Modul Penggunaan Lighting Kelas Sinematografi

AdePutraTunggali 26 views 21 slides Feb 24, 2025
Slide 1
Slide 1 of 21
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21

About This Presentation

Modul Penggunaan Lighting Kelas Sinematografi Program Studi Ilmu Komunikasi UNISA Yogyakarta. Original Author by Hari Akbar Sugiantoro


Slide Content

MODUL LIGHTING

A. PENGERTIAN
Lighting atau pencahayaan dalam dunia film merupakan seni dalam mengolah
cahaya untuk menciptakan gambar yang indah dan berkesan. Pengetahuan teknis
mengenai film, storytelling melalui pencahayaan, instrumen cahaya, serta pemahaman
tentang exposure, teori warna, dan optik sangat penting dalam seni pencahayaan ini.
Cahaya yang baik sangat diperlukan dalam pembuatan gambar yang berkualitas,
bahkan meski menggunakan kamera yang paling canggih sekalipun. Pencahayaan dalam
film tidak hanya terbatas pada teknik 3-point lighting saja, tetapi juga mempengaruhi
drama, kedalaman, atmosfer, mood, dan keseluruhan tampilan film.
Dalam seni pencahayaan, terdapat dua konsep utama, yaitu Naturalism dan
Pictorialism. Naturalism mengikuti logika posisi sumber cahaya dalam suatu adegan,
sedangkan Picturialism lebih menekankan pada keindahan seni pencahayaan dan tidak
selalu mengikuti kelogisan dari sumber cahaya yang ada.
Naturalism Mengikuti posisi logis sumber cahaya didalam sebuah scene Contoh:
ketika dua orang didalam sebuah scene exterior siang hari mendapat paparan langsung
dari cahaya matahari dan yang membelakanginya (backlight)
Picturialism Kebalikan dari Naturalism, Pictorialism lebih menonjolkan seni
dalam pencahayaan dan tidak sesuai dengan kelogisan dari sumber cahaya yang ada.
Penata cahaya dalam produksi film perlu memperhatikan banyak hal, seperti
jatuhnya cahaya dan pantulan cahaya, jenis warna cahaya, highlight, kontras, bayangan,
strategi dalam penempatan lampu, dan lain-lain. Semua faktor ini berpengaruh pada
kesan dan kelogisan pencahayaan dalam gambar yang dihasilkan.

B. 2 FUNGSI LIGHTING
1. Lighting untuk menerangi exposure
Lighting membantu penggunaan dan penyeimbang exposure sehingga hasil yang
dihasilkan kamera tidak akan terlalu gelap maupun terlalu terang dan
meminimalisir adanya noise dari hasil rekaman.
2. Lighting sebagai penunjang cerita
Lighting akan menambah rasa, melengkapi kebutuhan mood and look dalam film
dan akan mendukung suasana film tersebut.

C. JOBDESK DAN PERAN
Departemen Lighting memiliki peran yang sangat penting dalam produksi film.
Tanpa pengaturan cahaya yang tepat, visualisasi gambar yang diinginkan oleh sutradara
tidak akan tercapai. Lighting crew harus memiliki pengetahuan teknis dan kreativitas
yang tinggi untuk menciptakan look dan feel yang diinginkan. Selain itu, mereka juga
harus memperhatikan aspek kesehatan dan keamanan dalam penggunaan peralatan listrik
yang seringkali menjadi bagian dari Departemen Lighting. Secara garis besar
Departemen Lighting memegang peran penting dalam membantu menciptakan sebuah
film yang sukses dan memukau.
1. Gaffer
Gaffer adalah pemimpin Departemen Lighting dalam produksi film yang
bertanggung jawab untuk memasang dan mengatur cahaya agar sesuai dengan
desain lighting yang diinginkan. Gaffer berkoordinasi dengan DoP untuk
memvisualisasikan cahaya dalam frame agar sesuai dengan mood dan look film.
Selain itu, Gaffer juga bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan baik alat maupun kru. Departemen Lighting berhubungan dengan
urusan elektrik, sehingga perhatian terhadap keamanan dan SOP sangat penting
dalam setiap kegiatan departemen. Seorang Gaffer juga harus mampu memilih
peralatan lighting yang tepat sesuai dengan budget serta bertanggung jawab dalam
perencanaan, persiapan, dan instalasi peralatan lighting.
Untuk menjadi seorang Gaffer, dibutuhkan kreativitas, imajinasi, dan pengetahuan
teknis yang luas dalam bidang lighting. Selain itu, kemampuan dalam memecahkan
masalah, komunikasi yang baik, dan kepemimpinan yang efektif juga sangat
diperlukan.
2. Best Boy
Best Boy adalah asisten dari Gaffer yang bertanggung jawab dalam koordinasi
dengan Lightingman serta memastikan alat-alat lighting siap digunakan sebelum
produksi dimulai. Selain itu, Best Boy juga memiliki tanggungjawab dalam
berkoordinasi dengan 1st Assistant Director, Special Effect Director, dan Art
Director, serta membantu Gaffer dalam mengkoordinasikan Lighting Crew.
Dalam hal skill, Best Boy harus memiliki pengetahuan teknis yang baik tentang
Departemen Lighting, serta dapat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik

