PANCASILA DAN TERORISME Kelompok 4 - Universitas Merdeka Malang September 2025
Latar Belakang • Indonesia menghadapi ancaman ideologis berupa terorisme yang mengganggu stabilitas sosial, politik, dan ekonomi. • Kasus-kasus besar: Bom Bali (2002), Bom Thamrin (2016), dan serangan di Surabaya (2018) menunjukkan dampak luas terorisme. • Selain serangan fisik, penyebaran paham radikal melalui media sosial mempercepat proses rekrutmen. • Oleh karena itu, pemahaman nilai Pancasila penting sebagai benteng ideologi bangsa untuk menanggulangi terorisme.
Rumusan Masalah 1. Apa pengertian terorisme dan bagaimana perkembangannya di Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya terorisme? 3. Apa saja dampak terorisme terhadap bangsa dan negara? 4. Bagaimana peran Pancasila dalam menangkal dan mengatasi terorisme? 5. Upaya apa saja yang dapat ditempuh pemerintah dan masyarakat untuk pencegahan?
Studi Literatur • Terorisme didefinisikan sebagai penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan luas demi tujuan politik, ideologi, atau agama. • UU No. 5 Tahun 2018 menegaskan bentuk tindak pidana terorisme. • Deradikalisasi mencakup pendidikan nilai kebangsaan, rehabilitasi psikologis, pelatihan keterampilan, dan reintegrasi sosial. • Pancasila dengan lima sila menjadi kerangka normatif yang menolak kekerasan dan mengedepankan persatuan.
Faktor Penyebab Terorisme • Ideologi: penafsiran agama yang sempit, eksklusif, dan menjustifikasi kekerasan. • Politik: ketidakpuasan terhadap pemerintah, konflik daerah, dan instabilitas politik. • Sosial-ekonomi: kemiskinan, pengangguran, serta kesenjangan sosial. • Pendidikan: kurangnya literasi kritis membuat masyarakat rentan terhadap propaganda. • Globalisasi: pengaruh jaringan internasional, dukungan dana, dan propaganda lintas negara.
Dampak Terorisme • Politik: menurunkan kepercayaan publik, melahirkan kebijakan represif, dan mengganggu stabilitas. • Ekonomi: penurunan investasi, sektor pariwisata terpukul, biaya keamanan meningkat. • Sosial: diskriminasi, perpecahan, serta munculnya stigma terhadap kelompok tertentu. • Psikologis: menimbulkan trauma berkepanjangan pada korban dan masyarakat luas. • Pemulihan pasca-teror membutuhkan pendekatan multisektoral, termasuk layanan kesehatan mental.
Pancasila sebagai Benteng Ideologi • Sila 1 (Ketuhanan Yang Maha Esa): agama menolak kekerasan dan mengajarkan kedamaian. • Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab): menghormati martabat manusia, menolak kekerasan. • Sila 3 (Persatuan Indonesia): memperkuat identitas kebangsaan inklusif, melawan perpecahan. • Sila 4 (Kerakyatan...): mengedepankan musyawarah, bukan paksaan. • Sila 5 (Keadilan Sosial...): mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi agar ekstremisme tidak berkembang.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan • Penegakan hukum: Densus 88, UU Terorisme. • Deradikalisasi: rehabilitasi mantan pelaku, reintegrasi sosial. • Pendidikan: penanaman nilai Pancasila dan literasi digital. • Peran masyarakat & tokoh agama: menyebarkan tafsir moderat, dialog antaragama. • Kerja sama internasional: berbagi intelijen, strategi, dan praktik terbaik.
Studi Kasus: Bom Bali 2002 • 12 Oktober 2002, menewaskan >200 orang • Dampak: pariwisata anjlok, kebijakan anti-terorisme • Pemerintah bentuk Densus 88 • Bertentangan dengan sila 2 & 3 Pancasila
Studi Kasus: ISIS & Media Sosial • Propaganda & perekrutan daring sejak 2014 • Platform: Facebook, Telegram, YouTube • Pemerintah: literasi digital & pemblokiran situs • Bertentangan dengan sila 1 & 5 Pancasila
Kesimpulan • Terorisme = ancaman multidimensional • Pancasila = landasan ideologis anti-teror • Respons perlu holistik: hukum, sosial, pendidikan, budaya
Saran • Pemerintah perkuat deradikalisasi & dukungan ekonomi • Pendidikan nilai Pancasila sejak dini • Dialog lintas agama • Media kurangi penyebaran propaganda • Perkuat kerja sama internasional