PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH FASYANNKES.pdf

sulfiahsihidi 0 views 76 slides Oct 13, 2025
Slide 1
Slide 1 of 76
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76

About This Presentation

Pelaksanaan pengelolaan limbah fasyankes


Slide Content

ii

DAFTAR ISI

Daftar Isi .............................................................................................. ii
A. Tentang Modul Ini........................................................................... 1
Deskripsi Singkat ............................................................................ 2
Tujuan Pembelajaran ...................................................................... 3
Materi Pokok ................................................................................... 4
B. Kegiatan Belajar............................................................................. 6
MATERI POKOK 1 Konsep Pengelolaan Limbah Fasyankes ......... 7
MATERI POKOK 2 Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat
Domestik Fasyankes ....................................................................22
MATERI POKOK 3 Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Medis B3
Fasyankes .....................................................................................35
MATERI POKOK 4 Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Cair
Fasyankes .....................................................................................50
MATERI POKOK 5 Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Gas
Fasyankes .....................................................................................64
Daftar Pustaka ..................................................................................73

1





Mata pelatihan ini membahas pelaksanaan pengelolaan jenis-
jenis limbah yang dihasilkan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes),
termasuk limbah padat domestik, limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), limbah cair, serta limbah gas. Pemahaman terhadap
konsep pelaksanaan pengelolaan limbah fasyanke s akan
menghasilkan lingkungan yang sehat dan aman bagi pasien petugas
dan masyarakat yang hadir di Fasyankes.
Oleh karena itu, mata pelatihan ini disusun guna membahas
secara komprehensif mengenai Konsep Pengelolaan Limbah Padat
Fasyankes, pelaksanaan pengelolaan limbah padat domesti k
Fasyankes, pelaksanaan pengelolaan limbah medis B3 Fasyankes,
pelaksanaan pengelolaan limbah cair Fasyankes dan pelaksanaan
pengelolaan limbah gas Fasyankes. Pelatihan ini bertujuan
memberikan pemahaman dan keterampilan dasar bagi tenaga
kesehatan lingkungan dan manajer fasilitas dalam melaksanakan
pengelolaan limbah yang aman, efisien, dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.



A Tentang Modul Ini

2


Fasyankes menghasilkan berbagai jenis limbah yang harus
dikelola secara tepat untuk melindungi kesehatan masyarakat dan
lingkungannya. Pengelolaan limbah di fasyankes meliputi pengelolaan
limbah domestik yang berasal dari aktivitas non-medis (dapur, kantor,
dan area umum), pengelolaan Limbah Medis Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) yang meliputi limbah medis B3 tajam dan non tajam,
pengelolaan Limbah Cair yang berasal dari aktivitas laboratorium,
ruang perawatan, dapur, laundry, dan sanitasi dan pengelolaan Limbah
Gas dan Emisi Udara dari kegiatan pembakaran (seperti insinerator,
jika ada), penggunaan bahan kimia, dan sistem HVAC.
Oleh karena itu, mata pelatihan ini disusun guna membahas
secara komprehensif mengenai jenis-jenis perencanaan limbah,
komponen penting dalam perencanaan pengelolaan limbah, serta
tahapan perencanaan pengelolaan limbah di fasyankes. Pelatihan ini
bertujuan memberikan pemahaman dan keterampilan dasar bagi
tenaga kesehatan lingkungan dan manajer fasilitas dalam menyusun
rencana pengelolaan limbah yang aman, efisien, dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.





DESKRIPSI SINGKAT

3







Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
pelaksanaan pengelolaan limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Fasyankes).

Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Konsep pengelolaan limbah padat domestik
Fasyankes.
2. Menjelaskan pelaksanaan pengelolaan limbah padat Fasyankes.
3. Menjelaskan pelaksanaan pengelolaan limbah medis B3
Fasyankes.
4. Menjelaskan pelaksanaan pengelolaan limbah cair Fasyankes.
5. Menjelaskan pelaksanaan pengelolaan limbah gas Fasyankes.











