Manajemen risiko keuangan islam pertemuan 2

bubblebubsgummy 1 views 40 slides Sep 09, 2025
Slide 1
Slide 1 of 40
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40

About This Presentation

ppt manajemen resiko


Slide Content

MANAJEMEN RISIKO LKI Meet 2

Penanganan Risiko I

Peta Risiko Penanganan risiko akan sia-sia apabila tidak dapat memaksimalkan profit perusahaan . Tidak ada gunanya menjalankan manajemen risiko jika tidak dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sebelum dapat menangani risiko, terlebih dahulu yang perlu dilakukan adlah membuat PETA RISIKO . Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas , dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil . Demikian juga dampak risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu dampak besar dan dampak kecil. Risiko-risiko yang probabilitas terjadinya 20% atau lebih besar dianggap sebagai kemungkinan besar sedangkan dibawah 20% dianggap sebagai kemungkinan kecil. Batas ini bisa saja berubah, lebih lama batas ini bisa lebih kecil.

Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada dimana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Untuk mengetahui posisi yang sebenarnya, maka perlu dihitung status risikonya. Status Risiko = Probabilitas x Dampak Dari status risiko akan diketahui mana risiko-risiko yang paling besar dan seterusnya sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai yang paling tidak berisiko. Dalam membuat peta risiko, perlu diketahui probabilitas dan dampak dari risiko . Beberapa metode pengukuran probabilitas atau kemungkinan dan pengukuran dampak yang telah dijelaskan sangat kuantitatif dan membutuhkan data historis.

Contoh Layout Peta Risiko Dampak (Rp) Rp 10 jt Besar Kecil Kecil Besar 20% Probabilitas (%) GP = Prob :6,4% Dmpk : Rp. 5 juta Keterangan Gagal Panen = Binomial Karyawan Demo = Poisson (Prob.) dan Var (Dampak) MK (Minuman Kemasan) = Prob. 48,1%(Nilai Std), Dampak mis. 20Juta) KD = Prob :39,34% Dmpk : Rp. 14,74 juta Dan MK

Status Risiko 1. Karyawan Demo : 39,34% (0,3934) x 14,75 = 5,80 2. Gagal Panen : 6,40 % (0,064) x 5 = 0,32 3. Minuman Kemasan Tidak Standar : 48,10 % (0,4810) x 20 = 9,62 Maka risiko yang terbesar adalah Minuman Kemasan, disusul Karyawan Demo kemudian Gagal Panen

Metode Identifikasi Resiko Analisis data historis Pengamatan dan survei Pengacuan ( benchmarking ) Aproksimation

Analisis Data Historis Menggunakan berbagai informasi dan data yang tersedia dalam perusahaan mengenai segala sesuatu yang pernah terjadi Contoh dari data kepegawaian, dapat diketahui bahwa perusahaan menghadapi resiko kehilangan karyawan yang penting

Pengamatan dan Survei Melakukan investigasi atau pencarian data langsung di tempat kejadian Contoh dengan mengamati proses produksi, dapat diketahui bahwa perusahaan menghadapi resiko lampu mati

Pengacuan ( benchmarking ) Mencari informasi tentang resiko di tempat atau perusahaan lain Contohnya, dari berita di media massa, dapat diketahui bahwa eskalator beresiko menyebabkan anak-anak terjepit

Metode Aproksimasi Adalah cara untuk untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko dengan cara menanyakan kira-kira berapa probabilitas dan dampak dari suatu risiko kepada orang lain. Disebut metode aproksimasi atau kira-kira oleh karena informasi yang diperoleh merupakan perkiraan atau aproksimasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan kemungkinan dan juga dampak. Pengumpulan informasi pada metode aproksimasi dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara berikut ini: Expert Opinion, Concensus, atau Delphy.

Expert opinion Adalah cara pengumpulan informasi dimana seseorang yang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang berapa besar kemungkinan/probabilitas dan berapa besar dampak yang terjadi dari suatu risiko. Cara ini tidak akurat , mengingat pendapat seseorang bisa saja bias. Untuk mengurangi bias, ada dua hal yang bisa dilakukan, yaitu: pertama , jawaban dari probabilitas dan dampak yang ditanya dibuatkan dalam bentuk skala dengan bobotny a masing-masing. kedua , meminta pendapat sekurang-kurangnya dari tiga orang yang mempresentasikan pendapat optimistis, Most Likely , dan Pesimis . Pendapat optimis biasanya nilainya lebih kecil, karena orang optimis menganggap bahwa kemungkinan atau dampaknya kecil , sedangkan orang pesimis biasanya memberikan nilai yang paling besar .

