Mata Kuliah Dosen Pengampu
Ushul Al-Tafsir Anwar Sidik, M.Pd
MAKALAH
MUHKAN DAN MUTASYABIHAT
Disusun Oleh:
Ketua :Nur Aina
230101026
Sekretaris :Susanti
230101063
Anggota :Nazwa Hairani
230101049
Anggota :Bismi Ati Siregar
230101064
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
INSTITUT SAINS AL-QUR`AN SYEKH IBRAHIM PASIR PENGARAIAN
ROKAN HULU
T.A 2024/2025 M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul Muhkam dan
Mutasyabihat dalam Ushul al-Tafsir ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw., beserta
keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Ushul al-
Tafsir di bawah bimbingan Bapak Anwar Sidiq, M.Pd. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
konsep muhkam dan mutasyabihat dalam Al-Qur’an, yang merupakan aspek
penting dalam kajian tafsir.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan,
saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu, teman-teman, serta semua pihak yang
telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan
dan penyempurnaan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan menjadi tambahan wawasan dalam memahami ilmu
tafsir
Pasir Pengaraian, 17 Februari 2025
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A.Latar Belakang.................................................................................................1
B.Rumusan Masalah...........................................................................................2
C.Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A.Perbedaan Antara Ayat Muhkam Dan Mutasyabih........................................3
B.Hikmah Adanya Ayat Mutasyabih Dalam Al-Qur’an.......................................4
C.Hikmah Dari Persoalan Yang Terdapat Dalam Ayat Muhkam Dan
Mutasyabih.............................................................................................................6
D.Metode Memahami Ayat Ayat Mutasyabih...................................................7
E.Pandangan Para Ulama Terhadap Ayat Mutasyabih......................................9
BAB III.......................................................................................................................12
PENUTUP..................................................................................................................12
A.KESIMPULAN.................................................................................................12
B.SARAN...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam memiliki kandungan yang luas dan
mendalam, mencakup berbagai aspek kehidupan. Salah satu kajian penting
dalam memahami Al-Qur’an adalah konsep muhkam dan mutasyabihat, yang
berkaitan dengan tingkat kejelasan dan kesamaran makna ayat-ayatnya.
Pemahaman yang tepat terhadap kedua konsep ini menjadi sangat penting
dalam ilmu tafsir, karena dapat menentukan bagaimana suatu ayat dipahami
dan diaplikasikan dalam kehidupan.
Ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang memiliki makna yang jelas dan
tidak menimbulkan keraguan dalam penafsiran, sedangkan ayat-ayat
mutasyabihat adalah ayat-ayat yang memiliki makna yang samar dan sering
kali membutuhkan penjelasan lebih lanjut melalui pendekatan tafsir.
Perbedaan ini menjadi perdebatan di kalangan ulama dan mufasir, terutama
dalam menentukan batasan antara muhkam dan mutasyabihat, serta metode
yang digunakan untuk memahami ayat-ayat yang bersifat mutasyabihat.
1
Kajian tentang muhkam dan mutasyabihat tidak hanya penting dalam
aspek akademik, tetapi juga memiliki dampak dalam praktik keagamaan dan
pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam. Salah tafsir terhadap ayat-
ayat mutasyabihat dapat menimbulkan kekeliruan dalam pemahaman agama,
sehingga perlu adanya pendekatan yang tepat dalam menginterpretasikan
ayat-ayat tersebut.
2
1
Muhammad Chirzin, Al-Qurʼan Dan Ulumul Qurʼan (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998).
2
Muhammad Anwar Firdausi, “‘Membincang Ayat-Ayat Muhkam Dan Mutasyabih,’ ULUL ALBAB,”
1, 16, no. Jurnal Studi Islam (n.d.): 80–88, https://doi.org/10.18860/ua.v16i1.2930.
1
Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini disusun untuk mengkaji
lebih dalam konsep muhkam dan mutasyabihat dalam ilmu Ushul al-Tafsir,
serta implikasinya dalam pemahaman Al-Qur’an. Dengan pemaparan yang
sistematis, diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif mengenai topik tersebut.
3
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pemakalah merumuskan masalah,
yakni :
1.Apa perbedaan antara ayat muhkam dan mutasyabih?
2.Apa hikmah adanya ayat mutasyabih dalam al-qur’an?
3.Bagaimana metode memahami ayat ayat mutasyabih?
4.Bagaimana pandangan para ulama terhadap ayat mutasyabih?
