Landasan pendidikan nilai adalah dasar berpijak yang menjadi acuan dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses penanaman nilai pada peserta didik.
Landasan ini memastikan bahwa pendidikan nilai tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi berakar pada prinsip filosofis, religius, psikologi...
Landasan pendidikan nilai adalah dasar berpijak yang menjadi acuan dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses penanaman nilai pada peserta didik.
Landasan ini memastikan bahwa pendidikan nilai tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi berakar pada prinsip filosofis, religius, psikologis, sosiologis, dan pedagogis yang kuat.
Secara filosofis, pendidikan nilai berlandaskan pada pandangan hidup manusia yang menempatkan nilai sebagai pedoman dalam mencapai kehidupan yang bermakna.
Secara religius, pendidikan nilai bersumber dari ajaran agama yang menjadi pedoman moral dan spiritual bagi perilaku manusia.
Secara psikologis, pendidikan nilai mempertimbangkan perkembangan kepribadian, emosi, dan moral peserta didik agar penanaman nilai berlangsung sesuai tahap usia.
Secara sosiologis, pendidikan nilai berpijak pada kebutuhan masyarakat untuk membentuk individu yang mampu hidup harmonis dan berkontribusi dalam lingkungan sosialnya.
Secara pedagogis, pendidikan nilai berhubungan dengan prinsip dan metode pendidikan yang menekankan pembentukan karakter melalui pembelajaran, keteladanan, dan pembiasaan.
Landasan pendidikan nilai juga mencakup dimensi kultural, yaitu nilai-nilai luhur yang tumbuh dari tradisi dan budaya bangsa sebagai identitas nasional.
Setiap landasan tersebut saling melengkapi sehingga membentuk kerangka utuh dalam membimbing peserta didik menjadi manusia yang berakhlak dan bermartabat.
Dalam konteks pendidikan modern, landasan ini menjadi pedoman penting agar sekolah tidak hanya menghasilkan individu cerdas secara intelektual, tetapi juga bermoral dan berempati.
Dengan demikian, landasan pendidikan nilai berperan strategis dalam membangun sistem pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter dan kemanusiaan yang utuh.
Size: 56.64 KB
Language: none
Added: Oct 07, 2025
Slides: 9 pages
Slide Content
Landasan pendidikan Nilai Drs. A. Burhan , M.Pd
Landasan pendidikan nilai Landasan Filosofis Landasan Psikologis Landasan Sosial Landasan Estetik
1. Landasan filosofis Landasan filosofis adalah landasan yang berkaitan dengan hakekat pendidikan. Landasan ini berusaha menelaah masalah pokok seperti apakah pendidikan nilai itu, mengapa pendidikan nilai dibutuhkan , apa tujuan pendidikan nilai. Oleh karena itu landasan ini bersifat filsafat. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal , menyeluruh, dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia. Konsepsi tersebut pada umumnya bersumber dari faktor ; (1) religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan , (2) ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran . ( Tirtarahardja , 2005: 83). Filsafat pendidikan nilai berlaku selektif terhadap hakikat manusia yang dicapai oleh suatu aliran pemikiran tertentu karena selain sebagai esensi hakikat manusia, nilai juga menyangkut substansi kebenarannya yang dapat berlaku konstekstual dan situasional
2. Landasan Psikologis Kehasan telaah psikologis terletak pada pandangannya bahwa manusia sebagai individu selalu tampil unik . Keunikan manusia dilihat dari sisi mental dan tingkah lakunya berimplikasi pada asumsi psikologis berikutnya bahwa pada hakikatnya tidak ada seorang pun manusia yang sama persis dengan manusia lainnya . Demikian pula, perbedaan individu ditarik pada prinsip-prinsip dasar perkembangan yang diwakili setiap fase pertumbuhan dan perkembangan manusia . Motivasi Perbedaan Individu Tahapan belajar Nilai
Motivasi Motivasi merupakan penyebab yang diduga telah mendorong seseorang ke arah perilaku atau tindakan tertentu . Jika dikaitkan dengan pendidikan nilai sebagai upaya penyadaran nilai pada peserta didik, motivasi menjadi aspek penting yang perlu dikembangkan . Sejumlah kajian tentang motivasi menunjukkan bahwa dorongan psikologis manusia bergerak secara dinamis dalam suatu kontinum yang menempatkan nilai pada ujung pertimbangan psikologis . Hal tersebut berimplikasi bahwa pendidikan nilai harus mampu membangkitkan motivasi peserta didik ke arah tindakan yang didasarkan pada pilihan kebenaran, kebaikan , dan keindahan . Tindakan yang positif itu harus senantiasa dijaga agar berlangsung lama dan terinternalisasi pada diri peserta didik.
2. Perbedaan Individu Perbedaan individu berimplikasi pada kurikulum pendidikan nilai dalam mengajarkan dan membimbing peserta didik ke arah pilihan nilai kehidupan yang tepat , fungsional , kontekstual , dan sesuai dengan kebutuhan hidup mereka . Seperti yang dihadapkan pada pendidikan umumnya , masalah krusial pendidikan nilai terletak pada bagaimana pembelajaran nilai dapat dilakukan secara adil . Adil dalam arti nilai diajarkan dengan baik yang tidak mengabaikan perkembangan nilai subjektif yang lahir secara perseorangan dan tidak melupakan nilai objektif yang berasal dari kelompok . Dengan kata lain, nilai objektif dan nilai subjektif harus dikembangkan secara seimbang .
3. Tahapan Belajar Nilai Dalam memahami nilai anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengalamannya . Hal ini tidak berarti semua pengalaman anak berlangsung dalam suatu kejadian dan kesatuan yang utuh . Oleh karena itu, diperlukan strategi dasar yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu meliputi : M engidentifikasi nilai dan tujuan yang hendak dicapai oleh anak ; M enyusun pengalaman kehidupan yang menantang terhadap pertimbangan nilai; M enyediakan sejumlah pengalaman yang memperluas kemampuan anak dalam membangun nilai secara mandiri .
3. Landasan Sosial Manusia adalah makhluk sosial . Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya keterlibatan orang lain atau tanpa melibatkan diri dengan orang lain. Target utama pendidikan nilai secara sosial adalah membangun kesadaran-kesadaran interpersonal yang mendalam . Peserta didik dibimbing untuk mampu menjalin hubungan social secara harmonis dengan orang lain melalui sikap dan perilaku yang baik. Ia dilatih untuk berprasangka baik kepada orang lain, berempati , suka menolong , jujur , bertanggung jawab , dan menghargai perbedaan pendapat . Semua sikap dan perilaku itu dapat membantu peserta didik untuk hidup secara sehat dan harmonis dalam lingkungan social yang dihuninya .
4. Landasan Estetik Manusia adalah makhluk yang memiliki cita rasa keindahan ( estetik ). Cita rasa tersebut berkembang sesuai dengan potensi setiap individu dalam menilai objek-objek yang bernilai seni atau menuangkan karya seni . Pada tingkatan tertentu cita rasa keindahan berkembang secara subjektif . Nilai-nilai estetik berkembang dan dibangun berdasarkan kriteria tertentu yang berstandar pada keindahan yang terdapat dalam objek seni . Oleh karena itu, seseorang yang hendak mengembangkan intuisi estetiknya harus mampu mengelompokkan , menimbang , dan menilai fakta keindahan atau menciptakan bentuk karya seni .