Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya dalam Demokrasi Modern

gembeldarurat01 36 views 9 slides Mar 01, 2025
Slide 1
Slide 1 of 9
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9

About This Presentation

Teori keadilan yang dikembangkan oleh John Rawls, yang berfokus pada prinsip kebebasan dasar yang setara dan prinsip perbedaan, memberikan fondasi yang sangat relevan dalam merancang masyarakat yang lebih adil, terutama dalam konteks demokrasi modern. Rawls mengajukan ide bahwa keadilan dalam masyar...


Slide Content

Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya dalam
Demokrasi Modern
Hisyammahribi Dipatias Pranata
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogayakarta
Email : [email protected]
Abstrak
Konsep keadilan dalam filsafat politik, khususnya melalui perspektif John Rawls, menjadi sangat
relevan dalam konteks demokrasi modern. Dalam karya terkenalnya, A Theory of Justice, Rawls
memperkenalkan teori "keadilan sebagai fairness" yang menekankan dua prinsip utama: Prinsip
Kebebasan Dasar yang Setara dan Prinsip Perbedaan. Prinsip pertama menuntut agar setiap
individu memiliki kebebasan politik dan hak-hak dasar yang setara, sementara prinsip kedua
menyatakan bahwa ketidaksetaraan sosial dan ekonomi hanya dapat diterima jika
menguntungkan mereka yang paling tidak beruntung. Penerapan prinsip-prinsip ini dalam
kebijakan publik, seperti pendidikan yang setara dan sistem kesejahteraan sosial, bertujuan untuk
mengatasi ketimpangan dan memastikan keadilan bagi semua warga negara. Namun, tantangan
dalam implementasi teori Rawls, seperti resistensi dari kelompok yang diuntungkan oleh
ketidaksetaraan dan keterbatasan sumber daya, tetap menjadi hambatan dalam mewujudkan
masyarakat yang lebih adil. Meskipun demikian, prinsip-prinsip Rawls memberikan pedoman
yang kuat untuk menciptakan struktur sosial yang inklusif dan berkeadilan.
Kata Kunci : Keadilan, Filsafat Politik, John Rawls, Demokrasi Modern
Pendahuluan
Rawls (2021, para. 3) Keadilan merupakan salah satu konsep paling fundamental dalam
filsafat politik, dan berbagai filsuf sepanjang sejarah telah memberikan pemikiran yang
mendalam mengenai apa yang dimaksud dengan "keadilan" dalam konteks kehidupan bersama.
John Rawls, seorang filsuf politik abad ke-20, memberikan kontribusi yang sangat penting dalam
pemikiran keadilan, terutama dalam konteks masyarakat demokratis. Dalam karya terkenalnya A
Theory of Justice (1971), Rawls memperkenalkan teori yang dikenal sebagai “keadilan sebagai

fairness.” Teori ini bertujuan untuk menyusun prinsip-prinsip dasar yang dapat digunakan untuk
menilai apakah distribusi sumber daya dan kesempatan dalam masyarakat adalah adil atau tidak.
Pendekatan Rawls terhadap keadilan didasarkan pada gagasan bahwa struktur dasar
masyarakat harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap individu memperoleh kesempatan
yang setara, dan ketimpangan hanya bisa diterima jika hal itu menguntungkan mereka yang
paling tidak beruntung. Dalam konteks demokrasi modern, teori ini memberikan dasar bagi
kebijakan-kebijakan yang dapat mengatasi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, serta menjaga
agar hak-hak dasar semua warga negara dihormati
1
.
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengeksplorasi dan menganalisis konsep keadilan
menurut Rawls, serta bagaimana prinsip-prinsip yang dia ajukan dapat diterapkan dalam sistem
demokrasi kontemporer. Artikel ini akan membahas dua prinsip utama dalam teori keadilan
Rawls, yaitu prinsip kebebasan dasar yang setara dan prinsip perbedaan, serta mengkaji
bagaimana kedua prinsip ini dapat diimplementasikan dalam kebijakan publik dan struktur sosial
di dunia modern.
Pembahasan/Discussion
Teori Keadilan John Rawls
John Rawls memperkenalkan teori keadilan yang berfokus pada bagaimana struktur sosial
dan ekonomi harus diatur untuk mencapai keadilan yang sejati. Dalam teori ini, Rawls
mengemukakan dua prinsip keadilan yang penting, yaitu Prinsip Kebebasan Dasar yang Setara
dan Prinsip Perbedaan
2
.
1. Prinsip Kebebasan Dasar yang Setara
(Djojorahardjo, 2019) Prinsip pertama Rawls berfokus pada pentingnya kebebasan dasar
yang setara untuk semua individu dalam masyarakat. Rawls menegaskan bahwa setiap orang
harus memiliki kebebasan politik dan hak-hak dasar lainnya yang setara, seperti kebebasan
berbicara, beragama, serta kebebasan untuk memilih. Prinsip ini menuntut agar hak-hak ini tidak
hanya ada secara teoretis, tetapi juga dilindungi secara nyata oleh negara. Dengan kata lain,
1
Fattah, Damanhuri. “TEORI KEADILAN MENURUT JOHN RAWLS.” (2013).
2
Fisip, Fadhilah. “Refleksi Terhadap Makna Keadilan Sebagai Kewajaran Menurut John Rawls Dalam Perspektif
Keindonesiaan.” (2012).