dengan departemen lain. Selain itu, Best Boy juga harus selalu memperhatikan
keselamatan dan keamanan baik untuk alat maupun kru, dan memiliki kemampuan
untuk mengetahui jenis-jenis peralatan lighting dan melakukan maintenance alat
selama produksi.
3. Lightingman
Lightingman atau operator pencahayaan adalah orang yang bekerja di bawah
pimpinan Gaffer dalam bidang teknis untuk memasang peralatan pencahayaan.
Tanggung jawab dari Lightingman adalah untuk memastikan peralatan
pencahayaan terjaga dengan baik, mengatur dan memasang peralatan pencahayaan
sesuai dengan instruksi dari Gaffer atau Best Boy.
Lightingman harus memiliki pengetahuan tentang kelistrikan, mengetahui fungsi
dan kegunaan dari berbagai jenis lampu dan peralatan pencahayaan. Selain itu,
Lightingman juga harus dapat berkomunikasi dengan baik dan sangat detail dalam
menjalankan tugasnya.
4. Genny Operator/Electrical
Electrical adalah orang yang bertanggungjawab atas sumber listrik dan manajemen
listrik selama produksi. Adapun istilah lain yang sering dipakai dalam produksi
film ada Genny Operator.
Seorang Genny Operator bertanggung jawab atas maintenance dan pengoperasian
generator yang dibutuhkan dalam produksi untuk mensuplai listrik untuk lampu
dengan kebutuhan daya tinggi.
Tanggung jawab Genny Operator meliputi memuat generator dan
menempatkannya di lokasi yang tepat, serta memastikan generator berfungsi
dengan baik selama produksi.
Skill yang dibutuhkan oleh seorang Genny Operator meliputi pemahaman tentang
kelistrikan dan mesin diesel, serta kemampuan problem solving yang baik. Genny
Operator juga harus mematuhi prosedur operasi standar untuk menjaga keamanan
dan kesehatan alat dan kru.
5. Support/Runner
Support/Runner bertanggungjawab untung membantu mempersiapkan peralatan
lighting yang akan digunakan. Banyaknya gear dari departemen lighting serta
perubahan situasi yang tak tertebak selama produksi, membuat runner harus siap
cekatan dalam mempersiapkan alat apa yang dibutuhkan dalam set dan
memberikannya kepada Lighting crew.

Meski terlihat sepele, Runner harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai
alat-alat lighting dan tahu fungsi dan kegunaan setiap alatnya. Runner juga harus
paham kebutuhan saat produksi dan mampu membaca situasi dengan baik.
6. Grip
Grip team bertugas untuk mengoperasikan alat-alat dengan kebutuhan tertentu
untuk mewujudkan shot-shot yang tidak mungkin dilakukan dengan cara biasa.
Penggunaan Grip ini bertujuan untuk mewujudkan shot yang sesuai dengan
keinginan serta demi menjaga alat-alat tetap aman dan safety sesuai SOP.

