Jika 8 tahun lalu Alvara berfokus pada kajian terkait dengan Milenial, untuk 3 tahun terakhir Alvara telah menempatkan Gen Z sebagai kajian utama. Tahun 2016 Alvara telah mengeluarkan kajian dengan judul “Indonesia 2020: The Urban, Middle Class, Milenial”, kemudian di tahun 2017 disusul dengan m...
Jika 8 tahun lalu Alvara berfokus pada kajian terkait dengan Milenial, untuk 3 tahun terakhir Alvara telah menempatkan Gen Z sebagai kajian utama. Tahun 2016 Alvara telah mengeluarkan kajian dengan judul “Indonesia 2020: The Urban, Middle Class, Milenial”, kemudian di tahun 2017 disusul dengan mengeluarkan buku dengan judul buku “Milenial Nusantara”, dan beberapa kajian lain yang berfokus pada generasi Milenial.
Tahun 2022 Alvara Research menerbitkan kajian berdasarkan hasil riset, yang berfokus pada Gen Z dengan judul Gen Z: Millenial 2.0?. Pada kajian ini Alvara Research Center menemukan 6 perilaku Gen Z Indonesia. Perilaku mereka cukup berbeda dengan generasi lain. Keenam perilaku Gen Z antara lain: Internetholic, Curiosity & Tech- Savvy, Peduli dengan Isu-Isu Global, More visual than Narration, More Emotional than Functional, More Trends than Discount.
Tahun 2024 ini Alvara Research Center mengeluarkan updating kajian juga berbasis pada riset kuantitatif.Ada beberapa isu-isu menarik yang menjadi pokok kajian diantaranya adalah terkait dengan AI (Artificial Intelligence), baik dari sisi preferensi maupun tipologi pengguna AI di Indonesia.
Kajian ini didasarkan pada riset kuantitatif. Survei dilakukan kepada 1.814 responden yang tersebar di 34 Provinsi di Indonesia pada periode 27 September -3 Oktober 2024, Survei dilakukan kepada responden dengan usia 15-59 tahun, melalui wawancara tatap muka. Sampel diambil dengan metode multistage random sampling. Adapun komposisi responden sesuai dengan komposisi demografi masyarakat Indonesia, baik secara gender, usia maupun area.
Lalu apa saja temuan yang didapatkan? kemudian bagaimana implikasinya? silahkan simak whitepaper berikut ini.
Size: 14.86 MB
Language: none
Added: Jan 07, 2025
Slides: 57 pages
Slide Content
legislator tentun ya sudah tidak fokus dalam
menjalankan tugas dan fungsin ya, karena
mereka sudah masuk pada tahap pencalonan
eksekutif karena ban yak menteri yang
roda pemerintahan tidak akan berjalan dengan
modaln ya di Indonesia hingga k epastian P emilu
akan menjadi ukur an kedewasaan demokr asi di
dalam berdemokr asi akan ditentukan pada
perundang-undangan yang saat ini tidak bisa
mencalonkan diri k embali menjadi calon
presiden, sehingga Pilpres akan menjadi ajang
pertarungan bebas, karena tidak ada
berjalan dengan jujur dan adil, maka P emilu
Dari berbagai surv ei ada tiga kandidat yang
selalu menempati posisi ter atas kandidat calon
mereka adalah Ganjar Pr anowo, Pr abowo
DAftar Isi
GUIDING YOUR STEP
05anxiety & Desire
10Perilaku Digital
29Dunia Kerja
33Leisure
02Pendahuluan
44
Kondisi ekonomi &
Perilaku Keuangan
CHAPTER I
CHAPTER II
CHAPTER III
CHAPTER IV
CHAPTER V
51
Kesimpulan
& Implikasi
Badan Pusat Statistik mendefinisikan Gen Z
adalah mereka yang lahir pada tahun
1997-2012 atau mereka yang saat ini (tahun
2024) berusia 12-27 tahun. Menurut sensus
penduduk BPS tahun 2020 jumlah generasi
ini 27,94%, jumlahnya paling besar
dibanding Milenial (25,87%) dan Gen X
(21,88%).
Alvara Research Center sebagai sebuah
Research Agency terus berusaha
menghadirkan kajian yang memotret
tentang bagaimana perilaku antar generasi
tersebut yang saat ini mendominasi
penduduk Indonesia. Kajian tentang
demografi ini sangat penting karena
Indonesia telah mencanangkan Indonesia
emas tahun 2045, tonggak Indonesia emas
ini diawali dengan bonus demografi yang
saat ini mulai terasa. Sukses tidaknya bonus
demografi ini tentu tak lepas dari
bagaimana Gen Z, sebagai penduduk usia
produktif terbesar.
Jika 8 tahun lalu Alvara berfokus pada
kajian terkait dengan Milenial, untuk 3 tahun
terakhir Alvara telah menempatkan Gen Z
sebagai kajian utama. Tahun 2016 Alvara
telah mengeluarkan kajian dengan judul
“Indonesia 2020: The Urban, Middle Class,
Milenial”, kemudian di tahun 2017 disusul
dengan mengeluarkan buku dengan judul
buku “Milenial Nusantara”, dan beberapa
kajian lain yang berfokus pada generasi
Milenial.
Tahun 2022 Alvara Research mengeluarkan
kajian berdasarkan hasil riset, yang berfokus
pada Gen Z dengan judul Gen Z: Millenial
2.0?. Pada kajian ini Alvara Research Center
menemukan 6 perilaku Gen Z Indonesia.
Perilaku mereka cukup berbeda dengan
generasi lain. Ke enam perilaku Gen Z
antara lain: Internetholic, Curiosity &
Tech-Savvy, Peduli dengan Isu-Isu Global,
More visual than Narration, More Emotional
than Functional, More Trends than Discount.
Tahun 2024 ini Alvara Research Center
mengeluarkan updating kajian juga
berbasis pada riset kuantitatif. Ada
beberapa isu-isu menarik yang menjadi
pokok kajian diantaranya adalah terkait
dengan AI (Artificial Intelligence), baik dari
sisi preferensi maupun tipologi pengguna AI
di Indonesia.
Pendahuluan
2Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Kajian ini didasarkan pada riset kuantitatif.
Survei dilakukan kepada 1.814 responden
yang tersebar di 34 Provinsi di Indonesia
pada periode 27 September -3 Oktober
2024, Survei dilakukan kepada responden
dengan usia 15-59 tahun, melalui
wawancara tatap muka. Sampel diambil
dengan metode Multistage random
sampling. Adapun komposisi responden
sesuai dengan komposisi demografi
masyarakat Indonesia, baik secara gender,
usia maupun area.
Responden pada riset ini mengikuti
demografi penduduk Indonesia saat ini.
Responden seimbang menurut gender.
Responden Pria mencapai 50,2% dan
responden Wanita mencapai 49,8%.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS RI) tahun 2024
penduduk Pria mencapai 50,5% dan
penduduk Wanita mencapai 49,5%.
Artinya secara sampel riset ini sudah
mewakili karakteristik penduduk Indonesia
secara gender.
Riset ini hanya mengambil 3 generasi
sebagai sampel, yaitu Gen Z, Milenial dan
Gen X. Generasi post Gen X tidak diambil
karena secara populasi jumlahnya cukup
kecil, dan secara usia sudah mulai masuk
penduduk yang tidak produktif. Responden
paling besar berasal dari gen Milenial,
kemudian diikuti oleh Gen Z dan Gen X. Gen
Z tidak menempati sampel paling besar
3Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gambar 1 Responden Menurut Gender
karena survei ini tidak mengambil
keseluruhan rentang usia Gen Z yaitu usia
12-27 tahun tetapi mulai usia 15 tahun.
Responden Gen Z mencapai 31,8%, kemudian
Milenial 37,6% dan Gen X 30,7%.
Lokasi tempat tinggal responden juga
menjadi bagian dari profil demografi
responden. BPS mengkategorikan wilayah
menjadi 2 yaitu rural dan urban. Menurut
data BPS saat ini penduduk Indonesia yang
tinggal di wilayah urban (perkotaan)
jumlahnya lebih besar dibanding yang
tinggal di rural (pedesaan). BPS memprediksi
di tahun 2025, jumlah penduduk yang tinggal
di urban mencapai 60%. Hasil survei
menunjukkan bahwa Responden yang
tinggal di wilayah Urban mencapai 57,2% dan
wilayah Rural mencapai 42,8%. Artinya secara
kewilayahan responden dalam riset ini sudah
mendekati dengan data terkini dari BPS.
Gambar 2 Responden Menurut Generasi
Gambar 3 Responden Menurut Wilayah
4Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Responden juga ditanyakan terkait dengan
pendidikan terakhir yang ditamatkan.
Mayoritas responden berpendidikan
menengah bawah, yaitu SMA dan SMP.
Responden yang pendidikan terakhirnya
tidak tamat SD terdapat 0,1%. Kemudian
lulusan SD/ MI (4,9%), SLTP/ MTs (13,8%),
SLTA/ MA (63,7%), Akademi/ Diploma (4,2%),
Sarjana/ S1 (12,6%), dan Pasca Sarjana S2/
S3 (0,7%).
Mayoritas responden bekerja sebagai
pedagang/wiraswasta/pengusaha
kemudian Ibu Rumah Tangga serta
Karyawan Swasta dan BUMN. Responden
dengan latar belakang pengusaha/
wiraswasta/ pedagang mencapai 32,4%,
Ibu rumah tangga (20,3%), karyawan
swasta dan BUMN (19,7%), kemudian diikuti
mahasiswa (6,8%), pelajar (6,0%),
petani/nelayan (3,7%), dan ASN atau
Aparatur Sipil Negara (3,2%), sedangkan
terdapat responden yang tidak bekerja
sebesar 2,6%,
Gambar 4 Responden Menurut Pendidikan
Pekerjaan responden generasi Z lebih banyak
dengan latar belakang karyawan swasta dan
BUMN sebesar 24,0% dan mahasiswa sebesar
21,2%. Kemudian diikuti oleh pelajar (18,9%),
pengusaha/ wiraswasta/ pedagang (14,4%),
ibu rumah tangga (8,2%), petani/ nelayan
(1,2%), ASN atau Aparatur Sipil Negara (0,7%),
tidak bekerja (7,1%), dan lainnya (4,3%).
Profil lain yang kami tanyakan adalah
bagaimana pengeluaran rumah tangga
responden. Pengeluaran rumah tangga ini
penting untuk ditanyakan karena untuk
memotret kondisi ekonomi mereka.
Mayoritas responden adalah masuk dalam
kategori kelas menengah bawah yaitu dalam
kategori SES C dan SES D. Total responden
yang masuk kategori ini mencapai 73,1%.
Artinya tujuh dari sepuluh rumah tangga di
Indonesia masuk dalam kategori kelas
menengah bawah. Sedangkan mereka yang
masuk kategori kelas menengah atas yaitu
SES B dan A jumlahnya mencapai 17,8%.
Gambar 5 Responden Menurut Pekerjaan
Gambar 6 Responden Menurut SEC
ANXIETY & DESIRE
CHAPTER I
Anxiety & Desire menjadi bagian penting
kajian antar generasi, Setiap generasi
memiliki kekhawatiran dan keinginan yang
berbeda-beda. Ekosistem sosial dan
lingkungan memiliki peran penting bagi
masing-masing generasi. Faktor penting
yang mempengaruhi Anxiety & Desire
adalah perkembangan teknologi
khususnya internet. Teknologi telah
mengubah banyak aspek, khususnya aspek
sosial, sehingga mempengaruhi cara
pandang dan perilaku mereka.
Mental health menjadi isu penting bagi Gen
Z, yang sebelumnya tidak muncul dan
populer bagi generasi lain., sehingga ada
yang menyebut Gen Z sebagai generation
anxiety. Apa saja Anxiety & Desire tiap
generasi yang ditemukan dalam kajian ini?.
Gen Z: Gundah Prospek Karir
Masa depan karir menjadi bagian yang
dikhawatirkan oleh Gen Z. Gen Z merupakan
early jobber sehingga mereka sedang
khawatir-khawatirnya terhadap masa
depan karir yang sedang mereka jalani atau
yang akan mereka pilih. Mereka cukup
cemas dengan situasi pekerjaan yang
mereka alami, apalagi situasi ekonomi
Indonesia dan dunia selama hampir 5
tahun ini tidak terlalu mendukung.
5Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Perang Ukraina dan Rusia yang memberikan
goncangan ekonomi dunia dan berimplikasi
pada ekonomi Indonesia. Perang belum
usai, disusul dengan adanya pandemi
COVID-19 yang dampak ekonominya masih
terasa hingga sekarang. Ekonomi Indonesia
beberapa tahun terakhir juga mengalami
stagnasi, sehingga lapangan pekerjaan
tidak tumbuh sesuai harapan. Akibatnya
pengangguran khususnya di kalangan Gen
Z menjadi yang paling besar. Sebagai
generasi yang melek informasi dan mampu
berfikir kritis tentunya mereka cukup aware
dengan situasi ini.
Survei menemukan 3 kekhawatiran utama
Gen Z yaitu prospek karir/ usaha dan
keluarga (28,8%) kemudian diikuti
pendapatan dan keluarga (26,6%),
kesehatan dan keluarga (23,1%). Pada
generasi Milenial, pendapatan dan keluarga
(32,3%) merupakan hal yang paling
dicemaskan, kemudian diikuti oleh
kesehatan dan keluarga (32,0%), prospek
karir/ usaha dan keluarga (20,7%).
