Merancang Pembelajaran dan Assesmen.pptx

ranti97 0 views 79 slides Oct 08, 2025
Slide 1
Slide 1 of 86
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86

About This Presentation

Merancang PM


Slide Content

MERANCANG PEMBELAJARAN DAN ASESMEN INTRAKURIKULER, KOKURIKULER DAN EKSTRAKURIKULER

A. PERENCANAAN PEMBELAJARAN INTRAKURIKULER

PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Pendidik perlu memahami keseluruhan dokumen capaian pembelajaran, mulai dari rasional, tujuan, karakteristik, dan capaian pembelajaran perfase pada setiap mata pelajaran. Rumusan capaian pembelajaran perlu dianalisis untuk menyusun tujuan pembelajaran dan alurnya. Setelah itu pendidik merancang pembelajaran dan asesmen dari alur tujuan pembelajaran yang sudah disusun. Menganalisis Capaian Pembelajaran Menyusun Tujuan Pembelajaran dan Alurnya Merencanakan Pembelajaran dan Asesmen

01. ANALISIS CAPAIAN PEMBELAJARAN Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang dicapai murid di akhir setiap harus fase, dimulai dari fase fondasi pada PAUD. Untuk pendidikan dasar dan menengah, CP disusun untuk setiap mata pelajaran.

PEMANFAATAN FASE CP DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN Pengembangan rencana pembelajaran yang kolaboratif. Saat merencanakan pembelajaran di awal tahun ajaran, pendidik perlu berkolaborasi dengan pendidik di jenjang lain untuk mendapatkan informasi tentang sampai di mana proses belajar sudah ditempuh murid di kelas sebelumnya dan pendidik akan merencanakan pembelajaran berdasarkan informasi tersebut. Pembelajaran yang fleksibel Ada kalanya proses belajar berjalan lebih lambat pada suatu periode sehingga dibutuhkan waktu lebih panjang untuk mempelajari suatu konsep. Ketika harus “menggeser” waktu untuk mengajarkan materi- materi pelajaran yang sudah dirancang, pendidik memiliki waktu lebih panjang untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kesiapan murid.

MEMAHAMI KEKHASAN CP Dalam dicapai ditulis paragraf CP, kompetensi yang ingin yang memadukan pengetahuan, dalam antara dan sikap. Dengan paragraf, keterampilan, dirangkaikan pengetahuan sebagai yang dipelajari suatu rangkaian ilmu murid yang menjadi berkaitan. CP terdiri atas rasional, tujuan, karakteristik, dan capaian per fase. Rasional menjelaskan alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut serta kaitannya dengan dimensi profil lulusan. Tujuan menjelaskan tentang kemampuan atau kompetensi yang dituju setelah murid mempelajari mata pelajaran tersebut secara keseluruhan. Karakteristik menjelaskan tentang apa yang dipelajari dalam mata pelajaran tersebut, elemen-elemen yang membentuk mata pelajaran dan berkembang dari fase ke fase. Capaian per fase disampaikan dalam bentuk capaian per elemen. Oleh karena itu, penting untuk pendidik mempelajari CP mata pelajarannya secara menyeluruh.

02. MENYUSUN TUJUAN PEMBELAJARAN DAN ALURNYA Setelah memahami CP, pendidik mulai mendapatkan ide-ide tentang apa yang harus dipelajari murid dalam satu fase. Pada tahap ini, pendidik mengembangkan tujuan pembelajaran dan kemudian mengurutkannya menjadi alur tujuan pembelajaran.

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran dikembangkan dari capaian pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dikembangkan ini perlu dicapai murid hingga akhir fase. Tujuan pembelajaran mencakup kompetensi dan konten pada lingkup materi dengan menggunakan kata kerja operasional yang relevan. Selanjutnya, pendidik menyusun tujuan-tujuan tersebut menjadi satu alur tujuan pembelajaran.

KOMPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN LINGKUP MATERI konten dan konsep utama yang perlu dipahami pada akhir satu unit pembelajaran. Lingkup materi berfokus pada materi esensial yang mengacu pada konsep inti dan informasi yang dianggap penting bagi murid untuk dipelajari. KOMPETENSI kesatuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menunjukkan kemampuan murid sebagai hasil dari proses pembelajaran.

ALTERNATIF MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN Alternatif 3. Merumuskan tujuan pembelajaran Lintas Elemen CP Alternatif 1 Merumuskan tujuan pembelajaran secara langsung berdasarkan CP Alternatif 2 Merumuskan tujuan pembelajaran dengan menganalisis ‘kompetensi’ dan ‘konten’ pada ruang lingkup materi pada CP Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, guru mempertimbangkan ketersedian waktu dan kedalaman dari tujuan pembelajaran tersebut.

ELEMEN CAPAIAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN Bilangan Pada akhir fase B, murid menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 10.000. Murid dapat membaca dan menulis; membandingkan dan mengurutkan bilangan; menentukan dan menggunakan nilai tempat; melakukan komposisi dan dekomposisi bilangan cacah sampai 10.000. Murid dapat melakukan dan menyelesaikan masalah operasi bilangan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai 1.000, melakukan dan menyelesaikan masalah operasi perkalian dan pembagian bilangan cacah sampai 100 dengan bantuan benda konkret, gambar dan simbol. Murid mengenal kelipatan dan faktor. menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 10.000. membaca, dan menulis bilangan cacah sampai 10.000. membandingkan dan mengurutkan bilangan cacah sampai 10.000. menentukan dan menggunakan nilai tempat. melakukan komposisi dan dekomposisi bilangan cacah sampai 10.000 melakukan dan menyelesaikan masalah operasi bilangan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai 1.000 melakukan dan menyelesaikan masalah operasi perkalian dan pembagian bilangan cacah sampai 100 dengan bantuan benda konkret, gambar dan simbol mengenal kelipatan dan faktor. ALTERNATIF 1

ELEMEN CAPAIAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN Bilangan Murid dapat melakukan perbandingan dan pengurutan pecahan dengan pembilang satu dan antar pecahan dengan penyebut yang sama. Mereka mengenal dan dapat menerapkan pecahan senilai, memiliki intuisi pecahan dan desimal, dapat menentukan pecahan sebagai desimal dan persen melakukan perbandingan dan pengurutan pecahan dengan pembilang satu dan antar pecahan dengan penyebut yang sama mengenal dan dapat menerapkan pecahan senilai memiliki intuisi pecahan dan desimal menentukan pecahan sebagai desimal dan persen ALTERNATIF 1