TUJUAN PEMBELAJARAN

4




Materi Pokok pada mata pelatihan ini adalah :
1. Konsep Pengelolaan Limbah Padat Fasyankes
a. Pengertian Limbah Padat
b. Tujuan Pengelolaan Limbah Padat
c. Sumber Limbah
d. Karakteristik Limbah Padat
e. Label dan Kode Warna
f. Upaya 3R dalam Pengelolaan Limbah Padat
2. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Domestik
Fasyankes.
a. Pemilahan Limbah di Sumber (Organik dan Anorganik)
b. Penyimpanan Limbah Domestik Fasyankes
c. Pengolahan Limbah Organik
• Komposting
• Tong Super
• Magot dengan Black Soldier Fly
d. Pemanfaatan Limbah Anorganik
• Sterilisasi limbah
• Pemanfaatan kembali
3. Pengelolaan Limbah Medis B3 Fasyankes.
a. Pemilahan
b. Pewadahan
c. Pengumpulan
d. Penyimpanan
e. Pengolahan Limbah Medis B3 Fasyankes
MATERI POKOK

5

• Autoclave
• Microwave
• Enkapsulasi
• Inertisasi
• Desinfeksi Kimia
• Insinerasi
4. Pelaksanaan Pengelolaan limbah Cair Fasyankes
a. Tahapan Pengelolaan Limbah Cair
b. Teknologi Pengolahan Limbah Cair di Fasyankes
c. Regulasi Terkait
5. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Gas Fasyankes.
a. Upaya Pengendalian Emisi
b. Regulasi terkait

6

































B Kegiatan Belajar

7




Pendahuluan
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan melalui upaya
penyehatan, pengamanan, dan pengendalian, yang dilakukan
terhadap lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
serta Tempat dan Fasilitas Umum, salah satunya adalah Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Fasyankes).
Fasyankes ini harus memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan untuk mengurangi faktor risiko lingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit dan atau penyebaran penyakit.
Terdapat berbagai jenis limbah yang ada di Fasyankes meliputi limbah
padat domestik, limbah B3, limbah cair dan limbah gas yang dapat
berpotensi menjadi sumber penyakit menular sehingga akan
mengganggu derajat kesehatan.

Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu menjelaskan
konsep pelaksanaan pengelolaan limbah fasyankes.

Sub Materi Pokok
Berikut ini adalah sub materi pokok 1:
a. Pengertian Limbah Padat
b. Tujuan Pengelolaan Limbah Padat
c. Sumber Limbah
d. Karakteristik Limbah Padat
e. Label dan Kode Warna
f. Upaya 3R dalam Pengelolaan Limbah Padat

MATERI POKOK 1
Konsep Pengelolaan Limbah Fasyankes

8

Uraian Materi Pokok 1

Sudah siap kah Anda mempelajari bagaimana Pelaksanaan
Pengelolaan limbah fasyankes ?
Nah…Yuks simak dengan semangat belajar yang tinggi, ya!

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) merupakan tempat
melakukan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat/Daerah, dan masyarakat. Pelayanan di Fasyankes akan
menghasilkan beragam limbah sebagai hasil dari berbagai jenis
pelayanan dari ruang depan sampai pelayanan di ruang ruang
khusus tindakan. Pengetahuan tentang konsep pengelolaan limbah
padat Fasyankes akan meningkatkan strategi yang saat pelaksanaan
limbah padat di Fasyankes.

A. Pengertian Limbah Padat
Dalam menyelenggarakan upaya pelayanan Kesehatan
tersebut, Fasyankes menghasilkan limbah padat medis yang
berpotensi menimbulkan risiko penularan penyakit dan gangguan
kesehatan lainnya serta pencemaran lingkungan hidup. Limbah
ini adalah sisa aktivitas Fasyankes yang dapat mengandung
bahan berbahaya atau beracun karena sifat, konsentrasi, dan
jumlahnya, dapat membahayakan kesehatan lingkungan dan
makhluk hidup sekitar sehingga limbah medis tersebut wajib
diproses sesuai prosedur standar medis.