Sedangkan 3 hal yang dikhawatirkan oleh
Gen X adalah kesehatan dan keluarga
(37,4%), pendapatan diri dan keluarga
(30,8%), prospek karir/ usaha dan keluarga
(20,1%). Artinya masing-masing generasi
memiliki kekhawatiran yang berbeda.
6Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Milenial adalah generasi yang saat ini mulai
mantab secara ekonomi dan keluarga.
Sudah memiliki anak dan harus
membangun keluarga menjadi penyebab
pada fase mereka saat ini pendapatan
menjadi hal yang mereka khawatirkan,
apalagi Badan Pusat Statistik tahun 2024
menemukan bahwa kelas menengah yang
didominasi oleh Milenial dan Gen X
mengalami penurunan secara ekonomi.
Akibat Milenial cukup khawatir dengan
stabilitas pendapatan mereka.
Gen X sedang mendekati usia pensiun,
secara alamiah fisik mereka juga
mengalami penurunan dan cukup rentan.
Kekhawatiran utama generasi ini adalah
tentang kesehatan, apalagi saat ini biaya
kesehatan juga cukup tinggi. Mereka sudah
tidak lagi dominan khawatir akan prospek
pekerjaan maupun pendapatan seperti Gen
Z dan Milenial. Ada banyak penyakit yang
saat ini menghantui Gen X yaitu Kanker,
Tumor, Pengapuran tulang serta penyakit
yang paling umum yaitu hipertensi dan
kolesterol.
Temuan tahun 2024 ini masih belum
berubah dibanding dengan temuan tahun
2022 yang lalu, dimana masing-masing
generasi memiliki kekhawatiran yang
berbeda. Survei tahun 2022 menunjukkan
bahwa Gen Z khawatir akan prospek
kerja/karir, Milenial khawatir akan
kesejahteraan keluarga dan Gen X khawatir
akan kesehatan.
Gambar 1 Kecemasan Antar Generasi
Gambar 2 Kecemasan Antar Generasi,
Temuan Tahun 2022
Gen Z fokus pekerjaan gaji
tinggi, Generasi lain fokus
menabung
Survei ini menanyakan pada responden
terkait dengan apa yang menjadi prioritas
utama mereka di masa depan. Mereka
diminta untuk mengurutkan 5 prioritas yang
fokus ingin dicapai, kemudian kami
menggunakan analisa thrustone case-V
untuk mendapatkan urutan prioritas.
Survei menemukan bahwa masing-masing
generasi memiliki prioritas kehidupan yang
berbeda. Pekerjaan dengan gaji tinggi
menjadi prioritas utama Gen Z, kemudian
diikuti memiliki rumah sendiri dan
menabung untuk kebutuhan masa depan.
Prioritas lainya adalah membahagiakan
orang tua dan menjadi pengusaha sukses.
Pekerjaan adalah fokus utama sekaligus
yang dikhawatirkan oleh Gen Z. Gaji tinggi
menjadi cita-cita dan prioritas mereka.
Ditengah tekanan ekonomi dan tuntutan
sosial menyebabkan mereka memilih
mengutamakan gaji tinggi dengan dalam
pekerjaan mereka. Kondisi juga disebabkan
mereka merasa berasal lulusan dari
kampus ternama dengan nilai yang
memuaskan. Pembaca mungkin bisa
melihat fenomena menularnya antrian
pelamar pekerjaan pada
perusahaan-perusahaan yang menjanjikan
gaji tinggi pada karyawannya, khususnya
pada BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
Gen Z fokus pekerjaan gaji
tinggi, Generasi lain fokus
menabung
Survei ini menanyakan pada responden
terkait dengan apa yang menjadi prioritas
utama mereka di masa depan. Mereka
diminta untuk mengurutkan 5 prioritas yang
fokus ingin dicapai, kemudian kami
7Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
menggunakan analisa thrustone case-V
untuk mendapatkan urutan prioritas.
Survei menemukan bahwa masing-masing
generasi memiliki prioritas kehidupan yang
berbeda. Pekerjaan dengan gaji tinggi
menjadi prioritas utama Gen Z, kemudian
diikuti memiliki rumah sendiri dan
menabung untuk kebutuhan masa depan.
Prioritas lainya adalah membahagiakan
orang tua dan menjadi pengusaha sukses.
Pekerjaan adalah fokus utama sekaligus
yang dikhawatirkan oleh Gen Z. Gaji tinggi
menjadi cita-cita dan prioritas mereka.
Ditengah tekanan ekonomi dan tuntutan
sosial menyebabkan mereka memilih
mengutamakan gaji tinggi dengan dalam
pekerjaan mereka. Kondisi juga disebabkan
mereka merasa berasal lulusan dari
kampus ternama dengan nilai yang
memuaskan. Pembaca mungkin bisa
melihat fenomena menularnya antrian
pelamar pekerjaan pada
perusahaan-perusahaan yang menjanjikan
gaji tinggi pada karyawannya, khususnya
pada BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
Milenial memiliki prioritas yang berbeda
dengan Gen Z, karena saat ini mereka pada
fase sudah mendapatkan pekerjaan dan
punya tanggung jawab dalam keluarga.
Menabung untuk kebutuhan masa depan
merupakan prioritas yang ingin dicapai
generasi Milenial dalam kehidupan.
Kemudian diikuti oleh memiliki rumah
sendiri, pengusaha/ entrepreneur sukses.
Milenial sedang memiliki prioritas
mengencangkan ikat pinggang, mereka
fokus untuk menabung masa depan serta
untuk agar memiliki rumah. Saat ini rumah
menjadi barang yang mahal bagi Milenial,
bahkan ada banyak lembaga yang
memprediksi Milenial akan kesulitan
memiliki rumah, khususnya mereka yang
tinggal di kota besar. Harga tanah dan
rumah sudah sangat tinggi dan tidak
masuk dalam budget mereka. Rumah
dipinggir kota atau dikota lain menjadi
pilihan yang paling rasional. Akibatnya
sering kita temukan pekerja lintas kota, baik
dengan kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum.
Gambar 3 Prioritas Kehidupan (Gen Z)
Gambar 4 Prioritas Kehidupan (Milenial)
Gambar 5 Prioritas Kehidupan (Gen X)
Prioritas Gen X juga sudah berbeda dengan
generasi sebelumnya. Generasi ini sudah
masuk masa mature secara fisik, sosial dan
ekonomi. Menabung untuk kebutuhan
masa depan merupakan prioritas yang
ingin dicapai Gen X dalam kehidupan.
Kemudian diikuti oleh pengusaha/
8Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
entrepreneur sukses, menjadi orang tua
yang baik, menjadi lebih religius. Menjadi
orang tua yang baik dan lebih religius
menjadi prioritas yang mulai muncul pada
Gen X. Pengalaman spiritual menjadi
sesuatu yang cukup penting bagi mereka.
9Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Perilaku digital
CHAPTER II
Perilaku digital menjadi poin penting ketika
membahas Gen Z. Digital native adalah
sebutan bagi Gen Z, yaitu generasi yang
sejak lahir mengenal internet. Dunia digital
telah menjadi kebutuhan primer, bukan lagi
sebuah kebutuhan sekunder. Ada internet
telah memunculkan banyak implikasi pada
kehidupan manusia. Mulai dari cara berpikir,
cara belajar, cara bersosialisasi, cara
bekerja, cara bertransaksi, cara berbelanja
dan juga aspek yang lainya.
Menurut Asosiasi Pengguna Jasa Internet
Indonesia (APJII) tahun 2018 penetrasi
internet di Indonesia masih mencapai 64,8%,
ditahun 2020 meningkat menjadi 73,7% dan
terakhir ditahun 2023 mencapai 78,19%.
Sedangkan temuan Alvara tahun 2022
penetrasi penggunaan internet penduduk
usia 17 – 65 tahun telah mencapai 84%.
Temuan Alvara juga menunjukkan bahwa
makin muda makin terkoneksi dengan
internet.
Temuan riset 2022 menunjukkan salah satu
perilaku dari Gen Z dari 6 perilaku yang
ditemukan adalah internetholic: main
internet sejak dini. Hal ini semakin
memperkuat bahwa membahas perilaku
digital sangat penting, apalagi saat ini AI
menjadi sangat populer dikalangan Gen Z.
Apa saja perilaku digital berdasarkan
temuan Alvara, ayo kita simak
bersama-sama.
Lanskap Digital Indonesia 2024
Kehidupan publik Indonesia semakin tidak
bisa dilepaskan dari Digital. Internet telah
merambah hampir semua aspek kehidupan
manusia, bahkan dalam ruang-ruang privat
kita.
Fenomena ini sekarang tidak hanya terjadi
pada generasi muda (Gen Z dan Milenial),
tapi juga terjadi pada generasi yang lebih
tua. Adopsi teknologi yang sangat cepat ini
tentu akan juga mengubah cara berpikir
dan cara bekerja manusia. Dan sejarah
masa lalu manusia membuktikan bahwa
teknologi selalu menjadi driver utama
perubahan peradaban.
10Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: Digital Native
Temuan cukup mencengangkan adalah
secara umum, penduduk usia 15-59 tahun
telah mengakses internet. Jika 2 tahun yang
lalu alvara menemukan delapan dari
sepuluh masyarakat mengakses internet,
maka temuan tahun 2024 menunjukkan
bahwa sembilan dari sepuluh masyarakat
menggunakan internet.
Secara presentase ada 94,4% responden
yang mengakses internet, temuan ini naik
10% dibanding temuan 2 tahun lalu. Gen Z
(98,6%) merupakan generasi yang paling
banyak mengakses internet, diikuti oleh
Milenial (96,8%), dan Gen X (87,2%). Temuan
ini semakin mengukuhkan bahwa Gen Z
adalah digital native. Peningkatan menarik
justru terjadi pada Gen X, dimana tahun
2022 penetrasi internet mencapai 75,9%,
sedangkan ditahun 2024 mencapai 87,2%.
Hal ini menunjukkan bahwa Gen X juga
mulai adaptif terhadap teknologi, dan juga
menunjukkan bahwa internet telah menjadi
kebutuhan primer, selain sandang pangan
dan papan.
Gambar 1.A Lanskap Digital Indonesia 2024
11Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Lalu bagaimana dengan durasi akses
internet antar generasi ?. Secara total
masyarakat mengakses internet selama 1-6
jam sehari dengan rincian 1-3 jam mencapai
37,7% dan 4-6 jam yang mencapai 36,0%.
Jika dilihat berdasarkan generasi, rata-rata
waktu mengakses internet pada Gen Z lebih
lama dibandingkan dengan generasi lain.
Mayoritas Gen Z mengakses internet selama
4-6 jam sehari (40,3%), diikuti oleh 1-3 jam
(28,9%), dan 7-10 jam (19,0%). Sedangkan,
mayoritas Milenial mengakses internet
selama 1-3 jam (40,2%), diikuti oleh 4-6 jam
(32,6%), dan 7-10 jam (14,8%). Gen X
merupakan generasi yang paling sebentar
mengakses internet dibandingkan dengan
generasi lain, dengan mayoritas Gen X
mengakses internet selama 1-3 jam (44,5%),
4-6 jam (35,3%), dan kurang dari 1 jam
(10,3%).
Gambar 1.B Akses Terhadap Internet
Dalam mengakses internet, rentang waktu
di mana mayoritas masyarakat
menggunakan internet adalah pada pukul
18.00 – 22.00. Jika dilihat berdasarkan
generasi, semua generasi memiliki perilaku
internet yang sama, yaitu mengakses
internet pada pukul 18.00 – 22.00.
Gambar 2 Rata-rata Waktu Mengakses Internet
Gambar 3 Jam Mengakses Internet
12Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: Membunuh Media TV
Media TV dan Radio makin lama makin
ditinggalkan oleh penonton dan
pendengarnya. Temuan riset menunjukkan
bahwa media yang paling banyak diakses
oleh masyarakat adalah media sosial
(91,8%), seperti Instagram, YouTube, TikTok,
Line, Facebook, dan X. Media berikutnya
yang paling banyak diakses TV kemudian
Median Online baru kemudian media cetak
dan radio. Gen Z paling banyak mengakses
sosial media dibanding generasi lain,
demikian juga media online. Sedangkan
untuk media TV, Gen Z paling sedikit yang
menonton TV dibanding generasi lain,
sedangkan untuk media cetak dan radio
mayoritas generasi sudah meninggalkan
kedua media tersebut.
Saat ini sosial media sudah menjadi
sumber berita, baik berita yang digawangi
Gambar 4 Media yang Diakses
oleh media mainstream ataupun berita
yang sumbernya tidak bisa dipertanggung
jawabkan. Saat banyak akun yang
menyediakan berita berita dengan update,
sehingga informasi yang didapat lebih
realtime. Akun yang begitu populer di
instagram misalnya adalah lambe turah,
yang banyak diikuti oleh netizen kita.
Televisi harus melakukan inovasi-inovasi
agar tidak ditinggalkan oleh pemirsanya,
mengingat makin muda makin tidak
menonton Televisi. Sudah mulai berevolusi
dari TV yang sifatnya analog menjadi TV
digital, namun itu saja mungkin tidak cukup,
TV harus menghadirkan inovasi-inovasi
acara yang menjadi kesukaan dari Gen Z
maupun generasi selanjutnya agar tidak
makin ditinggalkan, seperti media cetak
dan radio.
Lalu apa media yang paling banyak diakses
oleh Gen Z dan generasi lain?.