D. TAHAPAN
1. Pra Produksi
a. Membedah naskah per-scene bersama sutradara
a. Berdiskusi tentang mood dan look film yang ingin dibuat
a. Berdiskusi dengan departemen lainnya terkait pencahayaan dalam film
a. Menentukan alat yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan
a. Membuat list kebutuhan dan budgeting
a. Melakukan survei lokasi
a. Memantau lokasi sebelum produksi untuk cek landscape, akses fasilitas,
kelistrikan, dll
a. Membuat floorplan
a. Mengecek segala lighting equipment sebelum produksi berlangsung
b. Melakukan Pre Light atau Test Light
2. Produksi
a. Manajemen segala pencahayaan dalam film
a. Melakukan setting dan instalasi lighting sesuai dengan floorplan
b. Melakukan koordinasi dengan departemen lain terkait pencahayaan dalam
gambar,
c. Melakukan preview hasil shot setiap pengambilan gambar, serta setelah
produksi
d. Memastikan gambar dalam frame sesuai dengan mood dan look yang
diinginkan sutradara.
3. Post Produksi
a. Preview footage film bersama sutradara,
b. Memastikan alat yang dipakai saat produksi tidak mengalami kerusakan,

c. Mengembalikan segala alat ke rental equipment.

E. THREE-POINT LIGHTING
3-Point Lighting merupakan basic dari segala teknik pencahayaan dalam film.
Cahaya dari 3 arah ini membentuk subjek dan membedakan subjek dengan background.
Biasanya arah 3-Point Lighting adalah dari depan, belakang, dan samping (kanan atau
kiri).

1. Key Light
Key light adalah sumber cahaya utama di dalam bingkai gambar. Secara singkat,
key light adalah sumber cahaya yang paling terang di dalam bingkai gambar.
Ketika melakukan pencahayaan, key light adalah sumber cahaya pertama yang
harus dipasang.
Meskipun demikian, key light tidak harus ditempatkan di depan subjek. Key light
bisa ditempatkan di mana saja, baik di samping maupun di belakang subjek untuk
menciptakan efek suasana yang lebih gelap. Namun, perlu diingat bahwa key light
sebaiknya tidak ditempatkan terlalu dekat dengan kamera karena akan
menghasilkan efek cahaya yang datar dan subjek tidak akan memiliki dimensi
cahaya yang baik.
2. Fill Light

Fill light berfungsi untuk mengatur kontras dalam sebuah frame dengan menerangi
area bayangan yang tercipta oleh key light, sehingga dapat menciptakan dimensi
dan detail pada subjek yang difoto atau difilmkan. Selain itu fill light juga berfungsi
untuk mengatur intensitas bayangan yang diinginkan. Umumnya, fill light
diletakkan di sisi samping subjek dan berlawanan arah dengan key light.



3. Back Light
Back light digunakan untuk memisahkan subjek dengan background. Back light
menambah 3 dimensi dari subjek dalam frame. Back Light memiliki beberapa
jenis turunan lagi seperti rim light dan kicker light.

F. LIGHTING STYLE
High-Key adalah gaya pencahayaan yang mengurangi perbedaan antara bagian
terang dan gelap dalam sebuah scene, dan lebih menonjolkan highlight. Gaya
pencahayaan ini sering digunakan untuk menciptakan nuansa cerah, bahagia, atau bahkan
supernatural dalam film, televisi, atau fotografi.
Low-Key, di sisi lain, adalah gaya pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya
yang keras dan tajam untuk menciptakan bayangan yang kontras dan menonjolkan
perbedaan antara bagian terang dan gelap dalam sebuah scene. Gaya pencahayaan ini
sering digunakan untuk menciptakan nuansa misterius, dramatis, atau menakutkan dalam
film, televisi, atau fotografi.
Selain itu juga terdapat beberapa gaya pencahayaan lainnya dalam film, yakni:
1. Chiaroscuro Lighting
Metode untuk menerapkan nilai pada karya seni 2D untuk menjadi ilusi
bentuk 3D. Chiaroscuro akan membuat perbedaan yang kontras antara
shadow dan highlight.

