Berkaitan dengan otoritas jasa keuangan yang ada di Indonesia. dijelaskan secara ringkas
Size: 94.1 KB
Language: none
Added: Sep 25, 2025
Slides: 15 pages
Slide Content
OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
PENGERTIAN Pengertian Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga baru yang didirikan . berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011. (Hamud M. Balfas). Lembaga ini didirikan untuk melakukan pengawasan atas industri jasa keuangan secara terpadu . Secara yuridis , menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21. Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan , dirumuskan bahwa , “ Otoritas Jasa Keuangan , yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi , tugas , dan wewenang pengaturan , pengawasan , pemeriksaan , dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini ”.
PENGERTIAN Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dikatakn bahwa , “OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya , bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang - undang ini ”. Lebih lanjut disebutkan bahwa , “ Ototitas Jasa Keuangan dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada diluar pemerintah . Jadi , seharusnya tidak terpengaruh oleh pemerintah ( independen )”. Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan .
PENGERTIAN Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa status kelembagaan OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya , sehingga secara yuridis bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang OJK.
LATAR BELAKANG Awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan berawal dari adanya keresahan dari beberapa pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia. Ada tiga hal yang melatarbelakangi pembentukan Otoritas Jasa Keuangan , yaitu : perkembangan industri sektor jasa keuangan di Indonesia, permasalahan lintas sektoral industri jasa keuangan , dan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia ( Pasal 34). Pasal 34 Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia merupakan respon dari krisis Asia yang terjadi pada 1997-1998 yang berdampak sangat berat terhadap Indonesia, khususnya sektor perbankan .
LATAR BELAKANG Alasan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, antara lain makin kompleks dan bervariasinya produk jasa keuangan , munculnya gejala konglomerasi perusahaan jasa keuangan , dan globalisasi industri jasa keuangan . Di samping itu , salah satu alasan rencana pembentukan Otoritas Jasa Keuangan adalah pemerintah beranggapan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan .
LATAR BELAKANG Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan , yang meliputi tindakan moral hazard , belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan , dan terganggunya stabilitas sistem jasa keuangan semakin mendorong diperlukannya pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi .
TUJUAN, FUNGSI & WEWENANG Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan , OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan : Terselenggara secara teratur , adil , transparan , dan akuntabel ; Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil ; dan , Mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat .”
TUJUAN, FUNGSI & WEWENANG Mengenai fungsi OJK itu sendiri telah dijabarkan dalam UU No.21 Tahun 2011, dalam Pasal 5 yang menyatakan bahwa : “ OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan .”
TUJUAN, FUNGSI & WEWENANG Dalam melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana yang dimaksud didalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang di Pasal 7, yaitu : Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi : Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia , merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana , penyediaan dana , produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.
TUJUAN, FUNGSI & WEWENANG Dalam melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana yang dimaksud didalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang di Pasal 7, yaitu : Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi : Likudasi , rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit , rasio pinjaman terhadap simpanan , dan pencadangan bank; Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; Sistem informasi debitur ; Pengujian kredit (credit testing); dan Standar akuntansi bank.
TUJUAN, FUNGSI & WEWENANG Dalam melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana yang dimaksud didalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang di Pasal 7, yaitu : Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi : Manajemen risiko ; Tata kelola bank; Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang ; Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan ; dan Pemeriksaan bank.
ASAS-ASAS OJK Dalam Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya OJK harus berlandaskan kepada asas-asas sebagai berikut : Asas Kepastian Hukum , yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan OJK . Asas Kepentingan Umum , yakni asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif , akomodatif , dan selektif . Asas Keterbukaan , yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar , jujur , dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan OJK dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi dan golongan , serta rahasia negara , termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangundangan . Asas Profesionalitas , yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Asas Integritas , yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK. Asas Akuntabilitas , yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
ASAS-ASAS OJK Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan . Asas Independensi , yakni independen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi , tugas , dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku . Asas Kepastian Hukum , yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan . Asas Kepentingan Umum , yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum .
ASAS-ASAS OJK Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan . Asas Keterbukaan , yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar , jujur , dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan , dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak pribadi dan golongan , serta rahasia negara , termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan . Asas Profesionalitas , yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan , dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundangundangan . Asas Integritas , yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan . Asas Akuntabilitas , yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.