Gen Z paling banyak mengakses sosial
media, menyusul di peringkat kedua adalah
Televisi, lalu Media Online/ Portal Berita
Online pada peringkat ketiga. Jaraknya
sosial media dengan media lain sangat
jauh artinya intensitas akses sosial media
jauh lebih sering dibanding yang lain. Sosial
media sudah tertanam di smartphone
sehingga mudah diakses kapanpun dan
dimanapun. Kondisi ini berbeda dengan TV
maupun media cetak.
13Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Tiktok: New Favorit
Sosial Media
Sosial media tidak bisa dilepaskan dari
Gen Z, Milenial dan bahkan Gen X. Sebagai
digital imigrant, Gen X juga takmau
ketinggalan memiliki akun sosial media.
Berbicara mengenai media sosial, secara
keseluruhan WhatsApp (93,2%) merupakan
media sosial dengan pengguna terbanyak,
kemudian diikuti oleh Youtube, Facebook,
Tiktok dan Instagram. Sembilan dari
sebuluh netizen memiliki Whatsapps.
Sedangkan jika dilihat dari sisi generasi,
maka kepemilikan akun WhatsApp di
semua generasi yang menyentuh angka di
atas 90%, baik dari Gen Z (92,4%), Milenial
(93,3%), dan Gen X (94,1%).
Gambar 5 Media Paling Sering Diakses (Gen Z)
Gambar 6 Media Sosial Yang Dimiliki
14Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Menariknya Tiktok menjadi akun sosial
media posisinya menyalip instagram. Hasil
riset tahun sebelumnya menunjukan bahwa
pengguna instagram mengungguli
pengguna Tiktok, dan tahun ini malah
sebaliknya. Artinya Tiktok menjadi
primadona baru Gen Z dalam bersosial
media. Delapan dari sepuluh Gen Z
menggunakan akun Tiktok, jauh lebih
banyak dibanding Milenial dan Gen X.
Gen Z: Penonton Konten Receh
Konten hiburan merupakan konten yang
paling banyak dilihat oleh responden,
kemudian diikuti oleh konten edukatif dan
Gambar 7 Konten Media Sosial
Sosial Media Menjadi Sumber
Informasi Gen Z dan Milenial.
Sosial media merupakan paket lengkap,
selain berjejaring sosial, juga bisa chatting
dan juga menjadi sumber informasi. Hari ini
media-media mainstream telah tergerus
oleh sosial media. Hal ini terjadi karena
semua orang bisa membuat konten,
sehingga semua bisa menjadi “wartawan”.
Konten yang mendapat atensi dari publik
tentu akan membuat viralitas sehingga
menjadi headline.
Grup Chatting menjadi sumber berikutnya
yang menjadi sumber informasi dan berita
bagi semua generasi. Share informasi di
grup akun messaging menjadi hal yang
lazim, apalagi saat ini banyak orang yang
suka saring sebelum sharing, yang
membuat grup menjadi pasar bebas berita
dan informasi.
konten inspirasional. Dari sisi generasi
maka, Gen Z adalah penyuka konten
hiburan, konten lain yang paling banyak di
akses adalah konten edukatif. Konten
yang disuka oleh Gen X adalah konten
hiburan, konten edukatif dan konten
promosi. Sedangkan bagi Gen X konten
yang paling banyak dilihat adalah konten
hiburan, konten edukatif dan konten
inspirasional. Konten hiburan merupakan
konten receh yang menghibur, melepas
penat dan juga menjaga kewarasan bagi
semua generasi khususnya Gen Z, yang
lebih rentan secara mental.
15Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gambar 8 Sumber Berita atau Informasi
Media Jika dilihat berdasarkan generasi,
semua generasi menjadikan media sosial
sebagai sumber berita atau informasi
mereka. Gen Z (93,6%) merupakan generasi
yang paling banyak mengandalkan media
sosial untuk mendapatkan berita dan
informasi terkini, diikuti oleh Milenial (88,4%)
dan Gen X (70,7%). Bagi Gen Z dan Milenial
sumber berikutnya adalah grup chatting
terutama grup WhatsApp dan Telegram.
Namun bagi Gen X, teman atau saudara
menjadi sumber berita berikutnya. Kondisi
menunjukkan bahwa Gen Z dan Milenial
lebih aktif dalam sosial media dan grup
messaging dibanding Gen X.
Gambar 9 Sumber Berita atau Informasi Menurut Generasi
Gen Z: Penyuka Musik dan Film
Masing-masing generasi memilih
preferensi topik berita yang berbeda-beda,
Hasil riset menemukan bahwa Gen Z lebih
menyukai topik tentang musik (49,5%), film
(42,5%), serta wisata dan kuliner (41,3%).
Kemudian Milenial lebih menyukai topik
tentang wisata dan kuliner (45,6%), gaya
hidup (37,1%), dan musik (32,7%).
Sedangkan Gen X lebih menyukai topik
tentang wisata dan kuliner (37,9%),
kesehatan (36,7%), dan olahraga (29,9%).
Gambar 10 Topik yang Disukai Menurut Generasi
16Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z adalah generasi yang topik-topik
yang ringan yaitu film dan musik, wisata
dan kuliner. Topik ini merupakan topik yang
memang menarik perhatian mereka. Saking
menariknya konten film dan musik serta
wisata maka banyak konser-konser musik
yang selalu penuh. Mereka rela war tiket
serta meminjam uang di pinjol hanya untuk
bisa melihat konser besar, baik didalam
maupun diluar negeri. Sekarang banyak
konser band yang selalu penuh penonton
yang notabene penontonnya berasal dari
gen Z. Nomophobia
Membayangi Gen Z
Secara total, responden yang memiliki
pendapat tidak setuju sedikit lebih banyak
(50,1%) dibanding responden yang
memiliki pendapat setuju (49,9%)
mengenai “saya lebih nyaman bermain
smartphone dibanding bertemu dengan
teman atau saudara”. Kemudian pada
Gen Z, mayoritas responden setuju (54,2%)
mengenai pernyataan ini, sedangkan
yang tidak setuju adalah 45,8%. Lalu pada
generasi Milenial, mayoritas responden
setuju (50,7%), mengenai pernyataan ini,
sedangkan yang tidak setuju adalah
49,3%. Kemudian pada Gen X, mayoritas
responden tidak setuju (55,4%) mengenai
pernyataan ini, sedangkan yang setuju
adalah 44,6%.
Gambar 11 Tentang Diri Sendiri (Smartphone)
Gen Z: Generasi AI
AI merupakan trend baru dalam dunia
digital. Perkembangan yang pesat
membuat AI menjadi makin populer dan
makin masif digunakan. Sifat AI yang
mempermudah pekerjaan manusia
membuat AI semakin banyak digunakan.
Llau bagaimana awareness dan
penggunaan AI di Indonesia ?
Sebagai digital native Gen Z merupakan
generasi yang paling sering mendengar,
membaca, dan melihat kata “Artificial
Intelligence” (21,0%), diikuti oleh Milenial
(10,4%), dan Gen X (5,0%). Namun secara
umum Gen Z yang pernah mendengar
(aware) proporsinya mencapai 54,2%.
Artinya 1 dari 2 Gen Z telah mengenal AI.
Sedangkan AI belum cukup dikenal oleh
dikalangan gen X dan Milenial.
17Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
ChatGPT: AI paling
populer saat ini.
Ada banyak jenis aplikasi AI yang
saat ini bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat. Riset menemukan
bahwa ChatGPT (48,7%)
merupakan teknologi AI yang
paling populer di masyarakat,
baik secara Top of Mind (TOM),
Spontan, dan Prompted.
Kemudian Copy.ai menempati
peringkat kedua (32,4%), diikuti
oleh Gemini (30,6%), OpenAI
(21,6%), dan Luminar.ai (18,5%).
Gambar 13 Brand Awareness Teknologi AI
Berdasarkan generasi, ChatGPT
menjadi teknologi AI yang
paling populer pada setiap
generasi. ChatGPT merupakan
teknologi AI terpopuler pada
Gen Z (56,1%), Milenial (45,3%),
dan Gen X (35,1%).
Gambar 12 Awareness Terkait AI
Gambar 14 Brand Awareness Teknologi AI
- Total Awareness Menurut Generasi
Gambar 16 Tujuan Menggunakan AI
AI: Asisten Gen Z
Dalam penggunaannya, mayoritas
masyarakat menggunakan teknologi AI
sebagai asisten untuk menulis, terjemah
atau koreksi teks (38,8%). Selain itu,
teknologi AI juga digunakan untuk
mempelajari hal-hal baru (35,8%),
membantu menyelesaikan tugas pekerjaan
(28,8%), dan menjawab pertanyaan
tentang berbagai topik (28,5%).
Kemudian berdasarkan generasi, tujuan
menggunakan teknologi AI pada setiap
generasi cenderung sama. Penggunaan
teknologi AI sebagai asisten untuk menulis,
terjemah atau koreksi teks adalah alasan
utama bagi Gen Z (47,1%) dan Gen X
(29,7%), serta menjadi alasan terbesar
kedua bagi Milenial (32,4%). Kemudian
penggunaan teknologi AI untuk
mempelajari hal-hal baru merupakan
alasan utama bagi Milenial (33,6%), serta
menjadi alasan terbesar kedua bagi Gen Z
(40,1%) dan Gen X (28,8%).
18Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: Pengguna ChatGPT
Dari semua platform AI yang ada saat ini,
Chat GPT merupakan platform AI yang
paling digunakan oleh mayoritas Gen Z
Gambar 15 Platform AI yang Digunakan Menurut Generasi
dan generasi lain. Namun proporsi Gen Z
yang menggunakan Chat GPT (35,3%) lebih
banyak dibanding generasi lain. Hal ini
menjadikan Gen Z sebagai generasi yang
paling banyak menggunakan Chat GPT.
19Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gambar 17 Tujuan Menggunakan AI Menurut Generasi
Gambar 18 Pandangan Terhadap AI (Pemahaman AI)
Gen Z: Well-Informed on AI
Mayoritas masyarakat yang mengetahui
tentang AI setuju bahwa mereka memiliki
pemahaman yang baik tentang “Artificial
Intelligence” (72,69%). Dari setiap generasi,
Gen Z (79,17%) merupakan generasi yang
paling memahami AI, diikuti oleh Milenial
(71,17%), dan Gen X (65,18%). Makin muda
makin well knowledge AI.
AI: Make Job More Easy
Mayoritas masyarakat juga merasa setuju
bahwa AI akan mempermudah pekerjaan
manusia (90,75%). Dari setiap generasi, Gen
Z (92,63%) merupakan generasi yang paling
merasa setuju akan hal ini, diikuti oleh Gen
X (89,47%), dan Milenial (88,29%). Makin
muda makin percaya bahwa AI akan
mempermudah pekerjaan mereka. AI
dimasa depan secara nyata akan
mempermudah pekerjaan manusia
dimasa depan, khususnya
pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan
kecepatan, dan ketelitian.
AI: Make Positive Impact
Setiap teknologi tentu memiliki dampak
positif dan dampak negatif tak terkecuali AI.
Riset ini menanyakan dampak mana yang
dipercaya lebih banyak yang dihasilkan
dari teknologi AI, apakah dampak positif
ataukah dampak negatif. Hasil survei
menunjukkan bahwa responden percaya
bahwa AI lebih memberikan dampak positif
dibandingkan dampak negatif (83,43%).
Gen Z (84,94%) merupakan generasi yang
paling merasa setuju akan hal ini, diikuti
oleh Gen X (82,19%), dan Milenial (81,98%).
Artinya makin muda makin open mind
terhadap teknologi.
Gen Z: Antusias Dengan Produk
dan Layanan Yang
Menggunakan AI
Teknologi tentu bisa merubah banyak
aspek, termasuk pada fitur produk layanan.
Saat ini sudah mulai banyak produk dan
layanan yang menggunakan AI, khususnya
layanan customer service yang ada industri
perbankan maupun industri lain. Hasil
survei menunjukkan bahwa, mayoritas
masyarakat merasa antusias dengan
produk dan layanan yang menggunakan
teknologi AI (85,82%). Dari setiap generasi,
Gen Z (87,50%) merupakan generasi yang
paling merasa antusias terhadap produk
dan layanan berteknologi AI, diikuti oleh
Gen X (85,43%), dan Milenial (81,98%).
Artinya gen Z merupakan konsumen yang
tertarik untuk mencoba produk dan
layanan yang mengadopsi teknologi AI.
Gambar 19 Pandangan Terhadap AI (AI Terhadap Pekerjaan)
20Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gambar 20 Pandangan Terhadap AI (Dampak Positif AI)
21Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: Tidak Nervous
menggunakan AI
Gen Z merupakan generasi dengan adopsi
teknologi digital yang tinggi. Teknologi
digital adalah bagian dari keseharian
mereka, sehingga secara umum mereka
secara mental lebih siap dengan
teknologi-teknologi digital baru. Namun
demikian hasil survei menunjukkan bahwa
AI berdampak Positif Bagi
Berbagai Aspek
Secara makro, teknologi AI tentu
berdampak pada berbagai aspek. Aspek
makro yang dimaksud adalah aspek
ekonomi, ketersediaan lapangan kerja,
layanan kesehatan, layanan pendidikan,
layanan kependudukan, dan layanan
pemerintahan. Bagaimana pendapat
publik terhadap dampak AI terhadap aspek
makro tersebut.