2. Notan Lighting
Penggunaan cahaya dan bayangan untuk menerjemahkan sosok (shape) dan
bentuk (form) gambar dipermukaan layer

3. Cameo Lighting
Memberikan penerangan dengan seberkas cahaya kepada subjek dengan latar
belakang yang relatif lebih gelap. Efeknya akan memberikan fokus perhatian
kepada subjek didalam frame
4. Silhouette Lighting
Menggelapkan subjek dan cahaya area dibelakangnya tetap terlihat
5. Graduated Tonality
Diantara Chiaroscuro dan Notan. Kecerahan dari pencahayaan diatur
bertahap pada bagian highlight dan shadow

G. LIGHTING ASPECT
Ketika menentukan lighting dalam sebuah frame, setidaknya ada 5 faktor yang
mempengaruhi cahaya yang dihasilkan, yaitu position, brightness, quality, shape dan
color.
1. Posisi cahaya (Light Position) merupakan faktor penting dalam menentukan
pencahayaan dalam sebuah frame. Posisi cahaya meliputi panjang, arah, dan sudut
dari bayangan yang dihasilkan pada subjek. Menempatkan cahaya dekat dengan
kamera akan menghasilkan pencahayaan yang datar atau flat, yang dapat
membatasi kreativitas dan menghasilkan emosi yang netral pada sebuah adegan.
Namun, memindahkan sumber cahaya ke samping dan menjauhkan sedikit dari

subjek dapat menciptakan efek yang lebih dramatis dan emosional. Saat
menggunakan satu sumber cahaya dan ditempatkan pada sudut 90 derajat dari
kamera, hal ini dapat menciptakan tampilan dramatis. Sementara itu, jika sumber
cahaya ditempatkan di belakang subjek, hal ini dapat menciptakan siluet yang
dramatis.
2. Brightness atau kecerahan dalam sebuah adegan film sering kali didefinisikan
sebagai high key atau low key. High key mengacu pada pencahayaan yang cerah
dan tinggi, sehingga seluruh adegan tampak terang. Para pembuat film
menggunakan high key untuk menciptakan suasana yang cerah dan gembira.
Sebaliknya, low key menggunakan bayangan atau pencahayaan yang minim untuk
menimbulkan efek dramatis dan tegang.
3. Kualitas cahaya (Light Quality) merujuk pada kekerasan atau kelembutan hasil dari
sumber cahaya. Cahaya yang keras atau hard light memiliki karakter yang tajam
dengan bayangan yang terlihat jelas. Pembuat film dapat menggunakan hard light
untuk menciptakan efek subjek yang kuat dan intimidasi. Sementara itu, cahaya
yang lembut atau soft light memiliki karakter yang lebih halus dengan bayangan
yang tidak terlalu tajam, sehingga cahaya terlihat lebih merata dan terbuka. Soft
light dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang lebih ramah dan hangat
pada subjek yang diambil.
4. Shape atau bentuk dalam pencahayaan berkaitan dengan cara kita mengarahkan
dan mengatur cahaya. Dalam sebuah adegan, pencahayaan tidak hanya digunakan
untuk menerangi seluruh frame, tetapi juga untuk mengarahkan cahaya ke titik-titik
tertentu sesuai dengan keinginan. Para perancang pencahayaan menggunakan
berbagai alat seperti barn doors, snoots, cookies, dan gobos untuk membentuk dan
mengarahkan cahaya sesuai dengan kebutuhan. Hal ini karena pencahayaan tidak
hanya berkaitan dengan cahaya yang dihasilkan, tetapi juga dengan bayangan yang
tercipta.
5. Warna atau color dalam pencahayaan seringkali diabaikan oleh para pembuat film
pemula. Namun, warna pencahayaan dapat diubah atau direkayasa menggunakan
color gel. Warna pencahayaan berpengaruh dalam menciptakan tampilan dan
suasana dalam sebuah adegan. Misalnya, color gel kuning atau amber dapat
menciptakan suasana hangat seperti matahari terbit di pagi hari, sedangkan warna
merah atau oranye dapat menciptakan suasana senja atau matahari terbenam.
Warna biru dapat menciptakan suasana yang dingin dan dapat digunakan untuk

