Kajian_Sastra_BandinganPascakolonial.pptx

innocahyaningtyas 0 views 14 slides Sep 02, 2025
Slide 1
Slide 1 of 14
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14

About This Presentation

Sastra


Slide Content

PERBANDINGAN PUISI “AKU” KARYA CHAIRIL ANWAR DENGAN PUISI “I TOO” KARYA LANGSTON HUGHES DENGAN PENDEKATAN PASCAKOLONIAL Diah Ayu Wardani Fitriah Sayyidah Khairunnida

Sastra Bandingan Sastra bandingan merupakan usaha membandingkan dua karya sastra. Dalam perbandingan ini tidak hanya terfokus pada karya sastra tetapi juga aspek-aspek yang ada dalam karya sastra itu sendiri. Bahkan sastra banding juga bisa menggunakan teori lain sebagai alat pembandingnya.

Tujuan Sastra Bandingan Untuk mencari pengaruh suatu karya sastra terhadap karya sastra lain dan atau pengaruh bidang lain serta sebaliknya dalam dunia sastra. Untuk menentukan mana karya mana karya sastra yang benar-benar orisinal dan mana yang bukan dalam lingkup perjalanan sastra. Untuk menghilangkan kesan bahwa karya sastra nasional tertentu lebih hebat dibanding karya sastra nasional lain. Untuk mencari keragaman budaya yang terpantul dalam karya sastra satu dengan yang lainnya. Untuk memperkokoh keuniversalan konsep-konsep keindahan universal dalam sastra. Untuk menilai mutu karya-karya dari negara-negara dan keindahan karya sastra.

Manfaat Sastra Bandingan Meluruskan kerja kreatif, terutama untuk mendudukkan persoalan bagi pengarang yang sering ceroboh, dalam arti mengambil ide sana-sini tanpa permisi. Membantu ahli sastra dalam menyusun sejarah sastra. Menemukan kembali unsur-unsur orisinalitas suatu karya sastra. Menggugah kreativitas pengarang agar semakin berkualitas dalam menghasilkan karya.

Metode Pembahasan dalam Sastra Bandingan Melakukan studi sejarah Mengetahui perjalanan para tokoh dan study sample kemanusiaan sastra yang dikenal di setiap bangsa dan sastra itu sendiri . Mengetahui ragam bahasa Melakukan penerjemahan Melakukan kunjungan

Teori Pascakolonial Pascakolonial biasa disebut juga dengan istilah postkolonial . Secara Etimologis, postkolonial berasal dari kata post dan kolonial , sedangkan kata kolonial itu sendiri berasal dari akar kata Colonia, bahasa romawi yang berarti tanah pertanian atau pemukiman. Jadi, secara etimologi, kolonial tidak mengandung arti penjajahan, penguasaan, pendudukan, dan konotasi eksploitasai lainnya. Teori postkolonial lahir sesudah kebanyakan negara-negara terjajah memeperoleh kemerdekaannya. Teori postkolonial mencakup seluruh khazanah sastra nasional yang pernah mengalami kekuasaan imperial sejak awal kolonisasi hingga sekarang.

P ostkolonial melibatkan tiga pengertian, yaitu: Abad berakhirnya imperium kolonial diseluruh dunia. Segala tulisan yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman kolonial. Teori-teori yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah pascakolonialisme.

Ciri khas postkolonialisme dibangdingkan dengan teori-teori postmodernis yang lain adalah kenyataan bahwa objeknya adalah teks-teks yang berkaitan dengan wilayah bekas jajahan imperium E ropa , khususnya I ndonesia.

