MATERI KULIAH FARMASI FORENSIK DI RS.pptx

klinikkarangjambu 11 views 18 slides Sep 03, 2025
Slide 1
Slide 1 of 18
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18

About This Presentation

materi farmasi forensik


Slide Content

FARMASI FORENSIK apt. Teguh Hary kartono, M. Farm

Ilmu Forensik adalah ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk membantu proses penegakkan keadilan melalui penerapan berbagai ilmu pengetahuan alam sehingga dapat membuat terang atau membuktikan secara ilmiah bahwa ada atau tidaknya unsur kejahatan dengan memeriksa barang bukti dari kasus kejahatan tersebut. Forensik (berasal dari bahasa Latin "forensis" yang berarti "dari luar", dan serumpun dengan kata forum yang berarti "tempat umum") adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains. Dalam kelompok ilmu-ilmu forensik ini dikenal antara lain ilmu fisika forensik, ilmu kimia forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik, ilmu toksikologi forensik, ilmu psikiatri forensik, komputer forensik, dan sebagainya.

Tahap-tahap forensik diantaranya ialah sebagai berikut: 1. Pengumpulan (Acquisition) 2. Pemeliharaan (Preservation) 3. Analisis (Analysis) 4. Presentasi (Presentation)

Berikut 11 cabang ilmu forensik dalam tindak pidana, yaitu: 1. Criminalistics, merupakan bagian dari cabang ilmu forensik yang menganalisa dan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bukti biologis, bukti jejak, bukti cetakan (sidik jari, jejak sepatu, jejak ban mobil), bukti zat kimia, ilmu balistik (pemeriksaan senjata api), dan bukti lainnya yang ditemukan pada TKP. Seluruh bukti-bukti yang ditemukan ini akan diproses dalam sebuah laboratorium yang biasa disebut crime lab. 2. Forensic anthropology, merupakan bagian dari ilmu forensik yang menerapkan ilmu antropologi fisik yang mencoba menelusuri pengertian tentang sejarah terjadinya beraneka ragam manusia, dipandang dari ciri-ciri tubuhnya dan anatomi tulang manusia. Contoh penerapannya melakukan pengenalan terhadap tubuh mayat yang sudah membusuk, terbakar, dimutilasi, atau yang sudah tidak dapat dikenali.

3. Digital forensic, cabang ini merupakan pemeriksaan dan menganalisa bukti legal yang ditemui pada komputer dan media penyimpanan digital. 4. Forensic entomology, cabang forensik ini mengevaluasi aktivitas serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan melihat apakah jaringan tubuh mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke lokasi lain. Penggunaan pemeriksaan dan pengidentifikasian DNA pada tubuh serangga dalam entomologi forensik, akan berpotensi mengidentifikasi jaringan tubuh mayat melalui serangga yang ditemukan pada tempat kejadian perkara.

5. Forensic archaeology, merupakan cabang ilmu forensik dari prinsip arkeologi, teknik, dan metodologi yang sah. Arkeolog dipekerjakan oleh polisi atau lembaga hukum yang sah untuk membantu menemukan serta menggali bukti yang sudah terkubur pada tempat kejadian perkara. 6. Forensic geology, merupakan ilmu yang mempelajari bumi dan menghubungkannya dengan ilmu kriminologi melalui analisis tanah dan bumi, forensik geologis dapat menentukan dimana kejahatan terjadi.

7. Forensic meteorology, yaitu ilmu untuk merekonstruksi kembali kejadian cuaca yang terjadi pada suatu lokasi tertentu. Hal ini dilakukan dengan mengambil arsip catatan informasi cuaca yang meliputi pengamatan suatu permukaan bumi, radar, satelit, informasi sungai, dan lain sebagainya pada lokasi tersebut. Ilmu forensik ini paling banyak digunakan untuk kasus perusahaan asuransi untuk mengklaim gedung yang rusak karena cuaca atau investigasi pembunuhan mengenai apakah seseorang terbunuh oleh sambaran petir atau pembunuhan. 8. Forensic odontology, merupakan menentukan identitas individu melalui gigi yang telah dikenal sejak era sebelum masehi. Teknik identifikasi ini serupa dengan identifikasi dengan sidik jari karena gigi dan tulang merupakan material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindungi.

9. Forensic pathology, cabang ilmu forensik yang berkaitan dengan mencari penyebab kematian berdasarkan pmeriksaan pada mayat. 10. Forensic psychiatry dan psychology adalah ilmu forensik yang menyangkut keadaan mental tersangka atau para pihak dalam perkara perdata. Ilmu forensik ini dibutuhkan, jika dalam suatu kasus menemukan orang yang pura-pura sakit, anti sosial, pemerkosa, pembunuh, homoseksual, waria, operasi ganti kelamin, hingga pedofilia. 11. Forensic toxicology, merupakan penggunaan ilmu toksikologi, analisis kimia, ilmu farmasi, dan kimia klinis untuk membantu penyelidikan terhadap kasus kematian, keracunan, dan penggunaan obat-obatan terlarang.