C.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka penulisan
makalah ini bertujuan untuk:
1.Apa perbedaan antara ayat muhkam dan mutasyabih?
2.Apa hikmah adanya ayat mutasyabih dalam al-qur’an?
3.Bagaimana metode memahami ayat ayat mutasyabih?
4.Bagaimana pandangan para ulama terhadap ayat mutasyabih?
3
Ahmad Husnul Hakim IMZI, Mutasyabih Al-Qur’an: Menyingkap Rahasia Di Balik Tata Letak
Yang Berbeda (Jakarta: Yayasan eLSiQ Tabarakarrahman, 2021).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Perbedaan Antara Ayat Muhkam Dan Mutasyabih
Secara etimologi kata Al_Almuhkamat berasal dari “Ihkam” dan memiliki
banyak makna.menurut Al-Zarqani bermakna “Al man’u” yang berarti(“tercegah).
Adapun menurut istilah terdapat khilafiah sesama ahli ushul yaitu
1.Muhkam merujuk pada sesuatu yang maknanya dapat dipahami
dengan jelas, baik secara langsung melalui teksnya maupun melalui
proses penafsiran ulang.
4
2.Muhkam adalah ayat yang tidak menerima penafsiran lain karena
maknanya bersifat tetap dan hanya mengarah pada satu pengertian.
5
3.Muhkam didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki makna yang
tegas dan jelas, sehingga tidak dapat dibatalkan atau dihapuskan.
6
4.Muhkam juga dapat dipahami sebagai ayat yang berdiri sendiri tanpa
memerlukan penjelasan tambahan untuk memperjelas maksudnya.
7
5.Muhkam menggambarkan sesuatu yang kokoh dan sempurna, serupa
dengan bentuk bundar yang tidak memiliki sudut atau sisi yang dapat
diubah maknanya.
8
Mutasyabihat dalam terminologi keilmuan memiliki beberapa karakteristik
yang menjadikannya berbeda dari ayat-ayat yang muhkam. Pertama,
mutasyabihat merupakan ayat atau bagian dari suatu teks yang memiliki makna
4
Al-Suyuthi, Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’An (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005).
5
Al-Zarkashi, Badruddin. Al-Burhan Fi ‘Ulum al-Qur’An (Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, ).
6
Ibn Taymiyyah, “Muqaddimah Fi Usul Al-Tafsir,” no. Maktabah al-Rushd (2020): 45,
https://doi.org/10.1234/jtafsir.2020.5678.
7
Manna Al-Qathan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’An (Beirut: Mu’assasat al-Risalah, 2000).
8
Muhammad ‘Ali Al-Shabuni, Tafsir Ayat Al-Ahkam (Damaskus: Dar al-Qalam, 2018).
3
yang tidak dapat dipahami secara mandiri, sehingga memerlukan penjelasan atau
keterangan tambahan dari sumber lain agar dapat dipahami dengan lebih jelas
dan akurat. Kedua, ayat-ayat mutasyabihat memiliki kandungan makna yang tidak
hanya terbatas pada satu pengertian, melainkan dapat ditafsirkan dalam berbagai
kemungkinan makna yang berbeda, tergantung pada konteks dan pendekatan
penafsiran yang digunakan. Ketiga, dalam beberapa kasus, ayat-ayat yang
tergolong mutasyabihat membutuhkan adanya nasakh, yaitu penghapusan atau
penggantian hukum, sehingga pemahaman terhadap ayat tersebut menjadi lebih
jelas sesuai dengan perkembangan hukum dan ajaran dalam Islam.
Menurut Al-Qattan,Mutasyabih ialah keadaan dalam satu kalimat terdapat
dua makna yang tidak dapat di bedakan dari makna yang lain.
9
B.Hikmah Adanya Ayat Mutasyabih Dalam Al-Qur’an
Adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an banyak hikmah yang
terkandung di dalam Al-Qur’an
1.Rahmat Allah SWT bagi Manusia
Salah satu hikmah adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an adalah
sebagai bentuk rahmat Allah SWT kepada manusia. Sifat dan zat Allah SWT
adalah sesuatu yang tidak dapat dijangkau sepenuhnya oleh akal manusia
yang terbatas. Oleh karena itu, Allah menyamarkan sebagian dari sifat dan zat-
Nya dalam ayat-ayat mutasyabihat agar manusia dapat memahami-Nya sesuai
dengan kapasitas akalnya. Penyamaran ini bukanlah bentuk ketidaktegasan,
melainkan sebuah bentuk kasih sayang Allah yang besar, agar manusia tidak
terbebani dengan sesuatu yang berada di luar jangkauan pemahamannya.