menciptakan tampilan malam hari. Oleh karena itu, penggunaan warna dalam
pencahayaan sangat penting dalam menciptakan mood dan suasana yang
diinginkan dalam sebuah adegan.
6. Pencahayaan langsung atau direct lighting adalah jenis pencahayaan di mana
cahaya langsung diarahkan ke objek, biasanya menggunakan spotlight atau lampu
langsung. Jenis pencahayaan ini termasuk dalam kualitas cahaya yang "hard"
karena menghasilkan bayangan yang tajam. Sementara itu, pencahayaan tidak
langsung atau indirect lighting adalah jenis pencahayaan di mana cahaya tidak
langsung diarahkan ke objek, melainkan diberikan melalui filter atau reflektor.
Jenis pencahayaan ini termasuk dalam kualitas cahaya yang "soft" karena
menghasilkan bayangan yang lebih halus dan tidak tajam.

H. LIGHTING RATIO

I. COLOR TEMPERATURE
Color temperature mengacu pada suhu warna yang dihasilkan oleh sumber cahaya,
dan diukur dalam satuan kelvin. Suhu warna tersebut dapat menciptakan tampilan warna
yang hangat (kuning/oranye) atau dingin (biru). Color temperature dapat mempengaruhi
mood dan tone dalam sebuah adegan. Pencahayaan yang baik dalam sebuah adegan
menggunakan campuran warna dingin dan hangat untuk mengatur dan mengontrol
cahaya yang diinginkan dalam menerangi subjek atau objek.

1. 1,700 K: Match flame
2. 1,850 K: Candle flame, sunset/sunrise
3. 2,700–3,300 K: Incandescent lamps
4. 4,100–4,150 K: Moonlight
5. 5,000 K: Horizon daylight
6. 5,500–6,000 K: Vertical daylight
7. 6,500 K: Daylight, overcast
8. 15,000–27,000 K Clear blue poleward

J. SOURCE LIGHT
Sumber cahaya yang digunakan dalam pencahayaan tergantung pada jenis bohlam
lampu yang dipilih. Jenis sumber cahaya tersebut dapat mempengaruhi temperatur warna
yang dihasilkan dan juga dapat mempengaruhi kemampuan cahaya untuk menghasilkan
warna dari sebuah objek, yang dikenal dengan istilah CRI atau Color Rendering Index.
Hal ini penting untuk dipertimbangkan dalam pencahayaan agar hasilnya dapat sesuai
dengan yang diinginkan, terutama dalam membandingkan dengan cahaya alami atau
natural light.
1. Tungsten
Tungsten (Quartz halogen/Tungsten Halogen) adalah jenis bohlam dengan filamen
pijar yang sering digunakan di rumah atau kantor. Cahaya yang dihasilkan oleh
lampu tungsten memiliki suhu yang tinggi, sehingga memiliki temperatur warna
yang tinggi. Lampu tungsten digunakan untuk meniru cahaya matahari karena
menghasilkan cahaya yang hangat. Biasanya lampu tungsten memiliki dimmer

untuk mengatur terang dan redup dari cahaya secara langsung. Cahaya tungsten
menghasilkan spektrum cahaya yang kontinu mulai dari ultraviolet hingga
inframerah, dan membuat penampilan warna yang hampir sempurna. Jika ingin
mengubah warna dari cahaya tungsten, dapat menggunakan color gel.
Kelebihan lampu tungsten meliputi penampilan warna yang hampir sempurna,
biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis lampu lain, tidak menggunakan
merkuri seperti lampu CFL atau uap merkuri, memiliki temperatur warna yang
lebih baik daripada tungsten standar, umur yang lebih lama dibandingkan dengan
lampu pijar konvensional, dapat langsung mencapai kecerahan maksimal, tidak
memerlukan waktu pemanasan, dan dapat diatur redupnya.
Namun, lampu tungsten juga memiliki beberapa kekurangan, seperti suhu yang
dihasilkan sangat panas, kebutuhan daya yang tinggi, dan lampu yang sangat
sensitif terhadap minyak sehingga tidak dapat disentuh.