Farmasi Forensik adalah cabang dari ilmu farmasi yang mempelajari penggunaan atau penerapan ilmu dan teknologi farmasi untuk keperluan peradilan. Farmasi forensik masuk dalam cakupan toksikologi forensik. Menurut AC Moffad dan kawan-kawan ( Clarck, 2004 ) toksikologi forensik diartikan sebagai semua hal yang mencakup penggunaan science atau ilmu dan studi tentang racun guna pengungkapan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam proses sidang peradilan.

Aspek yang berkaitan dengan toksikologi forensik antara lain : Analisa dan identifikasi obat-obatan, Perawatan pertanian, Industri dan kesehatan publik. Farmasi forensik harus ada karena banyak terjadi tindak pidana farmasi di masyarakat. Selain itu, penanganan kasus pola spesialisasi terhadap Pidana Farmasi oleh unit kerja berbasis farmasi menjadi mungkin dalam rangka optimalisasi organisasi di era global dalam tubuh Polri. Bangfarmapol memiliki SDM, sarana dan prasarana yang cukup untuk mendukung tugas pokok Polri dalam rangka dukungan penyelidikan dan penyidikan Pidana Farmasi.

Tindak pidana yang terkait dengan kefarmasian, antara lain : Beredarnya produk-produk farmasi ilegal, Beredarnya produk farmasi palsu/substandard atau yang mengandung bahan kimia berbahaya bagi kesehatan, Beredarnya produk farmasi hasil kegiatan laboratorium klandestin terutama di pasar gelap, Kegiatan kefarmasian yang melawan hukum / peraturan perundangan, Penggunaan produk farmasi untuk melakukan tindak kejahatan.

Peran farmasi forensik dalam penegakan hukum berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu : Sebagai pelindung dan pengayom masyarakat terhadap peredaran dan bahaya obat, makanan, minuman, serta kosmetik palsu ataupun ilegal, Faktor pendukung terhadap upaya penegakan hukum terkait dengan produk farmasi / pidana farmasi.

Prinsip farmasi forensik adalah : Semua ahli farmasi forensik yang melakukan pekerjaan ini harus memiliki pengalaman toksikologikal, Analis harus diberikan riwayat kasus secara lengkap yang berisi semua informasi yang ada terkait riwayat kasus, Semua material jelas, menggunakan label sesuai dan disegel dalam wadah yang bersih, harus dikirimkan ke laboratorium pengujian dan dilakukan pengujian, Semua tes identifikasi yang diketahui harus digunakan untuk membuat catatan yang diperlukan sesuai waktunya, Semua kebutuhan reagensia yang digunakan untuk uji harus murni dan harus dilakukan uji blangko untuk menetapkan / membuktikan fakta, Semua tes harus diulang dan dibandingkan dengan kontrol contoh ( sampel ) yang mengindikasikan racun yang ditambahkan.

Pengujian farmasi forensik meliputi : Skrining untuk deteksi Identifikasi / kualifikasi Penetapan / kuantifikasi

Peralatan laboratorium farmasi forensik, antara lain : TLC ( kromatologi lapisan tipis untuk uji skrining ), HPLC ( kromatologi cair kinerja tinggi untuk uji skrining ), GC-MS ( kromatologi gas yang dikombinasikan dengan spektrofotometer massa untuk uji skrining, konfirmasi dan drug / poison profiling ), Spektrofotometer UV, IR, MS, NMR Immune eassay untuk uji skrining cepat, Peralatan penunjang lainnya missal untuk uji kualitatif dengan reaksi kimia.

Mekanisme kerja farmasi forensik : Dari TKP ke pusat laboratorium pengujian, Dari laboratorium pengujian ke USER ( target USER adalah Dokpol, Reserse, Labfor, Pengadilan, dll ).

Persyaratan sampel yang akan diuji : Sampel harus dapat merepresentasikan kasus sesuai kondisi TKP, Sampel harus diusahakan stabil sampai akhir tahap pengujian laboratorium, Diambil dari TKP sesuai SOP, dimasukkan dalam wadah yang tepat kemudian disegel, Wadah diberi label dengan keterangan yang diperlukan sesuai riwayat kasus di TKP, Dibuat BA pengambilan dan pengiriman sampel, Di laboratorium dibuat BA pemeriksaan dan hasil pemeriksaan serta pengiriman data hasil pemeriksaan.

Kasus toksikologi yang sering terjadi, yaitu : Penggunaan obat untuk kejahatan : perampokan, kekerasan dan perkosaan, umumnya menggunakan obat golongan Benzodiazepin, Ketamin, GHB. Penggunaan kimia berbahaya untuk bunuh diri dan atau pembunuhan, umumnya menggunakan insektisida, sianida, arsen, pestisida. Keracunan akibat makanan ( catering ) Keracunan alcohol, methanol, gas CO2. Contoh-contoh obat palsu
Tags