prinsip ini mengharuskan agar negara tidak boleh membatasi kebebasan individu kecuali untuk
melindungi kebebasan orang lain.
Menurut Rawls, kebebasan ini harus menjadi prioritas utama dalam perancangan suatu
sistem politik yang adil. Kebebasan tidak dapat dikompromikan demi alasan lain, seperti
keadilan distributif atau pembangunan ekonomi
3
. Hal ini mengarah pada sebuah visi masyarakat
di mana setiap individu memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri, selama kebebasan
tersebut tidak merugikan kebebasan orang lain. Prinsip ini juga mencakup pengakuan atas
martabat dan nilai setiap individu sebagai entitas yang setara dalam masyarakat
4
.
2. Prinsip Perbedaan
Prinsip kedua dalam teori keadilan Rawls adalah prinsip perbedaan, yang menyatakan
bahwa ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dalam masyarakat hanya bisa diterima jika
ketidaksetaraan tersebut menguntungkan mereka yang paling tidak beruntung. Dalam hal ini,
Rawls berbeda dengan teori-teori sebelumnya yang mungkin menerima ketidaksetaraan sebagai
hal yang wajar dalam masyarakat, asalkan kebebasan individu dihormati
5
. Rawls berpendapat
bahwa meskipun ketidaksetaraan dapat diterima dalam distribusi sumber daya dan kesempatan,
ketidaksetaraan ini harus memberikan manfaat yang lebih besar kepada mereka yang paling
tertinggal dalam masyarakat, seperti orang miskin dan kelompok terpinggirkan
6
.
Dalam prakteknya, prinsip perbedaan ini menjadi dasar untuk kebijakan ekonomi yang
berorientasi pada pemerataan dan pemberian kesempatan yang setara kepada semua lapisan
masyarakat. Rawls menekankan bahwa ketidaksetaraan tidak boleh dibiarkan begitu saja,
melainkan harus ada upaya sistematis untuk mengurangi ketimpangan tersebut dan memberikan
keuntungan yang lebih besar bagi mereka yang paling kurang beruntung
7
.
3
Takdir, M. (2018). TRANSFORMASI KESETARAAN BURUH: STUDI KRITIS TEORI KEADILAN JOHN
RAWLS. Jurnal Sosiologi Reflektif, 12(2), 327–352. https://doi.org/10.14421/jsr.v12i2.1430
4
(Takdir, 2018)
5
Faiz, P.M. (2009) ‘Teori Keadilan John Rawls (John Rawls’ theory of justice)’, SSRN Electronic Journal
[Preprint]. doi:10.2139/ssrn.2847573.
6
Takdir, M. (2018). TRANSFORMASI KESETARAAN BURUH: STUDI KRITIS TEORI KEADILAN JOHN
RAWLS. Jurnal Sosiologi Reflektif, 12(2), 327–352. https://doi.org/10.14421/jsr.v12i2.1430
7
Sunaryo, S. (2018). Amartya Sen tentang Teori Keadilan John Rawls: Kritik Pendekatan Komparatif atas
Pendekatan Institusionalisme. Respons: Jurnal Etika Sosial, 23(01), 11–37.
https://doi.org/10.25170/respons.v23i01.464