CAPAIAN PEMBELAJARAN KOMPETENSI LINGKUP MATERI Aljabar Pada akhir Fase B, murid dapat menemukan nilai yang tidak diketahui dalam kalimat matematika yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100, dengan menggunakan sifat- sifat bilangan dan operasinya. Murid dapat mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola gambar atau objek sederhana dan pola bilangan membesar dan mengecil yang dapat melibatkan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100 Menemukan Menggunakan Mengidentifikasi Meniru Mengembangkan Penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100 . sifat- sifat bilangan dan operasinya pola gambar atau objek sederhana pola bilangan membesar dan mengecil melibatkan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100. ALTERNATIF 2

TUJUAN PEMBELAJARAN Menemukan nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan pada bilangan cacah sampai 100. Menemukan nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang berkaitan dengan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100. Mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola gambar atau objek sederhana pada bilangan cacah sampai 100. Mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola bilangan membesar dan mengecil yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100

CAPAIAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN Elemen Pengukuran Pada akhir Fase B, murid dapat mengukur panjang dan berat benda menggunakan satuan baku. Mereka dapat menentukan hubungan antar- satuan baku panjang (cm, m) dan hubungan antara satuan berat (g, kg). Mereka dapat mengukur dan mengestimasi luas dan volume menggunakan satuan tidak baku dan satuan baku berupa bilangan cacah. Elemen Geometri Pada akhir Fase B, murid dapat mendeskripsikan ciri berbagai bentuk bangun datar (segiempat, segitiga, segi banyak). Mereka dapat menyusun (komposisi) dan mengurai (dekomposisi) berbagai bangun datar dengan lebih dari satu cara jika memungkinkan Menentukan hubungan antar satuan baku panjang (cm, m). Menentukan hubungan antar satuan baku berat (g, kg). Menjelaskan cara mengukur panjang benda menggunakan satuan baku. Menjelaskan ciri berbagai bentuk bangun datar (segiempat, segitiga, segi banyak). Menentukan ciri bagian- bagian dari bangun datar (segiempat, segitiga, segi banyak). Mengukur bangun datar (segiempat, segitiga, segi banyak) menggunakan satuan baku ALTERNATIF 3

MENYUSUN ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN Alur tujuan pembelajaran merupakan tujuan pembelajaran yang diurutkan, bukan turunan atau rincian dari tujuan pembelajaran.

PENYUSUNAN ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN 5 Alur tujuan pembelajaran yang disediakan pemerintah adalah contoh. 6 Pada pendidikan khusus, penyusunan alur tujuan pembelajaran boleh dilakukan lintas fase. 4 Alur tujuan pembelajaran fokus pada pencapaian pembelajaran. 1 Alur tujuan pembelajaran dikembangkan tiap fase selanjutnya ditetapkan per tahunnya. 2 Alur tujuan pembelajaran perlu dikembangkan secara kolaboratif. 3 Alur tujuan pembelajaran dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan kompetensi yang dikembangkan setiap mata pelajaran. ATP

CARA- CARA PENYUSUNAN ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN Pengurutan dari yang Konkret ke yang Abstrak Metode pengurutan dari konten yang konkret dan berwujud ke konten yang lebih abstrak dan simbolis. Contoh: memulai pengajaran dengan menjelaskan tentang benda geometris (konkret) terlebih dahulu sebelum mengajarkan aturan teori objek geometris tersebut (abstrak). Pengurutan Deduktif Metode pengurutan dari konten bersifat umum ke konten yang spesifik. Contoh: mengajarkan konsep database terlebih dahulu sebelum mengajarkan tentang tipe database, seperti hierarki atau relasional. Pengurutan dari Mudah ke yang lebih Sulit Metode pengurutan dari konten paling mudah ke konten paling sulit. Contoh: mengajarkan cara mengeja kata- kata pendek dalam kelas bahasa sebelum mengajarkan kata yang lebih panjang Pengurutan Hierarki Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan keterampilan komponen konten yang lebih mudah terlebih dahulu sebelum mengajarkan keterampilan yang lebih kompleks. Contoh: murid perlu belajar tentang penjumlahan sebelum mereka dapat memahami konsep perkalian.

CARA- CARA PENYUSUNAN ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN Pengurutan Prosedural Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan tahap pertama dari sebuah prosedur, kemudian membantu murid untuk menyelesaikan tahapan selanjutnya. Contoh: dalam mengajarkan cara menggunakan t- test dalam sebuah pertanyaan penelitian, ada beberapa tahap prosedur yang harus dilalui, seperti menulis hipotesis, menentukan tipe tes yang akan digunakan, memeriksa asumsi, dan menjalankan tes dalam sebuah perangkat lunak statistik. Scaffolding Metode pengurutan yang meningkatkan standar performa sekaligus mengurangi bantuan secara bertahap. Contoh: dalam mengajarkan berenang, pendidik perlu menunjukkan cara mengapung, dan ketika murid mencobanya, pendidik hanya butuh membantu. Setelah ini, bantuan yang diberikan akan berkurang secara bertahap. Pada akhirnya, murid dapat berenang sendiri

ILUSTRASI ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN Alur tujuan pembelajaran ini adalah tujuan- tujuan pembelajaran yang telah diurutkan dalam satu fase, selanjutnya ditetapkan per tahunnya.

03. MERENCANAKAN PEMBELAJARAN DAN ASESMEN Pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pendidik dan murid perlu memahami kompetensi yang dituju, sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga keseluruhan proses pembelajaran diupayakan untuk mencapai kompetensi tersebut.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN Perencanaan pembelajaran dibuat untuk membantu guru dalam mengajar sehari- hari agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Perencanaan ini disusun berdasarkan urutan tujuan pembelajaran. Setiap guru bisa punya urutan tujuan pembelajaran yang berbeda, meskipun mengajar murid pada fase yang sama, karena setiap guru menghadapi kondisi yang berbeda, seperti karakter murid, lingkungan sekolah, serta fasilitas yang tersedia sehingga wajar jika perencanaan pembelajaran tiap guru bisa tidak sama.

