafat pertama)
Asal Usul Pengetahuan Asal usul pengetahuan termasuk hal yang sangat penting dalam epistemologi. Untuk mendapatkan pengetahuan itu muncul (berasal) dari mana dan bagaimana caranya bisa dilihat dari aliran-aliran dalam pengetahuan , dan bisa dengan cara metode ilmiah, serta dari sarana berpikir ilmiah.
1. Rasionalisme . Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dipakai oleh semua pengetahuan ilmiah. ⚫ Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang didapatkan oleh akal. Akal dapat menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar azas-azas pertama yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif. Teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti. Filsufnya antara lain Rene Descartes, B. Spinoza, G. Leibniz.
Rasionalisme : Aka l budi: sumbe r satu-satuny a pengetahuan y g pasti benar, lepas dr pancaindra Modelnya: matematika dan ilmu ukur - Plato: * Pengetahua n sejati : epistem e (pengetahuan tungga l tak berubah sesuai dgn Ide Abadi) Pancaindra: tiruan cacat, bermacam-macam, berubah-ubah, tidak sempurna, hanya bayangan Pengetahuan: hasil ingatan akan Ide Abadi, dengan hanya mengandalkan akal budi.
2. Empirisme . Aliran ini berpendapat, bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun yang lahiriah. ⚫ Akal bukan jadi mendapat tugas sumbe r pengetahuan, aka n tetapi untuk mengolah bahan-bahan akal yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang diterapkan adalah Induksi. Filsuf empirisme antara lain John Locke, David Hume, William James.
Empirisme: Pancaindra : sumbe r satu-satuny a pengetahua n yg pasti benar (pengalaman) Aka l bud i : hanya mengkombinasikan fata da n dat a yang diperoleh dr pengalaman pancaindra (generalisasi) John Locke : Sumber pengetahuan: pancaindra Tidak ada ide bawaan sejak lahir: tabula rasa Aka l budi memperole h pengetahuan dr pancaindra dgn mengolahnya Dua macam ide: ide sederhana dan ide kompleks Tida k ad a pengaruh subjekti f aka l budi ketika aka l budi menangkap ide sederhana yg diberikan pancaindra Objek : kualitas primer (objektif) (berat, gerak, lua s dan jumlah) dan sekunder (subjektif) (warna, rasa)
3 . Kritisisme . Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme dan empirisme hendak diselesaikan oleh Immanuel Kant dengan kritisismenya. Menuru t I Kant , peranan budi sanga t besar sekali . Ha l ini nampak dalam pengetahuan apriorinya , baik yang analitik maupu n yang sintetik . Disampin g it u peranan pengalaman (empiris) nampak jelas dalam pengetahuan aposteriorinya.
Dalam Kritik atas Rasio Murni, I. Kant membedakan tiga macam pengetahuan Pengetahuan analitis : disini predikat sudah termuat dalam subyek. Predikat diketahui melalui suatu analisa subyek. Misalnya. Lingkaran itu bulat. Pengetahuan sintetis aposteriori : disini predikat dihubungkan dengan subyek berdasarkan pengalaman inderawi. Misalnya, kalimat "Hari ini sudah hujan", merupakan suatu hasil observasi inderawi "sesudah" observasi saya, saya bisa mengatakan bahwa S adalah P. Pengetahuan sintetis apriori : Akal budi dan pengalaman inderawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, ilmu pesawat, ilmu alam bersifat sintetis apriori. Kalau saya tahu bahwa 10 + 5 = 15 memang terjadi sesuatu yang sangat istimewa.
4. Positivisme. Positivisme berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Segala uraian dan persoalan yang di luar apa yang ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu metafisika ditolak. Apa yang kita ketahui secara positif adalah segala yang tampak, segala gejala. Arti segala ilmu pengetahuan iaah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Jadi kita hanya dapat menyatakan atau mengkonstati r fakta-faktanya, dan menyelidiki hubungan-hubungannya yang satu dengan yang lain. Maka tiada gunanya untuk menanyakan kepada hakekatnya atau kepada sebab-sebab yang sebenarnya dari gejala-gejala itu. Yang harus diusahakan orang ialah menentukan syarat-syarat di mana fakta-fakta tertentu tampil dan menghubungkan fakta-fakta itu menurut persamaannya dan urutannya.
Tokoh Positivisme adalah August Comte. Menurut August Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 tahap atau 3 zaman, yaitu : zaman teologis zaman metafisis zaman ilmiah atau zaman positif. Perkembangan yang demikian itu berlaku baik bagi perkembangan pemikiran perorangan, maupun bagi perkembangan pemikiran seluruh umat manusia.