9



B. Tujuan Pengelolaan Limbah Padat
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan mampu
melakukan pengurangan limbah padat domestik Fasyankes
untuk melindungi kesehatan masyarakat. Secara rinci berikut
tujuan dari Pengelolaah limbah Padat :
1. Perlindungan tersebut antara lain mengurangi dan mencegah
berkembangnya vektor penyakit yaitu, lalat, tikus dan
nyamuk
2. Penjagaan kualtas lingkungan hidup. Hal ini akan berdampak
positif yakni pengurangan pencemaran tanah, air, dan udara
akibat penumpukan dan pembakaran limbah padat yang

10

tidak terkendali. Hal ini akan menjaga dan meningkatkan
estetika dan kenyamanan lingkungan (tidak bau dan kumuh)
3. Mengurangi volume limbah yang masuk ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir). Adanya penerapan prinsip 3 R (Reduce,
Reuse, Recycle) limbah padat yang dibuang dapat
diminimalkan. Hal tersebut akan membawa manfaat
perpanjangan umur operasional TPA dan pengurangan biaya
pengelolaannya.
4. Pemenuhan regulasi dan standar.
Merujuk amanat Undang -undang no 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, pengelolaan limbah padat harus
dilakukan secara sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan.

C. Sumber Limbah Padat
Berdasarkan Keputusan Peraturan Menteri Kesehtatan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit , limbah padat di Rumah
Sakit/Fasyankes diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Limbah Padat Non Medis
Limbah padat yang berasal dari kegiatan Tindakan non
medis atau diluar medis yang bisa berasal dari kegiatan
domestik seperti dari dapur, perkantoran, dan taman.
2. Limbah Padat Medis (atau Limbah Medis B3)
Limbah medis padat merupakan limbah padat yang dapat
dikategorikan menjadi limbah infeksius, limbah benda tajam,
limbah patologi, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
zat kimia, limbah radioaktif, dan limbah plastik.

11


Titik penghasil limbah yang ada di Fasyankes beragam.
Setiap titik penghasil limbah akan mengeluarkan limbah spesifik
sesuai kegiatannya. Untuk memudahkan pengelolaan, maka
dilakukan tahapan pengelolaan limbah padat Non Medis dan
Medis B3 di Fasyankes.
Tabel 1.1 Sumber Limbah Fasyankes dan Jenis Limbah yang dihasilkan
No KATEGORI LIMBAH
KARAKTERISTIK DAN CONTOHNYA
1. Bedah sentral
Bekas perban, kapas, kassa, potongan
tubuh, jarum suntik, sarung tangan, botol
infus, ampul, botol obat, kateter, selang
2. Haemodialisa
Jarum suntik, selang, sarung tangan,
perban, botol infus
3. Radiologi
Kertas, sarung tangan, tisu, plastik
pembungkus
4. Rehabilitasi Medik
Kapas, kertas, sarung tangan, masker
5.
Unit Gawat Darurat
(UGD)
Bekas perban, la[as, jarum suntik, ampul,
kassa, kateter, botol infus, sarung tangan,
botol minuman, selang
6. ICU
Botol infus, kapas, perban bekas, kassa,
jarum suntik, sarung tangan, masker
7. Rg. Jenazah
Kapas, masker, sarung tangan
8. Laboratorium
Botol, jarum, pipet, kardus dan kemasan
9. Rawat Inap
Bekas perban, kapas, botol infus, ampul,
vial, botol minuman, kateter, set infus, kapas,
plastik pembungkus makanan, sisa
makanan, Styrofoam
10. Poliklinik
Kertas, botol plastik, jarum suntik, kapas,
potongan jaringan tubuh, bekas perban
11. Farmasi
Kertas, kardus, plastik pembungkus obat
12. Kantin
Sisa makanan, plastik, kardus, botol minuma
13. Dapur
Sisa makanan, plastik bungkus makanan

12

No KATEGORI LIMBAH
KARAKTERISTIK DAN CONTOHNYA
14.
Halaman, Parkiran,
dan Taman
Daun, kertas, sisa makanan, botol minuman,
punting rokok
15. Mushola
Daun, plastik, punting rokok
16. Linen
Linen
17. Kantor Administrasi
Kertas, plastik, kardus, alat tulis kantor, sisa
makanan
18. Gudang
Kardus, plastik, kertas