LANGKAH PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Identifikasi Peserta Didik (opsional): Identifikasi kesiapan peserta didik sebelum belajar, seperti pengetahuan awal, minat, latar belakang, dan kebutuhan belajar, serta aspek lainnya Materi Pelajaran (opsional): Tuliskan analisis materi pelajaran seperti jenis pengetahuan yang akan dicapai, relevansi dengan kehidupan nyata peserta didik, tingkat kesulitan, struktur materi, serta integrasi nilai dan karakter, dan lainnya Dimensi Profil Lulusan: Pilihlah dimensi profil lulusan yang akan dicapai dalam pembelajaran Keimanan dan Ketakwaan terhadap Penalaran Kritis Kolaborasi Kesehatan Tuhan YME Kewargaan Kreativitas Kemandirian Komunikasi Desain Pembelajaran Capaian Pembelajaran (opsional): Tuliskan capaian pembelajaran sesuai fase Lintas Disiplin Ilmu (opsional): Tuliskan disiplin ilmu dan/atau mata pelajaran yang relevan Tujuan Pembelajaran: Tuliskan tujuan pembelajaran yang mencakup kompetensi dan konten pada ruang lingkup materi dengan menggunakan kata kerja operasional yang relevan. Topik Pembelajaran (opsional): Tuliskan topik pembelajaran yang relevan dengan capaian dan tujuan pembelajaran Praktik Pedagogis: Tuliskan Model/Strategi/Metode pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan belajar, seperti pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran inkuiri, pembelajaran kontekstual, dan sebagainya. Kemitraan Pembelajaran (opsional): Tuliskan kegiatan kemitraan atau kolaborasi dalam dan/atau luar lingkup sekolah, seperti kemitraan antar guru lintas mata pelajaran, antar murid lintas kelas, antar guru lintas sekolah, orang tua, komunitas, tokoh masyarakat, dunia usaha dan dunia industri kerja, institusi, atau mitra profesional. Lingkungan Pembelajaran: Tuliskan lingkungan pembelajaran yang ingin dikembangkan dalam budaya belajar, ruang fisik dan/atau ruang virtual. Budaya belajar dikembangkan agar tercipta iklim belajar yang aman, nyaman, dan saling memuliakan. Contoh: memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya dalam ruang kelas dan forum diskusi pada platform daring (ruang virtual bersifat opsional). Pemanfaatan Digital (opsional): Tuliskan pemanfaatan teknologi digital untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif, kolaboratif, dan kontekstual. Contoh: video pembelajaran, platform pembelajaran, perpustakaan digital, forum diskusi daring, aplikasi penilaian, dan sebagainya. Pembelajaran Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua • Hal. 24

Pengalaman Belajar Langkah- Langkah Pembelajaran AWAL (opsional) (tuliskan prinsip pembelajaran yang digunakan, misal berkesadaran, bermakna, menggembirakan) Pembuka dari proses pembelajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik sebelum memasuki inti pembelajaran. Kegiatan dalam tahap ini meliputi orientasi yang bermakna, apersepsi yang kontekstual, dan motivasi yang menggembirakan. INTI Pada tahap ini, siswa aktif terlibat dalam pengalaman belajar memahami, mengaplikasi, dan merefleksi. Guru menerapkan prinsip pembelajaran berkesadaran, bermakna, menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar tidak harus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Memahami (tuliskan prinsip pembelajaran yang digunakan: berkesadaran, bermakna, dan/atau menggembirakan) Tuliskan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk terlibat aktif mengonstruksi pengetahuan agar dapat memahami secara mendalam konsep atau materi dari berbagai sumber dan konteks. Pengetahuan pada fase ini terdiri dari pengetahuan esensial, pengetahuan aplikatif, dan pengetahuan nilai dan karakter. Mengaplikasi (tuliskan prinsip pembelajaran yang digunakan: berkesadaran, bermakna, dan/atau menggembirakan) Tuliskan kegiatan yang mengondisikan pengalaman belajar yang menunjukan aktivitas peserta didik mengaplikasi pemahaman secara kontekstual atau kehidupan nyata (hidup, kehidupan, dan/atau penghidupan). Proses mengaplikasi ini merupakan bagian dari pendalaman pengetahuan untuk menghasilkan pengembangan kompetensi. Merefleksi (tuliskan prinsip pembelajaran yang digunakan: berkesadaran, bermakna, dan/atau menggembirakan) Tuliskan kegiatan yang mampu memfasilitasi peserta didik: mengevaluasi dan memaknai proses serta hasil dari tindakan atau praktik nyata yang telah mereka lakukan dan menentukan tindaklanjut ke depan. mengelola proses belajarnya secara mandiri, dengan meneruskan dan mengembangkan strategi belajar yang berhasil dan memperbaiki yang belum berhasil dengan tetap meningkatkan motivasi belajar dan kepercayaan diri. PENUTUP (opsional) (Tuliskan prinsip pembelajaran yang digunakan, misal berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan) Tahap akhir dalam proses pembelajaran yang bertujuan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa atas pengalaman belajar yang telah dilakukan, menyimpulkan pembelajaran, dan siswa terlibat dalam perencanaan pembelajaran selanjutnya. Asesmen Pembelajaran Pembelajaran Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua • Hal. 25 Tuliskan teknik dan instrumen penilaian yang digunakan pada awal, proses, dan akhir pembelajaran. Asesmen dalam pembelajaran mendalam dilaksanakan melalui asesmen sebagai pembelajaran ( assessment as learning ) yang menekankan pada penilaian diri dan penilaian sejawat , asesmen untuk pembelajaran ( assessment fior learning ) yang menekankan pada umpan balik, dan asesmen hasil pembelajaran ( assessment ofi learning ) yang menekankan pada pencapaian dan tindak lanjut dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik. Contoh: Penilaian Sejawat, Penilaian Diri, Penilaian Proyek, Penilaian Produk, Observasi, Portofolio, Penilaian Berbasis Kelas, Penilaian Kinerja, Tes tertulis, Tes lisan, dan sebagainya.

PE R T AN Y AAN REFLEKTIF DALAM PROSES PERENCANAAN PEMBELAJARAN Bagaimana agar perhatian murid senantiasa fokus dan mereka terus bersemangat sepanjang kegiatan pembelajaran? Bagaimana saya sebagai pendidik akan membantu setiap individu murid memahami pembelajaran? Bagaimana saya akan mendorong murid untuk melakukan refleksi, mempelajari lagi, memperbaiki, dan memperdalam konsep atau materi pelajaran yang telah mereka pelajari? Bagaimana murid dapat menunjukkan pemahaman mereka dan melakukan evaluasi diri yang berarti setelah mempelajari materi ini? Bagaimana saya akan menyesuaikan langkah dan/atau materi pelajaran berdasarkan keunikan dan kebutuhan masing- masing murid? Bagaimana saya akan mengelola pengalaman belajar yang mendorong murid untuk menjadi pelajar yang aktif dan mandiri?