Macam tipe pelaku usaha berkaitan dg resiko ada 3 yaitu : Risk Taker (optimis) Risk Neutral (Netral) Risk Avoider (Pesimis) Mencari informasi dari ahli di bidang resiko tertentu Contohnya dari bertanya pada dokter, dapat diketahui bahwa orang dengan tingkat kolesterol tinggi beresiko kena penyakit jantung

Nilai orang most likely pada umumnya diantara nilai optimis dan pesimis. Setelah ketiga orang ini ditanyakan, kemudian diambil rata-ratanya, yaitu rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut: Dimana: O = Nilai optimis M = Niali Most Likely P = Nilai Pesimis Hal yang sama juga dilakukan untuk mengukur dampak: Cara seperti ini akan mengurangi bias.

Berapa probabilitas landing di luar batas aman (100m) untuk pesawat X? Cek pengalaman 1 tahun terakhir Pesawat X: 1. 80m 2. 105m 3. 90m Contoh Soal

Data Kejadian Diskrit atau kontinues Tidak ada data historis Prob = P + 4 M + O / 6 P = Pesimis M = Mendekati O = Optimis METODE APROXIMASI

Bertanya kepada 100 orang expert : 9% menyatakan optimis (nilai probabilitas risiko kecil / rendah) 20% menyatakan most likely (nilai probabilitas risiko tidak terlalu besar / tinggi) 30% menyatakan Pesimis (nilai probabilitas risiko besar / tinggi) Contoh Soal

P = O + 4M + P / 6 P = 9% + 4 (20%) + 30% / 6 P = 19,8% Maka nilai kemungkinan risiko dengan metode expert opinion : 19,8% Jawab.....

Concensus Adalah cara dimana beberapa orang dikumpulkan untuk dimintai pendapat tentang besarnya probabilitas dan dampak dari suatu daftar risiko. Orang-orang ini harus menyepakati besarnya risiko yang akan digunakan dalam membuat peta risiko, maupun dalam menghitung status risiko. Kelemahan metode ini, jika ada satu orang didalam kelompok konsensus yang dianggap ahli atau disegani, orang yang lain cenderung untuk mengikuti pendapat dia sehingga manfaat dari diskusi tidak efektif.untuk menangani masalah ini, maka dianjurkan untuk melakukan cara delphy.

Metode Delphi Metode Delphi adalah metode sistematis dalam mengumpulkan pendapat dari sekelompok pakar melalui serangkaian kuesioner, di mana ada mekanisme feedbackmelalui ‘putaran’/round pertanyaan yang diadakansambil menjaga anonimitas tanggapan responden (para ahli). (Foley, 1972) Metode Delphi adalah teknik komunikasi terstruktur, awalnya dikembangkan sebagai metode peramalan interaktif yang bergantung pada sejumlah expert. (Harold A. Linstone, 1975)  Metode Delphi adalah modifikasi dari teknik  brainwriting  dan survei. Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuisioner yang tertuang dalam tulisan. Teknik Delphi dikembangkan pada awal tahun 1950 untuk memperoleh opini ahli. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsensus yang paling  reliabel  dari sebuah grup ahli. Teknik ini diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk teknologi peramalan, analisis kebijakan publik, inovasi pendidikan, program perencanaan dan lain – lain.

Delphy Adalah suatu cara dimana ada beberapa orang yang dianggap ahli untuk memberikan pendapat. Namun, pendapat dilakukan dengan jalan mengirimkan formulir atau pertanyaan untuk diisi secara tertulis dan dijawab dengan tertulis. Masing-masing ahli tidak boleh saling mengetahui Pendapat dari mereka, kemudian disebarkan ke ahli yang lain , kemudian masing-masing diminta untuk memberikan pendapat revisi setelah membaca pendapat yang lain. Perlu diketahui bahwa dalam jawaban tertulis tersebut, nama dari ahli tidak boleh diketahui oleh ahli yang lain agar tidak ada pengaruh senioritas atau pengaruh lainnya. Pendapat yang sudah direvisi iilah yang diambil, yaitu dengan menghitung rata-ratanya.