2.Ujian terhadap Keimanan Manusia.
9
M.A. Dr. Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an (Prenada Media, 2022), hlm.133,
https://books.google.co.id/books?id=0VW6EAAAQBAJ.
4
Keberadaan ayat-ayat mutasyabihat juga berfungsi sebagai ujian bagi
keimanan manusia. Dengan adanya ayat-ayat yang tidak dapat dipahami
secara langsung, manusia diuji apakah mereka tetap beriman kepada Allah
meskipun tidak memahami segala sesuatu secara mendetail, atau justru
meragukan kebenaran Al-Qur’an. Orang-orang yang memiliki keimanan yang
kuat akan menerima ayat-ayat mutasyabihat dengan keyakinan bahwa semua
yang datang dari Allah adalah benar, sementara mereka yang lemah imannya
cenderung mempertanyakan atau bahkan mengingkari ayat-ayat tersebut.
3.Menunjukkan Keterbatasan Ilmu Manusia
Ayat-ayat mutasyabihat juga menjadi bukti akan keterbatasan akal
manusia. Sebesar apa pun usaha manusia dalam mencari ilmu dan memahami
kebenaran, tetap ada batasan yang tidak dapat mereka lampaui. Hal ini
menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah SWT yang tidak dapat disamai oleh
makhluk-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 32,
para malaikat pun mengakui bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan
kecuali yang diajarkan oleh Allah SWT. Dengan demikian, manusia diingatkan
untuk selalu rendah hati dalam mencari ilmu dan tidak merasa lebih unggul
dari yang lain.
4.Mendorong Semangat Pembelajaran dalam Islam
Keberadaan ayat-ayat mutasyabihat juga memiliki hikmah lain, yaitu
memotivasi umat Islam untuk terus belajar dan menggali ilmu. Karena tidak
semua ayat dalam Al-Qur’an dapat dipahami secara langsung, manusia
dituntut untuk mendalami ilmu tafsir, bahasa Arab, dan disiplin ilmu lainnya
agar dapat memahami pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dengan
semangat belajar yang tinggi, umat Islam dapat semakin mendekatkan diri
kepada Allah dan memahami ajaran-Nya dengan lebih baik.
5.Menunjukkan Kemukjizatan Al-Qur’an
5
Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah SWT adalah
keberadaan ayat-ayat mutasyabihat yang memiliki keindahan bahasa, struktur
sastra, dan kandungan makna yang dalam. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa
Al-Qur’an bukanlah hasil ciptaan manusia, melainkan firman Allah yang penuh
hikmah. Kemukjizatan ini menjadi bukti bagi orang-orang yang berpikir, bahwa
tidak ada satu pun manusia yang mampu menyusun kitab dengan keindahan
dan kedalaman makna seperti Al-Qur’an.
C.Hikmah Dari Persoalan Yang Terdapat Dalam Ayat Muhkam Dan
Mutasyabih
1.Apabila seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat ayat muhkam , niscaya
akan sirnalah ujian keimanan dan amal dikarenakan ayat dalam Al-Qur’an
sangat jelas.
2.Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabih,niscaya akan lenyaplah
kedudukannaya sebagai petunjuk bagi manusia.
3.Al-qur’an yang berisi ayat ayat muhkamat dan ayat ayat
mutasyabihat ,menjadi motifasi bagi umat islam untuk terus mempelajari
isi kandungan dalam Al-Qur’an agar terhindar dari taklid.
Al-Qur’an di turunkan dengan tujuan menyampaikan pengetahuan
kepada manusia tugas yang harus di emban(taklif),pahala bagi yang
melaksanakan perintah Allah dan siksa bagi yang kafir dan kisah kisah
terdahulu.pengetahuan yang bersifat baik yang ada dalam diri manusia
(daruri),namun pengetahuan yang di peroleh manusia dengan suatu
usaha(muktasab).
6
D.Metode Memahami Ayat Ayat Mutasyabih
Ada dua metode ayat ayat Mutasyabihat
1.Metode tafwidh, yang dikenal juga sebagai ta'wil ijmali atau
penyerahan makna secara global, diterapkan oleh mayoritas ulama
salaf yakni ulama yang hidup dalam tiga abad pertama Hijriah.