ILUSTRASI BACKWARD DESIGN DALAM MERENCANAKAN PEMBELAJARAN Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. Memahami tujuan pembelajaran. Pahami kompetensi dan konsep/ konten kunci yang harus dikuasai murid. Tentukan strategi asesmennya yang dapat mengukur kompetensi yang dimunculkan murid ketika mereka sudah mencapainya. Mendesain proses belajar: menentukan metode, menyusun urutan dan mencari sumber materi yang membantu murid menguasai kompetensi yang dituju.

PERENCANAAN ASESMEN Dalam perencanaan asesmen, pendidik dapat mengadopsi, mengadaptasi, atau mengembangkan perencanaan asesmen secara mandiri. Perrtimbangan dalam perencanaan asesmen: Perencanaan asesmen diawali dengan penentuan tujuan, baik yang berfokus pada proses pembelajaran maupun pada ketercapaian tujuan pembelajaran. Setelah tujuan asesmen dirumuskan, pendidik memilih dan/atau mengembangkan instrumen asesmen sesuai tujuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih/mengembangkan instrumen, antara lain: karakteristik murid, kesesuaian asesmen dengan rencana/tujuan pembelajaran dan tujuan asesmen, kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan balik kepada murid dan pendidik

ASESMEN F ORM A TIF Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan murid untuk memperbaiki proses belajar. Asesmen formatif berupa: Asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan murid untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen formatif karena ditujukan untuk kebutuhan pendidik dalam merancang dan menyesuaikan pembelajaran, tidak untuk keperluan asesmen hasil belajar murid yang dilaporkan dalam rapor. Asesmen di dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan murid dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Asesmen ini dapat dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran.

MAN F A A T ASESMEN F ORM A TIF Bagi pendidik, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang digunakan, serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi tentang kebutuhan belajar individu murid yang diajar. Bagi murid, asesmen formatif berguna untuk melakukan refleksi dengan memonitor kemajuan belajar, tantangan yang dialami, serta langkah- langkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan capaiannya secara berkelanjutan. Hal ini merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi pelajar sepanjang hayat.

ASESMEN SUM A TIF Asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian hasil belajar murid sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar murid dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar murid dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang. Sementara itu, pada pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui capaian perkembangan anak dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kenaikan kelas atau kelulusan.

FUNGSI ASESMEN SUM A TIF menilai pencapaian hasil belajar murid dalam satu atau lebih tujuan pembelajaran di periode tertentu; membandingkan capaian hasil belajar murid dengan kriteria yang telah ditetapkan; dan menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan kelanjutan proses belajar murid, baik di kelas maupun jenjang berikutnya

ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN

KRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN KKTP merupakan penjelasan tentang kompetensi apa yang perlu ditunjukkan/ didemonstrasikan murid sebagai bukti (evidence) bahwa murid telah mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan 3 Menggunakan interval nilai Pendekatan 1 Menggunakan Deskripsi Kriteria Pendekatan 4 Menggunakan pendekatan persentase Pendekatan 2 Menggunakan Rubrik

Pendekatan 1: Menggunakan Deskripsi Kriteria Tujuan Pembelajaran: Murid mampu menulis laporan dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi. Pendidik menetapkan kriteria ketercapaian: Laporan murid menunjukkan kemampuannya menulis teks eksplanasi, hasil pengamatan, dan pengalaman secara jelas. Laporan menjelaskan hubungan kausalitas yang logis disertai dengan argumen yang logis sehingga dapat meyakinkan pembaca.

Pendekatan 2: Menggunakan Rubrik Contohnya, dalam tugas menulis laporan, pendidik menetapkan kriteria ketercapaian yang terdiri atas dua bagian: Isi laporan dan penulisan. Dalam rubrik terdapat empat tahap pencapaian, dari baru berkembang, layak, cakap hingga mahir. Dalam setiap tahapan ada deskripsi yang menjelaskan performa murid. Pendidik menggunakan rubrik ini untuk mengevaluasi laporan yang dihasilkan oleh murid

Pendekatan 3: Menggunakan interval nilai Pendidik dapat menggunakan interval nilai yang diolah dari rubrik. Seperti dalam tugas menulis laporan, pendidik dapat menetapkan empat kriteria ketercapaian, yaitu: menunjukkan kemampuan penulisan teks eksplanasi dengan runtut; menunjukkan hasil pengamatan yang jelas; menceritakan pengalaman secara jelas; dan menjelaskan hubungan kausalitas yang logis. disertai dengan argumen yang logis sehingga dapat meyakinkan pembaca. Untuk setiap kriteria terdapat 5 (lima) skala pencapaian (1- 5). Pendidik membandingkan hasil tulisan murid dengan rubrik untuk menentukan ketercapaian murid. Pencapaian penulisan laporan dilihat dari 3 unsur yaitu pembuka, isi, dan penutup

INTERVAL KETERCAPAIAN DAN TINDAK LANJUT - 20 Belum mencapai tujuan pembelajaran. Pendidik menanyakan kepada murid tantangan apa yang mereka hadapi (perlu remedial dengan mempelajari kembali seluruh kriteria). 21 - 40 Belum mencapai tujuan pembelajaran, perlu remedial dengan mempelajari kembali sebagian besar kriteria 41 - 60 Hampir mencapai tujuan pembelajaran, perlu remedial dengan mempelajari kembali kriteria yang diperlukan. 61 - 80 Sudah mencapai tujuan pembelajaran 81 - 100 Sudah mencapai tujuan pembelajaran, perlu tantangan lebih (pengayaan) INTERVAL NILAI

Pendekatan 4. Menggunakan pendekatan persentase Sebagai contoh pendidik mengajar bahasa Indonesia pada Fase C. Misalnya, pada Fase C terdapat 4 tujuan pembelajaran. Pada masing- masing tujuan pembelajaran terdapat 5 kriteria/indikator pembelajaran sehingga dalam satu fase murid mempunyai 20 indikator/kriteria pembelajaran. Jika murid A telah mencapai 15 kriteria/indikator pembelajaran, maka ia telah menguasai 75%. Murid B dinyatakan telah mencapai 18 kriteria pembelajaran. Dengan demikian, murid B telah menguasai 90% dari kriteria pembelajaran yang terdapat pada tujuan pembelajaran.