2. HMI
HMI singkatan dari Hydrargyrum Medium-arc Iodide, adalah jenis lampu yang
memiliki keunggulan dalam menghasilkan output cahaya yang tinggi, yaitu sekitar
85-108 lumens per watt, atau empat kali lebih banyak daripada lampu
konvensional. Lampu HMI bekerja dengan menghasilkan reaksi kimia dari merkuri
dan listrik pada bohlamnya. Lampu HMI didesain untuk dapat memancarkan
cahaya dengan suhu warna 6000K, yang sebanding dengan sinar matahari, dan juga
flicker-free.
Lampu HMI umumnya digunakan saat diperlukan output cahaya yang tinggi, dan
dapat digunakan untuk manipulasi cahaya dari sinar matahari guna menciptakan
efek cahaya tertentu melalui jendela. Selain itu, lampu HMI dapat menerangi area
yang luas secara merata.
Namun, kekurangannya adalah biaya yang tinggi, kebutuhan daya yang tinggi,
kemampuan diredupkan hanya sekitar 50%, serta peningkatan suhu warna ketika
dilakukan pengurangan intensitas cahaya. Lampu HMI juga memiliki risiko bahaya
jika terjadi kerusakan, karena dapat mengeluarkan bahan kimia beracun jika
meledak atau terjatuh.

3. Fluorescent
Fluorescent light adalah jenis lampu yang terdiri dari tabung lampu yang disusun
sesuai kebutuhan. Temperatur warna dari fluorescent light dapat diatur sesuai
dengan preferensi pengguna. Lampu fluorescent umumnya digunakan untuk
menerangi ruang dalam gedung karena bentuknya yang lebih compact dan tidak
menghasilkan panas seperti lampu tungsten atau HMI.
Kelebihan dari lampu fluorescent antara lain efisiensi tinggi, kebutuhan daya yang
rendah, biaya yang terjangkau, umur lampu yang panjang, temperatur warna yang
lebih dingin, mampu memberikan pencahayaan yang lembut di area yang luas, dan
ringan.
Namun, lampu fluorescent juga memiliki beberapa kekurangan, seperti adanya
efek flicker pada pencahayaan, CRI (Color Rendering Index) yang rendah pada
tabung lampu domestik dan penampilan warna yang buruk.
4. LED
Lampu LED atau Light Emitting Diode sangat efisien dibandingkan dengan jenis
sumber cahaya lainnya. Lampu LED mampu menghasilkan cahaya yang setara
dengan cahaya daylight dengan berbagai pilihan temperatur warna. Selain itu, nilai
CRI pada lampu LED dapat mencapai lebih dari 90, sehingga cocok digunakan
dalam produksi film. Kelebihan lainnya, lampu LED dapat dioperasikan dengan
baterai, sehingga lebih portable.
Selain itu, lampu LED mampu memberikan pencahayaan yang merata dan lembut,
tanpa memancarkan sinar ultraviolet. Peredupan pada lampu LED sangat baik dan
dapat dikontrol, serta tahan lama dan ramah lingkungan. Lampu LED juga tidak
mudah rusak akibat guncangan dan tidak berisiko meledak. Namun, kekurangan
dari lampu LED adalah biayanya yang terbilang tinggi, terutama dalam produksi
film.

K. COLOR THEORY
Mengingat asal-usul sinema dalam warna hitam dan putih, tidak mengherankan
jika banyak pembuat film memiliki obsesi dengan warna dalam film. Mulai dari warna
pakaian, set tempat, sumber cahaya, hingga efek atau filter editing dapat medukung
sutradara dalam memainkan ceritanya melalui warna.
Sederhananya, warna dapat mempengaruhi kita secara emosional, psikologis dan
bahkan fisik, seringkali tanpa kita sadari. Warna dalam film dapat membangun harmoni
atau ketegangan dalam sebuah adegan, atau membawa perhatian pada tema-tema utama.
Saat bercerita, warna dapat :
1. Mendapatkan reaksi psikologis dengan penonton
2. Menggambarkan detail film
3. Mengatur nada film
4. Mewakili ciri-ciri karakter
5. Menggambarkan perubahan cerita
Ketika dipilih dengan sengaja, palet warna film yang ditempatkan dengan baik
membangkitkan suasana hati dan mengatur nada untuk film. Tiga komponen utama
warna adalah Hue, Saturation, and Value.