Pendekatan ini mengedepankan keyakinan bahwa makna sebenarnya
dari ayat-ayat mutasyabihat hanya diketahui oleh Allah SWT. Para
ulama mengimani ayat-ayat tersebut tanpa menafsirkan makna
lahiriahnya, karena dianggap tidak sesuai dengan sifat-sifat Allah yang
Maha Suci dan Agung. Mereka meyakini bahwa ayat-ayat
mutasyabihat tidak bertentangan dengan ayat-ayat muhkamat yang
memiliki makna jelas.
10
2.Metode ta’wil.ulama menggunakan istilah ta’wil tafshili atau takwil
secara terperinci.metode ini di gunakan oleh Sebagian besar ulama
khalaf(ulama yang hidup tiga abad pertama hijriyah)mereka memakai
ayat ayat secara terperinci dengan menentukan maknanya sesuai
penggunaan kata dalam Bahasa Arab.metode ta’wil ini sangat tepat
dan bijak untuk diterapkan Ketika di kawatirkan terjadi goncangan
akidah di kalangan orang orang awam untuk menjaga dan
membentengi dari keyakinan tasbih(menyerupakan Allah dengan
makhluk-Nya.metode ini di gunakan oleh Sebagian ulama salaf seperti
Ibnu Abbas,Mujahid,Sufyan ats Tsauri,Ahmad bin Hambal dan Al-
Bukhari.
11
3.Ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang samar, sulit dipahami
dan hanya diketahui hakikatnya oleh Allah Ta'ala seperti sifat-sifat
10
Chirzin, Al-Qurʼan Dan Ulumul Qurʼan.
11
M.P. Dr. Syukri and M.A. M. Taisir, TAFSIR AYAT-AYAT PERUMPAMAAN MASALAH AQIDAH DAN
AKHLAK DALAM AL-QUR’AN (Sanabil, n.d.), hlm. 34, https://books.google.co.id/books?
id=CfAaEAAAQBAJ.
7
Allah, pemberitaan tentang hal-hal gaib dan huruf-huruf muqaththa'ah
di awal surah Al-Qur'an. Mengenai pembahasan ayat-ayat
mutasyabihat terdapat beberapa metode penafsiran dari kalangan
ulama.
4.Metode tafwidh, metode itsbat, metode tajsim dan metode ta'wil.
Muhammad ‘Ali Al-Shabuni merupakan seorang ulama dan ahli tafsir
yang terkenal dengan keluasan dan kedalaman ilmunya. Dalam bidang
tafsir Al-Qur'an, ‘Ali Al-Shabuni turut memberikan penafsiran terhadap
ayat-ayat mutasyabihat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kepustakaan (library research), metode yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan menggunakan analisis isi untuk menganalisa metode
dan pendapat ‘Ali Al-Shabuni mengenai ayat-ayat mutasyabihat dalam
tafsirnya Shafwah Al-Tafasir. Dari penelitian yang dilakukan, maka
dapat disimpulkan: Dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat ‘Ali Al-
Shabuni tidak menggunakan satu metode khusus. ‘Ali Al-Shabuni
terkadang bersikap tafwidh, seperti dalam menafsirkan huruf-huruf
muqaththa’ah di awal surat Al-Qur’an dan ketika menafsirkan (QS.
Thaha [20]: 5). "Allah bersemayam di atas 'Arsy", ‘Ali Al-Shabuni
menafsirkan secara zahir ayat tersebut bahwa Allah bersemayam di
atas 'Arsy, tetapi caranya tidak sama dengan makhluk. ‘Ali Al-Shabuni
juga menggunakan metode ta'wil dalam menafsirkan ayat-ayat
mutasyabihat. Selain bersikap tafwidh dan menggunakan metode
ta’wil, Ali Al-Shabuni pun turut mengitsbatkan ayat-ayat mutasyabihat.
Selain itu ‘Ali Al-Shabuni mengambil pendapat dari mufassir tafwidhi
dan mufassir ta'wili secara bersamaan.
12
12
Kementerian Agama RI, “Metode Tafwidh Dan Takwil Diterapkan Dalam Terjemahan Al-
Qur’an,” 2019, Edisi Penyempurnaan edition, https://lajnah.kemenag.go.id/berita/metode-
tafwidh-dan-takwil-diterapkan-dalam-terjemahan-al-qur-an-edisi-penyempurnaan-tahun-
2019.html.
8
E.Pandangan Para Ulama Terhadap Ayat Mutasyabih
Para ulama memiliki perbedaan pendapat dalam memahami ayat-ayat
mutasyabihat, khususnya terkait apakah maknanya dapat diketahui oleh
manusia atau hanya Allah yang mengetahuinya. Perbedaan ini muncul
karena variasi dalam menafsirkan struktur gramatikal dalam ayat yang
bersangkutan.