CONTOH INSTRUMEN ASESMEN

CONTOH TEHNIK ASESMEN

CONTOH TEHNIK ASESMEN

B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN KOKURIKULER

Kokurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler dalam rangka pengembangan kompetensi, terutama penguatan karakter. Kompetensi yang dimaksud adalah delapan dimensi profil lulusan, yaitu: 1) keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) kewargaan; 3) penalaran kritis; 4) kreativitas; 5) kolaborasi; 6) kemandirian; 7) kesehatan; dan 8) komunikasi. Kegiatan kokurikuler bertujuan mendukung tercapainya delapan dimensi profil lulusan secara nyata dan kontekstual melalui pengalaman belajar yang bermakna. Delapan dimensi profil lulusan merupakan hasil dari capaian pengetahuan, keterampilan, dan karakter. PERENCANAAN KOKURIKULER

KEGIATAN KOKURIKULER Sebuah kegiatan dapat dikembangkan sebagai bagian dari kokurikuler jika bertujuan untuk memperkuat delapan dimensi profil lulusan, menunjang kegiatan intrakurikuler baik secara langsung maupun tidak langsung, serta memberi pengalaman belajar yang bermakna dan kontekstual bagi murid. Dalam konteks ini, kokurikuler dapat dilaksanakan dalam tiga cara, yaitu: pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu; Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH); dan/atau cara lainnya. Cara lainnya mengacu pada kurikulum satuan pendidikan dan/atau kebijakan pemerintah.

KRITERIA KEGIATAN KOKURIKULER Memiliki tujuan untuk memperkuat satu atau lebih dari delapan dimensi profil lulusan. Mengembangkan tema sebagai muatan pembelajaran yang relevan dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. Mengelola alokasi waktu secara fleksibel mengacu pada struktur kurikulum yang berlaku. Mengembangkan rangkaian kegiatan secara terencana (memuat tujuan, langkah langkah pelaksanaan, dan asesmen).

TAHAPAN KERJA MERENCANAKAN KOKURIKULER Penentuan Tim Kerja Kokurikuler Analisis Satuan Pendidikan Membuat perencanaan berdasarkan hasil analisis Pembelajaran kolaborasi lintas disiplin ilmu Gerakan 7 KAIH Cara lainnya

TIM KERJA PERAN Kepala Satuan Pendidikan Memimpin penyusunan kesepakatan dan regulasi pendukung; Menentukan koordinator kokurikuler; Memimpin implementasi kegiatan kokurikuler dengan menjadi penanggung jawab; Memimpin analisis kebutuhan untuk menentukan dimensi profil lulusan yang akan dikuatkan bersama koordinator dan guru kelas/ mata pelajaran; Memimpin upaya keterlibatan semua pihak dan membangun jejaring kemitraan untuk keperluan kegiatan kokurikuler TIM KERJA KOKURIKULER

TIM KERJA PERAN Koordinator Pembelajaran Berbasis Projek (Koordinator Kokurikuler) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam mengelola kegiatan kokurikuler di satuan pendidikan; membuka pintu kolaborasi dengan narasumber untuk memperkaya materi (masyarakat, komunitas, universitas, praktisi); mengomunikasikan pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, dan kebijakan pendidikan nasional kepada lingkungan satuan pendidikan, orang tua murid, dan mitra (narasumber dan organisasi terkait); mengelola sistem pelaksanaan kegiatan kokurikuler yang dibutuhkan guru dan murid; memastikan kolaborasi pembelajaran terjadi di antara para guru yang tergabung di dalam tim sebagai aktivator, kolaborator, dan pengembang budaya belajar; memastikan kokurikuler memiliki aktivitas yang kaya dan beragam untuk mengoptimalkan prinsip eksploratif; dan memastikan rancangan kokurikuler dan asesmen yang dilakukan sesuai dengan kriteria kesuksesan yang sudah ditetapkan 01. TIM KERJA KOKURIKULER

TIM KERJA PERAN Guru Mata Pelajaran/ Guru Kelas sebagai fasilitator kokurikuler Bersama- sama koordinator menyusun perencanaan dan melaksanakan kegiatan kokurikuler; Menjadi aktivator, kolaborator, dan pengembang budaya belajari murid dalam kegiatan kokurikuler; Melakukan asesmen kokurikuler Tenaga Kependidikan Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung Warga satuan pendidikan lainnya Sebagai mitra dan ikut menjaga ekosistem yang kondusif TIM KERJA KOKURIKULER

02. ANALISIS SATUAN PENDIDIKAN Kesesuaian dengan kurikulum satuan Pendidikan Minat dan bakat murid serta capaian pembelajaran yang belum optimal dicapai dalam kegiatan intrakurikuler, sehingga dapat dioptimalkan pencapaiannya melalui kegiatan kokurikuler. Sumber daya yang dimiliki atau dapat diakses oleh satuan pendidikan. Sumber daya fisik (ruang kelas, lapangan, ruang pertemuan, laboratorium, dan lainnya) Sumber daya manusia (keahlian khusus yang dimiliki guru, orang tua, alumni, dan mitra belajar lainnya yang dapat dimanfaatkan) Sumber daya finansial (mempertimbangkan kondisi finansial satuan pendidikan dan kondisi sosial ekonomi keluarga murid) Sumber daya lingkungan (memanfaatkan fasilitas dan daya dukung lingkungan f isik dan non fisik di sekitar satuan pendidikan seperti museum, sanggar, hutan kota, sawah, kebun perangkat desa, instansi pemerintah, dan lainnya) Kondisi kontekstual dan karakteristik sosial yang terkait dengan kehidupan keseharian murid.

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Dimensi profil lulusan yang akan dipilih dalam kegiatan kokurikuler Contoh: Hasil analisis menunjukkan tingkat pemakaian gawai murid semakin meningkat. Kadang hal ini memicu penyebaran informasi yang belum sesuai dengan usia murid. Dengan kondisi ini, dimensi yang sebaiknya dibangun adalah penalaran kritis. Murid diharapkan dapat menyaring dan memilah informasi dari internet. Data menunjukkan semakin banyak orangtua murid yang berprofesi sebagai wiraswasta dan mayoritas berada di bidang UMKM dan pariwisata. Pemerintah Daerah juga berencana membuka beberapa area wisata baru dalam waktu dekat. Kondisi ini dapat kreativitas dan kolaborasi dimanfaatkan untuk membangun dimensi murid.