D. Karakteristik Limbah Padat
Kegiatan Fasyankes yang beragam akan berdampak pada
bervariasinya jenis limbah yang ditimbulkan dari kegiatan
tersebut. Sekitar 75%-90% limbah yang dihasilkan Fasyankes
merupakan limbah domestik dan selebihnya adalah limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang memerlukan
penanganan khusus untuk mengurangi risiko pajanannya ke
lingkungan dan manusia. Berikut karakteristik limbah Fasyankes
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 Tabel Karakteristik Limbah Fasyankes
No
KATEGORI LIMBAH
KARAKTERISTIK DAN CONTOHNYA
1. Limbah benda tajam Limbah yang memiliki potensi terjadinya
kecelakaan karena sifat tajamnya.
Contoh : jarum hipodermik, jarum intravena,
spuit dengan jarum, set infus, pipet, scalpel,
pisau dll
2. Limbah infeksius Limbah yang diduga mengandung pathogen,
berisiko terjadinya penularan penyakit.
Contoh : limbah yang terkontaminasi darah
maupun cairan tubuh, kultur Laboratorium,
kultur mikrobiologis, limbah mengandung
sisa eksresi maupun bahan lain yang kontak
dengan pasien dengan penyakit menular.

13

No
KATEGORI LIMBAH
KARAKTERISTIK DAN CONTOHNYA
3. Limbah patologis Limbah berupa jaringan tubuh, cairan tubuh,
organ tubuh manusia, janin, produk darah
yang tidak digunakan
4. Limbah farmasi Sediaan farmasi (kadaluarsa maupun tidak
digunakan)
5. Limbah sitotoksik Limbah yang mengandung material sitotoksik
maupun yang terkontaminasi dengan
material sitotoksik
6. Limbah bahan kimia Limbah yang mengandung material kimiawi.
Contoh : reagen, developer film, disinfektan
yang sudah kadaluarsa, pelarut, limbah
kandungan logam berat
7. Limbah radioaktif Limbah dengan kandungan material
radioaktif, limbah yang terkontaminasi
material radioaktif.
8. Limbah domestik Limbah yang tidak mengandung bahaya
biologis, kimiawi, radioaktif maupun fisik.
Limbah berasal dari kegiatan dapur,
perkantoran, dan pertamanan.
Karakteristiknya seperti limbah domestic
rumah tangga.

E. Label dan Kode Warna
Salah satu langkah penting dalam pengelolaan limbah medis padat
adalah penggunaan wadah yang sesuai standar, ditandai dengan Kode
Warna dan Simbol Khusus. Tujuannya adalah mempermudah
identifikasi, mencegah kontaminasi silang, dan melindungi petugas dari
paparan bahan berbahaya.
Setiap jenis limbah medis memiliki warna wadah yang berbeda,
dan penggunaannya diatur secara resmi dalam berbagai regulasi,
termasuk Permenkes RI No. 18 Tahun 2020 dan Permen LHK No. P.56

14

Tahun 2015. Berikut adalah kode warna dan simbol standar untuk
wadah limbah medis padat.
Tabel 1.3. Kode Warna Dan Simbol Standar untuk Wadah Limbah Medis Padat
KOMPONEN KUNING MERAH HITAM PUTIH COKLAT
JENIS
LIMBAH
limbah
infeksius
(dengan
simbol
biohazard)

Limbah
patologis
limbah
tajam
(safety
box)

Limbah
Domestik
(non medis)
Farmasi dan
kimia
berbahaya
CONTOH perban
berdarah,
sarung tangan
bekas, alat
medis yang
terkontaminasi
cairan tubuh
Plasenta,
jaringan
tubuh, organ
hasil operasi
jarum
suntik,
pisau
bedah,
ampul
pecah
sisa
makanan,
kertas,
pembungkus
makanan
obat
kedaluwarsa,
sisa
disinfektan
SIMBOL Biohazard
(tanda bahaya
biologis)
Simbol
biohazard
atau tanda
bertulisan
“Limbah
Patologis”

