Laporan_Seminar_Jiwa_Halusinasi_Kelompok_1[1].docx

Anaa439195 8 views 56 slides Oct 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 56
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56

About This Presentation

BUATKAN SAYA PPT 15 SLIDE DENGAN JUDUL SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY I DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:HALUSINASI PENGLIHATAN DAN PENDNEGARAN SECARA DETAIL SESUAI DENGAN YANG ADA DI DALAM WORD TERSEBUT.BUATKAN DALAM TEMA KEPERAWATAN JIWA


Slide Content

LAPORAN SEMINAR KELOMPOK 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. I DENGAN
KASUS HALUSINASI: PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN
DIRUANG MANGGIS RSUD MADANI PALU
DI SUSUN OLEH :
Kelompok 1
Dhiya Farha Lamana (PO0220223030)
Dian Ikkrist Mowose (PO0220223031)
Ana Tahrin Maulidi (PO0220223012)
DelfIan Wulandari (PO0220223041)
Awalia Ramadhani Patewe (PO0220223028)
Iftitah S.Madjid (PO0220223003)
Moh Rendi (PO0220223026)
Adelia (PO0220223043)
Deana Fadiyah Asmar (PO0220223014)
Naufal Abdul Faidh (PO0220223042)
Moh Ilham Hutuna (PO0220223049)
Mohammad Adiyat (PO0220223015)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2025/2026

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kasus Seminar kelompok kami mengenai
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. I Dengan Kasus Halusinasi Diruang
Manggis RSUD Jiwa Madani Palu”. ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini kami susun sebagai bagian dari proses pembelajaran dan
pemenuhan tugas seminar kasus, dengan fokus pada pemahaman mendalam
tentang kasus halusinasi, mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi hingga evaluasi keperawatan yang telah dilakukan.
Kami berharap laporan kasus ini tidak hanya menjadi dokumen akademik,
tetapi juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan pemahaman
dan keterampilan kita semua dalam penanganan klien dengan halusinasi secara
komprehensif.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembimbing dan peserta seminar
sangat kami harapkan demi penyempurnaan seminar kasus kami ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................4
PENDAHULUAN ......................................................................................................4
A.Latar Belakang..............................................................................................4
B.Tujuan...........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................................6
A.Konsep Halusinasi.........................................................................................6
1.Pengertian...............................................................................................6
2.Etiologi....................................................................................................6
4.Jenis-jenis Halusinasi.............................................................................7
5.Tahapan Halusinasi................................................................................8
6.Penatalaksanaan Halusinasi.................................................................10
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ............................................................14
1.Pengkajian............................................................................................14
2.Diagnosa Keperawatan..........................................................................17
3.Intervensi keperawatan.........................................................................19
4.Implementasi Keperawatan....................................................................21
5.Evaluasi keperawatan...........................................................................22
BAB III..................................................................................................................23
LAPORAN KASUS ..................................................................................................23
A.Bina Hubungan Saling Percaya....................................................................23
B.Pengkajian Keperawatan..............................................................................24
C.Diagnosa Keperawatan................................................................................33
D.Intervensi Keperawatan...............................................................................34
E.Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan...............................................37
F.Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.....................................................48
BAB IV..................................................................................................................52
PENUTUP..............................................................................................................52
A.Kesimpulan.................................................................................................52
B.Saran..........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................53

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian penting dari kesehatan manusia secara
menyeluruh. gangguan jiwa saat ini telah menjadi salah satu penyebab utama
dari beban penyakit global, dengan pravelensi yang terus meningkat. Salah satu
gangguan jiwa yang sering dijumpai adalah gangguan persepsi, dimana individu
mengalami distorsi atau perubahan dalam cara mereka memahami dunia
sekitar. (Trisna, 2022) Salah satu bentuk gangguan persepsi yang umum terjadi
adalah halusinasi, yang dapat melibatkan semua Indera, namun yang paling
sering adalah halusinasi pendengaran. (Eko et al., 2023)
Menurut (WHO, 2022) jumlah penderita skizofrenia di dunia mencapai 21
juta orang. Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa berat berdasarkan
(Riskesdas, 2018) mencapai 7 per mil penduduk. Angka tersebut menunjukkan
bahwa kasus gangguan jiwa masih cukup tinggi, terutama skizofrenia dengan
gejala halusinasi yang mendominasi. Di Sulawesi Tengah, prevalensi gangguan
jiwa berat tercatat lebih dari 7‰ populasi, melampaui angka prevalensi
nasional. Cakupan pelayanan orang dalam gangguan jiwa berat terendah
tercatat di Kabupaten Banggai Kepulauan (1,68%), sementara yang tertinggi
berada di Kota Palu (92,37%). (Dinkes Sulawesi Tengah, 2023) Pasien halusinasi
di RS Madani Palu pada tahun 2022 sampai dengan 2024 sebanyak 12.005
pasien halusinasi, laki-laki sebanyak 7.549 pasien, sedangkan perempuan
sebanyak 4.457 pasien jiwa. (Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi
Tengah, 2022) Data ini menunjukkan bahwa gangguan jiwa, termasuk
halusinasi pendengaran, menjadi masalah kesehatan yang memerlukan
perhatian serius, terutama dalam peningkatan layanan kesehatan jiwa di
Sulawesi Tengah.
Laporan seminar ini disusun sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan
dasar di RS Madani oleh Prodi DIII Keperawatan Poso, Jurusan Keperawatan,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu , dengan fokus pada kasus Asuhan
Keperawatan Jiwa pada klien di Ruangan Manggis. Melalui seminar ini,
diharapkan terjadi diskusi dan pertukaran informasi mengenai hasil praktik
klinik dalam rangka memperkaya pengetahuan, khususnya dalam penanganan
masalah keperawatan Halusinasi.

B.Tujuan
1.Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah
Halusinasi di ruang Manggis RSUD Madani Palu.
2.Tujuan Khusus
a.Melaksanakan pengkajian pada pasien dengan masalah utama Halusinasi
b.Merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan analisis data
c.Menyusun rencana keperawatan untuk mengatasi masalah pasien
d.Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai intervensi yang telah disusun
e.Melakukan evaluasi hasil keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Halusinasi
1.Pengertian
Halusinasi merupakan pengalaman indrawi (sensori) seperti adanya
suara, penglihatan, sentuhan, pembauan, perabaan tanpa adanya
rangsangan yang berasal dari lingkungan eksternal ke organ sensori yang
sesuai(Montagnese et al., 2021).
Halusinasi merupakan salah satu dari gangguan jiwa dimana
seseorang tidak mampu membedakan antara kehidupan nyata dengan
kehidupan palsu. Dampak yang muncul dari pasien dengan gangguan
halusinasi mengalami panik, perilaku dikendalikan oleh halusinasinya,
dapat bunuh diri atau membunuh orang, dan perilaku kekerasan lainnya
yang dapat membahayakan dirinya maupun orang disekitarnya (Santi et al.,
2021).
2.Etiologi
Menurut (Avelina et al., 2022) faktor-faktor yang menyebabkan halusinasi
adalah sebagai berikut :
a)Faktor predisposisi
1)Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2)Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban, pelaku
maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang
dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3)Sosiobudaya dan lingkungan
Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial
ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari
lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali
memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernahm mengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta
tidak bekerja.

b)Faktor presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau
adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan
atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
3.Rentang Respon Halusinasi
Respon Adaptif Respon psikososial Respon maladaptif
1.Pikiran logis
2.Persepsi akurat
3.Emosi konsisten
dengan
pengalaman
4.Perilaku cocok
5.Hubungan sosial
harmonis
1.Kadang-kadang
proses pikir
terganggu
2.Ilusi
3.Emosi berlebihan
4.Perilaku yang
tidak biasa
5.Menarik diri
1.Waham
2.Halusinasi
3.Kerusakan proses
emosi
4.Perilaku tidak
teroganisasi
5.Isolasi sosial
Sumber; (laela et al., 2024)
4.Jenis-jenis Halusinasi
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi
pendengaran
1.Bicara atau ketawa sendiri
2.Marah-marah tanpa sebab
3.Mengerahkan telinga
kearah pintu
4.Menutup telinga
1.Mendengarkan suara
atau kegaduhan
2.Mendengarkan suara
yang mengajak
bercakap-cakap
3.Mendengarkan suara
yang menyuruh
melakukan sesuatu
yang berbahaya
Halusinasi
penglihatan
1.Menunjuk-nunjuk kearah
tertentu
1.Melihat bayangan, sinar
berbentuk geometris,