Penanganan Risiko Berdasarkan Peta Risiko kemudian dapat diketahui penanganan risiko seperti apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko yaitu: (1) Preventif (2) Mitigasi

Preventif Preventif dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar 15-1 adalah risiko-risiko yang probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar. Dengan demikian, strategi untuk menangani risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II adalah strategi preventif.

Gambar 15-1. Peta Risiko Dampak (Rp) Besar Kecil PREVENTIF Probabilitas (%) Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Kecil Besar

Preventif dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : 1. Membuat/memperbaiki SISTEM DAN PROSEDUR ada beberapa risiko yang kemungkinan terjadinya besar oleh karena tidak mempunyai sistem dan prosedur yang jelas. Banyak risiko-risiko yang disebabkan oleh manusia dan tekhnologi dapat diperkecil jika sistem dan prosedurnya ada dan baik. 2. Mengembangkan SUMBER DAYA MANUSIA pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan, baik pelatihan on-the-job atau pelatihan-pelatihan eksternal dengan harapan kemungkinan terjadinya risiko dapat diperkecil terutama risiko-risko yang disebabkan oleh ketidakkompetenan SDM-nya. 3. Memasang atau memperbaiki FASILITAS FISIK beberapa risko dapat dihindari kejadiannya atau setidaknya dipekecil kemungkinan terjadinya dengan memasang (jika belum ada) atau memperbaiki(jika sudah ada namun belum baik. Misalnya risiko kebakaran dapat diminimalkan kejadiannya jika dipasang alat fire detector.

Mengetahui Dampak Risiko

Value At Risk VaR (Value at Risk) adalah metode yang paling popular dalam manajemen risiko. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila ada data historis sebelumnya. Jika tidak ada data historis, metode VaR tidak dapat digunakan.

Setiap kali terjadi risiko, akan memberikan dampak kerugian. Pada umunya, kerugian dapat dihitung dalam rupiah. Sehingga jika terjadi risiko, perusahaan akan mengetahui besar kerugian yang diderita dalam rupiah.

Apabila ada data tentang keugian yang diderita di waktu yang lalu, kita dapat menghitung besarnya kerugian yang akan diderita sekiranya risiko terjadi. Tentu besarnya kerugian yang diperkirakan ini tidak persis sama dengan yang sesungguhnya terjadi jika terjadi, namun kita bisa tetapkan besarnya kerugian dengan suatu tingkat keyakinan.

Misalnya, kita yakin 95% bahwa ruginya tidak akan lebih besar dari Rp.50juta. Jadi masih ada kemungkinan 5% ruginya lebih besar dari Rp.50juta. Penggunaan VaR dalam menghitung dampak risiko mengakomodasi keadaan seperti ini. Jadi, jika dikatakan: VaR Rp 10juta at 5% Artinya, kerugian yang diderita maksimal Rp 10juta, namun ada 5% kemungkinan kerugian lebih besar dari Rp 10juta. Atau, bisa dikatakan: Ada 95% kemungkinan kerugian tidak lebih dari Rp 10juta (tersirat ada 5% kemungkinan kerugian lebih besar dari Rp 10juta).

VaR dihitung dengan rumus sbb: Dimana: VaR = Value at risk = Rata-rata kejadian merugikan x z = Nilai z yang diambil dari tabel Distribusi Normal s = Deviasi Standardeviasi diperoleh dari n = Banyaknya kejadian merugikan

Langkah-langkah Yang Dilakukan Dalam Menghitung VaR Adalah Sebagai Berikut Tentukan risikonya Kumpulkan data historis tentang besarnya kerugian dalam rupiah yang diderita atas risiko tersebut. Hitung rata-rata kerugian Hitung deviasi standar (s) Tentukan tingkat keyakinan yang diinginkan. Cari nilai z sesuai dengan tingkat keyakinan yang telah ditetapkan. Hitung VaR-nya

Contoh Soal Sebagai contoh: selama enam bulan terakhir terjadi tiga kali karyawan perusahaan demo. Kerugian yang diderita dari akibat demo tersebut adalah: Kecurian Kerugian 1 Rp 10 juta 2 Rp 15 juta 3 Rp 5 juta Jika karyawan demo lagi, berapa maksimal kerugian yang akan diderita perusahaan dengan tingkat keyakinan 95% ?