Gambar
jarum
atau
simbol
benda
tajam
Tidak ada
simbol
khusus
Simbol
bahan kimia
berbahaya
atau racun
ALAT Gunakan
kantong
plastik tebal
berwarna
kuning atau
wadah
tertutup
kuning
dengan simbol
biohazard
yang
mencolok
Limbah ini
sangat
sensitif dan
harus segera
ditangani
untuk
mencegah
pencemaran
Gunakan
safety box
tahan
tusuk dan
tidak
mudah
bocor.
Wadah ini
tidak
boleh diisi
lebih dari
¾ bagian

Limbah
biasa dari
kegiatan
harian yang
tidak
berbahaya
dan dapat
diproses
seperti
sampah
domestik
Harus
dipisahkan
dari limbah
lainnya dan
dikelola
sebagai
limbah B3

Penggunaan warna dan simbol yang sesuai sangat penting untuk:
➢ Mencegah kesalahan dalam penanganan
➢ Melindungi petugas dari cedera atau infeksi
➢ Memastikan limbah diolah sesuai jenisnya
➢ Mempermudah pengawasan dan audit lingkungan

15

Tabel 1.4 Kategori, kode warna, dan simbol berdasarkan kelompok
limbah
NO KELOMPOK LIMBAH
KODE
WARNA
SIMBOL
(Gambar
sesuai P.56)
1. LIMBAH INFEKSIUS
Limbah yang dihasilkan dari barang dapat
dibuang (disposable item) selain Limbah benda
tajam seperti pipa karet, kateter, set intravena
Kuning

Limbah mikrobiologi/bioteknologi seperti
limbah dari pembiakan di laboratorium, stok
atau specimen mikroorganisme hidup atau
vaksin yang dilemahkan, pembiakan sel
manusia dan hewan yang digunakan dalam
penelitian dan laboratorium industry, Limbah
yang dihasilkan dari bahan biologis, racun, dan
peralatan yang digunakan untuk memindahkan
pembiakan

Kuning

Limbah pakaian kotor, yaitu barang
terkontaminasi cairan tubuh termasuk kapas,
pakaian, plaster, atau pembalut kotor, tali
temali, sprei, selimut, dan kain-kain tempat
tidur dan barang lain yang terkontaminasi
darah

Kuning

2. LIMBAH PATOLOGIS
meliputi Limbah anatomi manusia yaitu
jaringan, organ, dan bagian tubuh
Kuning

Limbah hewan yaitu jaringan hewan, organ,
bagian tubuh, bangkai atau belulang, bagian
berdarah, cairan, darah dan hewan uji yang
diguanakn dalam penelitian, Limbah yang
dihasilkan dari rumah sakit hewan, buangan
dari Fasyankes, dan rumah hewan
Kuning

3. LIMBAH BENDA TAJAM
Limbah benda tajam antar lain jarum, syringe,
scalpel, pisau, dan kaca yang dapat menusuk
atau menimbulkan luka, baik yang telah
digunakan atau belum
Kuning

16

NO KELOMPOK LIMBAH
KODE
WARNA
SIMBOL
(Gambar
sesuai P.56)
4. LIMBAH KIMIA
Berupa sisa bahan kimia kadaluarsa,
tumpahan, atau sisa kemasan Limbah bahan
kimia yang digunakan untuk menghasilkan
bahan biologis, bahan kimia yang digunakan
dalam disinfeksi, dan insektisida

Kuning

5. LIMBAH LOGAM BERAT
Limbah ini dengan kandungan logam berat
tinggi, Contoh:
termometer merkuri pecah,
sphygmomanometer merkuri pecah
coklat

6. LIMBAH RADIOAKTIF
berupa isotop radioaktif
Merah

7. Limbah tabung/kontainer bertekanan

-
Kantong
Plastik
8. LIMBAH FARMASI
Limbah obat buangan yang kadaluarsa,
terkontaminasi dan buangan
coklat