2.Ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas
berbentuk kartoon,
melihat haantu atau
monster
Halusiansi
penghidu
1.Menghidu seperti sedang
membauii buah - buahan
tertentu
2.Menutup hidung
1.Membaui bau – bauan
seperti bau darah,
urine, feses kadang –
kadang bauu itu
menyenangkan
Halusinasi
pengecap
1.Sering meludah
2.Muntah
1.Merasakan rasa seperti
darah, urine atau feses
Halusinasi
perabaan
1.Mengaruk – garuk
permukaan kulit
1.Menyatakan ada
serangan di permukaan
kulit
2.Merasa tersengat listrik
Sumber : (Slametiningsih et al., 2019)
5.Tahapan Halusinasi
Tahap Karakteristik Perilaku Klien
Tahap I
(Comforting)
1.Secara umum
halusinasi
merupakan
suatu
kesenangan.
2.Tingkat ansietas
sedang Memberi
rasa nyaman.
1.Pikiran dan pengalaman
sensori masih ada
dalam kontrol
kesadaran (jika
kecemasan dikontrol).
2.Mengalami ansietas
kesepian, rasa bersalah
dan ketakutan Mencoba
berfokus pada pikiran
yang dapat
menghilangkan
ansietas.
1.Menggerakkan bibir
tanpa suara.
2.Tersenyum/tertawa
sendiri
3.Penggerakan mata
yang cepat
4.Diam dan
berkonsentrasi
5.Respon verbal yang
lambat.
Tahap II / Ansietas
berat
(Condemning)
Menyalahkan;
1.Menarik diri dari orang
lain.
2.Pengalaman sensori
menakutkan
1.Peningkatan SSO,
tanda-tanda
ansietas
peningkatan denyut

tingkat kecemasan
berat secara umum
halusinasi
menyebabkan rasa
antipati
3.Merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori
tersebut.
4.Mulai merasa
kehilangan kontrol
Non Psikotik
jantung,
pernafasan, dan
tekanan darah.
2.Rentang perhatian
menyempit
3.Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dari
realita.
4.Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
Tahap III
(Controlling)
Mengontrol tingkat
kecemasan berat
pengalaman sensori
tidak dapat ditolak
lagi.
1.Klien menyerah dan
menerima pengalaman
sensorinya.
2.Isi halusinasi menjadi
atraktif
3.Kesepian bila
pengalaman sensori
berakhir.
Psikotik
1.Perintah halusinasi
ditaati.
2.Sulit berhubungan
dengan orang lain.
3.Rentang perhatian
hanya beberapa
detik / menit.
4.Gejala fisika
ansietas berat
berkeringat, tremor,
tidak mampu
mengikuti perintah.
Tahap IV
(Conqueirng/Panik)
Menguasai tingkat
kecemasan panik
secara umum diatur
dan dipengaruhi
oleh waham.
1.Halusinasi dapat
berlangsung selama
beberapa jam atau hari
(jika tidak diinvensi)
2.Pengalaman sensori
menjadi ancaman
Psikotik
1.Potensial tinggi
untuk bunuh diri
atau membunuh.
2.Perilaku panik
3.Tidak mampu
berespon terhadap
perintah yang
kompleks
4.Tindakan kekerasan
agi-tasi, menarik

diri atau katatun.
5.Tidak mampu
berespon terhadap
lebih dari satu
orang.
Halusinasi perabaan1.Mengaruk – garuk
permukaan kulit
1.Menyatakan ada
serangan di
permukaan kulit
2.Merasa tersengat
listrik
Sumber : (Gasper et al., 2023)
6.Penatalaksanaan Halusinasi
Penatalaksanaan pada klien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1.Manajemen keperawatan pasien halusinasi seagai berikut :
a.Bina hubungan interpersonal dan saling percaya.
1) Ingat jika anda merasa cemas atau takut, pasien pun akan
mengalami hal yang sama.
2) Bersikap sabar, tunjukan penerimaan, dan gunakan keterampilan
mendengar aktif.
b.Kaji gejala halusinasi, termasuk lama, intensitas, dan frekuensi.
1) Amati isyarat perilaku yang mengindikasikan adanya halusinasinya.
2) Amati isyarat yang mengidentifikasi tingkat intensitas dan lama
halusinasi.
3) Bantu pasien mencatat banyaknya halusinasi yang dialami pasien
setiap hari.
c.Fokuskan pada gejala dan minta pasien untuk menjelaskan apa yang
sedang terjadi.
1) Berikanlah kekuatan kepada pasien dengan membantunya
memahami gejala yang dialami.
2) Bantu pasien untuk mengendalikan halusinasinya, mencari distraksi
yang berguna, dan meminimalkan alkohol.
d.Kaji penggunaan obat dan alkohol.
1) Tentukan pasien apakah menggunakan alcohol atau obat.

2) Tentukan apakah perilaku ini menyebabkan atau memperparah
halusinasi.
e.Jika perawat ditanya oleh pasien, katakan secara singkat bahwa perawat
tidak mengalami stimulus yang sama.
1) Jangan mendebatkan pasien jika berbeda persepsi.
2) Jika muncul halusinasinya, jangan membiarkan pasien sendirian.
f.Sarankan dan kuatkan penggunaan hubungan interpersonal sebagai
suatu teknik penatalaksanaan gejala.
1)Dorong pasien untuk bercerita kepada orang yang ia percayai yang
dapat memberikan umpan balik yang korektif dan suportif.
2)Bantu pasien dalam memobilitasi dukungan sosial.
g.Bantu pasien untuk menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini
dan halunasi masa lalu.
1)Tentukan apakah terhadap pola halusinasi yang dialami pasien.
2)Dorong pasien untuk mengingat kapan halusinasi pertama terjadi.
h.Bantu pasien mengidentifikasi kebutuhan yang merefleksikan isi
halusinasi
1)Identifikasi kebutuhan yang dapat memicu halusinasi.
2) Fokuskan pada kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi dan
diskusikan hubungan tersebut dengan adanya halusinasi
i.Tentukan pengaruh gejala pasien terhadap aktivitas hidup sehari-hari.
1) Berikan umpan balik tenang respons koping umum pasien dan
aktivitas hidup sehari-hari.
2)Bantu pasien menggali gejala, pemicu gejala, dan strategi
pelaksanaan.
2.Manajemen Psikofarmaka
a.Peran Perawat Dalam Pemberian Psikofarmaka
Peran perawat dalam penatalaksanaan obat di rumah sakit jiwa sebagai
berikut :
1)Mengumpulkan data sebelum pengobatan.
Dalam melaksanakan peran ini, perawat didukung oleh latar belakang
pengetahuan biologis dan perilaku. Data yang perlu dikumpulkan antara
lain riwayat penyakit, diagnosis medis, hasil pemeriksaan laboratorium
yang berkaitan, riwayat pengobatan, jenis obat yang digunakan (dosis,
cara pemberian, waktu pemberian), dan perawat perlu mengetahui

program terapi lain bagi pasien. Pengumpulan data ini agar asuhan yang
diberikan bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan.
2)Mengoordinasikan obat dengan terapi modalitas.
3)Hal ini penting dalam mendesain program terapi yang akan dilakukan.
Pemilihan terapi yang tepat dan sesuai dengan program pengobatan
pasien akan memberikan hasil yang lebih baik.
4)Pendidikan kesehatan.
5)Pasien di rumah sakit sangat membutuhkan pendidikan kesehatan
tentang obat yang diperolehnya, karena pasien sering tidak minum obat
yang dianggap tidak ada manfaatnya. Selain itu, pendidikan kesehatan
juga diperlukan oleh keluarga karena adanya anggapan bahwa jika
pasien sudah pulang ke rumah tidak perlu lagi minum obat padahal ini
menyebabkan risiko kekambuhan dan dirawat kembali di rumah sakit.
6)Memonitor efek samping obat.
7)Seorang perawat diharapkan mampu memonitor efek samping obat dan
reaksi-reaksi lain yang kurang baik setelah pasien minum obat. Hal ini
penting dalam mencapai pemberian obat yang optimal.
8)Melaksanakan prinsip-prinsip pengobatan psikofarmakologi.
9)Peran ini membuat perawat sebagai kunci dalam memaksimalkan efek
terapeutik obat dan meminimalkan efek samping obat karena tidak ada
profesi lain dalam tim kesehatan yang melakukan dan mempunyai
kesempatan dalam memberikan tiap dosis obat pasien, serta secara
terus-menerus mewaspadai efek samping obat. Dalam melaksanakan
peran ini, perawat bekerja sama dengan pasien.
10)Melaksanakan program pengobatan berkelanjutan.
11)Dalam program pengobatan, perawat merupakan penghubung antara
pasien dengan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat. Setelah
pasien selesai dirawat di rumah sakit maka perawat akan merujuk
pasien pada fasilitas yang ada di masyarakat misalnya puskesmas,
klinik jiwa, dan sebagainya.
12)Menyesuaikan dengan terapi nonfarmakologi.
13)Sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan perawat,
peran perawat dapat diperluas menjadi seorang terapis. Perawat dapat
memilih salah satu program terapi bagi pasien dan menggabungkannya
dengan terapi pengobatan serta bersama pasien bekerja sebagai satu
kesatuan.