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Tema dalam kegiatan kokurikuler Tema berfungsi mengaitkan kegiatan kokurikuler sesuai dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. Referensi tema sebagai inspirasi: Generasi sehat dan bugar Peduli dan berbagi Aku cinta Indonesia Hidup hemat dan produktif Berkarya untuk sesama dan bangsa Gaya hidup berkelanjutan tema- tema lainnya.

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Bentuk kegiatan kokurikuler Kegiatan kokurikuler melalui pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu Contohnya satuan pendidikan X mengembangkan tema “Lingkunganku Sehat, Aku Kuat” sebagai upaya pencapaian dimensi kesehatan, penalaran kritis, dan kolaborasi. Tema ini mengajak murid untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar mereka, mengenali masalah kebersihan dan kesehatan, serta merancang kampanye untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Kegiatan ini melibatkan integrasi beberapa mata pelajaran, yakni IPAS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Seni dan Budaya, dengan peran yang saling melengkapi.

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Bentuk kegiatan kokurikuler Kegiatan Kokurikuler melalui Gerakan 7KAIH Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) berbasis kebiasaan dan pembelajaran mendalam yang mengedepankan pembelajaran penuh kesadaran (meaningful learning), bermakna (mindful learning), dan menyenangkan (joyful learning). Kegiatan kokurikuler G7KAIH ini fokus pada pembentukan karakter murid melalui pembangunan pembiasaan positif yang dilakukan secara rutin, konsisten, dan terencana. Ketujuh kebiasaan tersebut meliputi: 1) Bangun pagi; 2) Beribadah; 3) Berolahraga; 4) Makan sehat dan bergizi; 5) Gemar belajar; 6) Bermasyarakat, dan 7) Tidur Cepat.

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Bentuk kegiatan kokurikuler Kegiatan Kokurikuler melalui Gerakan 7KAIH Kegiatan kokurikuler G7KAIH perlu memperhatikan persyaratan, antara lain; tujuan memperkuat minimal satu dari delapan dimensi profil lulusan; memperhatikan paduan antara aktivitas pembiasaan dan pengolahan lanjut hasil catatan harian; dan asesmen boleh dikaitkan dengan satu atau lebih mata pelajaran/muatan pembelajaran yang relevan

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Bentuk kegiatan kokurikuler Kegiatan Kokurikuler melalui Gerakan 7KAIH Tahapan Pengembangan Kegiatan Kokurikuler Gerakan 7KAIH

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Bentuk kegiatan kokurikuler Kegiatan Kokurikuler melalui cara lainnya Bentuk kegiatan kokurikuler dalam kategori cara lainnya berupa kegiatan kokurikuler ciri khas satuan pendidikan berbasis konteks lokal dan kegiatan kegiatan berbasis nilai- nilai satuan pendidikan, dan kegiatan satu disiplin ilmu yang dalam aktivitasnya terjadi kolaborasi beragam keilmuan dan keahlian. Misalnya, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan kelas membatik, belajar permainan tradisional, praktik bertani atau berkebun, sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan lokal sekaligus menanamkan kecintaan terhadap lingkungan dan budaya sendiri.

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Bentuk kegiatan kokurikuler Kegiatan Kokurikuler melalui cara lainnya Tahapan Pengembangan Kegiatan Kokurikuler Cara Lainnya

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang menggambarkan arah, capaian, dan hasil yang diharapkan dari suatu proses belajar yang dijalani murid. Tujuan pembelajaran dalam konteks kokurikuler merupakan gambaran hasil yang diharapkan setelah melaksanakan kokurikuler. Komponen tujuan pembelajaran adalah gabungan antara kompetensi yang ingin dibangun dan konten atau muatan nilai yang ingin ditanamkan. Kompetensi merujuk pada kemampuan murid delapan dimensi profil lulusan. Sementara itu, konten dapat berupa tema proyek, kebiasaan positif, nilai-nilai khas satuan pendidikan, atau isu kontekstual yang menjadi ruang belajar bagi murid

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Tujuan Pembelajaran Sebagai contoh, jika satuan pendidikan menetapkan tema “Lingkunganku Sehat, Aku Kuat” dengan bentuk pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, maka tujuan pembelajaran bisa dirumuskan sebagai: “Murid mampu mengidentifikasi kondisi lingkungan sekitar dan menyampaikan pesan ajakan hidup bersih secara k r e a ti f ” . Dalam rumusan ini, terdapat gabungan antara kompetensi penalaran kritis dan komunikasi dengan konten tentang kesehatan lingkungan dan kepedulian sosial

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Alokasi Waktu Langkah pertama merancang alokasi waktu kegiatan kokurikuler adalah mengidentifikasi jumlah total jam kokurikuler yang dimiliki setiap kelas.

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Alokasi Waktu Alokasi waktu total adalah pelaksanaan kokurikuler dalam satu Tahun Pelajaran. Satuan pendidikan dapat membagi pelaksanaannya menjadi dua semester. Alokasi waktu untuk setiap kegiatan tidak harus sama, sehingga memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk menyusun kegiatan kokurikulernya sendiri.

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Merancang aktivitas Pengembangan aktivitas dalam kegiatan kokurikuler perlu mempertimbangkan pengalaman belajar dalam pembelajaran mendalam, yaitu memahami, mengaplikasi, dan merefleksi. Ketiga pengalaman belajar tersebut diupayakan ada dalam rangkaian kegiatan kokurikuler. Sebagai satu rangkaian, kegiatan kokurikuler juga perlu dirancang beralur. Satuan pendidikan dapat menetapkan secara mandiri jumlah dan apa saja aktivitas yang akan dilakukan pada setiap tahapan, sesuai alokasi waktu yang disepakati.