9. LIMBAH SITOTOKSIK
Limbah sitotoksik adalah limbah obat
kadaluarsa, terkontaminasi, dan buangan dari
obat yang bersifat sitotoksik (biasanya untuk
kemoterapi)
Ungu


F. Upaya 3R dalam Pengelolaan Limbah
Upaya ini dikenal dengan pengurangan limbah. Upaya ini
dimulai dari staf medis untuk mengubah praktik klinis agar
menghasilkan sesedikit limbah yang ada. Walaupun minimisasi
limbah ini sering diaplikasikan pada limbah yang sudah ada
dengan metode 3R, namun sebaiknya kegiatan minimisasi
limbah ini dilakukan sejak perencanaan pembelian barang,

17

strategi pengendalian stok bahan, SOP yang efektif dan efisien,
serta kesadaran seluruh pekerja Fasyankes.
Berikut adalah hierarki pengelolaan limbah yang mana
menggambarkan hal paling disukai dan tidak disukai dalam
pengelolaan limbah padat.



Pengelolaan limbah yang baik bertujuan pada pencegahan
timbulan limbah dan pemulihan limbah di lingkungan Fasyankes
daripada melakukan pembuangan, pemusnahan atau
penimbunan limbah. Terdapat pendekatan yang bisa menjadi
pilihan untuk pelaksanaan pengelolaan limbah padat Fasyankes
yaitu (a). Minimilisasi Limbah Padat (b) Penggunaan kembali
yang aman (c) Daur Ulang dan Pemulihan (Recycle & Recovery).
Berikut keterangan lebih lanjut dari masing masing pendekatan
tersebut di atas.


Paling di sukai
Paling tidak di sukai
Gambar .1.1 Hirearki Penangan LimbahHierarki
Penanganan Limbah Hierarki Penanganan Limbah

18

Minimalisasi Limbah Padat
Kegiatan minimisasi limbah Fasyankes dapat dilakukan pada
limbah domestik dan beberapa jenis limbah B3. Upaya yang
mudah dan lebih baik adalah dengan mengubah praktik
keseharian dari kegiatan yang dapat menghasilkan limbah, yaitu
dengan membuat maupun mengubah SOP kegiatan perkantoran,
kegiatan medis, kegiatan pemeliharaan lingkungan, dan kegiatan
lainnya yang berpotensi menimbulkan limbah.
Di bawah ini merupakan contoh praktik yang dapat
mengurangi timbulan limbah.
1. Pengurangan dari sumber
• pengurangan pembelian barang
• memilih produk yang tidak banyak menghasilkan limbah
• menggunakan metode fisik lebih banyak daripada
metode kimia dalam pembersihan (disinfeksi uap
daripada disinfeksi kimia)
2. Pengeloaan dan pengendalian
• melaksanakan pembelian tersentralisasi untuk bahan
kimia berbahaya
• pemantauan penggunaan bahan kimia (dari pembelian
hingga pengolahan akhir)
3. Pengelolaan stok produk kimia dan farmasi
• melaksanakan pembelian dalam jumlah sedikit,
mengurangi potensi kadaluarsa
• menerapkan First in First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO),
• melakukan pengecekan tanggal kadaluarsa saat produk
tiba

19

• menolak jika tanggal kadaluarsa dekat
4. Pembelian/Pengadaan yang berwawasan lingkungan
• pembelian suatu produk dimana proses pembuatan
hingga produk digunakan tidak menimbulkan dampak
merugikan bagi lingkungan.
• pembelian alat medis yang ramah lingkungan dan tidak
mengandung merkuri
• manajemen stok barang yang baik

Penggunaan Kembali yang Aman
Penggunaan kembali alat/material dari kegiatan
Fasyankes mungkin bisa dilakukan, khususnya untuk limbah
domestik yang tidak mengandung B3. Untuk penggunaan
kembali bahan/material kegiatan medis, perlu diperhatikan
apakah peralatan/material tersebut merupakan single use atau
memang dapat dipakai berulang kali.
Alat/material yang bersifat single dibuang setelah
digunakan dan tidak bisa digunakan ulang karena tidak dapat
dibersihkan secara menyeluruh dan berisiko kontaminasi silang.
Untuk alat/material yang bisa digunakan ulang perlu dilakukan
pengawasan terhadap proses sterilisasinya. Untuk
peralatan/material yang diperuntukkan untuk digunakan ulang
dan tidak memiliki risiko infeksi silang perlu diperhatikan
kebersihannya.

