Kelompok 3 Juniati Binti Lukman P062171405 Ririn Feriana Basri P062171411 Hanasia P062171413 Jamu r Subkutan
Jamur Subkutan Jamur subkutan adalah infeksi jamur yang menyerang bagian bawah kulit atau hipodermis ( meliputi otot dan jaringan konektif ( jaringan subkutan dan tulang ), misalnya karena masuknya jamur akibat adanya cedera atau luka .
Subcutaneous Fungal Infections Mycetoma Sporothrix schenckii The most common of the etiologic agents are : Cladophialophora carrionii and Fonsecaea pedrosoi . Less common pathogens include : Fonsecaea compactum , Phialophora verrucosa , Rhinocladiella aquaspersa , Exophiala jeanselmei , Exophiala spinifera , and Wangiella dermatitidis Sporotrichosis Chromoblastomycosis Phialophora verrucosa
Sporothrix schenckii Sporothrix schenckii adalah jamur dimorfik Sering ditemukan di semak-semak bunga mawar, lumut sphagnum dan jerami Penyakit yang ditimbulkan adalah Sporotrikosis
Sporotrichosis (juga dikenal sebagai “rose gardener’s disease”) Transmisi sporotrichosis adalah dengan kontak langsung dengan spora jamur Beberapa kasus disebabkan oleh goresan atau gigitan dari hewan, terutama kucing Biasanya menyerang kulit dan pembuluh getah bening di sekitarnya, kadang-kadang mengenai paru-paru dan jaringan lainnya
Sporothrix schenckii Kingdom : Fungi Division : Ascomycota Class : Sordariomycetes Order : Ophiostomatales Family : Ophiostomataceae Genus : Sporothrix Species : S . schenckii
Siklus Hidup Fase 1 Mold Phase 25 ° C, tumbuh perlahan Konusospora berpigmen putih , krem , atau hitam Pembentukan bunga Tahap 2 Yeast Phase 37 ° C berpigmen putih atau keabu-abuan koloni ragi bulat /tunas
Jenis Sporotrichosis Cutaneous sporotrichosis / kulit : Biasanya terjadi pada tangan atau lengan Pulmonary sporotrichosis / paru : bisa terjadi setelah menghirup spora jamur Disseminated sporotrichosis : infeksi menyebar ke bagian tubuh lain, seperti tulang , persendian , atau sistem saraf pusat . Biasanya mempengaruhi orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah
Spora masuk melalui luka . Mula - mula timbul penonjolan padat di atas permukaan kulit . Tonjolan-tonjolan padat ini akhirnya pecah disertai kerusakan kulit bagian epidermis dan dermis. Akibatnya , terjadi peradangan pembuluh limfe yang menyebar mengikuti aliran pembuluh limfe .
Chromoblastomycosis Fungi subcutaneous Chronic infection Darkly pigmented in tissue Melanin in cell walls Multicelled clusters (sclerotic or muriform bodies) Pathogenesis of infections caused by dematiaceous fungi ( Fonsecaea pedrosoi , Phialophora verrucosa , Cladophialophora carrionii ). Block neutrophil oxidation
Fonsecaea pedrosoi Infeksi oleh F. pedrosoi diawali dengan implantasi traumatis konidia atau fragmen hifa pada jaringan subkutan , menghasilkan lesi awal yang terdiri dari papula atau nodul yang menjadi verrucous . Di dalam host, bentuk conidial berdiferensiasi menjadi miselium , yang akhirnya menghasilkan sclerotic bodies, bentuk parasit CBM. Sclerotic bodies adalah sel-sel melanisasi yang sangat resisten terhadap kerusakan oleh sel efektor imun . Cladophialophora carrionii Penularan terjadi melalui implantasi traumatis material tanaman yang berkolonisasi dgn C . carrionii . Ketika C . carrionii menginfeksi host, spora akan berubah bentuk dari tahap mycelia menjadi tahap muriform yg merupakan tahap toleran terhadap kondisi ekstrem pada tubuh host.