Aplikasi Teori Keadilan Rawls dalam Demokrasi Modern
Penerapan teori keadilan Rawls dalam demokrasi modern mengarah pada penciptaan
struktur sosial dan kebijakan publik yang lebih inklusif dan berkeadilan. Dalam konteks dunia
kontemporer, penerapan prinsip-prinsip
8
Rawls dapat dilihat dalam berbagai kebijakan yang
bertujuan untuk mengatasi ketimpangan sosial, ekonomi, dan politik. Beberapa penerapan nyata
dari teori keadilan Rawls antara lain:
1.Pendidikan dan Akses terhadap Kesempatan
Salah satu cara untuk mewujudkan prinsip kebebasan dasar yang setara dalam masyarakat
adalah dengan menciptakan sistem pendidikan yang setara untuk semua warga negara, tanpa
memandang latar belakang sosial dan ekonomi
9
. Rawls berpendapat bahwa jika setiap individu
diberi kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan yang berkualitas, maka ketimpangan
sosial dan ekonomi yang muncul karena ketidaksetaraan akses pendidikan dapat diminimalisir
Rawls (2021, para. 3) . Negara perlu memberikan kebijakan yang memastikan bahwa pendidikan
dasar dan menengah tersedia untuk semua orang, dan bahwa pendidikan tinggi juga dapat
diakses oleh mereka yang kurang mampu secara finansial.
Sistem pendidikan yang inklusif dan adil akan menghasilkan individu-individu yang
lebih siap untuk bersaing secara adil di pasar kerja dan dalam kehidupan sosial-politik. Oleh
karena itu, kebijakan pendidikan yang adil dan merata menjadi langkah penting dalam
mewujudkan keadilan dalam masyarakat menurut perspektif Rawls
10
.
2. Sistem Kesejahteraan Sosial
Rawls juga menekankan pentingnya adanya sistem kesejahteraan sosial yang menjamin
bahwa mereka yang paling tidak beruntung memperoleh akses terhadap sumber daya dasar yang
mereka butuhkan untuk hidup layak. Program-program kesejahteraan sosial seperti jaminan
kesehatan universal, tunjangan pengangguran, dan bantuan sosial untuk keluarga miskin
8
Arifin, Z. (2019). DASAR-DASAR KURIKULUM BERBASIS MULTIKULTURAL (Filsafat Kurikulum yang
Mengitarinya). Al-Insyiroh Jurnal Studi Keislaman, 5(1), 135–154. https://doi.org/10.35309/alinsyiroh.v5i1.3401
9
Takdir, M. (2018). TRANSFORMASI KESETARAAN BURUH: STUDI KRITIS TEORI KEADILAN JOHN
RAWLS. Jurnal Sosiologi Reflektif, 12(2), 327–352. https://doi.org/10.14421/jsr.v12i2.1430
10
Hasanuddin, I. (2018). Keadilan Sosial: Telaah atas Filsafat Politik John Rawls. Refleksi, 17(2), 193–204.
https://doi.org/10.15408/ref.v17i2.10205

merupakan bentuk konkret dari penerapan prinsip perbedaan dalam kebijakan publik
11
. Dengan
memberikan dukungan yang memadai kepada mereka yang paling kurang beruntung, negara
dapat mengurangi ketimpangan sosial dan menciptakan struktur masyarakat yang lebih adil.
Dalam demokrasi modern, penerapan prinsip perbedaan Rawls juga tercermin dalam
kebijakan pajak progresif, di mana mereka yang memiliki penghasilan lebih tinggi dikenakan
pajak yang lebih besar. Hasil dari pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai program-
program kesejahteraan sosial yang menguntungkan mereka yang lebih miskin dan kurang
beruntung (Takdir, 2018) .
2.Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan
Dalam ekonomi, penerapan teori Rawls mengarah pada kebijakan yang memprioritaskan
pemerataan dan mengurangi ketimpangan. Misalnya, kebijakan redistribusi kekayaan melalui
pajak progresif dan subsidi untuk sektor-sektor yang membantu masyarakat miskin dapat dilihat
sebagai upaya untuk memastikan bahwa ketidaksetaraan dalam masyarakat tetap menguntungkan
mereka yang paling kurang beruntung (Takdir, 2018). Oleh karena itu, negara harus memiliki
peran yang aktif dalam mengatur dan mengawasi distribusi sumber daya, sehingga ketimpangan
yang terjadi tidak memperburuk kondisi kelompok yang sudah terpinggirkan.
Tantangan dalam Menerapkan Teori Keadilan Rawls
Meski teori Rawls memberikan pedoman yang jelas untuk menciptakan masyarakat yang
lebih adil, penerapannya dalam dunia nyata tidaklah mudah. Beberapa tantangan besar yang
dihadapi dalam penerapan prinsip-prinsip Rawls dalam kebijakan publik dan kehidupan sehari-
hari antara lain:
1.Tantangan Ekonomi
Penerapan prinsip perbedaan Rawls yang mengharuskan redistribusi kekayaan sering kali
menuai resistensi dari pihak-pihak yang diuntungkan oleh sistem ekonomi yang tidak merata.
Kebijakan fiskal yang progresif dan program kesejahteraan sosial memerlukan sumber daya yang
tidak sedikit dan sering kali memicu perdebatan politik, terutama di negara-negara dengan
11
Takdir, M. (2018). TRANSFORMASI KESETARAAN BURUH: STUDI KRITIS TEORI KEADILAN JOHN
RAWLS. Jurnal Sosiologi Reflektif, 12(2), 327–352. https://doi.org/10.14421/jsr.v12i2.1430