Gambar 22 Pandangan Terhadap AI (Kegugupan)
mayoritas masyarakat merasa gugup dan
sulit beradaptasi dengan produk dan
layanan yang menggunakan teknologi AI
(67,91%). Dari setiap generasi, Gen X
(73,68%) merupakan generasi yang paling
gugup terhadap produk dan layanan
berteknologi AI, diikuti oleh Milenial (72,97%)
dan Gen Z (61,54%). Artinya makin muda
makin tidak nervous dalam menggunakan
teknologi AI.
Gambar 21 Pandangan Terhadap AI (Antusiasme)
22Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Pertama: Dampak Ekonomi
Mayoritas masyarakat percaya bahwa
penggunaan AI memiliki dampak positif
terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia pada 3-5 tahun ke depan
(86,6%). Dari setiap generasi, Gen Z (87,5%)
Gambar 23 Dampak Dari Penggunaan AI – Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 24 Dampak Dari Penggunaan AI – Industrialisasi
merupakan generasi yang paling merasa
optimis atas hal ini, diikuti oleh Gen X
(87,4%) dan Milenial (85,0%). Artinya tiga
generasi optimis bahwa pengunaan AI
akan berdampak positif pada
pertumbuhan ekonomi dimasa depan.
Kedua: Dampak Industrialisasi
Teknologi AI erat kaitannya dengan
industrialisasi, karena AI bisa membantu
optimasi berbagai peralatan industri,
maupun memunculkan teknologi baru bagi
keberlangsungan industri. Hasil survei
menunjukkan bahwa mayoritas
masyarakat berpendapat penggunaan AI
berdampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia pada 3-5 tahun ke
depan (86,6%). Dari setiap generasi, Gen Z
(87,5%) merupakan generasi yang paling
merasa optimis atas hal ini, diikuti oleh
Gen X (87,4%) dan Milenial (85,0%).
Artinya ketiga generasi memiliki
pemahaman yang sama bahwa AI akan
berdampak positif bagi industrialisasi
yang saat ini berlangsung.
23Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Ketiga: Dampak bagi Lapangan Kerja
AI didesain untuk membantu pekerjaan
manusia, dengan AI tentu ada beberapa
pekerjaan manusia yang tergantikan oleh
AI. Namun hasil survei menunjukkan bahwa
masyarakat percaya penggunaan AI
memiliki dampak positif terhadap
ketersediaan lapangan kerja di Indonesia
Gambar 25 Dampak Dari Penggunaan AI – Ketersediaan Lapangan Kerja
Gambar 26 Dampak Dari Penggunaan AI – Layanan Kesehatan
pada 3-5 tahun ke depan (75,1%). Dari
setiap generasi, Gen X (76,6%) merupakan
generasi yang paling merasa optimis atas
hal ini, diikuti oleh Milenial (74,9%) dan Gen
X (74,7%). Artinya ketiga generasi percaya
bahwa keberadaan AI tidak banyak
menggerus lapangan pekerjaan mereka.
Keempat: Dampak
Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan merupakan salah satu
layanan dasar. Adopsi teknologi pada
layanan ini terus berkembang dari waktu ke
waktu. Demikian juga adopsi teknologi AI
untuk mempercepat proses layanan. Survei
kali ini juga bertanya apakah penggunaan
AI berdampak positif pada layanan
kesehatan. Hasil survei menunjukkan
bahwa penggunaan AI memiliki juga
dampak positif terhadap layanan
kesehatan di Indonesia pada 3-5 tahun
ke depan (88,4%). Dari setiap generasi,
Milenial (90,3%) merupakan generasi
yang paling merasa optimis atas hal ini,
diikuti oleh Gen X (88,3%) dan Gen Z
(86,9%). Artinya AI dipercaya mampu
meningkatkan layanan kesehatan
dimasa depan.
24Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Kelima: Dampak Layanan
Pendidikan
Saat ini banyak AI yang dipakai untuk dunia
pendidikan, baik itu untuk pembelajaran
maupun penyusunan naskah/teks. Hasil
survei menunjukkan bahwa mayoritas
masyarakat berpendapat penggunaan AI
memiliki dampak positif terhadap layanan
Gambar 27 Dampak Dari Penggunaan AI – Layanan Pendidikan
Gambar 28 Dampak Dari Penggunaan AI – Kecepatan Layanan Pemerintah
pendidikan di Indonesia pada 3-5 tahun
ke depan (91,0%). Dari setiap generasi,
Gen Z (92,3%) merupakan generasi yang
paling merasa optimis atas hal ini, diikuti
oleh Gen X (90,1%) dan Milenial (89,9%).
Artinya ketiga generasi optimis bahwa AI
mampu memberikan dampak positif bagi
dunia pendidikan.
Keenam: Dampak Layanan
Pemerintahan
Layanan pemerintahan tentu selalu
membutuhkan bantuan teknologi. Teknologi
diharapkan mampu mengoptimalkan
kinerja pemerintahan. Hasil survei
menunjukkan bahwa mayoritas
masyarakat berpendapat penggunaan AI
memiliki dampak positif terhadap
kecepatan layanan pemerintah di
Indonesia pada 3-5 tahun ke depan
(92,7%). Dari setiap generasi, Gen X
(93,7%) merupakan generasi yang paling
merasa optimis atas hal ini, diikuti oleh
Milenial (93,5%) dan Gen Z (91,7%).
25Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Tipologi Pengguna AI
Alvara Research Center dalam riset ini
menemukan tiga tipologi pengguna AI di
Indonesia. Tiga kelompok tersebut antara lain:
1.AI Enthusiast, mereka memiliki
pemahaman yang baik terhadap AI
dan percaya bahwa AI bermanfaat
untuk manusia, mereka juga pioner
dalam menggunakan AI
2.AI Adopter, mereka sedikit terlambat
dalam menggunakan AI, tapi masih
percaya kebermanfaatan AI.
3.AI Skepticism, mereka menilai AI lebih
banyak negatifnya dibanding sisi
positifnya.
Kelompok terbesar adalah AI Adopter, yaitu
mereka yang sedikit terlambat
menggunakan AI tetapi masih percaya
kebermanfaatan AI. Jumlah kelompok ini
mencapai 66%, Kelompok terbesar
berikutnya adalah AI Scepticsm yang
mencapai 22% dan terakhir adalah kelompok
AI Enthusiast yang jumlahnya mencapai 12%.
AI Enthusiast banyak berasal dari Gen Z,
sementara makin tua generasi makin skeptis
terhadap AI. Jika dilihat dari sisi
penggunaannya maka ChatGPT menjadi AI
yang paling banyak digunakan. Mereka
menggunakan AI mayoritas untuk
membantu penulisan, mempelajari hal baru,
dan membantu menyelesaikan pekerjaan.
Gambar 29 Lanskap Pasar AI di Indonesia
26Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gambar 1 Lima Faktor Pertimbangan Utama Memilih Pekerjaan
Dunia kerja menjadi tema penting yang
selalu dipotret dalam setiap White Paper
yang dikeluarkan oleh Alvara yang terkait
dengan perilaku antar generasi.
Membahas perilaku antar generasi tidak
lengkap tanpa membahas dunia kerja.
Hasil berbagai studi menunjukkan bahwa
tiap generasi memiliki pola kerja dan kultur
kerja yang berbeda. Dari sisi pemilihan
pekerjaan, tingkat adopsi terhadap
teknologi di lingkungan kerja, cara
komunikasi dengan atasan dan sistem
kerja cukup berbeda.
Gen Z: Lokasi Kantor Gak
Penting
Ada banyak faktor orang memilih pekerjaan,
dari mulai gaji, tunjangan, jenjang karir
hingga lokasi tempat kerja. Pada survei ini
Alvara menanyakan kepada responden
terkait dengan faktor pertimbangan
memilih pekerjaan. Alvara menemukan ada
4 kesamaan faktor pertimbangan antar
generasi dalam memilih pekerjaan dari 5
faktor utama mereka dalam memilih
pekerjaan.
Keempat kesamaan faktor pertimbangan
tersebut adalah gaji, jenjang karir yang
jelas, tunjangan kerja dan jam kerja yang
fleksibel. Sedangkan satu faktor yang
membedakan Gen Z dan generasi lain
adalah perusahaan terkenal, sedangkan
bagi Milenial dan Gen X adalah lokasi dekat
dengan rumah. Bagi Gen Z yang masih
muda status perusahaan menjadi perhatian
penting dibanding lokasi kerja. Gen Z yang
masih muda, energi dan mayoritas belum
memiliki beban dalam keluarga tidak
masalah bekerja dimanapun.
Dunia Kerja
CHAPTER III
Milenial Gen-XGen-ZNo
1
2
3
4
5
Gaji GajiGaji
Jenjang karir yang jelas Jenjang karir yang jelasJenjang karir yang jelas
Tunjangan TunjanganTunjangan
Jam kerja fleksibel Jam kerja fleksibelJam kerja fleksibel
Lokasi dekat rumah Lokasi dekat rumahPerusahaan terkenal
27Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: Mengejar Jabatan
Jabatan atau jenjang karir yang terus
meningkat menjadi hal yang penting bagi
siapapun. Hasil survei menemukan bahwa
secara total, mayoritas responden memiliki
pendapat setuju (82,0%) dibanding
responden yang memiliki pendapat tidak
setuju (18,0%) mengenai “jabatan
merupakan hal yang penting bagi saya”.
Pada generasi Z, mayoritas responden
Gen Z dan Milenial
Mementingkan Kemampuan
Beradaptasi
Beradaptasi dengan berbagai hal termasuk
kemampuan yang diinginkan oleh
perusahaan terhadap para pekerjanya.
Secara total, kemampuan pola pikir yang
luas (59,0%) merupakan kemampuan yang
dianggap penting dimiliki dalam karir/
pekerjaan oleh mayoritas responden.
Kemudian diikuti oleh kemampuan
beradaptasi (58,6%), kepemimpinan (48,4%),
kemampuan digital (43,6%), kemampuan
berpikir kritis (43,1%), public speaking (40,6%),
kemampuan manajerial (40,4%), dan
kemampuan bahasa atau bilingual (29,4%).
Gambar 3 Kemampuan Dalam Berkarir (Total)
Gambar 2 Persepsi Terhadap Jabatan
setuju (86,5%) mengenai pernyataan ini
dibandingkan dengan yang tidak setuju
(13,5%). Pada generasi Milenial, mayoritas
responden setuju (81,2%) mengenai
pernyataan ini dibandingkan dengan yang
tidak setuju (18,8%). Pada generasi X,
mayoritas responden setuju (78,4%)
mengenai pernyataan ini dibandingkan
dengan yang tidak setuju (21,6%). Ada tren
menunjukkan bahwa makin muda makin
ambisius dalam mengejar jabatan.
28Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Pada generasi Z, kemampuan beradaptasi
(58,3%) merupakan kemampuan yang
dianggap penting dimiliki dalam karir/
pekerjaan oleh mayoritas responden.
Kemudian diikuti oleh kemampuan pola pikir
yang luas (54,5%), kemampuan digital
(51,4%), kepemimpinan 45,7%, public
speaking (45,5%), kemampuan berpikir kritis
(41,8%), kemampuan manajerial (37,5%),
dan kemampuan bahasa atau bilingual
(33,0%).
Pada generasi Milenial, kemampuan
beradaptasi (58,5%) merupakan
kemampuan yang dianggap penting
dimiliki dalam karir/ pekerjaan oleh
mayoritas responden. Kemudian diikuti oleh
kemampuan pola pikir yang luas (58,4%),
Gambar 4 Kemampuan Dalam Berkarir Menurut Generasi
kepemimpinan (50,0%), kemampuan digital
(42,7%), public speaking (41,1%),
kemampuan manajerial (41,1%),
kemampuan berpikir kritis (40,6%), dan
kemampuan bahasa atau bilingual (30,2%).
Pada generasi X, kemampuan pola pikir
yang luas (64,4%) merupakan kemampuan
yang dianggap penting dimiliki dalam karir/
pekerjaan oleh mayoritas responden.
Kemudian diikuti oleh kemampuan
beradaptasi (59,0%), kepemimpinan
(49,3%), kemampuan berpikir kritis (47,3%),
kemampuan manajerial (42,4%),
kemampuan digital (36,5%), public speaking
(34,9%), dan kemampuan bahasa atau
bilingual (24,6%).
Gen Z: Generasi Kutu Loncat
Lalu bagaimana persepsi antar generasi
terhadap generasi lain?. Hasil perceptual
map menunjukan bahwa Gen Z
dipersepsikan sebagai generasi yang
mudah berpindah pekerjaan dan adaptif
terhadap teknologi. Generasi Milenial
dipersepsikan suka tantangan/ tidak
mudah menyerah, dan generasi X
dipersepsikan kolot/ susah menerima
hal baru. Persepsi “kutu loncat” mudah
berpindah pekerjaan dari perusahaan
ke perusahaan lain sudah melekat
pada Gen Z.
29Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gambar 5 Pandangan Antar Generasi
Gen Z: Peduli Karir
Dibanding Keluarga
Survei ini juga menanyakan terkait dengan
bagaimana sikap mereka jika dihadapkan
antara karir dan keluarga. Secara umum
mayoritas responden lebih memilih
keluarga dibanding karir (56,2%). Artinya
enam dari sepuluh responden lebih memilih
keluarga dibanding karir, dan empat
sisanya cenderung lebih memilih karir.
Jika dilihat lebih detail Gen Z yang
memilih karir dibanding keluarga,
proporsinya lebih banyak dibanding
lain. Artinya makin muda,
kecenderungan untuk memilih karir
dibanding keluarga lebih besar
dibanding generasi yang lebih tua.