JENIS AKTIVITAS Aktivitas yang bersifat praktikal Kegiatan berkebun, bertukang, mengolah bahan pangan, membuat model/maket/instalasi, berniaga, kegiatan olah fisik, dan masih banyak lagi. Aktivitas keagamaan Kegiatan kokurikuler murid beragama Islam adalah dengan terlibat di kegiatan penyembelihan hewan Qurban di lingkungan sekitar rumahnya. Pengalaman tersebut lalu disajikan dalam suatu bentuk khusus yang dapat dibagikan dengan teman sekelas. Kunjungan/peman faatan fasilitas umum Ada banyak fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang belajar dalam kegiatan kokurikuler, misalnya cagar budaya, museum, perpustakaan daerah, kantor pemerintahan, tempat ibadah, pasar, sanggar budaya, dan sebagainya. Menggunakan transportasi umum seperti angkutan kota atau kereta menuju ke sebuah lokasi juga bisa menjadi media kegiatan kokurikuler. CONTOH AKTIVITAS PEMBELAJARAN KOKURIKULER

JENIS AKTIVITAS Aktivitas penelitian yang melibatkan pengumpulan dan penyajian data Pengumpulan data dapat terkait diri sendiri, orang lain, atau hal lain yang diamati. Pengumpulan data diri terkait pembiasaan, perkembangan emosi dan kesadaran berpikir, misalnya menggunakan jurnal ibadah, jurnal olahraga, catatan perkembangan pemikiran, jdan sebagainya. Pengumpulan data yang melibatkan orang lain dapat dilakukan melalui kegiatan wawancara, observasi, dan metode lain. Kegiatan pencatatan dan penyajian data dapat dilakukan lewat presentasi, pembuatan infografis, video blog, dan bentuk- bentuk lain sesuai rancangan kokulikuler. Aktivitas penelitian berbasis riset dan studi literatur Bentuk kegiatannya antara lain mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti buku referensi, situs, video, infografis, atau sumber lain. Informasi yang didapat lalu didiskusikan, dianalisis, dan disajikan dalam berbagai bentuk sesuai kapasitas dan sumber daya satuan pendidikan. CONTOH AKTIVITAS PEMBELAJARAN KOKURIKULER

JENIS AKTIVITAS Aktivitas yang bersifat advokasi Misalnya kampanye, sosialisasi, penyuluhan, talkshow, penyampaian aspirasi kepada pejabat pemerintah, dan bentuk- bentuk kegiatan lain. Materi yang digunakan dalam aktivitas advokasi menyangkut isu- isu penting yang seharusnya menjadi perilaku masyarakat seperti hemat energi, bahaya rokok, menanam tanaman untuk ketahanan pangan Pelibatan narasumber Sebagai salah satu unsur dalam catur pendidikan, satuan pendidikan didorong untuk melibatkan masyarakat. Salah satunya dengan cara menjadi narasumber untuk berbagi pengetahuan/keterampilan terapan yang dikuasai. Misalnya melakukan wawancara dengan tokoh adat setempat, pelaku UMKM, orangtua murid yang memiliki beragam pekerjaan, dan sebagainya CONTOH AKTIVITAS PEMBELAJARAN KOKURIKULER

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Merancang asesmen Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari kegiatan kokurikuler. Melalui asesmen, guru dan murid bersama- sama merefleksikan tujuan pembelajaran yang telah dijalani, khususnya berkenaan dengan pencapaian delapan dimensi profil lulusan. Asesmen dari kegiatan kokurikuler dilaporkan dalam kolom tersendiri pada rapor hasil belajar. Bentuk pelaporan secara umum, tidak selalu harus mengacu pada Capaian Pembelajaran dari suatu mata pelajaran Asesmen formatif dilakukan selama proses kegiatan berlangsung. Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik yang bersifat membangun, membantu murid merefleksikan pembelajarannya, dan memberikan informasi bagi guru untuk menyesuaikan strategi pembelajaran. Contoh bentuk asesmen formatif diantaranya jurnal refleksi harian murid, observasi keterlibatan murid, tanya- jawab terbuka, umpan balik teman sebaya, penilaian diri, dan bentuk lainnya Asesmen sumatif dilakukan pada akhir kegiatan kokurikuler untuk melihat sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Asesmen ini mencakup hasil akhir yang dihasilkan murid, baik berupa karya, aksi, maupun presentasi. Contoh bentuk asesmen sumatif dengan teknik penilaian kinerja berupa poster kampanye yang dibuat murid dalam proyek kolaboratif, presentasi akhir proyek kokurikuler, laporan pengamatan atau refleksi tertulis, produk berbasis kebudayaan lokal (dalam bentuk karya seni, video, atau pertunjukan), lembar penilaian kebiasaan (dalam G7KAIH) berdasarkan catatan harian, dan bentuk penilaian lainnya.

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Merancang asesmen Hal yang perlu diperhatikan ketika menyusun asesmen kokurikuler diantaranya: Mengacu pada alur perkembangan Delapan Dimensi Profil Lulusan. Asesmen harus dirancang untuk menilai ketercapaian dimensi profil lulusan secara ringkas. Fleksibel dan Kontekstual. Asesmen sebaiknya cukup fleksibel untuk disesuaikan dengan konteks kegiatan, bentuk kokurikuler (pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, G7KAIH, atau cara lainnya), serta karakteristik murid dan satuan pendidikan. Asesmen formatif dan sumatif dalam kokurikuler dapat diintegrasikan dalam asesmen intrakurikuler jika diperlukan, dengan tetap memasukkan deskripsi kokurikuler di kolom rapor. Deskripsi di rapor didasarkan pada asesmen formatif dan sumati

03. MEMBUAT PERENCANAAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS Format Program Kokurikuler No. Kelas Fokus Dimensi Profil Lulusan Tema Jenis Kokurikuler Bentuk Kegiatan Mata Pelajaran Terkait Alokasi Waktu

04. PEMBELAJARAN KOLABORASI LINTAS DISIPLIN ILMU Pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu dapat dilaksanakan baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler. Dalam konteks intrakurikuler, pembelajaran lintas disiplin ilmu bersifat opsional dan berorientasi pada pencapaian CP (Capaian Pembelajaran) sesuai mata pelajaran yang terlibat. Sementara itu, dalam kegiatan kokurikuler, pembelajaran lintas disiplin ilmu difokuskan pada pendalaman, penguatan, dan pengayaan pembelajaran kegiatan intrakurikuler dalam rangka memperkuat delapan dimensi profil lulusan.

04. PEMBELAJARAN KOLABORASI LINTAS DISIPLIN ILMU

05. GERAKAN 7 KAIH Gerakan 7KAIH diyakini sebagai salah satu upaya dalam pencapaian delapan dimensi profil lulusan karena gerakan ini melibatkan catur pusat pendidikan dengan satuan pendidikan sebagai penggerak. Gerakan 7KAIH akan lebih efektif jika dilaksanakan dalam desain kokurikuler, yakni terdapat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Satuan pendidikan dapat secara fleksibel menentukan tema dan memilih satu atau lebih kebiasaan dalam 7KAIH sesuai kebutuhan.

