Sekilas tentang Tuberkulosis Myc o b a c t erium tuberculosis U dara bebas terhir u p Merupakan penyakit menular langsung manusia ke manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bukan disebabkan oleh guna-guna atau kutukan . Bukan penyakit keturunan . Dapat disembuhkan dengan berobat teratur sampai selesai , selama 6 bulan . Sebagian besar kuman TBC menyerang paru , tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian tubuh lainnya ( misalnya : tulang , kelenjar , kulit , dll ). TBC dapat menyerang siapa saja , terutama usia produktif dan bisa menyebabkan kematian bila tidak diobati
Bagaimana Cara Penularan TBC?
Gejala Utama zzzz Kadang dahak bercampur darah Nafsu makan menurun Berkeringat di malam hari meski tanpa melakukan kegiatan Berat badan menurun Demam meriang berkepanjangan Sesak nafas dan nyeri dada Batuk Terus Menerus Gejala Lainnya
Orang yang Berisiko Tinggi Terkena TBC Anak di bawah usia 5 tahun . Orang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh , misal usia lanjut , ibu hamil , orang dengan HIV AIDS (ODHIV), penyandang diabetes mellitus dan gizi buruk . Perokok . Merokok meningkatkan risiko terkena TBC paru sebanyak 2,2 kali Orang kontak erat atau kontak serumah dengan penderita TBC . Orang yang tinggal di wilayah berisiko TBC seperti di lapas / rutan , daerah padat penduduk , daerah kumuh , daerah pengungsian , asrama, barak , pesantren dan pabrik . Orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan infeksi paru.
Penemuan Kasus TBC Kegiatan dalam penemuan kasus TBC di tempat khusus dilakukan secara aktif dan pasif sebagai berikut: Aktif; dilakukan melalui skrining, survei batuk, investigasi kontak dan skrining massal berkala/ketuk pintu. Pasif; melalui kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Penemuan kasus secara aktif, meliputi : Skrining Gejala TBC pada Masyarakat Pesantren Kegiatan skrining dapat dilakukan secara berkala di lingkungan pesantren kepada semua masyarakat pesantren baik santri , pengasuh , ustadz / ustadzah , kyai dan elemen lainnya yang ada di lingkungan pesantren . Kegiatan skrining juga dapat dilakukan kepada setiap masyarakat baru yang baru masuk dan akan tinggal menetap ( mondok ) di dalam lingkungan pesantren . Skrining dilakukan secara langsung ( tatap muka ) dengan melakukan pengelompokan ada tidaknya gejala batuk ( gejala utama TBC) serta faktor risiko dan gejala lainnya. Jika masyarakat pesantren tidak batuk dan mempunyai faktor risiko lainnya, cukup diberikan edukasi terkait TBC serta kader atau petugas kesehatan melakukan skrining 1 tahun setelah skrining awal . Terduga yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan adalah penghuni pesantren yang batuk serta masyarakat pesantren yang tidak batuk tetapi mempunyai faktor risiko dan gejala tambahan.
Jenis skrining TBC yang dapat dilakukan di Pesantren : Skrining pada Santri Baru Skrining diikuti oleh santri yang baru masuk pesantren . Skrining dilakukan untuk menemukan terduga TBC sekaligus memutus mata rantai penularan TBC yang diperoleh dari luar lingkungan pesantren . Skrining Berkala Skrining dilakukan secara terjadwal minimal 1 kali setiap tahun, misalnya bersamaan dengan permulaan tahun ajaran baru untuk mengantisipasi risiko penularan TBC secara luas pada masyarakat pesantren . Skrining diikuti oleh semua masyarakat pesantren tanpa terkecuali . Skrining Massal Skrining dilakukan dalam rangka memperingati hari ulang tahun pesantren , hari besar nasional seperti hari TBC (HTBS), hari kesehatan nasional , hari santri atau peringatan hari besar tertentu lain. Skrining massal ini juga diikuti oleh semua masyarakat pesantren sebagai bentuk intensifikasi penemuan kasus TBC di lingkungan pesantren .
Penemuan kasus secara aktif, meliputi : Survei Batuk Survei batuk di lingkungan pesantren dapat dijalankan dengan melibatkan peran kader santri , ketua kamar dan petugas poskestren . Kegiatan dilakukan dengan membuat pendataan apakah dari satu kamar di pesantren terdapat masyarakat pesantren yang batuk tidak sembuh-sembuh. Apabila ada , maka kader santri akan melakukan skrining gejala TBC dan membawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk diperiksa lebih lanjut oleh petugas kesehatan. Survei batuk di pesantren dijalankan sesuai alur berikut:
Penemuan kasus secara aktif, meliputi : Investigasi Kontak Kegiatan pelacakan dan investigasi yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TBC untuk menemukan terduga TBC. Kontak yang terduga TBC akan dirujuk ke layanan untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terdiagnosis TBC akan diberikan pengobatan yang tepat sesuai standar dan sedini mungkin. Bermanfaat untuk mendeteksi kasus TBC secara dini , mencegah penyakit yang lebih berat dan mengurangi penularan TBC pada orang lain.
Pemeriksaan TBC / Penegakan Diagnosa TBC dapat diketahui melalui pemeriksaan dahak; Bakteri TBC dapat dilihat dengan menggunakan mesin Tes Cepat Molekuler (TCM); Dibutuhkan 2 kali pengambilan dahak pasien yaitu saat datang ke layanan ( Sewaktu ) dan dahak pagi sesaat setelah bangun tidur (Pagi) atau sebaliknya Pagi dan Sewaktu (saat pasien mengantar dahak pada pagi hari ke layanan). Standar kualitas dahak yang digunakan adalah dahak sebanyak 3 – 5 mL serta berwarna putih kekuning-kuningan atau kehijauan dan bentuknya lebih kental dari liur
Pengumpulan Dahak Terduga TBC BERSIHKAN MULUT DENGAN KUMUR-KUMUR TARIK NAFAS DALAM-DALAM MELALUI HIDUNG, KELUARKAN DARI MULUT (LAKUKAN BEBERAPA KALI) Kumur-kumur dengan air minum
Upaya Pencegahan TBC Upaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain dengan: Menjalankan kehidupan pribadi sehat seperti tidak merokok, berolah raga teratur, cukup beristirahat, tidak tidur larut malam. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi seimbang, dll. Rumah yang cukup mendapatkan sinar matahari dan mempunyai sirkulasi udara yang baik. Agar rumah mendapatkan sinar matahari dan udara yang cukup , bukalah jendela pada pagi hari secara teratur , serta menjemur kasur atau tikar secara teratur agar tidak lembab .
Upaya Pencegahan TBC Etika Batuk Gunakan masker, terutama bila sedang berada di keramaian atau bersama orang lain; Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan lengan dalam; Tutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk dengan tisu dan jangan lupa untuk membuang tisu di tempat sampah ; Cucilah tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun ; Tidak membuang dahak sembarangan