perekonomian pasar yang kuat. Selain itu, beberapa kelompok mungkin merasa bahwa
redistribusi tersebut mengurangi insentif untuk berusaha dan berinovasi
12
.
2.Keterbatasan Sumber Daya
Pembagian sumber daya yang adil dan kesempatan yang setara sering kali terbentur dengan
keterbatasan sumber daya yang ada. Negara harus menghadapi kenyataan bahwa tidak semua
keinginan dan kebutuhan masyarakat bisa dipenuhi secara simultan
13
. Oleh karena itu,
implementasi teori Rawls dalam kebijakan publik harus memperhitungkan realitas keterbatasan
sumber daya yang ada.
Kesimpulan/Conclusion
Teori keadilan yang dikembangkan oleh John Rawls, yang berfokus pada prinsip
kebebasan dasar yang setara dan prinsip perbedaan, memberikan fondasi yang sangat relevan
dalam merancang masyarakat yang lebih adil, terutama dalam konteks demokrasi modern. Rawls
mengajukan ide bahwa keadilan dalam masyarakat tidak hanya berkaitan dengan pembagian
hak-hak dasar yang setara bagi semua individu, tetapi juga bagaimana mengatur ketidaksetaraan
sosial dan ekonomi secara adil. Menurut Rawls, ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya
dan kesempatan hanya dapat diterima jika ketimpangan tersebut memberi manfaat yang lebih
besar bagi mereka yang paling tidak beruntung, yaitu mereka yang berada pada posisi sosial dan
ekonomi yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kebijakan publik yang diambil
harus memprioritaskan kesejahteraan dan kepentingan kelompok yang paling terpinggirkan
dalam masyarakat.
Prinsip pertama Rawls, yaitu kebebasan dasar yang setara, menekankan bahwa setiap individu
dalam masyarakat harus memiliki kebebasan yang setara untuk menentukan kehidupannya
sendiri, bebas dari diskriminasi atau penindasan. Kebebasan ini mencakup hak-hak dasar seperti
kebebasan berbicara, kebebasan beragama, dan hak untuk memilih dalam sistem politik yang
demokratis. Dalam konteks ini, teori Rawls sangat menekankan pentingnya jaminan negara
untuk melindungi kebebasan dasar setiap individu, yang dianggap sebagai hak asasi yang tidak
12
(Takdir, 2018)
13
Hasanuddin, I. (2018). Keadilan Sosial: Telaah atas Filsafat Politik John Rawls. Refleksi, 17(2), 193–204.
https://doi.org/10.15408/ref.v17i2.10205

bisa dikompromikan. Kebebasan ini harus dijaga dan dilindungi dalam kerangka hukum, agar
setiap orang, tanpa memandang status sosial atau latar belakangnya, dapat menikmati hak-hak
mereka secara setara. Selain itu, prinsip kebebasan dasar ini juga menjamin martabat setiap
individu, mengakui mereka sebagai entitas yang memiliki nilai yang setara dalam masyarakat,
serta memastikan bahwa mereka tidak diperlakukan lebih rendah dari orang lain.
Prinsip kedua, yaitu prinsip perbedaan, mengharuskan bahwa ketidaksetaraan dalam
masyarakat, baik dari segi sosial maupun ekonomi, hanya bisa diterima jika ketidaksetaraan
tersebut memberikan manfaat yang lebih besar bagi mereka yang paling tidak beruntung. Hal ini
memperlihatkan bahwa Rawls tidak sepenuhnya menolak ketidaksetaraan, tetapi ia memberikan
syarat ketat bagi ketidaksetaraan tersebut untuk dapat diterima. Ketidaksetaraan yang ada
haruslah digunakan untuk memperbaiki kondisi mereka yang berada pada posisi paling bawah,
seperti orang miskin dan kelompok yang terpinggirkan. Oleh karena itu, penerapan prinsip ini
dalam kebijakan publik sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, di mana
keuntungan dari ketidaksetaraan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka
yang paling kurang beruntung. Prinsip perbedaan ini, dengan kata lain, mendorong
pengembangan kebijakan redistribusi yang lebih adil, seperti pajak progresif dan program
kesejahteraan sosial yang dapat mengurangi jurang ketimpangan antara yang kaya dan yang
miskin.
Dalam konteks demokrasi modern, penerapan kedua prinsip tersebut dapat dilihat dalam
berbagai kebijakan yang dirancang untuk memastikan bahwa keadilan dapat tercapai secara
praktis dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor pendidikan, misalnya, kebijakan untuk
menyediakan akses pendidikan yang setara bagi semua lapisan masyarakat, tanpa memandang
status sosial atau ekonomi, mencerminkan penerapan prinsip kebebasan dasar yang setara.
Pendidikan menjadi salah satu alat yang paling efektif untuk meratakan kesempatan, karena
pendidikan yang setara memberikan individu kemampuan untuk meraih potensi mereka, terlepas
dari latar belakang mereka. Dalam hal ini, kebijakan pendidikan publik yang memadai dan
inklusif adalah langkah konkret dalam mewujudkan cita-cita keadilan sosial yang Rawls gagas.
Di bidang kesejahteraan sosial, prinsip perbedaan diterjemahkan dalam kebijakan-
kebijakan seperti jaminan sosial, program tunjangan pengangguran, dan akses terhadap layanan
kesehatan yang universal. Program-program ini dirancang untuk mengurangi ketimpangan sosial