Gambar 6 Karir vs. Keluarga
30Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Leisure merupakan aktivitas dalam mengisi
waktu luang, aktivitas santai yang
dilakukan oleh setiap orang. Kegiatan ini
bisa bermacam-macam, seperti liburan,
menonton film, olahraga atau aktivitas lain
yang memang menjadi hobi setiap orang.
Menarik untuk melihat aktivitas-aktivitas
santai setiap orang berdasarkan generasi
dengan tujuan untuk bisa memetakan
aktivitas-aktivitas yang disukai oleh Gen Z,
Milenial dan Gen X.
Gen Z : Generasi Streaming
Salah satu cara yang dilakukan oleh
masyarakat dalam menghabiskan waktu
luang mereka adalah dengan menonton
film. Streaming saat ini sangat diminati oleh
masyarakat luas. Banyak sekali media
streaming film yang bermunculan. Apabila
di era 2000-an awal Bioskop sangat
menjamur dan menjadi favorit banyak
orang, di era saat ini streaming video justru
sangat diminati dan menjadi favorit.
Keberadaan streaming video memang
sangat mempermudah, karena masyarakat
tidak perlu keluar rumah atau ke mall saat
menonton sebuah film yang diinginkan.
Berdasarkan data dari nielsen, di Asia
konsumsi media streaming tertinggi adalah
di Malaysia 86% sedangkan di Indonesia
terbesar kedua berada di angka 69%.
Dengan hasil ini menunjukkan bahwa
konsumsi media streaming di Indonesia
cukup tinggi.
Berdasarkan riset Generasi yang telah
dilakukan pada bulan Oktober terkait media
streaming. Mayoritas masyarakat Indonesia
menggunakan online streaming platform
(seperti Netflix, Vidio, WeTV, Disney+, dll.)
sebagai sarana untuk menonton film
(50,8%), diikuti dengan menonton film
melalui televisi (29,8%) dan bioskop (13,5%).
Hasil pada Gambar 4.1. menunjukkan bahwa
media streaming saat ini banyak diminati
oleh publik dibandingkan Televisi dan
Bioskop.
Lalu bagaimana apabila dilihat
berdasarkan generasi, dimana Gen Z (60,1%)
dan Milenial (50,5%) merupakan generasi
yang paling sering menggunakan online
streaming platform. Sedangkan Gen X lebih
memilih untuk menonton film melalui
tayangan televisi (57,4%).
Gambar 1 Tempat Menonton Film (%)
Leisure
CHAPTER IV
31Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gambar 2 Tempat Menonton Film Menurut Generasi
Menarik dalam melihat Gen Z, dimana
dalam menonton Film tidak hanya media
streaming saja yang digunakan, melainkan
Bioskop juga masih menjadi media yang
digunakan dibandingkan media televisi.
Sedangkan di Millenial media streaming
memang banyak digunakan, namun
Televisi juga masih banyak digunakan
untuk menonton Film dibandingkan datang
ke Bioskop. Artinya Gen Z sedikit demi sedikit
sudah meninggalkan media televisi,
sedangkan di Millenial dan Gen X televisi
masih menjadi media untuk menonton Film.
Gen Z: Pemuja Romantisme
Banyak sekali genre film yang dikenal dan
diminati oleh publik, mulai dari Komedi,
Gambar 3 Jenis Film Menurut Generasi
Fantasi, Romantis, Action, Fiksi, Horor dan
sebagainya. Genre film adalah kategori
atau klasifikasi film berdasarkan tema,
cerita, atau elemen yang dominan, dan di
era saat ini Genre film seringkali saling
berbaur (hybrid genres), seperti
aksi-petualangan, komedi-romantis, atau
fiksi ilmiah-thriller. Pemilihan genre
seringkali mempengaruhi gaya narasi,
penonton target, dan teknik produksi.
Mengenai jenis film yang ditonton, setiap
generasi menikmati tontonan film yang
berbeda-beda. Gen Z cenderung lebih
suka menonton film Romance dan Action,
kemudian Milenial lebih suka menonton
film Drama, dan Gen X lebih suka
menonton film Komedi.
32Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen X banyak yang lebih menyukai genre
film komedi bisa jadi karena pengaruh
film-film jaman dulu yang lebih banyak
genre komedi seperti Warkop DKI,
Nagabonar dan sebagainya. Sedangkan di
Milenial lebih banyak menyukai film Genre
Drama karena pengaruh dijamannya yang
lebih banyak Sinetron, Drama Korea, atau
film-film yang memiliki puluhan episode.
Gen Z lebih menyukai Romance karena
sebagai anak muda bisa jadi belum
memiliki pasangan dan ada faktor perilaku
yang telah memasuki masa puber.
Gen Z: Penikmat Musik Modern
Mendengarkan musik merupakan kegiatan
yang banyak disukai oleh publik.
Mendengarkan musik bisa membuat setiap
orang bisa lebih nyaman dalam melakukan
aktivitas seperti pekerjaan atau aktivitas
yang lain. Genre musik juga
bermacam-macam, mulai dari Pop, Rock,
Jazz, Hip Hop dan sebagainya, bahkan
genre musik juga ada yang muncul
berdasarkan kultur dan alat musik khas dari
sebuah negara. Misalnya di Indonesia yang
memiliki genre musik Dangdut asli dari
negara Indonesia karena memiliki alat
musik khas berupa kendang/ gendang. Alat
musik ini membuat siapapun yang
mendengarnya harus menari/ joget. Bahkan
berdasarkan sumber pemberitaan musik
dangdut telah resmi didaftarkan ke UNESCO
sebagai warisan budaya tak benda
Indonesia pada tahun 2023. Pengajuan ini
dilakukan oleh Persatuan Artis Musik
Dangdut Melayu-Indonesia (PAPPMI)
bersama Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Dalam mendengarkan musik di era saat ini
bisa melalui media manapun, mulai dari
streaming, download melalui internet dan
sebagainya. Perkembangan musik di era 80
– 90an masih menggunakan kaset.
Hadirnya Komputer membuat
perkembangan musik semakin berkembang
dengan menghadirkan kaset CD. Namun
saat ini sudah semakin berkembang lagi
tidak perlu menggunakan kaset melainkan
menggunakan Smartphone masing-masing
dengan mendownload aplikasi streaming
musik seperti Joox, Spotify, You Tube Music
dan sebagainya. Berdasarkan sumber
pemberitaan Apple Music dan Spotify
menjadi pihak yang memberikan kontribusi
sebanyak 67% sepanjang tahun 2022, yang
menandakan bahwa masyarakat dunia
telah beralih mendengarkan musik
menggunakan aplikasi streaming. Mengutip
dari pemberitaan CNN juga menunjukkan
hasil demikian, yaitu Asosiasi Industri
Rekaman Amerika (RIAA) menyebut 75
persen pendapatan industri musik Amerika
Serikat berasal dari layanan streaming
musik. Sehingga layanan streaming musik
seperti Spotify turut mendongkrak
pendapatan Industri musik di Amerika
Serikat. Sedangkan di Indonesia menurut
pemberitaan dari Antara News juga
menunjukkan hasil demikian, dimana
Laporan Global IFPI menyebutkan, layanan
streaming mewakili pangsa 90,6 persen dari
total pendapatan musik pada tahun 2022 di
Indonesia, terhitung 75,4 juta dolar. Angka ini
berarti adanya kenaikan sebesar 36,7
persen dari tahun 2021.
Survei yang telah dilakukan oleh Alvara
Strategi Indonesia, menunjukkan aktivitas
mendengarkan musik merupakan aktivitas
yang juga banyak dilakukan dan ada
beberapa genre musik yang menjadi favorit
masyarakat Indonesia. Mayoritas
masyarakat cenderung mendengarkan
lagu-lagu bergenre Pop (68,5%), dan disusul
oleh genre Dangdut (42,5%).
33Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Kemudian berdasarkan
generasi, Gen Z (31,5%)
dan Milenial (28%)
merupakan penikmat
musik Pop tertinggi di
masyarakat.
Sedangkan Gen X lebih
memilih untuk
mendengarkan lagu
Dangdut (30,7%).
Gambar 5 Jenis Genre Musik Menurut Generasi
Musik pop hingga saat ini menjadi genre
musik yang memang paling banyak
didengar oleh publik utamanya anak muda.
Terlihat dari genre musik yang didengar
oleh Gen Z dan Millenial lebih banyak di
musik Pop. Kedua generasi tersebut banyak
banyak mengenal penyanyi pop seperti
Raisa, Isyana, Mahalini, Afgan, Lyodra, dan
sebagainya. Menariknya pada genre musik
Dangdut selain Gen X, Millenial juga cukup
tinggi mendengar genre tersebut. Memang
kita tahu diera sekarang, Dangdut mulai
mendapatkan hati dari masyarakat,
terutama lagu-lagu jawa. Selain itu
penyanyi Dangdut modern juga mulai
bermunculan, seperti Lesti, Via Valen,
Rhoma Irama, Nassar, Rara Lida, Inul
Daratista, Soimah, Danny Cak Nan,
Guyonwaton, Ndarboy Genk dan
sebagainya. Genre musik dangdut saat ini
mendapatkan hati di masyarakat juga
karena adanya modernisasi, dimana
dangdut yang dulu dicitrakan musiknya
orang Desa menjadi musik yang bisa
dinikmati kalangan orang kota dengan
menggabungkan genre musik lain dengan
dangdut.
Gen Z: Penyuka Olahraga Tim
Olahraga merupakan aktivitas yang sangat
bermanfaat untuk mengisi waktu luang.
Olahraga merupakan aktivitas yang
menyehatkan dan menjadi gaya hidup saat
ini. Setiap orang memiliki kesukaan bidang
olahraga, tidak hanya olahraga di luar
rumah ada juga olahraga di dalam rumah
seperti Yoga, Push-up, sit up dan
sebagainya. Survei yang dilakukan Alvara
Strategi Indonesia terkait aktivitas olahraga
memiliki beberapa kecenderungan
olahraga yang diminati oleh generasi di
Indonesia.
Setiap generasi memiliki preferensinya
masing-masing dalam memilih olahraga.
Gen Z cenderung menyukai olahraga tim,
yaitu Futsal dan Sepak Bola. Kondisi ini
menunjukkan bahwa Gen Z memiliki
ketertarikan yang lebih saat menonton
Timnas Indonesia bertanding. Gen Z sangat
mengikuti perkembangan Timnas Indonesia
dibandingkan generasi lainnya. Saat kalah,
Gen Z siap untuk memberikan komentar
pedas atau komentar mendukung untuk
pemain Timnas yang bermainnya tidak
baik. Kemudian untuk generasi lain, Milenial
lebih memilih olahraga Renang dan Bulu
Tangkis, lalu Gen X lebih memilih Lari dan
Bersepeda. Lari dan bersepeda merupakan
kegiatan olahraga yang saat ini banyak
dilakukan oleh para orang tua seperti Gen X.
Masyarakat yang memiliki hobi/ aktivitas
bersepeda bisa melakukannya hingga
berjarak yang cukup jauh dari rumahnya.
Gambar 4 Genre Musik
Musik pop hingga saat ini menjadi genre
musik yang memang paling banyak
didengar oleh publik utamanya anak muda.
Terlihat dari genre musik yang didengar
oleh Gen Z dan Millenial lebih banyak di
musik Pop. Kedua generasi tersebut banyak
banyak mengenal penyanyi pop seperti
Raisa, Isyana, Mahalini, Afgan, Lyodra, dan
sebagainya. Menariknya pada genre musik
Dangdut selain Gen X, Millenial juga cukup
tinggi mendengar genre tersebut. Memang
kita tahu diera sekarang, Dangdut mulai
mendapatkan hati dari masyarakat,
terutama lagu-lagu jawa. Selain itu
penyanyi Dangdut modern juga mulai
bermunculan, seperti Lesti, Via Valen,
Rhoma Irama, Nassar, Rara Lida, Inul
Daratista, Soimah, Danny Cak Nan,
Guyonwaton, Ndarboy Genk dan
sebagainya. Genre musik dangdut saat ini
mendapatkan hati di masyarakat juga
karena adanya modernisasi, dimana
dangdut yang dulu dicitrakan musiknya
orang Desa menjadi musik yang bisa
dinikmati kalangan orang kota dengan
menggabungkan genre musik lain dengan
dangdut.
Gen Z: Penyuka Olahraga Tim
Olahraga merupakan aktivitas yang sangat
bermanfaat untuk mengisi waktu luang.
Olahraga merupakan aktivitas yang
menyehatkan dan menjadi gaya hidup saat
ini. Setiap orang memiliki kesukaan bidang
olahraga, tidak hanya olahraga di luar
rumah ada juga olahraga di dalam rumah
seperti Yoga, Push-up, sit up dan
sebagainya. Survei yang dilakukan Alvara
34Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Strategi Indonesia terkait aktivitas olahraga
memiliki beberapa kecenderungan
olahraga yang diminati oleh generasi di
Indonesia.
Setiap generasi memiliki preferensinya
masing-masing dalam memilih olahraga.
Gen Z cenderung menyukai olahraga tim,
yaitu Futsal dan Sepak Bola. Kondisi ini
menunjukkan bahwa Gen Z memiliki
ketertarikan yang lebih saat menonton
Timnas Indonesia bertanding. Gen Z sangat
mengikuti perkembangan Timnas Indonesia
dibandingkan generasi lainnya. Saat kalah,
Gen Z siap untuk memberikan komentar
pedas atau komentar mendukung untuk
pemain Timnas yang bermainnya tidak
baik. Kemudian untuk generasi lain, Milenial
lebih memilih olahraga Renang dan Bulu
Tangkis, lalu Gen X lebih memilih Lari dan
Bersepeda. Lari dan bersepeda merupakan
kegiatan olahraga yang saat ini banyak
dilakukan oleh para orang tua seperti Gen X.