14)Ikut serta dalam riset interdisipliner
15)Sebagai profesi yang paling banyak berhubungan dengan pasien,
perawat dapat berperan sebagai pengumpul data, sebagai asisten
peneliti, atau sebagai peneliti utama. Peran perawat dalam riset
mengenai obat ini sampai saat ini masih terus digali.
b.Psikofarmaka
Obat psikofarmaka ditujukan pada gangguan fungsi neurotrasmitter
sehingga gejala-gejala klinis dapat dihilangkan. Obat psikofarmaka lebih
berkhasiat menghasilan gejala negatif skizofrenia daripada gejala positif
skizofrenia atau sebaliknya, ada juga yang lebih cepat menimbulkan efek
samping dan lain sebagainya. Beberapa contoh obat psikofarmaka yang
beredar di Indonesia yang termasuk golongan generasi pertama yaitu
Chlorpromazine HCl, Trifluoperazine HCL, Thioridazine HCl, dan
Haloperidol. Yang termasuk golongan generasi kedua yaitu Risperidone,
Paliperidone, Clozapine, Quetiapine, Olanzapine, dan Aripiprazole.
Golongan obat anti skizofrenia baik generasi pertama ( typical) maupun
generasi kedua (atypical) pada pemakaian jangka panjang umumnya
menyebabkan penambahan berat badan. Obat golongan typical khususnya
berkhasiat dalam mengattasi gejala gejala positif skizofrenia, sehingga
meninggalkan gejala-gejala negatif skizofrenia. Sementara itu pada
penderita skizofrenia dengan gejala negatif pemakaian golongan typical
kurang memberikan respon. Selain itu obat golongan typical tidak
memberikan efek yang baik pada pemulihan fungsi kognitif penderita. Obat
golongan typical sering menimbulkan efek samping berupa gejala ekstra
piramidal (EPS).
c.Terapi Psikososial
Terapi psikososial dimaksutkan agar penderita mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri,
mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi
beban bagi keluarga dan masyarakat. Penderita ini menjalani terapi
psikososial hendaknya tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka
sebagaimana juga hanya waktu menjalani psikoterapi(Mashudi, 2021).

B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data subjektif dan objektif secara,
sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan keperawatan bagi
individu, keluarga dan komunitas. Pengelompokan data pada pengkajian
kesehatan dan keperawatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor,
sumber koping yang dimiliki klien, isi pengkajian meliputi(Lase & Pardede,
2022).
a.Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian, nomor rumah klien, dan
alamat klien.
b.Keluhan utama
Keluhan utama biasanya berupa bicara sendiri, tertawa sendiri, senyum
sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, menarik diri dari orang lain,
tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, ekspresi muka
tegang mudah tersinggung, jengkel dan marah ketakutan biasa terdapat
disorientasi waktu tempat dan orang, tidak dapat mengurus diri dan tidak
melakukan kegiatan sehari-hari.
c.Faktor predisposisi
Faktor predis posisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor
perkembangan sosial kultural, biokimia psikologis dan genetic yaitu faktor
resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
1)Faktor perkembangan; biasanya tugas perkembangan mengalami
hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan
mengalami stres dan kecemasan.
2)Faktor sosial cultural: berbagai faktor di masyarakat dapat
menyebabkan seseorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap
lingkungan tempat klien dibesarkan.

3)Faktor biokimia; adanya stres yang berlebihan dialami seseorang
maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusi nogenik neurokimia.
4)Faktor psikologis; hubungan interpersonal yang tidak harmonis,
adanya perang anda yang bertentangan dan tidak diterima oleh anak
akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir
dengan gangguan orientasirealitas seperti halusinasi.
5)Faktor genetik; Apa yang berpengaruh dalam skizoprenia. Belum
diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
d.Faktor presipitasi
Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi objek yang ada
dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus
terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
e.Aspek fisik
Hasil pengukuran tanda vital (TD, nadi, suhu, pernapasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien. Terjadi peningkatan denyut jantung
pernapasan dan tekanan darah.
f.Aspek psikososial
Genogram yang menggambarkan 3 generasi
g.Konsep diri
1)Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah/ tidak
menerima perubahan tubuh yang terjadi / yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsinegatif tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
2)Identitas diri Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
3)Peran Berubah / berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah dan PHK.
4)Identitas diri Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya dan
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

5)Harga diri Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri dan kurang percaya diri.
h.Status mental
Pada pengkajian status mental pasien halusinasi ditemukan data berupa
bicara sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat,
menarik diri dari orang lain berusaha untuk menghindari orang lain,
tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, terjadi
peningkatan denyut jantung pernapasan dan tekanan darah, perhatian
dengan lingkungan yang kurang/hanya beberapa detik berkonsentrasi
dengan pengalaman sensori, sulit berhubungan dengan orang lain,
ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah tidak
mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan
berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton curiga dan bermusuhan,
bertindak merusak diri orang lain dan lingkungan, ketakutan, tidak
dapat mengurus diri, biasa terdapat disorientasi waktu tempat dan
orang.
i.Mekanisme koping
Apabila mendapat masalah, pasien takut/tidak mau menceritakan
kepada orang lain (koping menarik diri). Mekanisme koping yang
digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang
sering digunakan pada halusinasi adalah :
1)Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2)Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggungjawab kepada orang lain.
3)Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.
j.Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi psikomotor
terapi okupasional, TAK dan rehabilitas.

2.Diagnosa Keperawatan
1.Pohon masalah
Rumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah yang sudah
dibuat. Diagnosa keperawatan klien dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
Diagnosa
Keperawatan
Data Subjektif Data Objektif
Gangguan
persepsi
Sensori
(D.0085)
Gejala dan Tanda
Mayor
a)Mendengar
suara bisikan
atau melihat
bayangan
b)Merasakan
sesuatu
melalui panca
indera
perabaan,
penciuman
Gejala dan Tanda
Mayor
1)Obyektif
a)Distorsi sensori
b)Respon tidak
sesuai
c)Bersikap seolah
melihat,
mendengar,
mengecap,
meraba atau
Risiko Perilaku
Kekerasan
Gangguan Persepsi
Sensori
Isolasi Sosial
Effect
Core Problem
Cause

atau
pengecapan
Gejala dan Tanda
Minor
a)Menyatakan
kesal
mencium sesuatu
Gejala dan Tanda
Minor
a)Menyendiri
b)Melamun
c)Konsentrasi buruk
d)Disorientasi waktu,
tempat, orang atau
situasi
e)Curiga
f)Melihat ke satu
arah
g)Mondar mandir
Isolasi Sosial
(D.0121)
Gejala dan Tanda
Mayor
a)Merasa
ingin
sendirian
b)Merasa
tidak aman
di tempat
umum
Gejala dan Tanda
Minor
a)Merasa
berbeda
dengan orang
lain
b)Merasa asyik
dengan pikiran
sendiri
c)Merasa tidak
mempunyai
Gejala dan Tanda
Mayor
a)Menarik diri
b)Tidaak
berminat/menolak
berinteraksi dengan
orang lain aataau
lingkungan
Gejala dan Tanda
Minor
a)Afek datar
b)Afek sedih
c)Riwayat ditolak
d)Menunjukkan
permusuhan
e)Tidak mampu
memenuhi harapan
orang lain
f)Kondisi difabel
g)Tindakan tidak

tujuan yang
jelas
berarti
h)Tidak ada kontak
mata
i)Perkembangan
terlambat
j)Tidak bergairah/lesu
Resiko perilaku
kekerasan
(D.0146)
- -
3.Intervensi keperawatan
NO Pasien Keluarga
SPIP SPIK
1. Mengidentifikasi jenis
halusinasi pasien
Mendiskusikan masalah yang
yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Mengidentifikasi isi
halusinasi pasien
Menjelaskan pengertian
halusinasi, tanda dan gejala
halusinasi, jenis halusinasi
serta proses terjadinya
halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu
halusinasi pasien
Menjelaskan cara merawat
pasien halusinasi
4. Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
pasien
6. Mengidentifikasi respon
pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara
menghardik halusinasi

dalam kegiatan harian
SPIIP SPIIK
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat
pasien dengan halusinasi
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap- cakap
dengan orang lain
Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung kepada
pasien halusinasi
3. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian
SPIIIP SPIIIK
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan cara melakukan
kegiatan (kegiatan yang
biasa dilakukan dirumah)
Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
3. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian
SPIVP
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian

Sumber : (laela et al., 2024)
4.Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi
karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai
dengan kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah
kemampuan interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan tindakan
yang akan dilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi klien. Setelah
semuanya tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan.
Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan
berdasarkan Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing
masalah utama. Pada masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi
pendengaran, terdapat 2 jenis SP, yaitu SP Klien dan SP Keluarga.
SP klien terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi halusinasi “jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, perasaan dan
respon halusinasi”, mengajarkan cara menghardik, memasukan cara
menghardik ke dalam jadwal; SP 2 (mengevaluasi SP 1, mengajarkan cara
minum obat secara teratur, memasukan ke dalam jadwal); SP 3 (mengevaluasi
SP 1 dan SP 2, menganjurkan klien untuk mencari teman bicara); SP 4
(mengevaluasi SP 1, SP 2, dan SP 3, melakukan kegiatan terjadwal).
SP keluarga terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya,
mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien,
menjelaskan pengertian, tanda dan gejala helusinasi, jenis halusinasi yang
dialami klien beserta proses terjadinya, menjelaskan cara merawat pasien
halusinasi); SP 2 (melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
dengan halusinasi, melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien halusinasi); SP 3 (membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planing), menjelaskan
follow up pasien setelah pulang).

Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak
dengan klien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan
dan peran serta klien yang diharapkan, dokumentasikan semua tindakan
yang telah dilaksanakan serta respon klien(Tukatman, 2022).
5.Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat
dibagi dua jenis yaitu: evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai
melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang
telah ditentukan.
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien dengan gangguan
sensori persepsi: halusinasi pendengaran adalah: tidak terjadi perilaku
kekerasan, klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat
mengenal halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya, klien
mendapatkan dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien
dapat menggunakan obat dengan baik dan benar(Tukatman, 2022).

BAB III
LAPORAN KASUS
Tanggal :21 Oktober 2025
Jam :11.00 WITA
Pertemuan 1 melakukan BHSP
A.Bina Hubungan Saling Percaya
1.Fase orientasi
Assalamualaikum dan selamat siang ibu,perkenalkan saya ana,biasa di
panggil ana,saya mahasiswa poltekkes kemenkes palu prodi poso yang dinas
di ruangan inidari jam 08.00-14.00 WITA nanti. Apakah boleh kita
berkenalan? Kalau boleh tahu nama ibu siapa? Ibu nyamannya dipanggil
siapa? Bagaimana perasaannya hari ini Bu? Apakah ada keluhan yang ibu
rasakan?
2.Fase Kerja
Boleh kita berbincang-bincang selama 10 menit? Tempatnya disini saja ya
bu.
3.Terminasi
Apakah kita bisa berbincang-bincang sekarang tentang apa yang ibu alami?
Apakah kita bisa berjabat tangan? Apa yang mengganggu ibu hari ini? Baik
bu, bagaimana perasaan ibu saat ini setelah kita berbincang-bincang?
Bagaimana jika kita berbincang-bincang lagi setelah makan siang? Bailah
kita ketemu sebentar di jam 13.00 ya, sampai ketemu lagi bu. Terima kasih
sebelumnya sudah mau berbincang-bincang dengan saya.
4.Evaluasi
Subjektif :
walaikumsalam
irmawati
ima
baik
iyah boleh sus
boleh
Lumayan baik
Iyah boleh sus

saya melihat bayangan seperti hantu dan saya mendengar suara-suara
tangisan orang dewasa.bayangan itu muncul di pagi,siang dan malam
hari,saya merasa takut dan gelisah saat melihat bayangan itu
muncul.suara suara tangisan orang dewasa itu muncul di pagi,siang dan
malam hari,saya juga merasa gelisah saat mendengar suara suara itu.
Objektif :
Ny.I tampak berbicara sendiri
Ny.I tampak gelisah
Assesment : BHSP berhasil dengan kriteria hasil:
Pasien mau berjabat tangan
Pasien mau di ajak bicara
Pasien kooperatif
Planning : Lanjutkan pengkajian
B.Pengkajian Keperawatan
I.Identitas klien
Ruangan rawat : manggis
Inisial : Ny.I
Umur : 31 Tahun
Alamat : Desa Sigenti
Tanggal dirawat : 14 oktober 2025
Tanggal pengkajian : 21 oktober 2025
No.Rm : 116696
Informan : klien
II. Alasan masuk
Ny.I mengatakan gelisah sejak beberapa terakhir ,tidur hanya sedikit
dan bangun pada jam 02.00 dan berjalan keluar melihat bayangan seperti
hantu dan mendengar suara bisikan tangisan orang dewasa.

III. Keluhan saat pengkajian
Klien mengatakan melihat bayangan seperti hantu,bayangan itu
muncul pada saat klien menyendiri,di pagi,siang dan malam hari.klien
mengatakan bayangan yang dilihat berlalu secepat kilat.klien mengatakan
ia merasa takut saat melihatnya.klien juga mengatakan mendengar suara
suara tangisan orang dewasa di kedua telingannya,klien mengatakan suara
itu muncul pada saat klien menyendiri di pagi,siang,dan malam hari,klien
mengatakan ia merasa gelisah saat ia mendengar suara-suara itu muncul.
IV. Faktor Presdiposisi
1.Pernah mengalami gangguan jiwa di masalalu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami gangguan
jiwa di masalalu.
2.Pengobatan sebelumnyya
Klien mengatakan belum pernah menjalani pengobatan sebelumnya.
3.Trauma
Klien mengatakan tidak pernah menjadi pelaku atau korban
penganiayaan seksual.
4.Adakah Angota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Klien mengatakan memiliki anggota keluarga yaitu kakaknya yang
mengalami gangguan jiwa,dan pernah di rawat dirumah sakit mamboro.
Masalah keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
5.Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan ia mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan Dimana klien selalu dimarahi oleh suaminya ,saat
suaminya pulang dari bekerja,dan kerap di tuduh selingkuh oleh
suaminya.
Masalah keperawatan : Respon pasca trauma situasional
V. Pemeriksaan fisik
1.Tanda Vital
TD:120/90 mmHg
N:90x/menit
R:20x/menit
S:37,0 C
2.Ukur

BB:55 kg
TB:150
VI. Psikososial
1.Genogram
Keterangan
Laki laki
perempuan
Meninggal
Serumah
Pasien
Sodara yang pernah mengalami gangguan jiwa

2.Konsep diri
a.Citra tubuh:
Klien mengatakan tubuhnya tidak memiliki keluhan fisik.klien
menyukai semua bagian tubuhnnya.
b.Identitas
Klien mengatakan ia seorang Perempuan dan sudah
menikah,dan memiliki 3 orang anak,2 cowok 1 cewek.
c.Peran:
Klien mengatakan ia berperan sebagai ibu rumah tangga,sebagai
seorang ibu rumah tangga ia menyapu,membersihkan
rumah,mencuci,memasak dan mengurus anak.namun,setelah sakit
klien tidak mampu lagi melaksakan perannnya.
d.Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang kerumahnya
dan berkumpul dengan keluarga kecilnya dan suaminya menerima ia
apa adanya.
e.Harga diri
Klien mengatakan ia merasa sudah tidak berguna lagi karena
klien tidak mampu lagi menjalankan perannya sebagai ibu rumah
tangga.
Masalah keperawatan: harga diri rendah situasional
3.Hubungan sosial
a.Orang yang berarti
Klien mengatakan memiliki orang yang berarti yaitu keluarganya
b.Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat
contohnya,
c.Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan ia tidak suka berkenalan dengan orang,klien lebih
suka menyendiri
Masalah keperawatan :isolasi sosial