Jawaban (1) Dari contoh tersebut, kita dapat menghitung besarnya dampak kerugian dengan metode VaR. 1. Risikonya adalah : Karyawan Demo 2. Data Historis Peristiwa (i) Kerugian(x) 1 Rp 10 juta 2 Rp 15 juta 3 Rp 5 juta 3. Rata-rata: 4. Deviasi standar 5. Tingkat kryakinan yang diinginkan : 95%

6. Nilai z dari tabel pada tingkat keyakinan 95% atau pada tingkat signifikansi 5% (atau 0,05) adalah 1,645. bagaimana mencari nilai ini? Caranya: Cari nilai didalam tabel yang mendekati 0,05 lalu lihat z-nya sama dengan berapa. Nilai z berada di kolom paling kiri dan di baris paling atas. Perhatikan, dari tabel, nilai yang paling dekat adalah 0,051 untuk z=1,64 dan 0.049 untuk z=1,65. ini berarti, jika 0,05, z berada diantara 1,64 dan 1,65 atau sama dengan 1,645. itu sebabnya nilai z yang diperoleh adalah 1,645. Jawaban (2)

Jawaban (3) 7. Dengan kata lain, dengan tingkat keyakinan 95%, kerugian yang diderita maksimal Rp 14,75 juta namun, ada 5% kemungkinan lebih besar dari Rp 14,75 juta. Hal ini bisa dinyatakan sebagai berikut: VaR Rp 14,75 at 5% Hasil dari pengukuran dampak risiko ini kemudian dituliskan pada formulir Status Risiko, lihat contoh pada Gambar 11-1. cara pengisian kategorinya akan dijelaskan kemudian.

Gambar 11-1 : Formulir Status Risiko STATUS RISIKO (Nama Perusahaan) Departemen (unit kerja) : ……………………………….. Nama Pimpinan : ……………………………….. No Risiko (kejadian yang Merugikan) Kemungkinan Dampak Status % Kategori Rp Kategori 1. 2. 3. Karyawan Berdemo Gagal panen Jumlah minuman dalam kemasan yang tidak sesuai standard 39,34 6,40 48,10 14,75 ...... ...... Yang Buat Diperiksa Oleh:

Ada beberapa dasar penilaian yang bisa digunakan, yaitu: Nilai perolehan Nilai Buku Nilai Pasar Nilai Pengganti Dasar Perhitungan Kerugian

Misalnya……. Suatu perusahaan tiga tahun lalu membeli mobil yang digunakan untuk operasional kantor dengan harga Rp 100juta. Mobil ini disusutkan Rp 20juta pertahun. Dengan demikian, nilai mobil ini setelah disusutkan selama tiga tahun berturut-turut yang dicatat di pembukuan perusahaan sebesar Rp 40juta (Rp 100juta-Rp 60juta, yaitu 3xRp 20juta). Kalau mobil ini dijual dipasaran, harganya bisa mencapai Rp 80juta. Disini, yang dimaksud dengan nilai perolehan adalah harga pada saat aset diperoleh yaitu Rp 100 juta. Sedangkan nilai buku -nya adalah Rp 40juta dan nilai pasar- nya Rp 80juta. Sekiranya mobil ini hancur tertabrak, dan perusahaan harus membeli mobil pengganti dengan kondisi yang sama maka harganya akan sama juga yaitu Rp 80juta. Pertanyaannya, berapa besar kerugian yang ditanggung perusahaan? Apakah Rp 100juta, Rp 40juta, atau Rp 80 juta?

Jawaban…… Dalam manajemen risiko, nilai yang digunakan adalah nilai pengganti, yaitu Rp 80juta. Kebetulan saja nilai pengganti disini sama dengan nilai pasar. Nilai pengganti bisa berbeda dengan nilai pasar sekiranya perusahaan mengeluarkan ongkos memperbaiki mobil tersebut sehingga mobil tersebut kembali ke kondisi semula. Dengan demikian, semua biaya yang dikeluarkan untuk menggantikan mobil tersebut adalah nilai pengganti. Nilai ini yang digunakan untuk menghitung besarnya kerugian dalam rupiah yang diderita. Sekiranya tidak bisa menghitung nilai pengganti, maka alternatif berikutnya adalah menggunakan nilai pasar. Sebisa mungkin hindari penggunaan nilai perolehan dan nilai buku dalam menghitung besarnya kerugian.
Tags