Masyarakat yang memiliki hobi/ aktivitas
bersepeda bisa melakukannya hingga
berjarak yang cukup jauh dari rumahnya.
Gen Z: FOMO Live Event
Live event atau pertunjukan langsung
merupakan aktivitas yang juga dilakukan
ketika memiliki waktu luang. Namun tidak
seperti aktivitas lainnya, mayoritas publik
(75,7%) belum pernah mengunjungi live
event. Tetapi, dari masyarakat yang pernah
mengunjungi live event (24,3%), Gen Z
merupakan generasi terbanyak yang
mengunjungi Live Event (35,2%),
dibandingkan dengan Milenial (23,2%) dan
Gen X (14,4%). Live event menjadi gaya
hidup di era sekarang meskipun sudah ada
streaming video. Karena dengan adanya
live event membuat masyarakat sejenak
refreshing selain berlibur.
Gambar 6 Olahraga yang Dilakukan
35Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gambar 7 Kunjungan Live Event
Kemudian dari masyarakat yang pernah
mengunjungi live event, konser/ festival
musik merupakan live event yang menjadi
tujuan utama mereka (69,6%). Live event
yang dikunjungi selanjutnya adalah
pertandingan olahraga (38,1%) dan
pameran seni (18,8%). Konser musik masih
digemari oleh masyarakat, apalagi di era
sekarang banyak band-band lama era
2000an yang melakukan konser reuni untuk
membuat masyarakat bernostalgia dengan
lagu-lagu band tersebut. Selain konser
musik, pertandingan olah raga juga
menjadi live event yang banyak ditonton
oleh masyarakat. Kita tahu bahwa saat ini
performa Timnas Indonesia sedang bagus,
Gambar 9 Jenis Live Event Menurut Generasi
ini menjadi daya tarik masyarakat untuk
menonton atau datang langsung ke stadion
demi mendukung Timnas Indonesia.
Jika dilihat berdasarkan
generasi, semua generasi
cenderung memilih konser/
festival musik sebagai tujuan live
event utama mereka, dengan
71,4% dari Gen Z, diikuti oleh 75,9%
Milenial dan 52,5% Gen X yang
memilih untuk mengunjungi
konser/ festival musik. Namun
menarik untuk melihat
pertandingan olahraga, Gen X
cukup tinggi yang cenderung
menonton secara langsung.
Gambar 8 Jenis Live Event
36Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z dan Milenial: Eventholic
Live event banyak dilaksanakan baik di
pusat maupun daerah. Dalam setahun bisa
terdapat beberapa kali live event karena ini
merupakan salah satu hiburan masyarakat.
Namun dalam menonton live event
masyarakat memiliki frekuensi tersendiri.
Berdasarkan survei yang sudah Alvara
lakukan di bulan Oktober 2024 menunjukkan
Gambar 10 Frekuensi Kunjungan Live Event
bahwa mayoritas mendatangi live event
beberapa kali dalam setahun (51,5%),
disusul oleh masyarakat yang mendatangi
live event sekali dalam setahun (30,2%).
Berdasarkan generasi, mayoritas Gen Z
(54,2%) juga memiliki frekuensi yang sama
dalam mengunjungi live event, yaitu
beberapa kali dalam setahun, diikuti oleh
Milenial (53,8%) dan Gen X (40,0%).
Apabila melihat data survei di Gambar 4.10.
menunjukkan bahwa Gen Z dan Millenial
paling sering menonton live event beberapa
kali dalam setahun dibandingkan Gen X.
Justru Gen X lebih tinggi menonton live
event sekali dalam setahun. Perbedaan
antar generasi ini menunjukkan bahwa live
event merupakan kegiatannya para
generasi muda.
Gen Z dan Milenial:
Pecandu Liburan
Liburan/ berwisata saat ini menjadi gaya
hidup masyarakat. Aktivitas dalam mengisi
waktu luang dengan berwisata adalah
kegiatan wajib hampir setiap minggu. Istilah
atau bahasa keren berwisata/ liburan
adalah hiling. Berdasarkan data BPS
Indonesia per-september 2022 – 2024,
jumlah kunjungan wisatawan Nusantara/
domestik selalu mengalami peningkatan.
Peningkatan paling signifikan terlihat
antara bulan September 2023 dengan
September 2024, dimana pada tahun 2023
sebesar 30,47%, sedangkan di tahun 2024
sebesar 42,23%.
Gambar 11 Jumlah kunjungan
wisatawan domestik
37Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Berdasarkan data survei Alvara di bulan
Oktober 2024, secara keseluruhan, semua
generasi sangat antusias untuk berwisata/
liburan setiap tahunnya (57,8%).
Gambar 12 Wisata/ Liburan
Berdasarkan generasi, Gen Z merupakan
generasi yang paling banyak berwisata
(60,4%), disusul oleh Milenial (59,1%), dan
Gen X (53,4%).
Minat berwisata bagi generasi muda sangat
tinggi dibandingkan Gen X. Gen Z dan
Millenial menjadikan liburan/ berwisata
sebagai gaya hidup dan kebutuhan
penting. Setiap Weekend pasti kaum-kaum
muda berpergian di tempat wisata jauh
atau dekat dari rumah mereka. Berbeda
dengan generasi muda, Gen X meskipun
juga tinggi berwisata namun masih lebih
tinggi Gen Z dan Millenial.
Kemudian mengenai destinasi wisata yang
dituju, mayoritas masyarakat memilih untuk
bepergian ke luar kota (51,0%). Namun jika
dilihat berdasarkan generasi, hanya Milenial
(52,1%) dan Gen X (53,2%) yang memilih
berwisata ke luar kota. Sedangkan Gen Z
cenderung lebih memilih untuk berwisata
mengunjungi destinasi yang masih dalam
satu kota domisili mereka (52,0%).
Dalam kunjungan di tempat wisata Gen Z
cenderung masih dalam satu kota bisa
terjadi karena Gen Z adalah kelompok
Gambar 13 Tempat Wisata
muda yang mungkin belum memiliki
pekerjaan tetap. Sehingga memilih untuk
berlibur yang murah yaitu masih dalam
satu kota. Berbeda dengan Millenial dan
Gen X yang cenderung menyukai berlibur di
luar kota. Kedua generasi ini telah memiliki
penghasilan dan lebih mencari
tempat-tempat viral diluar kota untuk
dikunjungi.
Lalu mengenai frekuensi dalam berwisata,
mayoritas masyarakat berwisata/ liburan
dua kali dalam satu tahun (37,2%). Hal yang
sama juga tercermin jika dilihat
berdasarkan generasi, di mana Gen Z
(37,4%), Milenial (35,3%), dan Gen X (39,4%)
memilih untuk berwisata dua kali dalam
satu tahun.
38Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Minat berwisata bagi generasi muda sangat
tinggi dibandingkan Gen X. Gen Z dan
Millenial menjadikan liburan/ berwisata
sebagai gaya hidup dan kebutuhan
penting. Setiap Weekend pasti kaum-kaum
muda berpergian di tempat wisata jauh
atau dekat dari rumah mereka. Berbeda
dengan generasi muda, Gen X meskipun
juga tinggi berwisata namun masih lebih
tinggi Gen Z dan Millenial.
Kemudian mengenai destinasi wisata yang
dituju, mayoritas masyarakat memilih untuk
bepergian ke luar kota (51,0%). Namun jika
dilihat berdasarkan generasi, hanya Milenial
(52,1%) dan Gen X (53,2%) yang memilih
berwisata ke luar kota. Sedangkan Gen Z
cenderung lebih memilih untuk berwisata
mengunjungi destinasi yang masih dalam
satu kota domisili mereka (52,0%).
Dalam kunjungan di tempat wisata Gen Z
cenderung masih dalam satu kota bisa
terjadi karena Gen Z adalah kelompok
muda yang mungkin belum memiliki
pekerjaan tetap. Sehingga memilih untuk
berlibur yang murah yaitu masih dalam
satu kota. Berbeda dengan Millenial dan
Gen X yang cenderung menyukai berlibur di
luar kota. Kedua generasi ini telah memiliki
penghasilan dan lebih mencari
tempat-tempat viral diluar kota untuk
dikunjungi.
Lalu mengenai frekuensi dalam berwisata,
mayoritas masyarakat berwisata/ liburan
dua kali dalam satu tahun (37,2%). Hal yang
sama juga tercermin jika dilihat
berdasarkan generasi, di mana Gen Z
(37,4%), Milenial (35,3%), dan Gen X (39,4%)
memilih untuk berwisata dua kali dalam
satu tahun.
Gen Z: Wisata Sambil Touring
Jika berbicara tentang wisata/ liburan,
maka salah satu aspek penting yang perlu
dipersiapkan adalah transportasi yang akan
digunakan untuk berwisata.
Bermacam-macam cara dalam
mengunjungi tempat wisata tergantung
dari apa yang disukai oleh masyarakat. Ada
yang menggunakan Motor dan Mobil
Pribadi, ada pula yang menggunakan
Gambar 14 Frekuensi Wisata
Transportasi umum seperti Bus, Kereta,
Pesawat dan Kapal.
Secara keseluruhan, mayoritas masyarakat
memilih untuk menggunakan transportasi
sepeda motor pribadi untuk berwisata/
liburan (61,0%). Hal ini diikuti oleh
penggunaan mobil pribadi (39,4%) untuk
berwisata.
Gambar 15 Transportasi Wisata
Kemudian jika dilihat berdasarkan generasi,
semua generasi cenderung menggunakan
transportasi sepeda motor pribadi untuk
berwisata/ liburan, dengan Gen Z (71,3%)
sebagai generasi yang paling banyak
menggunakan sepeda motor pribadi untuk
berwisata, diikuti oleh Milenial (61,8%), dan
Gen X (47,8%).
Gambar 16 Transportasi Wisata Menurut Generasi
39Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Namun menarik melihat berdasarkan
generasi, dimana semakin tua generasi
maka penggunaan transportasi pribadi
tidak hanya menggunakan motor namun
juga menggunakan mobil. Gen Z sebagai
generasi muda memang lebih
mengandalkan motor dibandingkan mobil,
karena generasi ini seperti yang sudah
disinggung belum memiliki pekerjaan tetap
atau masih baru bekerja. Sedangkan
Millenial dan Gen X merupakan generasi
yang rata-rata sudah ada yang memiliki
motor dan mobil.
Gen Z: Liburan Tak Terencana
Ada istilah di masyarakat apabila liburan
yang direncanakan justru gagal total
dibandingkan liburan yang tidak
direncanakan. Sehingga dalam survei yang
Gambar 17 Pemesanan Tiket Wisata
dilakukan pada bulan Oktober 2024, bagi
masyarakat yang berwisata dengan
menggunakan transportasi umum, secara
keseluruhan, mayoritas masyarakat
cenderung memesan tiket transportasi
secara on the spot, atau membeli tiket
langsung di hari keberangkatan (52,7%).
Jika dilihat berdasarkan generasi, Gen X
(57,0%) merupakan generasi yang paling
banyak memesan tiket transportasi secara
on the spot, diikuti oleh Milenial (51,1%) dan
Gen Z (49,6%). Cara pemesanan on the spot
yang banyak dilakukan oleh Gen X bisa
terjadi karena jaman dulu orang kalau
membeli tiket tidak melalui online
melainkan langsung ke kasir pembelian
tiket di stasiun dan terminal. Karena Gen X
yang masih belum bisa membeli tiket
secara online memutuskan untuk membeli
tiket secara langsung.
Sedangkan untuk Gen Z dan Millenial
persepsi membeli tiket secara on the spot
berbeda dengan Gen X, yaitu mencari
diskon. Pada sistem kereta api, 1 jam
sebelum keberangkatan apabila membeli
secara on the spot akan mendapatkan
diskon yang bisa 50% bahkan lebih. Diskon
inilah yang membuat Gen Z dan Millenial
memilih untuk membeli tiket on the spot
supaya bisa menekan biaya transportasi.
Aspek lain yang penting dalam ketika
berwisata/ liburan adalah akomodasi.
Secara keseluruhan masyarakat cenderung
untuk tidak menggunakan jasa hotel atau
penginapan pada saat wisata/ liburan
(45,5%). Jika dilihat berdasarkan generasi,
Milenial (48,6%) memiliki kecenderungan
tertinggi untuk tidak menggunakan jasa
hotel atau penginapan, diikuti oleh Gen X
(43,8%) dan Gen Z (43,4%).
40Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: FOMO Mendaki Gunung
Sejak adanya film 5 cm dengan latar
belakang pendakian di Gunung Mahameru,
membuat masyarakat memiliki keinginan
untuk mendaki gunung hingga saat ini.
Bahkan di Youtube bermunculan
konten-konten pendakian gunung baik
berkelompok maupun sendiri (solo hiking).
Tidak hanya pendaki-pendaki gunung baru
yang bermunculan, di setiap daerah mulai
membuka jalan untuk bukit-bukit yang tidak
memiliki ketinggian ekstrim. Tujuannya
supaya masyarakat pecinta aktivitas
pendakian gunung tidak hanya mendaki
gunung-gunung tinggi saja, melainkan juga
mendaki gunung-gunung ketinggian
rendah yang tidak kalah view/
pemandangannya.