4.Spiritual
a.Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia menganut agama islam
b.Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum sakit klien selalu menjalankan
ibadah sholat.saat sakit klien pun masih melaksanakan sholatnya
tetapi tidak 5 waktu.
VII. Status Mental
1.Penampilan
Penampilan Ny.I tampak rapi
2.Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas,dan cepat.klien menjawab pertanyaan
yang diberikan.komunikasi klien tampak inkoheren yaitu pembicaraan
klien sering berpindah ke topik lain yang tidak ada hubungannya dengan
pertanyaan yang diberikan.
3.Aktivitas mototrik
Ekspresi wajah Klien tampak tegang dan tingkah laku gelisah,klien
tampak tidak grimace yaitu tampak gerakan kecil pada otot muka yang
tidak terkontorol
Masalah keperawatan: risiko perilaku kekerasan
4.Alam perasaan
Klien mengatakan biasa saja menjalani hari-harinya,tidak di temukan
rasa sedih,rasa khawatir atau rasa putus asa
5.Afek
Pada saat pengkajian klien tampak tegang, emosi klien labil.
Masalah keperawatan : Risiko perilaku kekerasan
6.Interaksi selama wawancara
Saat pengkajian dilakukan klien tidak bermusuhan saat diajak
bercerita klien kooperatif
7.Persepsi
Klien mengatakan melihat bayangan seperti hantu,bayangan itu
muncul pada saat klien menyendiri,di pagi,siang dan malam hari.klien
mengatakan bayangan yang dilihat berlalu secepat kilat.klien
mengatakan ia merasa takut saat melihatnya.klien juga mengatakan
mendengar suara suara tangisan orang deasa di kedua telingannya,klien
mengatakan suara itu muncul pada saat klien menyendiri di

pagi,siang,dan malam hari,klien mengatakan ia merasa gelisah saat ia
mendengar suara-suara itu muncul.
Masalah keperawatan: gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan dan pendengaran
8.Proses pikir
Klien memeliki proses pikir yaitu srikumstansial yaitu pembicaraan
yang berbelit-belit tetapi sampai pada tujuan pembicaraan. Klien juga
memiliki proses pikir kehilangan asosiasi yaitu dimana pembicaraan klien
tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kaliamat lainnya dan
klien tidak menyedarinya .
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
9.Isi pikir
Klien memiliki phobia pada hantu
10. Tingkat kesedaran
Klien tidak memiliki disorientasi tempat, orang dan waktu.
11.Memori
Klien tidak memiliki gangguan daya ingat dibuktikan dengan klien
memngingat tahun kelahirannya, klien juga mengingat kejadian yang
terjadi satu minggu lalu, seperti klien mengatakan sudah di rawat selama
9 hari
12.Tingkat kosentarsi dan berhitung
Pada saat berbincang perhatian klien tidak mudah di arahkan klien
mudah berhitung sederhana 10,9,8,7,6,5,4,3,2,1 dan bisa mampu
melakukan hitungan dan penambahan seperti 5+5, 10-8
13.Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sedarhana,dengan memilih
ketika di suruh memilih makan dulu atau mencuci tangan dulu sebelum
makan klien menjawab,sebelum makan mencuci tangan terlebih dahulu.
14.Daya tilik diri
Klien mengatakan klien menyadari jika dirinya tidak sehat dan
sekarang berada di rumah sakit jiwa berobat.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1.Makan
Pada saat di kaji pasien mengatakan tiga kali sehari pada waktu
pagi,siang dan menjelang magrib klien dapat makan dan minum secara
mandiri dalam satu porsi klien mengatakan menyukai makanan yang di
berikan pihak rumah sakit dan selain makanan bersama pasien lainnya ,
setelah makan klien mampu merapikan tempat makannya .
2.BAB/BAK
Klien memiliki gangguan atau masalah pada saat BAB DAN BAK
klien dapat melakukan BAK dan BAB secara mandiri, klien mengatakan
selain menyiram menggunakan air apabila sesuai BAK/BAB
3.Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pada waktu pagi, dan sore.
Klien dapat melakukan kegiatan mandi secara mandiri dikamar mandi
4.Berpakaian/berhias
Klian mengatakan pakaian sendiri klien juga mampu menyisir
rambutnya sendiri, tetapi klien tidak mampu mengikat rambutnya dengan
rapi.
5.Istirahat tidur
Klien mengatakan tidur 2x sehari yaitu siang dan malam, klien
mengatakan persiapan sebelum tidur klien yaitu mencuci muka, kegiatan
setelah tidur yaitu merapikan tempat tidur
6.Kemampuan klien dalam:
a.Mengentipasi kebutuhan sendiri seperti makan,mandi, dan berpakaian
tanpa bantuan orang lain, klien juga dapat menjaga kebersihan diri
dengan baik
b.Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
Klien dapat membuat keputusan sederhana berdasarkan keinginannya
sendiri dan tidak lagi dipengaruhi oleh suara atau gangguan
halusinasinya.
c.Mengukur penggunaan obat
Klien sudah mengetahui jadwal minum obatnya
d.Menentukan Pemeriksaan kesehatan
Klien mengatakan bila sakit ia berobat ke puskesmas
7.Klien memiliki sistem pendukung

Klien mengatakan memiliki dukungaan yang baik dari keluarga,
klien juga sudah mulai berinteraksi dengan teman dan mengikuti
kegiatan terapi aktivitas kelompok
8.Apakah klien meminati saat bekerja kegiatan produktif akan hoby,
klien mengatakan saat bekerja ia menikmatinya. Klien memiliki hobi
memasak.
Analisa Data
NO Hari/Tanggal Data Masalah
1. Selasa
21 oktober 2025
Data subjektif
Klien mengatakan
melihat bayangan
seperti
hantu,bayangan itu
muncul pada saat
klien menyendiri,di
pagi,siang dan
malam hari.
klien mengatakan
bayangan yang
dilihat berlalu
secepat kilat.
klien mengatakan ia
merasa takut saat
melihatnya.
klien juga
mengatakan
mendengar suara
suara tangisan
orang dewasa di
kedua telingannya,
klien mengatakan
suara itu muncul
pada saat klien
menyendiri di
pagi,siang,dan
malam hari,
Gangguan persepsi sensori:
Halusinasi penglihatan dan
pendengaran

klien mengatakan ia
merasa gelisah saat
ia mendengar suara-
suara itu muncul.
Data objektif
klien tampak gelisah
klien tampak tegang
2.Selasa
21 oktober 2025
Data subjektif
klien
mengatakan
tidak mau
berinteraksi
dengan teman
sekamarnya
klien
mengatakan
lebih senang
menyendiri
Data Objektif
klien tampak
bingung
kontak mata
kurang
isolasi sosial
3.Selasa
21 oktober 2025
Faktor resiko:
Halusinasi penglihatan
dan pendengaran
Risiko perilaku kekerasan

Pohon masalah
Effect : Risiko perilaku kekerasan

Core problem : Gangguan persepsi sensori:
Halusinasi penglihatan dan pendengaran

Cause : Isolasi sosial

Harga diri rendah situasional

Respon pasca trauma
C.Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan persepsi sensori
2.Isolasi Sosial
3.Risiko perilaku kekerasan

D.Intervensi Keperawatan
Nama klien : Ny. I
Ruangan : Manggis
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Dan
Kriteria Hasil
Rencana
Keperawatan
1.Gangguan Persepsi
Sensori: halusinasi
pendengaran dan
penglihatan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan persepsi
sensori membaik dengan
kriteria hasil :
1.Verbalisasi mendengar
bisikan menurun
2.Perilaku halusinasi
menurun
3.Respon sesuai
stimulus membaik
Manajemen Halusinasi
Observasi :
1.Monitor perilaku yang
mengindikasi halusinasi
2.Monitor dan sesuaikan tingkat
aktivitas dan stimulasi
lingkungan
3.Monitor isi halusinasi (mis.
kekerasan, atau
membahayakan diri)
Terapeutik :
1.Pertahankan lingkungan yang
aman
2.Lakukan tindakan
keselamatan ketika tidak
dapat mengontrol perilaku
(mis. limit setting, pembatasan
wilayah, pengekangan fisik,
seklusi)
3.Diskusikan perasaan dan
respon s terhadap halusinasi
4.Hindari perdebatan tentang
validitas halusinasi
Edukasi :
1.Anjurkan memonitor sendiri
situasi terjadinya halusinasi
2.Anjurkan bicara pada orang
yang di percaya untuk
memberi dukungan dan
umpan balik korektif terhadap
halusinasi
3.Anjurkan melakukan distraksi
(mis. mendengarkan musik,
melakukan aktivitas dan
teknik relaksasi)
4.Ajarkan pasien dan keluarga
cara mengontrol halusinasi
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan antiansietas,
jika perlu.