dan ekonomi yang ada, dengan cara memastikan bahwa mereka yang berada dalam keadaan
kurang beruntung tetap mendapatkan hak-hak dasar mereka, seperti akses terhadap kebutuhan
dasar hidup dan pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan tersebut mencerminkan implementasi
prinsip Rawls yang menekankan pentingnya redistribusi sumber daya demi kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan, terutama bagi kelompok yang paling membutuhkan.
Namun, meskipun teori keadilan Rawls menawarkan pedoman yang sangat berguna dalam
merancang masyarakat yang adil, implementasinya dalam kenyataan menghadapi berbagai
tantangan besar. Salah satu tantangan utama adalah adanya resistensi dari pihak-pihak yang
diuntungkan oleh ketidaksetaraan yang ada, seperti kelompok elit atau mereka yang memiliki
kekuasaan ekonomi. Kebijakan redistribusi kekayaan yang dirancang untuk mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi sering kali menghadapi penolakan dari mereka yang merasa
bahwa kebijakan tersebut merugikan kepentingan pribadi mereka. Resistensi ini sering kali
menjadi hambatan utama dalam mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan setara, meskipun
kebijakan tersebut dirancang untuk kepentingan bersama.
Tantangan lainnya adalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh negara. Meskipun
tujuan dari penerapan prinsip-prinsip Rawls adalah untuk menciptakan keadilan sosial,
kenyataannya negara sering kali menghadapi keterbatasan anggaran yang cukup besar untuk
mendanai kebijakan-kebijakan redistribusi yang efektif. Dalam kondisi di mana sumber daya
terbatas, negara harus dapat memprioritaskan kebijakan-kebijakan yang memberikan dampak
paling besar bagi kelompok yang paling membutuhkan, sambil tetap mempertahankan
keberlanjutan ekonomi secara keseluruhan. Keterbatasan ini memerlukan pendekatan yang hati-
hati dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan, agar tujuan keadilan yang
diinginkan tetap tercapai meskipun dengan sumber daya yang terbatas.
Terlepas dari tantangan tersebut, prinsip-prinsip Rawls tetap memberikan arah yang jelas
dalam merancang masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Prinsip kebebasan dasar yang setara
dan prinsip perbedaan memberikan pedoman yang kuat bagi pembuat kebijakan untuk
memastikan bahwa keadilan dalam distribusi kesempatan dan sumber daya dapat tercapai. Dalam
masyarakat yang plural dan kompleks seperti saat ini, penerapan teori Rawls yang
mengutamakan kesetaraan hak dasar dan pemerataan kesejahteraan memberikan landasan moral
dan praktis bagi pembentukan kebijakan publik yang adil.

Secara keseluruhan, meskipun penerapan teori Rawls dalam kebijakan publik tidak tanpa
tantangan, namun prinsip-prinsip yang diajukan Rawls memberikan fondasi yang sangat kuat
bagi upaya mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan setara. Masyarakat yang berdasarkan
pada keadilan sosial, di mana setiap individu memiliki kebebasan dasar yang setara dan
ketidaksetaraan hanya diterima jika menguntungkan mereka yang paling tidak beruntung, adalah
tujuan yang layak untuk diperjuangkan. Dalam konteks demokrasi modern, teori keadilan Rawls
tetap relevan dan menjadi panduan moral bagi kebijakan-kebijakan yang mengarah pada
kesejahteraan bersama.