06. CARA LAINNYA Kegiatan kokurikuler ciri khas satuan pendidikan berbasis konteks lokal Sebuah satuan pendidikan terletak di daerah pengrajin batik, maka satuan pendidikan tersebut dapat mengalokasikan jam pelajaran Kegiatan kokurikuler ciri khas satuan pendidikan berbasis konteks lokal. Materi pembelajaran membatik meliputi pengenalan batik, motif batik, proses membuat batik. Kegiatan pembelajaran difokuskan pada praktik membatik sehingga murid memiliki keterampilan membatik. Sebuah satuan pendidikan terletak di daerah pariwisata, maka satuan pendidikan tersebut dapat mengalokasikan jam pelajaran kokurikuler. Materi pembelajaran pariwisata mencakup pengenalan industri pariwisata, pengelolaan dan inovasi pariwisata

06. CARA LAINNYA Kegiatan kokurikuler melalui nilai-nilai satuan pendidikan Sebuah satuan pendidikan mengusung nilai seni budaya sebagai keunggulan satuan pendidikan. Untuk memperkuat mata pelajaran seni budaya maka dilakukan kegiatan kokurikuler berupa pentas seni atau pagelaran seni. Kegiatan pentas seni sebagai wadah praktik bagi murid menerapkan teori yang telah dipelajari sekaligus menunjukkan keahlian yang telah diperoleh murid dari mata pelajaran seni budaya. Dalam hal ini terdapat kegiatan dari monodisiplin seni budaya namun juga terjadi kolaborasi berbagai keilmuan dan keahlian

06. CARA LAINNYA Kegiatan kokurikuler melalui satu disiplin ilmu yang aktivitasnya terjadi kolaborasi keilmuan dan keahlian. Sebuah satuan pendidikan memiliki keunggulan dalam bidang kepemimpinan, maka satuan pendidikan tersebut dapat membuat kegiatan kokurikuler berupa latihan kepemimpinan. Kegiatan latihan kepemimpinan dapat dilakukan di lingkungan satuan pendidikan untuk menekan biaya. Materi yang diajarkan selama latihan diimplementasikan oleh murid secara terus menerus dan dilakukan monitoring serta asesmen. Sebuah satuan pendidikan berbasis keagamaan, misalnya PAUD, SD, SMP, SMA Islam, maka satuan pendidikan dapat membuat kegiatan berupa mengaji yang dilakukan secara rutin setiap satu minggu sekali

B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER

PENGEMBANGAN EKSTRAKURIKULER Visi Ekstrakurikuler pada Satuan Pendidikan adalah berkembangnya potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, dan kemandirian Peserta Didik secara optimal melalui kegiatan- kegiatan di luar Intrakurikuler. Misi Ekstrakurikuler pada Satuan Pendidikan sebagai berikut: menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih dan diikuti sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat Peserta Didik; dan menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang memberikan kesempatan kepada Peserta Didik untuk dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri secara optimal melalui kegiatan mandiri dan/atau berkelompok.

FUNGSI DAN TUJUAN Fungsi Ekstrakurikuler pada Satuan Pendidikan sebagai berikut. Fungsi pengembangan, yakni bahwa Ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung perkembangan Peserta Didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi dan bakat, serta pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan. Fungsi sosial, yakni bahwa Ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial Peserta Didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada Peserta Didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktik keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral serta nilai sosial. Fungsi rekreatif, yakni bahwa Ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana rileks dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan Peserta Didik. Ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi Peserta Didik. Fungsi persiapan karier, yakni bahwa Ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir Peserta Didik melalui pengembangan kapasitas.

FUNGSI DAN TUJUAN Tujuan pelaksanaan Ekstrakurikuler pada Satuan Pendidikan sebagai berikut. Ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor Peserta Didik. Ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat, minat, dan potensi serta karakter Peserta Didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju manusia seutuhnya.

JENIS DAN FORMAT KEGIATAN Jenis Ekstrakurikuler sebagai berikut: krida, misalnya: Kepramukaan atau Kepanduan lainnya, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan lainnya; karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya; latihan olah- bakat atau latihan olah- minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya; keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis Al-Quran, retret, Sekolah Injil Liburan, Pendalaman Alkitab; atau bentuk kegiatan lainnya.

JENIS DAN FORMAT KEGIATAN Ekstrakurikuler dapat diselenggarakan dalam berbagai format sebagai berikut. Individual, yakni Ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh Peserta Didik secara perorangan. Kelompok, yakni Ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh kelompok- kelompok Peserta Didik. Klasikal, yakni Ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh Peserta Didik dalam 1 (satu) rombongan belajar. Gabungan, yakni Ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh Peserta Didik antar rombongan belajar. Lapangan, yakni Ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh seorang atau sejumlah Peserta Didik melalui kegiatan di luar sekolah atau kegiatan lapangan.

PRINSIP PENGEMBANGAN Ekstrakurikuler pada Satuan Pendidikan dikembangkan dengan prinsip sebagai berikut. Bersifat individual, yakni bahwa Ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan potensi, bakat, dan minat Peserta Didik masing masing. Bersifat pilihan, yakni bahwa Ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan minat dan diikuti oleh Peserta Didik secara sukarela. Keterlibatan aktif, yakni bahwa Ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan Peserta Didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing. Menyenangkan, yakni bahwa Ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi Peserta Didik. Membangun etos kerja, yakni bahwa Ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan dengan prinsip membangun semangat Peserta Didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik dan giat. Kemanfaatan sosial, yakni bahwa Ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan dengan memperhatikan dampak positifnya bagi masyarakat.

TAHAPAN PENGEMBANGAN Pengembangan Ekstrakurikuler di Satuan Pendidikan dapat dilakukan melalui tahapan: analisis sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan Ekstrakurikuler; identifikasi kebutuhan, potensi, bakat, dan minat Peserta Didik; menetapkan bentuk kegiatan yang diselenggarakan, kompetensi, muatan pembelajaran, beban belajar, dan indikator ketercapaiannya; mengupayakan sumber daya sesuai pilihan Peserta Didik atau menyalurkannya ke Satuan Pendidikan atau lembaga lainnya; dan menyusun Program Ekstrakurikuler.

TAHAPAN PENGEMBANGAN Sistematika Program Ekstrakurikuler paling sedikit memuat: rasional dan tujuan umum; deskripsi setiap Ekstrakurikuler; pengelolaan; pendanaan; dan evaluasi.

TERIMA KASIH
Tags