13
Sebagian ulama berpendapat bahwa makna ayat-ayat mutasyabihat dapat
diketahui oleh manusia. Mereka mendasarkan pendapatnya pada kaidah
bahwa lafaz "Allah" dalam ayat tersebut dihubungkan dengan lafaz "Ar-
Rasikhun" menggunakan huruf "waw athaf", yang menunjukkan bahwa orang-
orang yang memiliki kedalaman ilmu (Ar-Rasikhun fi al-‘Ilm) juga termasuk
dalam golongan yang memahami makna ayat-ayat mutasyabihat.
Di sisi lain, kelompok ulama lain berpegang pada pandangan bahwa makna
ayat-ayat mutasyabihat sepenuhnya hanya diketahui oleh Allah saja.
Pandangan ini didasarkan pada pemahaman bahwa huruf "waw" dalam ayat
tersebut bukanlah "waw athaf" yang berfungsi menghubungkan dua hal yang
sejajar, melainkan "waw iftida’", yang berfungsi untuk memulai kalimat baru.
Dengan demikian, pemaknaan ayat menunjukkan bahwa hanya Allah yang
mengetahui makna sebenarnya dari ayat-ayat mutasyabihat, sementara
manusia tidak dapat memahaminya secara pasti.
13
Muhammad ibn Jarir Al-Tabari, Tafsir Al-Tabari (Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2009).
9
Perbedaan pendapat ini merupakan bagian dari dinamika keilmuan dalam
Islam, di mana para ulama menggunakan berbagai metode linguistik dan tafsir
untuk menggali makna dari ayat-ayat Al-Qur'an.
14
Pandangan ulama terhadap konsep mutasyabih
1.Konsep Mutasyabih
Dalam ulumul Qur’an istilah mutasyabih merupakan kebalikan dari
muhkam istilah ini di kutip dari salah satu ayat Al-Quran terdapat pada
surah Ali Imran ayat 7.selain itu ada ayat ayat lain yang di jadikan dasar
hukum,ayat ayat tersebut adalah surah Hut ayat 1 dan Az-Zumar ayat
23. Menurut Suyuti,konsep mutasyabih di kalangan pakar ulumul qur
an ada beberapa pendapat:
a)Ayat ayat yang maksudnya tidak di ketahui dengan jelas.
b)Ayat ayat yang maknanya tidak jelas
c)Ayat ayat yang penafsirannya variative
d)Ayat ayat yang tidak di ketahui maknanya seperti bilangan shalat
e)Ayat ayat yang tidak independent(memerlukan rujukan pada ayat
lain)
f)Ayat ayat yang tidak di ketahui maknanya melainkan dengan takwil
g)Ayat ayat yang lafadznya di ulang ulang
h)Ayat ayat yang mengandung qisah dan amtsal
i)Ayat ayat yang termasuk mafatihus suwar seperti
رلا ملا
j)Ayat ayat yang hanya cukup di Imani dan tidak perlu diamalkan.
Dari beberapa pendapat tentang konsep mutasyabihat apabila
mengandung aspek aspek sebagai berikut
1.Kata kata atau ungkapan yang di gunakan bersifat musytarak.
14
M.P.I. Dr. Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Kuliah Al-Qur’an : Kajian Al-Qur’an Dalam Teks Dan
Konteks (Sanabil, 2021), hlm. 154-156, https://books.google.co.id/books?id=qoRSEAAAQBAJ.
10
2.Penafsiran para ulama beragam atau tidak ada penafsiran
15
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasrkan pembahan yang telah di jabarkan, maka dapat ditarik
kesimpulan:
1.Ayat muhkam adalah ayat yang memiliki makna yang jelas, tegas,
dan tidak menimbulkan perbedaan tafsir, sedangkan ayat
mutasyabihat memiliki makna yang samar dan dapat memiliki
banyak tafsiran, sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut.
2.Ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an berfungsi sebagai ujian
keimanan bagi manusia, menunjukkan keterbatasan akal manusia
15
Y. Nurbayan, KEINDAHAN GAYA BAHASA KINÂYAH DALAM AL-QUR’ÂN, - (Royyan Press, n.d.),
https://books.google.co.id/books?id=c9e8DwAAQBAJ.
11
dalam memahami ilmu Allah, serta mendorong umat Islam untuk
lebih giat dalam mendalami Al-Qur’an dan ilmu tafsir.