Nama klien : Ny. I
Ruangan : Manggis
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Dan
Kriteria Hasil
Rencana
Keperawatan
2.Isolasi Sosial Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan keterlibatan
sosial meningkat dengan
kriteria hasil :
1.Minat interaksi
meningkat
2.Kontak mata
meningkat
3.Verbalisasi isolasi
menurun
4.Perilaku menarik diri
menurun
Promosi Sosialisasi
Observasi :
1.Identifikasi kemampuan
melakukan interaksi dengan
orang lain
2.Identifikasi hambatan
melakukan interaksi dengan
orang lain
Terapeutik :
1.Motivasi meningkatkan
keterlibatan dalam suatu
hubungan
2.Motivasi dalam berpartisipasi
dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
Edukasi :
1.Anjurkan berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
2.Anjurkan ikut serta kegiatan
sosial dan kemasyarakatan
3.Latih bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan
komunikasi

Nama klien : Ny. I
Ruangan : Manggis
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Dan
Kriteria Hasil
Rencana
Keperawatan
3.Risiko Perilaku
kekerasan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan kriteria diri
meningkat dengan kriteria
hasil :
1.Perilaku menyerang
menurun
2.Perilaku agresif/amuk
menurun
Pencegahan Perilaku Kekerasan
Observasi :
1.Monitor adanya benda yang
berpotensi membahayakan
2.Monitor barang yang dibawah
oleh pengunjung
3.Monitor selama penggunaan
barang yang dapat
membahayakan
Terapeutik :
1.Pertahankan lingkungan bebas
dari bahaya secara rutin
2.Libatkan keluarga dalam
perawatan
Edukasi :
1.Anjurkan pengunjung dan
keluarga untuk mendukung
keselamatan pasien
2.Latih cara mengungkapkan
perasaan secara asertif
3.Latih mengurangi kemarahan
secara verbal dan nonverbal
(mis. relaksasi bercerita)

E.Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Hari: Rabu, 22 oktober 2025
Pertemuan : Pertama
Sp/Dx : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan dan
pendengaran
A.Proses keperawatan
1.Kondisi klien
Data subjektif :
-Klien mengatakan melihat bayangan seperti hantu dan
bayangan, muncul di pagi, siang dan malam hari. Klien
mengatakan ia merasa takut saat melihat bayangan itu
muncul, bayangan itu muncul saat klien menyendiri.
-Klien mengatakan mendengar suara-suara tangisan orang
dewasa, klien mengtaakan ia mendengar suara itu di pagi,
siang dan malam hari, klien juga mengatakan ia takut saat
mendengar suara-suara itu muncul.
Data objektif :
-Klien tampak gelisah
-Klien tampak tegang
2.Diagnosa keperawatatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan dan
pendengaran
3.Tujuan tindakan keperawatan
Pasien mampu :
a.Membina hubungan saling percaya
b.Membantu pasien menyadari gangguan sensorik persepsi
halusinasi
c.Melatih pasien cara mengontrol halusinasi

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1
MENGENAL DAN CARA MENGHARDIK HALUSINASI
Hari : Rabu, 22 oktober 2025
Pertemuan : pertama
Sp/Dx : SP 1 / Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan dan
pendengaran
Nama klien : Ny. I
B.Strategi komunikasi
1.Fase orientasi
a.“Assalamualaikum, selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya
ana tahrin saya mahasiswa praktik dari poltekkes kemenkes
palu prodi poso yang akan dinas disini selama 1 minggu. Hari ini
saya dinas pagi dari jam 08:00 – 14:00. Saya akan merawat ibu
selama ibu diruangan ini. Nama ibu siapa? Senangnya di panggil
siapa?”
“waalaikumsalam nama saya ny.i, saya biasanya dipanggil Ny.i”
b.Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tad i
malam apa nyenyak?
“baik suster”
c.Kontrak
1)Topik : baiklah ibu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang suara yang mengganggu ibu, dan bayangan yang
mengganggu ibu dan cara mengontrol suara, bayangan
tersebut, apakah ibu bersedia?
“iya suster”
2)Waktu : “berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang,
bagaimana kalau 20 menit?”
“iya suster 20 menit saja”
3)Tempat : bagaimana kalau kita bercakap-cakap disini? Apa
ibu mau?
“iyah disini saja”

2.Fase kerja
“Apakah ibu mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya?
Saya percaya ibu mendengar suara-suara tersebut, tetapi saya
sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah ibu mendengarnya
terus menerus atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering ibu
mendengar suara tersebut? Berapa kali ibu mendengar suara itu
dalam sehari? Pada saat apa ibu mendengar suara tersebut?
Apakah dengan cara itu suara tersebut bisa hilang? Apa yang ibu
alami itu namanya halusinasi ada 4 cara untuk mengontrol
halusinasi yaitu : menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas”
“Bagaimana kalau kita melatih cara pertama yaitu menghardik,
apakah ibu bersedia?. Bagaimana kalau kita mulai ya ibu, baiklah
saya akan mempraktikkan terlebih dahulu setelah itu ibu ulangi
apa yang saya praktikan ya ibu. Begini ibu jika suara itu muncul,
ibu tutup kedua telinga dengan tangan lalu katakan “pergi-pergi
jangan ganggu saya, kamu itu palsu, ulangi dengan suara keras.
Jika ibu melihat bayangan ibu bisa menutup kedua mata dengan
kedua tangan lalu katakan “kamu itu tidak nyata”, baiklah coba
ibu ulangi apa yang telah saya contohkan, coba sekali lagi ibu,
wahh bagus sekali ibu.
3.Fase Terminasi
1)Evaluasi subjektif dan objektif :
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? Ibu
senang tidak denfan apa yang kita lakukan tadi? Setelah
mengobrol panjang lebar tadi sekarang ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi? Kalau suara itu muncul lagi, silahkan ibu
menggunakan cara yang tadi ya ibu, bagaimana kalau kita buat
jadwal kegiatan hariannya ibu, ibu maunya di jam berapa?
2)RTL
“ibu lakukan itu sampai suara itu hilang, lakukan itu disaat ibu
mendengar suara dan melihat bayangan tersebut

3)Kontrak yang akan datang
Topik : baiklah ibu bagaimana kalau sebentar kita berbincang-
bincang tentang cara yang ke-2 dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain, apakah ibu bersedia?
Waktu : ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau dijam 09:30?
Tempat : untuk tempatnya disini saja ya bu, baiklah ibu saya
kesini besok di jam 09:30 ya, saya permisi dulu ya ibu, sampai
jumpa.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2
MENGONTROL HALUSINASI DENGAN CARA BERCAKAP-CAKAP
DENGAN ORANG LAIN
Hari/tanggal: Jumat, 24 oktober 2025
Pertemuan : Ketiga
SP/Dx : gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dan
penglihatan
Nama klien: Ny. I
A.Proses keperawataan
1.Kondisi klien
Data subjektif
-Klien mengatakan masih mendengar suara tangisan orang
dewasa dan melihat bayangan seperti hantu
Data objektif
-Klien mau diajak berjabat tangan
-Klien maau untuk diajak bicara
-Klien tampak kooperatif
-Klien mengikuti TAK
2.Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan
penglihatan
3.Tujuan tindakan keperawatan
-Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
-Evaluasi SP 1 dan SP 2

-Anjurkan pasien untuk memasukkan dalam jadwal harian
B.Strategi komunikasi
1.Fase orientasi
a)Salam terapeutik
“Assalamualaikum ibu, masih ingat dengan saya?”
b)Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaannya ibu hari ini? Apakah masih ada
suara-suara dan bayangan itu muncul? Apa ibu telah
melakukan cara yang kemarin saya sudah ajarkan ke ibu
untuk menghilangkan suara-suara dan bayangan yang
mengganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibu?
Ya bagus, ibu sudah latihan menghardik suara-suara dan
bayangan, juga dilakukan dengan teratur. Sekarang, coba
ceritakan pada saya apakah suara-suara yang didengarkan
dan bayangan dan dilihat sudah berkurang?
“Coba sekarang ibu praktekkan cara menghardik suara dan
bayangan yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali bu”
c)Kontrak
Topik : “Baiklah ibu, sesuai janji kita kemarin hari ini kita
akan belajar cara ketiga cara mengendalikan
suara-suara yang muncul yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain, apakah ibu bersedia?”
Waktu : “Berapa lama ibu mau berbincang-bincang?,
bagaimana kalua 20 menit”
Tempat : “Ibu mau berbincang-bincang dimana?,
bagaimana kalua di sini saja?, baiklah bu”
2.Fase kerja
“Caranya adalah jika ibu mendengar suara-suara itu lagi,
langsung saja ibu mencari teman untuk diajak berbicara.
Minta teman ibu agar berbicara dengan ibu. Contohnya begini
bu, tolong bicara dengan saya, saya mulai mendengar suara
dan melihat bayangan. Ayo kita ngobrol atau ibu minta dengan
perawat untuk bercakap-cakap dengan ibu”

“Suster, tolong bercerita dengan saya, karena saya mulai
mendengar suara-suara aneh lagi dan meelihat bayangan
seperti hantu, sekarang ibu coba praktekkan. Bagus ibu, coba
sekali”
3.Fase terminasi
1)Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita
berlatih tentang cara mengontrol suara-suara dan bayang
dengan bercakap-cakap?”
“Jadi, sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol
suara-suara dan bayangan? Soba ibu sebutkan?. Bagus
sekali ibu, mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan
harian ya bu”
2)Evaluasi objektif : “Coba ibu jelaskan lagi apa yang telah
kita praktekkan tadi?”
3)Rencana tindak lanjut : “Berapa kali ibu akan bercakap-
cakap?, baiklah ibu, dua kali saja?. Jam berapa saja bu?,
baiklah ibu jam 09.00 dan 17.00, jangan lupa lakukan cara
yang ketiga ini agar suara-suara dan bayangan yang ibu
dengar dan lihat tidak menggangu ibu lagi”
4)Kontrak yang akan datang
Topik : “Baiklah ibu, bagaimana kalau besok kita
berbincang-bincang tentang manfaat bercakap-
cakap dan berlatih cara yang ke-empat untuk
mengontrol suara-suara dan bayangan yang ibu
dengan dan lihat dengan cara melakukan kegiatan
aktivitas harian apakah ibu bersedia?”
Waktu : “Besok saya masih dinas seperti sekarang, kira-
kira ibu bisa jam berapa?”
Tempat : “Baiklah ibu saya akan datang besok jam 08.00
disini ya bu, permisi ya bu”