Hasil survei menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, masyarakat lebih memilih
untuk berwisata alam (65,5%), seperti
mengunjungi pantai, gunung, hutan, dan air
terjun. Lalu berdasarkan generasi, Gen Z
(75,0%) memiliki kecenderungan tertinggi
untuk berwisata alam, diikuti oleh Milenial
(61,0%), dan Gen X (60,3%).
Gambar 18 Pemesanan Hotel
Gambar 19 Aktivitas Wisata
Gen Z tertinggi dalam mengunjungi wisata
alam seperti pendakian gunung dan
sebagainya. Karena ini merupakan gaya
hidup bagi anak muda. Berbeda dengan
Millenial dan Gen X yang mungkin ada
keterbatasan usia, sehingga wisata alam
tetap tinggi namun tidak terlalu tinggi
dibandingkan Millenial dan Gen X.
41Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Potret perilaku keuangan merupakan
bagian penting yang harus dipotret dalam
studi generasi. Kondisi makro ekonomi
yang dinamis membuat keuangan
keluarga dan perilaku keuangan
masyarakat juga mudah berubah. Secara
makro ekonomi Indonesia saat ini dalam
situasi yang baik, dan dalam kondisi
pemulihan setelah COVID-19 yang
membuat ekonomi Indonesia mengalami
tekanan hebat. Tumbuhnya teknologi baru
dalam bidang keuangan juga membuat
perilaku masyarakat dalam memilih
produk keuangan dan dalam transaksi
keuangan juga berubah. Akibatnya perilaku
antar generasi bisa berbeda. Lalu
bagaimana potret kondisi keuangan dan
perilaku keuangan antar generasi saat ini? Semua Generasi Dalam
Tekanan Ekonomi
Dalam satu tahun terakhir, mayoritas
masyarakat memiliki nilai pengeluaran
rumah tangga yang sama dengan
penghasilan mereka. Satu dari dua
masyarakat menyatakan bahwa kondisi
pengeluaran mereka sama dengan
pendapatan, bahkan tiga dari sepuluh
masyarakat juga menyatakan bahwa
pengeluaran mereka lebih banyak daripada
pendapatan. Temuan tersebut terjadi
hampir di semua generasi, baru Gen
Z,Milenial maupun Gen X. Bahkan
pengeluaran Milenial yang mengalami
defisit proporsinya lebih banyak dibanding
generasi lain.
Gambar 1 Pengeluaran Rumah Tangga Dibanding Penghasilan
KONDISI EKONOMI &
PERILAKU KEUANGAN
CHAPTER V
42Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Jika dilihat tentang situasi pendapatan
mereka dan keluarga, mayoritas semua
generasi mengatakan bahwa dalam 1 tahun
terakhir kondisi pendapatan sama saja
dibandingkan tahun lalu. Ada tujuh dari
sepuluh masyarakat yang menyatakan
bahwa kondisi pendapatan mereka tidak
Gambar 2 Kondisi Pendapatan Dibandingkan Tahun Lalu
Gambar 3 Kondisi Pengeluaran Dibanding Tahun Lalu
mengalami peningkatan dibanding
tahun sebelumnya. Sedangkan generasi
yang paling banyak mengalami
penurunan pendapatan adalah Gen X.
Artinya semua generasi mengalami
stagnasi dalam pendapatan mereka
selama 1 tahun terakhir.
Jika dilihat situasi pengeluaran mereka,
maka terlihat bahwa mayoritas semua
generasi mengatakan bahwa dalam 1 tahun
terakhir kondisi pengeluaran sama saja
dibandingkan tahun lalu. Ada 67,1% yang
menyatakan pengeluaran mereka sama
dengan tahun lalu, namun ada 28,6 yang
menyatakan pengeluaran mereka lebih
banyak dibanding tahun lalu.Jika dilihat
dari sisi generasi maka Milenial dan Gen X
yang pengeluarannya lebih banyak
dibanding tahun lalu proporsinya lebih
besar dibanding Gen Z.
43Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Jika dilihat dari sisi investasi, maka terlihat
bahwa mayoritas semua generasi
mengatakan bahwa dalam 1 tahun terakhir
kondisi investasi sama saja dibandingkan
tahun lalu (74,8%). Sedangkan yang
menyatakan turun secara keseluruhan
terdapat 19,2% dan menyatakan naik hanya
Gambar 4 Kondisi Investasi Dibandingkan Tahun Lalu
Gambar 5 Kondisi Tabungan Dibandingkan Tahun Lalu
6%. Berdasarkan generasi, Milenial dan Gen
X menilai kondisi investasi turun, lebih tinggi
dibandingkan Gen Z yaitu lebih dari 20%.
Artinya dari sisi investasi pun mayoritas
tidak mengalami peningkatan yang berarti,
dan bahkan lebih banyak yang
menyatakan mengalami penurunan.
Jika dilihat dari sisi tabungan maka terlihat
bahwa mayoritas masyarakat mengatakan
bahwa dalam 1 tahun terakhir kondisi
tabungan sama saja dibandingkan tahun
lalu yaitu sebesar 69,5%, yang menyatakan
turun sebesar 19,5% dan Naik sebesar 11%.
Sedangkan berdasarkan generasi, kondisi
tabungan untuk Milenial menilai 21,4% turun,
lebih tinggi dibandingkan Gen X dan Gen Z.
Artinya tidak banyak masyarakat dari
berbagai generasi yang mengalami
kenaikan tabungan.
E-Wallet: Dompetnya Gen Z
Produk keuangan merupakan produk yang
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,
baik untuk Transaksi atau investasi. Menarik
dalam melihat produk keuangan yang
digunakan berdasarkan generasi, di mana
E-Wallet merupakan produk keuangan yang
banyak digunakan oleh Gen Z.
Dari berbagai macam produk keuangan
yang ada di Indonesia, mayoritas masih
menggunakan produk keuangan Tabungan
Simpanan yaitu sebesar 88,5%. Tertinggi
kedua produk keuangan yang digunakan
adalah E-Wallet sebesar 35,7%, QRIS sebesar
17% dan E-Money sebesar 15,5%. Sisanya
terdapat produk-produk yang lain seperti
investasi, kredit dan sebagainya, namun
persentasenya di bawah 10%.
44Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Ketiga generasi mengalami tekanan
ekonomi di tahun ini. Situasi sulit yang
mereka alami terlihat dari pendapatan
yang stagnan kemudian diikuti oleh
peningkatan pengeluaran, penurunan
tabungan dan tidak ada peningkatan
dalam investasi mereka.
Gen Z: Masih Mengandalkan
Uang Saku
Gen Z masih bergantung dengan uang saku
dari orang tua, yaitu sebesar 51,7%, tertinggi
kedua berasal dari gaji/ upah yaitu sebesar
38,7%. Ini menandakan bahwa Gen Z
merupakan pemuda yang masih
bergantung dengan pendapatan orang tua
dan mereka merupakan pekerja muda juga
bagi yang pemasukan melalui gaji/ upah.
Sedangkan Milenial dan Gen X memiliki
cukup banyak keran pemasukan. Generasi
ini juga sudah tidak bergantung dari
pendapatan orang tua. Milenial sumber
pemasukannya melalui Pasangan (45,9%),
Usaha Pribadi (44,9%) dan Gaji/ Upah
(39,4%). Sedangkan Gen X lebih banyak
pemasukannya melalui Usaha Pribadi
(54,3%), Pasangan (38,5%) dan Gaji/ Upah
(31,7%).
Gambar 6 Sumber Pemasukan Keuangan Menurut Generasi
45Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gambar 7 Produk Keuangan Yang Digunakan
Berdasarkan generasi, terlihat di Gen Z
meskipun tabungan simpanan juga banyak
digunakan, namun masih lebih tinggi
digunakan oleh Milenial dan Gen X. Gen Z
dalam penggunaan E-Wallet cukup lebih
tinggi dibandingkan Milenial dan Gen X yaitu
sebesar 50%. Artinya, Gen Z merupakan
Gambar 8 Produk Keuangan Yang Digunakan Menurut Generasi
generasi yang telah mengubah pola
penggunaan Produk Keuangan di mana
rata-rata masih bergantung di Tabungan
Simpanan. E-Wallet merupakan solusi baru
bagi Gen Z selain tabungan simpanan
dalam penggunaan produk keuangan yang
ada saat ini.
46Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: Rentan Secara Ekonomi
Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat
88% masyarakat menilai setuju terhadap
pernyataan “Saya mengalokasikan dana
darurat untuk kebutuhan khusus dan
mendesak”. Jika dilihat secara generasi
maka terlihat bahwa generasi yang lebih
muda, cenderung lebih kurang siap jika ada
permasalahan ekonomi. Mereka cenderung
lebih rentan, karena secara mindset banyak
dari mereka yang kurang mempersiapkan
dana darurat.
Gen Z: Experience Minded
Gen Z adalah pecinta pengalaman
(experience). Bagi mereka pengalaman
lebih penting dibandingkan dengan aset.
Bagi mereka pengalaman adalah aset.
Mayoritas Gen X lebih memilih untuk
mengeluarkan uang demi memiliki aset
pribadi daripada menambah pengalaman
pribadi dibandingkan generasi Milenial dan
Gen Z. Artinya Gen X mementingkan aset
untuk kepentingan dihari tua nanti.
Sedangkan Gen Z dan Milenial lebih banyak
ke arah Pengalaman, karena mereka
merupakan kelompok pekerja.
Gambar 9 Alokasi Dana Darurat
Gambar 10 Prioritas Antara Pengalaman atau Aset
47Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: Sudah Bersentuhan
Dengan Pinjol
Hasil Pinjol (Pinjaman Online) adalah inovasi
produk keuangan baru yang mengadopsi
teknologi. Produk keuangan ini menawarkan
kemudahan dalam meminjam. Hanya
bermodal smartphone dan KTP, uang bisa
cair dalam sekejap. Pinjol sering disebut
juga Fintech. Hasil survei menemukan
bahwa semua generasi pernah
bersentuhan dengan pinjol. Meskipun
jumlahnya kecil, di semua generasi ada
yang menjadi nasabah produk ini. Proporsi
gen Z yang pernah menjadi nasabah Pinjol
jumlahnya mencapai 6,8%, kemudian
Milenial 8,5% dan Gen X 7,2%. Meskipun
sebagai generasi paling muda, ternyata
Gen Z sudah ada 6,8% Gen Z yang menjadi
nasabah pinjol.
Gen Z: Suka Ngeslot
Judi online atau yang lebih dikenal dengan
Judol adalah penyakit masyarakat. Jika kita
menyimak berita, maka judol ini sudah
menjadi perhatian pemerintah selama
beberapa tahun terakhir. Banyak kasus
yang terjadi yang timbul akibat judol ini,
seperti perceraian, pembunuhan dan yang
lainya. Kondisi ini tentu meresahkan. Terkait
dengan judi online/ bermain slot, mayoritas
publik tidak pernah melakukan judi online/
bermain slot. Secara keseluruhan, 4,5%
yang pernah judi online/ bermain slot.
Sedangkan berdasarkan generasi yang
pernah bermain slot/ judi online di Gen Z
ada 5,6%, Milenial mencapai 4% dan Gen X
mencapai 4,1%. Uniknya justru judol ini lebih
banyak dilakukan oleh gen Z dibanding
generasi lain.
Gambar 11 Meminjam Pada Fintech
Gambar 12 Bermain Slot/ Judi Online
48Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: Pelahap Tren
Tren terus mengalami perkembangan dan
pembaharuan setiap tahun, tahun baru
artinya akan muncul tren baru. Tren terus
berubah karena tren ini memang diciptakan
agar industrialisasi terus berjalan. Memilah
antara kebutuhan dan keinginan menjadi
sangat penting, lalu manakah generasi
yang lebih mementingkan tren dibanding
kebutuhan.
Gambar 13 Membeli Sesuai Kebutuhan
Gambar 14 Membeli Sesuai Keinginan
Secara umum, hasil survei menunjukkan
bahwa hanya ada 34,5% menyatakan
selalu membeli barang sesuai kebutuhan,
artinya sisanya adalah mereka yang
membeli barang kurang sesuai atau
bahkan tidak sesuai kebutuhan. Jika dilihat
secara generasi maka dapat terlihat
bahwa makin muda makin sedikit yang
membeli barang sesuai kebutuhan.
Indikasi lain adalah intensitas membeli
barang yang diinginkan meskipun tidak
sesuai dengan kebutuhan. Proporsi Gen Z
yang tidak pernah membeli barang yang
diinginkan meskipun tidak dibutuhkan
mencapai 17,5%, proporsi tersebut lebih
kecil dibanding generasi sebelumnya.
Artinya Gen Z yang membeli barang yang
diinginkan meskipun bukan kebutuhan
proporsinya paling besar dibanding
generasi sebelumnya. Hal ini menunjukan
bahwa Gen Z adalah pelahap tren, dan
korban tren terbesar.
49Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Gen Z: Bukan Financial
Planner Yang Baik
Tren Manajemen keuangan merupakan
bagian penting dalam mengelola
keuangan. Siapa yang bisa melakukan
manajemen keuangan maka resiko untuk
mengalami kesulitan keuangan menjadi
semakin kecil. Lalu siapakah diantara ketiga
generasi yang merupakan financial
planner?.