(j to l) Fonsecaea pedrosoi CBS 273.66. (j) Colony on MEA after 3 weeks of incubation; (k) conidiophores and conidia; (l) phialides and conidia. (g to i) Cladophialophora carrionii CBS 166.54. (g) Colony on MEA after 3 weeks of incubation; (h) branching conidial system and conidial chains; (i) conidial chains.
Factors that are significant for the pathogenicity of CBM are Melanin Muriform cells Cell adhesion Hydrophobicity
Adhesi Spora jamur CBM Sel endotel , epitel , serta matriks ekstraseluler Conidia berdiferensiasi menjadi miselium Akhirnya , menghasilkan Sclerotic bodies Respon Imun Antigen jamur dikenali oleh reseptor Lectin dan Reseptor Mincle APC Dendritic cell Dermal macrophage Langerhans cell Pasien CBM, terjadi peningkatan ekspresi , CD 86, HLA-DR, CD 83 reseptor Menanggapi spora , dendritic cell menghasilkan TNF- α , IL-10, dan IL-12 Stimulasi antigen F.pedrosoi pada pasien CBM parah , dendritic cell menghasilkan peningkatan IL-10, sedikit IFN- γ Tidak mampu memfagositosis sclerotic bodies
CBM immunology
Nodular T umoral Lesions Verrucous Plaque C icatricial The disease can present clinically in 5 different forms:
Mycetoma Merupakan suatu syndrome yang diidentikkan dengan tumor dan sinus yang mengeluarkan pus (nanah). Mycetoma berlokasi pada cutaneus dan subcutaneous jaringan , fascia, ataupun pada tulang . Perubahan yang ditunjukkan berupa pembengkakan , granulomata, dan kekeringan pada sinus. Sinus akan mengeluarkan suatu granule/grains atau seperti butiran pasir yang mengandung fungi atau bakteri . Pada pewarnaan GMS( Gomori Methenamine Silver) bentuk granule tidak teratur , yang didapatkan hiphae dan clamydoconidia . Pada beberapa kasus , mycetoma mempunyai beberpa sinonim , yaitu Madura foot, maduromycetoma , dan maduromycosis .
Phialophora verrucosa Phialophora verrucosa adalah jamur patogenik merupakan penyebab umum Chromoblastomycosis . Namun , telah dilaporkan menyebabkan subkutan mycetoma dalam kasus yang sangat jarang terjadi . Di lingkungan alam , dapat ditemukan kayu yang mengalami pelapukan , tanah , sarang tawon , dan serpihan tanaman .
P . verrucosa telah dilaporkan menyebabkan infeksi kutaneous , endokarditis katup prostetik , dan keratitis mycotic . Namun , karena patogenisitasnya yang rendah , P. verrucosa tidak sering menyebabkan infeksi . Infeksi yang disebabkan oleh P. verrucosa dapat terjadi pada individu yang immunocompromised , seperti individu yang menjalani terapi imunosupresif atau yang memiliki AIDS, dan juga pada individu yang sehat . Individu sehat yang terinfeksi dengan P. verrucosa memperoleh paparan awal melalui kontak langsung kulit dengan tanah yang mengandung jamur . Muncul dengan lesi berkerak dan kutil , ditemukan di wajah , tangan , shin, dan telapak kaki.
Phialophora verrucosa . Colony on MEA phialides and conidia
Diagnosis Diagnosis dari mycetoma biasa dilakukan dengan pemeriksaan secara radiology dan . Prognosa dan Terapi Penyembuhan secara klinis biasanya dilakukan dengan operasi , Ketoconazole , Itraconazole , dan amputasi . Mycetoma disebabkan oleh fungi yang biasanya resisten terhadap kemoterapi . Bila terapi ini dilakukan akan menggunakan tempo waktu yang cukup panjang . Karenanya , amputasi biasanya merupakan langkah terakhir yang dilakukan .
Isolasi Sample yang mengandung fungi diinokulasikan ke dalam Inhibitory Mould agar atau BHI agar dengan kandungan darah kambing sebesar 10% yang kemudian diinkubasi pada suhu 30°C. Skleotia harus dicuci dengan air steril atau dalam larutan antibiotic. Beberapa fungi peka terhadap cycloheximide , seperti IMA dan SDA.