I, TOO I, too, sing America.   I am the darker brother. They send me to eat in the kitchen When company comes, But I laugh, And eat well, And grow strong.   Tomorrow, I’ll be at the table When company comes. Nobody’ll dare Say to me, “Eat in the kitchen,” Then.   Besides, They’ll see how beautiful I am And be ashamed—   I, too, am America. AKU Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Perbandingan Puisi Aku dengan I too

Biografi Singkat Pengarang Langston Hughes adalah seorang novelis, penyair, aktivis sosial, serta penulis naskah. Ia lahir di Missouri, Amerika Serikat pada tanggal 1 Februari 1902, dan meninggal di New York pada tanggal 22 Mei 1967 pada usia 65 tahun. Chairil Anwar adalah penyair terkemuka Indonesia sastrawan angkatan 45’. Lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 26 Juli 1922. Ia meninggal pada tahun 1949 ketika ia berusia 27 tahun karena menderita beberapa penyakit. Ia telah menulis 94 karya, 70 diantaranya adalah puisi.

Persamaan Kedua Puisi Puisi Aku dan puisi I, Too memiliki tema yang sama, yaitu penjajahan. Kedua puisi tersebut sama-sama memikiki sudut pandang aku sebagai orang pertama. Puisi Aku dan puisi I, Too sama-sama memiliki makna yang menegaskan perjuangan yang muncul ketika satu budaya didominasi oleh budaya lainnya. Seperti istilah yang lazim muncul dari kritikus poskolonial, “dijajah berarti dihilangkan dari sejarah.” Di dalam kedua puisi tersebut menjelaskan bahwa “aku” akan berusaha memperjuangkan haknya dan memerdekakan dirinya dari penjajahan.

Perbandingan Kedua Puisi Puisi Aku adalah salah satu puisi Chairil yang memang ditulis pada tahun 1943, tepatnya pada bulan Maret. Tampak bahwa penggunaan subjek aku tidak sendirian, yaitu tidak terlepas dari hubungannya dari tokoh kau. Di sini Chairil telah menjelma si “aku”. Pernyataan tersebut juga memperlihatkan bahwa “aku” ingin bergerak ke arah keabadian serta ke arah kondisi yang mampu melampaui eksistensinya sebagai individu yang mampu hidup seribu tahun lagi. Dari puisi di atas berdasarkan analisis postkolonial, terlihat bahwa “kau” yang dimaksud adalah suatu kelompok atau bangsa penjajah yang ingin berusaha menguasai dirinya. Puisi tersebut juga dapat dikatakan sebagai puisi pemberontakan Chairil akan suasana yang menguasai dirinya. Ada relasi kuasa di dalamnya. Kau sebagai penguasa dan aku yang dikuasai. Selain itu dipertegas bahwa puisi tersebut ditulis pada tahun 1943, Indonesia pada saat itu belum merdeka dan tentu saja ada tekanan dan pengaruh-pengaruh penjajahan bagi dirinya. Chairil ingin bahwa rakyat Indonesia perlu berjuang dan merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.

Sementara itu, dalam puisi I, Too yang ditulis pada tahun 1945, dua baris pertama dan terakhir yang diulang merupakan penyadaran bahwa mereka berperan penting dalam perkembangan Amerika. Si “aku” dalam puisi I, Too ingin memperlihatkan identitas, individu, kultural dan kebangsaannya yang dulu pernah dijajah dan membuktikan bahwa si “aku” bisa bangkit dan menyetarakan dirinya dengan bangsa yang menjajahnya. Langston Hughes mencoba mengungkapkan isu-isu nasionalisme dan mencoba mengekspos perlakuan terhadap bangsa Afro-Amerika sebagai sub-budaya yang tertindas, tertekan, terjajah oleh penjajah kulit putih. Stereotipe yang muncul adalah kontras antara ruang makan (untuk kulit putih) dan dapur (untuk kulit hitam). Budaya putih masih sangat dominan pada puisi ini. Meskipun hal tersebut tidak mengganggu bangsa kulit hitama karena mereka mulai percaya diri dengan identitasnya. Hanya saja “nilai” yang digunakan untuk menjadi penyeimbang nilai “meja makan” yang merupakan bagian budaya kulit putih. Inilah permasalaha yang seringkali muncul dalam sastra Afro-Amerika jika dilihat dari perspektif poskolonial.

TERIMAKASIH
Tags