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3
MENGONTROL HALUSINASI DENGAN CARA MELAKUKAN
AKTIVITAS SEHARI-HARI
Hari/Tanggal : Kamis, 23 oktober 2025
Pertemuan : Kedua
Sp/Dx : Sp3/Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
penglihatan
Nama Klien : Ny. I
A.Proses keperawatan
1.Kondisi klien
Data subjektif :
-Klien mengatakan hari ini tidak mendengar suara-suara
dan bayangan lagi
Data objektif :
-Klien tampak kooperatif
-Klien sudah ada kontak mata saat berbincang
-Klien tampak dapat mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan aktivitas sehari-hari contohnya, menyapu dan
membersihkan tempat tidur
2.Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran dan
penglihatan
3.Tujuan tindakan keperawatan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan
4.Tindakan keperawatan
a.Evaluasi jadwal kegiatan harian
b.Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan yang mampu klien lakukan
c.Menganjurkan klien memastikan kegiatan terjadwal
kegiatan sehari-hari klien.

B.Strategi komunikasi
1.Fase orientasi
a.Salam terpeutik
“assalamuaikum ibu, ibu masih ingat dengan saya?”
b.Evaluasi/validasi
“ibu tampak segar hari ini, bagaimana perasaan ibu hari ini?
Sudah siap kita berbincang? Masih ingat dengan kesepakatan
kita tadi apaitu? Apakah ibu masih mendengar suara-suara,
melihat bayangan yang ibu ceritakan kemarin?
c.Kontrak
Topik : seperti janji kita kemarin bagaimana kalau sekarang
berbincang-bincang tentan suara yang sering ibu dengar dan
melihat bayangan, agar bisa dikendalikan dengan cara
aktivitas/kegiatan harian
Tempat : dimana tempat yang mau ibu untuk kita berbincang-
bincang bagaimana kalau disini saja? Apakah ibu setuju?
2.Fase kerja
Cara mengontrol halusinasi ada bebera pa cara, kita sudah
berdiskusi tentang cara pertama dan kedua, cara lain dalam
mengontrol halusinasi yaitu cara ketiga adalah ibu menyibukkan
diri dengan kegiatan seperti menyapi, atau menyibukkan dengan
kegiatan lainnya.
3.Fase terminasi
a.Evaluasi subkejtif :
tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama saya senang
sekali ibu mau berbincang-bincang dengan say. Bagaimana
perasaan ibu setelah berbincang-bincang?
b.Evaluasi objektif :
coba ibu jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ketiga,
ya bagus sekali ibu sudah seperti yang saya ajarkan tadi

c.Rencana tindakan lanjut :
tolong nanti ibu praktikkan kembali cara mengontrol halusinasi
seperti yang sudah diajarkan tadi.
d.Kontrak yang akan datang
Topik : bagaimana kalau kita berbincang-bincang lagi tentang
cara yang ke-4 yaitu dengan patuh minum obat
Waktu : untuk besok yang berapa ibu bisa? Bagaimana kalau
jam 10:00, apakah ibu setuju?
Tempat : besok kita berbincang-bincang lagi ya ibu,
terimakasih sudah berbincang-bincang dengan saya lagi,
sampai jumpa ibu.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4
MENGONTROL HALUSINASI DENGAN CARA PATUH MINUM OBAT
Hari/tanggal : Sabtu, 25 Oktober 2025
Pertemuan : Keempat
SP/dx : 2/ gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan
penglihatan
Nama klien : Ny. I
A.Proses keperawatan
1.Kondisi klien
Data subjektif
-Klien mengatakan sudah berkurang melihat dan mendengar
suara tangisan dan melihat bayangan seperti hantu
Data objektif
-Klien tampak sudah tau nama-nama obat dan warnanya.
-Klien tampak sudah tau jadwal minum obat
2.Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan
penglihatan

3.Tujuan tindakan keperawatan
-Klien mampu mengontrol halusinasi dengan 6 benar minum obat
4.Tindakan keperawatan
1)Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2)Jelaskan betapa pentingnya minum obat pada gangguan jiwa
3)Jelaskan akibat jika tidak menggunakan obat sesuai program
4)Jelaskan akibat putus obat
5)Jelaskan cara mendapatkan obat
6)Jelaskan cara menggunakan 6 prinsip benar ( benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis, dan benar
dokumentasi)
B.Strategi komunikasi
1.Fase orientasi
a)Salam terapeutik
“Assalamualaikum ibu, masih ingat hari ini kita ada jadwal
kegiatan apa sesuai yang kita kontrak kemarin?”
b)Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaannya hari ini ibu?, apakah ada keluhan yang
ibu rasakan?”
c)Kontrak
Topik : “seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau sekarang
kita berbincang-bincang tentang obat-obatan yang ibu minum?”
Waktu : “berapa lama ibu mau?, bagaimana kalau 15 menit?”
2.Fase kerja
“Ibu, perlu minum obat secara teratur agar pikiran ibu menjadi
tenang dan tidurnya menjadi nyenyak obatnya ada 3 macam, yang
warnanya oranye namanya CPZ minum 3x sehari gunanya supaya
tenang dan berkurang Rasa marah dan mondar-mandir, yang
warnanya putih Namanya THP minum 3x sehari supaya rileks dan
tidak kaku, yang warnanya merah jambu, ini Namanya HLP
gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang ibu dengar.
Semuanya ini harus ibu minum 3 kali sehari yaitu jam 07.00 pagi,
jam 12.00 siang, dan jam 19.00 malam. Bila nanti, mulut ibu

terasa pahit ibu bisa minum air untuk mengatasinya. Bila ibu
merasa mata berkunang-kunang, ibu sebaiknya beristirahat dan
jangan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya bu”
3.Fase terminasi
a.Evaluasi subyektif
“bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang, tidak
teras akita sudah berbincang-bincang lama. Saya senang sekali
ibu mau berbincang-bincang dengan saya”
b.Evaluasi obyektif
“Coba ibu jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi? Kemudian
berapa dosisnya?”
c.Rencana tindak lanjut
“tolong nanti ibu minta obat ke perawat kalau saatnya minum
obat”
d.Kontrak yang akan datang
Topik : “bagaimana ibu kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK
(Terapi Aktivitas Kelompok) yaitu bermain sambal mendengarkan
musik”
Waktu : “Jam berapa ibu bisa?bagaimana kalau jam 09.00?, ibu
bisa”
Tempat : “besok kita akan berbincang-bincang dengan saya,
sampai ketemu besok pagi”

F.Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi
23
Oktober
2025
09.00
Gangguan
persepsi
sensori :
halusinasi
pendengaran
dan
penglihatan
SP 1
1.Mengidentifikasi
halusinasi
pasien (jenis,
waktu,
frekuensi, isi,
waktu, durasi,
situasi, dan
respon)
2.Menjelaskan
cara mengontrol
halusinasi:
menghardik,
bercakap-
cakap,
melakukan
kegiatan
terjadwal, dan
patuh minum
obat
3.Melatih cara
mengontrol
halusinasi
menghardik
4.Memasukkan
pada jadwal
kegiatan untuk
Latihan
menghardik
S :
-Klien
mengatakan
melihat
bayangan
seperti hantu
-Klien
mengatakan
bayangan itu
muncul pada
saat klien
menyendiri
-Klien
mengatakan
bayangan itu
muncul di pagi,
siang, dan
malam hari
-Klien
mengatakan
merasa takut
saat melihat
bayangan
tersebut
-Klien
mengatakan
mendengar
suara tangisan
orang dewasa
-Klien
mengatakan
mendengar
suara tersebut
saat mau tidur,
suara itu
muncul di pagi,
siang, dan
malam hari
-Klien
mengatakan
takut saat
mendengar
suara tangisan

Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi
tersebut
O :
-Klien Nampak
sudah mampu
mempraktekkan
teknik
menghardik
-Kontak mata (+)
A :
-Gangguan
persepsi sensori
halusinasi :
penglihatan dan
pendengaran
SP 1 tercapai
P : Lanjutkan SP 2
mengajarkan
bercakap-cakap
24
Oktober
2025
15.00
Gangguan
persepsi
sensori :
halusinasi
penglihatan
dan
pendengaran
SP 2
1.Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
2.Melatih pasien
mengendalikan
halusinasi
dengan cara
bercakap-cakap
dengan orang
lain
3.Menganjurkan
pasien
memasukkan
ke dalam
jadwal kegiatan
harian
S :
-Klien
mengatakan
dapat
melakukan cara
menghardik
halusinasinya
saat ia melihat
bayangan dan
mendengar
suara
-Klien
mengatakan
jika
halusinasinya
datang, klien
akan
menghardik
dan mengajak
temannya
untuk
bercakap-cakap
O :

Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi
-Klien Nampak
mampu
memulai
percakapan
dengan orang
lain
-Klien tampak
senang
bercakap-cakap
A :
SP 2 tercapai
P :Lanjutkan SP 3
melakukan
aktivitas sehari-
hari
Jumat
24
Oktober
2025
09.00
Gangguan
persepsi
sensori :
halusinasi
penglihatan
dan
pendengaran
SP 3
1.Mengevaluasi
jadwal kegiatan
terjadwal
harian pasien
2.Melatih pasien
dengan cara
melakukan
kegiatan yang
biasa dilakukan
di rumah
3.Mengajarkan
pasien
memasukkan
ke dalam
jadwal kegiatan
harian
S :
-Klien
mengatakan
senang bisa
menyapu dan
dirinya lebih
tenang saat
melakukan
kegiatan itu
O :
-Klien tampak
melakukan
kegiatan
menyapu di
dalam
ruangannya
-Klien tampak
sidah tidak
berbicara
sendiri
A : SP 3 tercapai
P : Lanjutkan SP 4
patuh minum obat
Jumat
24
Oktober
Gangguan
persepsi
sensori :
SP 4
1.Mengevaluasi
jadwal kegiatan
S :
-Klien
mengatakan

Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi
2025
12.00
halusinasi
penglihatan
dan
pendengaran
harian pasien
2.Memberikan
Pendidikan
Kesehatan
tentang
penggunaan
obat secara
teratur
3.Menganjurkan
pasien
memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian
akan patuh
minum obat
agar
halusinasinya
hilang
O :
-Klien tampak
teratur minum
obat sesuai
jadwal
-Klien tampak
menjelaskan
kegiatan
menyapu tanpa
perlu
diingatkan
A : Masalah
gangguan persepsi
sensori teratasi
P : SP 4
dipertahankan
Jadwal kegiatan harian
Nama : Ny I
Alamat : Desa
Ruangan : manggis
NoWaktuKegiatan Tanggal pelaksanaanKet
2122232425

105.00-
06.00
Bangun tidur dan
membersihkan
tempat tidur
Mandi pagi
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
206.00-
07.00
Sarapan pagi
Minum obat pagi
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
307.00-
08.00
Senam pagi
santai
TTTMT
408.00-
09.00
Makan makanan
tambahan (snack)
Mengikuti Tak
M
T
M
M
M
M
M
T
M
T
510.00-
11.00
Latihan
mengontroll
halusinasi dengan
cara mengahrdik
BBMMM
611.00-
12.00
Membagikan
makan siang
Makan siang
MMMMM
712.00-
13.00
Minum obat siang BMMMM
813.00-
14.00
Latihan cara
mengontrol
halusinasi dengn
bercakap-cakap
dengan orang lain
MMMMM
914.00-
15.00
Tidur siang
Bangun tidur
MMMMM
1015.00-
16.00
Melakukan
Latihan
mengontorl
halusinasi dengan
aktivitas menyapu
MMMMM
1116.00-
17.00
Mandi sore MMMMM
1217.00-
18.00
Makan malam
Minum obat
malam
MMMMM
1318.00-
19.00
Mengontrol
halusinasi dengan
cara patuh minum
obat
MMMMM
1419.00-
20.00
Menonton tv MMMMM
1520.00-
21.00
Cuci kaki MMMMM
1621.00-Tidur malam MMMMM

22.00
Keterangan: Isi kolom di bawah tanggal dengan:
M: Bila dikerjakan mandiri
B: Bila dikerjakan dengan bantuan
T: Bila tidak dikerjakan
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan jiwa
yang utama, ditandai dengan perubahan sensori persepsi, yaitu
merasakan stimulus tanpa adanya rangsangan eksternal yang nyata.
Berdasarkan studi kasus yang telah dipaparkan, penatalaksanaan
halusinasi memerlukan pendekatan asuhan keperawatan yang
komprehensif, meliputi:

1.Mengkaji dan mengidentifikasi jenis dan fase halusinasi yang
dialami klien.
2.Intervensi utama adalah melatih klien untuk mengontrol
halusinasinya, seperti menghardik, bercakap-cakap dengan orang
lain, melakukan aktivitas terjadwal, dan minum obat teratur.
3.Dukungan keluarga dan lingkungan berperan penting dalam
keberhasilan terapi dan mencegah kekambuhan.
B.Saran
Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka
penulis memberikan masukan dan saran-saran sebagai berikut :
1.Institusi Pendidikan
Agar dapat meningkatkan mutu pendidikan dan penerapan
asuhan keperawatan yang nyata dalam merawat klien dengan
masalah utama Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran dan penglihatan.
2.Bagi Pelayanan Kesehatan:
Diharapkan dapat meningkatkan edukasi kesehatan jiwa
kepada keluarga dan masyarakat mengenai deteksi dini dan cara
merawat klien halusinasi di rumah untuk meminimalkan risiko
kekambuhan.
3.Bagi Pembaca/Profesional:
Disarankan untuk secara konsisten menerapkan dan
mengembangkan teknik-teknik pengendalian halusinasi yang telah
dipelajari dalam praktik klinis.

DAFTAR PUSTAKA
Avelina, Y., Alfianto, A. G., Dewi, M. K., Ramaita, Islamarida, R.,
Antariksawan, I. W., Hidayati, E., Bahari, K., Raharjo, R., Widiani,
E., Zulka, A. N., Nugrahani, E. R., & Landi, M. (2022). Keperawatan
Jiwa (Y. S. Rosyad (ed.)). Media Sains Indonesia.
Dinkes Sulawesi Tengah. (2023). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah. In Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
Eko, S., Lily, N., & Juhardi, S. (2023). Aplikasi Manajemen Halusinasi
Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Skizofrenia di upt Rehabilitas
Sosial Bina Laras Pasuruan. Professional Thesis, Universitas
Muhammadiyah Malang. , 10(1), 35–45.
Gasper, I. A. V., Laoh, J. M., Kristina, Usraleli, Indarna, A. A., Hasibuan,
E. K., Terok, M., Unayah, M., Gasril, P., Pramesti, D., Rosy, A., &
Erlin, F. (2023). Keperawatan Jiwa (W. S. Hajri & Rahmawati (eds.)).
PT MEDIA PUSTAKA INDO.
laela, s, Nyumirah, S., Siagian, I., Astuti, H., Amaliah, S., Ariani, E., &
ismailinar. (2024). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Lase, A. A. N., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Terapi Generalis ( SP
1-4 ) Pada Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi Di
Ruang Sibual-buali. Reseach Gate, March, 1–38.
Mashudi, S. (2021). Asuhan Keperawatan Skizofrenia. CV. Global Aksara
Pres, Juni, 1–23.
Montagnese, M., Leptourgos, P., Fernyhough, C., Waters, F., Laroi, F.,
Jardri, R., McCarthy-Jones, S., Thomas, N., Dudley, R., Taylor, J. P.,
Collerton, D., & Urwyler, P. (2021). A Review of Multimodal
Hallucinations: Categorization, Assessment, Theoretical Perspectives,
and Clinical Recommendations. Schizophrenia Bulletin, 47(1), 237–
248. https://doi.org/10.1093/schbul/sbaa101
Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. In Lembaga
Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah. (2022). Rencana
Strategis Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah.
Santi, F. N. R., Nugroho, H. A., Soesanto, E., Aisah, S., & Hidayati, E.
(2021). Perawatan Halusinasi, Dukungan Keluarga Dan Kemampuan
Pasien Mengontrol Halusinasi  : Literature Review. Jurnal
Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama , 10(3),
271. https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.842
Slametiningsih, Yunitri, N., Nuraenah, & Hendra. (2019). Buku Ajar Kep
Jiwa Gangguan Penelitian. In Bukuajar (Issue KEPJIWA).
https://repository.umj.ac.id/12864/1/BUKU AJAR KEP JIWA
GANGGUAN PENELITIAN new.pdf
Trisna. (2022). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Pada Ny.S. Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Gangguan Persepsi Sensori  :
Halusinasi Pendengaran Pada Ny.S, 1–42.
Tukatman. (2022). Buku Ajar Keperawatan jiwa Definisi Isolasi sosial,
Tanda dan gejala. https://repository.ubr.ac.id/medias/journal/E-
Book_Keperawatan_Jiwa-1.pdf
WHO. (2022). Gangguan Mental. World Health Organization.
Tags