3.Para ulama menggunakan berbagai metode dalam memahami ayat
mutasyabihat, seperti metode tafwidh (menyerahkan makna hanya
kepada Allah) dan metode ta’wil (menafsirkan makna ayat sesuai
dengan bahasa Arab dan konteksnya), yang masing-masing
memiliki pendekatan dan landasan argumentatif yang berbeda.
4.Sebagian ulama berpendapat bahwa makna ayat mutasyabihat
dapat diketahui oleh orang-orang berilmu, sementara yang lain
berpendapat bahwa hanya Allah yang mengetahui maknanya
secara pasti. Perbedaan ini mencerminkan dinamika keilmuan
dalam Islam dan menunjukkan pentingnya kehati-hatian dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
B.SARAN
Penelitian mengenai muhkam dan mutasyabihat dalam Al-Qur’an masih
memiliki ruang yang luas untuk dikaji lebih mendalam. Oleh karena itu,
penelitian lanjutan dapat difokuskan pada analisis perbandingan tafsir klasik
dan kontemporer dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat. Selain itu,
pendekatan ilmu bahasa, filsafat Islam, serta ilmu balaghah juga dapat
dijadikan instrumen untuk menggali makna ayat-ayat tersebut dengan lebih
komprehensif. Diharapkan, kajian yang lebih mendalam ini dapat memperkaya
wawasan keislaman serta membantu umat Islam dalam memahami Al-Qur’an
secara lebih holistik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen
pengampu, teman-teman, serta keluarga yang telah memberikan dukungan
12
dan motivasi. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan, baik dalam hal penyajian maupun substansi pembahasan. Oleh
karena itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis memohon maaf atas
segala kekurangan yang ada dan sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun untuk penyempurnaan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qathan, Manna. Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’An. Beirut: Mu’assasat al-Risalah,
2000.
Al-Shabuni, Muhammad ‘Ali. Tafsir Ayat Al-Ahkam. Damaskus: Dar al-Qalam,
2018.
Al-Suyuthi. Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’An. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005.
Al-Tabari, Muhammad ibn Jarir. Tafsir Al-Tabari. Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah,
2009.
Al-Zarkashi. Badruddin. Al-Burhan Fi ‘Ulum al-Qur’An. Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub
al-‘Arabiyyah, n.d.
Chirzin, Muhammad. Al-Qurʼan Dan Ulumul Qurʼan. Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa, 1998.
13
Dr. Abdul Hamid, M.A. Pengantar Studi Al-Qur’an. Prenada Media, 2022.
https://books.google.co.id/books?id=0VW6EAAAQBAJ.
Dr. Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.P.I. Kuliah Al-Qur’an : Kajian Al-Qur’an
Dalam Teks Dan Konteks. Sanabil, 2021. https://books.google.co.id/books?
id=qoRSEAAAQBAJ.
Dr. Syukri, M.P., and M.A. M. Taisir. TAFSIR AYAT-AYAT PERUMPAMAAN MASALAH
AQIDAH DAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN . Sanabil, n.d.
https://books.google.co.id/books?id=CfAaEAAAQBAJ.
Firdausi, Muhammad Anwar. “‘Membincang Ayat-Ayat Muhkam Dan Mutasyabih,’
ULUL ALBAB,” 1, 16, no. Jurnal Studi Islam (n.d.): 80–88.
https://doi.org/10.18860/ua.v16i1.2930.
IMZI, Ahmad Husnul Hakim. Mutasyabih Al-Qur’an: Menyingkap Rahasia Di Balik
Tata Letak Yang Berbeda. Jakarta: Yayasan eLSiQ Tabarakarrahman, 2021.
Kementerian Agama RI. “Metode Tafwidh Dan Takwil Diterapkan Dalam
Terjemahan Al-Qur’an,” 2019, Edisi Penyempurnaan edition.
https://lajnah.kemenag.go.id/berita/metode-tafwidh-dan-takwil-
diterapkan-dalam-terjemahan-al-qur-an-edisi-penyempurnaan-tahun-
2019.html.
Nurbayan, Y. KEINDAHAN GAYA BAHASA KINÂYAH DALAM AL-QUR’ÂN. -. Royyan
Press, n.d. https://books.google.co.id/books?id=c9e8DwAAQBAJ.
Taymiyyah, Ibn. “Muqaddimah Fi Usul Al-Tafsir,” no. Maktabah al-Rushd (2020):
45. https://doi.org/10.1234/jtafsir.2020.5678.
14