Hasil survei menemukan bahwa Gen Z
bukan financial planner yang baik
dibandingkan Milenial dan Gen X. Ada
beberapa indikator yang kami temukan
diantaranya:
Gambar 15 Alokasi Khusus Pengeluaran
Gambar 16 Alokasi Tabungan
Pertama: Gen Z jarang
mengalokasikan khusus
pengeluaran wajib
Hasil survei menunjukkan bahwa hanya
18,7% masyarakat yang menyatakan selalu
mengalokasi khusus untuk pengeluaran
wajib. Jika dilihat berdasarkan generasi,
maka Gen Z yang selalu mengalokasikan
khusus keuangan untuk pengeluaran wajib
jumlahnya mencapai 14.8%, paling kecil
dibanding generasi lain. Sedangkan yang
menyatakan jarang, jumlahnya mencapai
30,6%, proporsinya paling tinggi dibanding
generasi sebelumnya.
Kedua: Gen Z Jarang
Mengalokasikan Uang Khusus
Tabungan
Secara umum ada 42,5% masyarakat yang
menyatakan jarang mengalokasikan uang
khusus untuk tabungan. Gen Z yang jarang
mengalokasikan uang khusus tabungan
proporsinya lebih banyak dibanding
generasi lain yaitu 48,4%.
50Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Ketiga: Tidak Memisahkan Rekening
Tabungan dan Rekening Kebutuhan
Harian
Memisahkan rekening tabungan dengan
rekening untuk kebutuhan harian adalah
sebuah indikasi manajemen keuangan
yang baik. Hasil survei menemukan bahwa
hanya ada 10,1% masyarakat yang selalu
memisahkan rekening tabungan dengan
rekening harian. Gen Z adalah generasi
yang paling banyak menyatakan bahwa
mereka tidak pernah memisahkan rekening
tabungan dengan rekening keuangan
harian. Proporsinya mencapai 22,4%,
proporsi tersebut menjadi yang paling
besar jika dibandingkan dengan Milenial
dan Gen X.
Gambar 17 Pemisahan Rekening
51Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Kesimpulan
Gen Z merupakan generasi muda dengan
populasi terbesar. Generasi ini merupakan
adik dari Milenial, dan anak dari Gen X serta
mungkin juga cucu dari Baby Boomer. Hasil
riset menunjukkan bahwa Gen Z merupakan
generasi yang berbeda dibanding dengan
generasi pendahulunya. Perbedaan karakter
dan perilaku tersebut tentunya membawa
implikasi tersendiri.
Garis besar riset ini menyimpulkan bahwa
Gen Z merupakan generasi yang sedang
bertumbuh di tengah beragam tantangan
yang sebagian besar ditimbulkan karena
arus besar digitalisasi yang merangsek
hingga ke ruang privat dan ruang batin
terdalam mereka. Hal ini membuat Gen Z
merasa gamang dan galau akan masa
depan yang akan mereka hadapi. Riset ini
menemukan indikasi-indikasi yang
menunjukkan kegalauan yang sedang
dihadapi oleh Gen Z.
•Karier dan Pekerjaan
Gen Z merupakan generasi yang sedang
galau dari sisi karir, Gen Z khawatir dengan
prospek karir saat ini. Kondisi ini berbeda
dengan Milenial dan Gen X yang cenderung
lebih khawatir pada pendapatan dan
kesehatan mereka. Hal ini juga diperparah
dengan mulai adanya stigma yang yang
kurang baik dari generasi lebih tua terhadap
Gen Z di dunia kerja, diantaranya mereka
dituduh sebagai generasi kutu loncat di
dunia kerja.
•Perilaku Digital
Gen Z adalah digital native. Seluruh life stage
mereka dari bangun hingga tidur lagi tidak
bisa dipisahkan dari ruang digital. Gen Z
menerima informasi secara masif dan cepat.
Sosial media telah menjadi referensi,
sehingga mereka menjadi generasi FOMO.
Kecanduan terhadap internet menjadi
problem serius di Gen Z, sementara di sisi
kejiwaan mereka masih labil dan belum siap
menghadapi arus deras informasi yang
masuk melalui gadget yang mereka
gunakan.
•Leisure
Gen Z sangat menyukai musik dan film yang
mengusung romantisme akibatnya menjadi
mudah galau. Mereka juga pecandu liburan
dengan alasan untuk menjaga mental
health. Mereka sering melakukan
liburan-liburan secara tak terencana.
Hiburan dan liburan menjadi semacam
“pelarian” mereka untuk melepaskan sejenak
dari beban hidup yang mulai kian berat.
•Keuangan
Masih banyak Gen Z yang belum mandiri
secara finansial, akibatnya mereka cukup
rentan secara ekonomi. Gen Z adalah
pelahap tren, mereka sering membeli
barang yang bukan menjadi kebutuhan.
Kesimpulan
& Implikasi
Mereka belum menjadi financial planner
yang baik.
Selain galau akan masa depan Gen Z juga
memiliki sisi positif, diantaranya:
•Karier dan Pekerjaan
Gen Z termasuk yang cukup fleksibel dalam
memilih lokasi pekerjaan, ini berbeda
dengan Milenial dan Gen X yang menjadikan
lokasi pekerjaan yang dekat dengan rumah
sebagai salah satu faktor pertimbangan.
Riset ini menemukan bahwa Gen Z tidak
menjadikan lokasi bekerja sebagai faktor
pertimbangan utama. Selain itu mereka juga
menganggap kemampuan beradaptasi
terhadap lingkungan baru menjadi skill yang
mereka anggap penting dalam pekerjaan.
•Perilaku Digital
Gen Z adalah generasi yang adaptif
terhadap teknologi baru. Hal ini terlihat dari
tipologi pengguna AI. Gen Z termasuk
kategori AI Enthusiast dan AI Adopter.
Mereka tidak skeptis terhadap teknologi,
mereka mudah beradaptasi dengan AI dan
yakin bahwa AI akan berdampak positif
pada berbagai aspek.
•Leisure
Kesukaan Gen Z dalam berlibur membuat
Gen Z menjadi salah satu bahan bakar
industri Leisure di Indonesia, selain Milenial.
Selain berlibur mereka juga suka melihat live
event. Mereka FOMO dalam leisure sehingga
industri leisure Indonesia memiliki masa
depan yang cerah.
•Keuangan
Gen Z termasuk penyuka investasi modern,
seperti saham maupun yang lain. Ini tentu
menjadi kabar baik dalam industri
keuangan. Selain itu mereka juga lebih
memilih adaptif terhadap produk keuangan
modern seperti e-wallet, QRIS, E-Money dan
Digital Banking.
Kesimpulan
Gen Z merupakan generasi muda dengan
populasi terbesar. Generasi ini merupakan
adik dari Milenial, dan anak dari Gen X serta
mungkin juga cucu dari Baby Boomer. Hasil
riset menunjukkan bahwa Gen Z merupakan
generasi yang berbeda dibanding dengan
generasi pendahulunya. Perbedaan karakter
dan perilaku tersebut tentunya membawa
implikasi tersendiri.
Garis besar riset ini menyimpulkan bahwa
Gen Z merupakan generasi yang sedang
bertumbuh di tengah beragam tantangan
yang sebagian besar ditimbulkan karena
arus besar digitalisasi yang merangsek
hingga ke ruang privat dan ruang batin
terdalam mereka. Hal ini membuat Gen Z
merasa gamang dan galau akan masa
depan yang akan mereka hadapi. Riset ini
menemukan indikasi-indikasi yang
menunjukkan kegalauan yang sedang
dihadapi oleh Gen Z.
•Karier dan Pekerjaan
Gen Z merupakan generasi yang sedang
galau dari sisi karir, Gen Z khawatir dengan
prospek karir saat ini. Kondisi ini berbeda
dengan Milenial dan Gen X yang cenderung
lebih khawatir pada pendapatan dan
kesehatan mereka. Hal ini juga diperparah
dengan mulai adanya stigma yang yang
kurang baik dari generasi lebih tua terhadap
Gen Z di dunia kerja, diantaranya mereka
dituduh sebagai generasi kutu loncat di
dunia kerja.
•Perilaku Digital
Gen Z adalah digital native. Seluruh life stage
mereka dari bangun hingga tidur lagi tidak
bisa dipisahkan dari ruang digital. Gen Z
menerima informasi secara masif dan cepat.
Sosial media telah menjadi referensi,
sehingga mereka menjadi generasi FOMO.
Kecanduan terhadap internet menjadi
problem serius di Gen Z, sementara di sisi
kejiwaan mereka masih labil dan belum siap
menghadapi arus deras informasi yang
masuk melalui gadget yang mereka
gunakan.
•Leisure
Gen Z sangat menyukai musik dan film yang
mengusung romantisme akibatnya menjadi
mudah galau. Mereka juga pecandu liburan
dengan alasan untuk menjaga mental
health. Mereka sering melakukan
liburan-liburan secara tak terencana.
Hiburan dan liburan menjadi semacam
“pelarian” mereka untuk melepaskan sejenak
dari beban hidup yang mulai kian berat.
•Keuangan
Masih banyak Gen Z yang belum mandiri
secara finansial, akibatnya mereka cukup
rentan secara ekonomi. Gen Z adalah
pelahap tren, mereka sering membeli
barang yang bukan menjadi kebutuhan.
52Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
Mereka belum menjadi financial planner
yang baik.
Selain galau akan masa depan Gen Z juga
memiliki sisi positif, diantaranya:
•Karier dan Pekerjaan
Gen Z termasuk yang cukup fleksibel dalam
memilih lokasi pekerjaan, ini berbeda
dengan Milenial dan Gen X yang menjadikan
lokasi pekerjaan yang dekat dengan rumah
sebagai salah satu faktor pertimbangan.
Riset ini menemukan bahwa Gen Z tidak
menjadikan lokasi bekerja sebagai faktor
pertimbangan utama. Selain itu mereka juga
menganggap kemampuan beradaptasi
terhadap lingkungan baru menjadi skill yang
mereka anggap penting dalam pekerjaan.
•Perilaku Digital
Gen Z adalah generasi yang adaptif
terhadap teknologi baru. Hal ini terlihat dari
tipologi pengguna AI. Gen Z termasuk
kategori AI Enthusiast dan AI Adopter.
Mereka tidak skeptis terhadap teknologi,
mereka mudah beradaptasi dengan AI dan
yakin bahwa AI akan berdampak positif
pada berbagai aspek.
•Leisure
Kesukaan Gen Z dalam berlibur membuat
Gen Z menjadi salah satu bahan bakar
industri Leisure di Indonesia, selain Milenial.
Selain berlibur mereka juga suka melihat live
event. Mereka FOMO dalam leisure sehingga
industri leisure Indonesia memiliki masa
depan yang cerah.
•Keuangan
Gen Z termasuk penyuka investasi modern,
seperti saham maupun yang lain. Ini tentu
menjadi kabar baik dalam industri
keuangan. Selain itu mereka juga lebih
memilih adaptif terhadap produk keuangan
modern seperti e-wallet, QRIS, E-Money dan
Digital Banking.
Implikasi
Karakter Gen Z tentu membawa banyak
implikasi, terutama dalam kesiapan
Indonesia yang saat ini akan menghadapi
bonus demografi dan tentu Indonesia Emas
2045. Pada tahap Indonesia Emas 2045, Gen
Z akan menjadi tumpuan utama dan akan
menjadi pemimpin di berbagai sektor.
•Dunia Kerja
Dunia kerja dalam beberapa tahun kedepan
akan menghadap turnover pekerja yang
cukup dinamis, karena karakter Gen Z yang
mudah berpindah. Sistem kerja yang lebih
fleksibel dan penggunaan bantuan teknologi
tentu menjadi jembatan bagi Gen Z untuk
tetap loyal pada perusahaan, selain jenjang
karir yang jelas. Sistem kerja yang fleksibel
akan membuat mereka tidak mudah stress
dan berpindah ke perusahaan lain.
•Dunia Digital
Industri digital akan menghadapi masa
depan yang cerah. Karena tidak ada Gen Z
yang tidak mengakses teknologi digital. Gen
Z sangat antusias dan mudah beradaptasi
dengan teknologi. Mereka termasuk generasi
yang FOMO dalam kepemilikan teknologi,
baik itu smartphone, smartwatch, tablet dan
lainnya. Mereka juga generasi yang suka
lebih suka video dibanding narasi. Mereka
tidak lepas dari sosmed sehingga influencer
trend di generasi ini.
53Gen-Z Galau Menatap Masa Depan
•Keuangan
Meskipun belum banyak yang mandiri
secara finansial, dan belum menjadi
financial planner yang baik, Gen Z antusias
dengan teknologi keuangan yang baru.
Mereka sudah mengadopsi teknologi
keuangan terbaru seperti E-Wallet dan QRIS,
serta produk keuangan modern seperti
saham dan lainnya. Tugas bagi lembaga
keuangan dan pemerintah untuk terus
mengedukasi mereka tentang produk
keuangan modern sehingga mereka lebih
melek literasi keuangan.
•Leisure
Gen Z adalah pecandu Leisure, sehingga
industri ini masih memiliki masa depan
cerah. Gen Z suka musik dan film serta
konten yang sifatnya receh, seperti konten
komedi. Musik dan Film dengan nuansa
romantis masih memiliki pasar di Gen Z.
Mereka FOMO dengan event-event dan juga
tren Leisure yang memberikan experience
seperti touring, naik gunung, live-event.
Penulis
Hasanuddin Ali
Lilik Purwandi
Publikasi Alvara Research Center
PT AL VARA STRA TEGI INDO NESIA
Alvara Research Center
Cervino Village Unit 1C Lt.1
Jl. KH Abdullah Syafei No.27, Tebet
Jakarta Selatan 12810
Phone 1: +62 21 3970 3205
Phone 2: +62 21 3970 3206
WhatsApp: +628129387336 (Ana)
Email: [email protected]