Warna dalam film akan menghasilkan reaksi yang berbeda-beda kepada penonton.
Para filmmaker juga kerap menerjemahkan warna sesuai keinginan mereka. Misal merah
yang digambarkan sebagai kuat, darah, dan adrenaline. Namun disisi lain juga dapat
diinterpretasikan sebagai harapan dan cinta.

Pada akhirnya, norma teori warna harus dipahami oleh pembuat film, tetapi tidak
pernah dilihat sebagai batasan.

Glosarium

A. Moiré adalah sebuah pola yang tidak beraturan yang muncul pada gambar atau foto
karena sensor kamera tidak dapat menangani dengan baik detail objek yang difoto. Moiré
sering terjadi ketika kita memotret objek dengan pola yang rapat dan berulang, seperti
kain atau detail arsitektur dan produk industri. Beberapa tahun yang lalu, masalah ini
tidak terlalu berarti karena hampir setiap kamera digital dilengkapi dengan filter Anti-
Alias (AA) atau optical low pass filter yang cukup efektif.

B. Flickering terjadi ketika frekuensi refresh rate pada suatu perangkat seperti lampu,
monitor, atau televisi tidak sinkron dengan setting framerate pada kamera yang
digunakan saat merekam. Misalnya, jika kita merekam video di Jepang yang
menggunakan standar sinyal kelistrikan 60Hz (NTSC), dan kamera kita menggunakan
standar 50Hz (PAL), maka akan terjadi flickering. Framerate untuk PAL biasanya berada
di antara 23,9fps/24fps/25fps/50fps, sedangkan untuk NTSC berada di antara
29,9fps/30fps/60fps (keduanya merupakan kelipatan dari 2x). Flicker dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu static flicker (flicker diam) dan dynamic flicker (flicker
bergerak). Bahkan, meskipun kita sudah benar dalam mengatur fps dengan refresh rate
lampu, terkadang flicker masih terjadi karena kita menggunakan double fps, sehingga
yang muncul dalam video adalah static flicker (flicker diam/garis horizontal di layar).

C. CRI (Indeks Rendering Warna) adalah sebuah pengukuran untuk mengukur seberapa
akurat sumber cahaya dalam mereproduksi warna yang sebenarnya. Indeks ini
menunjukkan seberapa baik sumber cahaya mampu merefleksikan warna secara akurat.
CRI dinyatakan dalam skala 0-100, di mana matahari memiliki CRI 100 dan dianggap
sebagai patokan standar untuk menilai keakuratan warna. Semakin tinggi CRI, semakin
akurat warna yang dihasilkan oleh sumber cahaya tersebut.

D. Direct dan Indirect. Pencahayaan direct atau langsung adalah jenis pencahayaan yang
mengarahkan sinar lampu atau spotlight langsung ke objek yang ingin diterangi,
termasuk dalam kualitas lampu yang "hard". Sebaliknya, pencahayaan indirect atau tidak
langsung adalah jenis pencahayaan di mana cahaya tidak langsung diberikan pada objek,
melainkan diberikan melalui filter atau reflektor, sehingga menghasilkan kualitas lampu
yang "soft".
E. Luminane dan Prominance, lumincance adalah kecerahan atau intensitas cahaya yang
diukur dalam satuan tertentu. Jadi luminance bisa disebut juga sebagai gelap terang
cahaya karena merujuk pada tingkat kecerahan atau intensitas cahaya yang dapat dilihat
dari suatu objek atau area. Sedangkan, prominance tingkat kejelasan atau keterlihatan
suatu objek atau area lebih terkait dengan persepsi visual dan konteks lingkungan. Jadi
prominance juga bisa dibilang sebagai karakter cahaya karena cahaya yang dihasilkan

dapat mempengaruhi seberapa jelas atau menonjolnya karakteristik cahaya tertentu
dalam suatu adegan atau visual.


Sumber Referensi:
https://pakarkomunikasi.com/komposisi-dalam-sinematografi
https://nofilmschool.com/
Studio Binder : How to Use Color in Film