Daur Ulang dan Pemulihan (Recycle & Recovery)
Penerapan kegiatan daur ulang sampah/limbah sudah
marak dilakukan mulai dari rumah tangga hingga institusi dan

20

perusahaan. Dari perspektif lingkungan, daur ulang sebetulnya
tidak begitu diinginkan daripada penggunaan kembali karena
proses daur ulang memerlukan energi dan sumberdaya dalam
pelaksanaannya. Daur ulang juga cukup popular saat ini di
Fasyankes khususnya untuk mengelola limbah domestik.
Dalam definisi pemulihan, umumnya merujuk pada
pemulihan energi dimana sampah diubah menjadi bahan bakar
untuk listrik atau pemanas. Pemulihan limbah juga digunakan
untuk mencakup kegiatan daur ulang limbah menjadi produk baru
(seperti : proses komposting mengolah sampah organic menjadi
pupuk padat).
Beberapa praktik pendaurulangan limbah infeksius
sebetulnya dapat dilakukan pada jenis material tertentu.
Pendaurulangan ini ditujukan mengurangi potensi pencemaran
lingkungan dari pembakaran, penimbunan, dan pembuangan
sampah ke TPA. Sedapat mungkin kegiatan ini dilaksanakan di
Fasyankes, namun perlu disertai dengan pedoman/SOP,
pembinaan, pengawasan, dan regulasi. Rangkaian yang
dilakukan adalah dengan pemilahan sesuai dengan material
limbah (misal: plastik, kertas), lalu menghilangkan sifat infeksius
dengan sterilisasi, dan kemudian limbah tersebut dilakukan daur
ulang.
Nah, sekarang rekan - rekan sudah memahami tentang konsep
pelaksanaan pengelolaan limbah padat fasyankes.
Materi selanjutnya kita mulai mempelajari tentang Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah Padat Domestik fasilitas pelayanan
kesehatan. Silahkan Anda pelajari materi berikutnya.
Selamat belajar!

21






1. Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) menghasilkan
berbagai jenis limbah yang harus dikelola sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan untuk mencegah
dampak terhadap kesehatan dan lingkungan.
2. Pemahaman konsep pengelolaan limbah Fasyankes tentang
sumber limbah, tujuan dan karakteristik pengelolaan limbah
padat, Pemberian label dan kode warna dan upaya 3 R (Reduce,
Reuse, Recycle) dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat
Fasyankes

SEKARANG SAYA TAHU

22





Pendahuluan
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan melalui upaya
penyehatan, pengamanan, dan pengendalian, yang dilakukan
terhadap lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
serta Tempat dan Fasilitas Umum, salah satunya adalah Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Fasyankes). Fasyankes harus memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan untuk mengurangi faktor risiko
lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit dan atau
penyebaran penyakit. Terdapat berbagai jenis limbah yang ada di
Fasyankes meliputi limbah padat domestik, limbah B3, limbah cair dan
limbah gas yang dapat berpotensi menjadi sumber penyakit menular
sehingga akan mengganggu derajat kesehatan.

Indikator Hasil Belajar
Menjelaskan pelaksanaan pengelolaan limbah padat domestik fasilitas
pelayanan kesehatan

Sub Materi Pokok
Berikut ini adalah sub materi pokok 2
a. Pemilahan di Sumber
b. Penyimpanan
c. Pengolahan Limbah Organik
• Komposting
• Tong Super

MATERI POKOK 2
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat
Domestik Fasyankes

23

• Magot dengan Black Soldier Fly
d. Pemanfaatan Limbah Anorganik
• Sterilisasi limbah
• Pemanfaatan kembal

24

Uraian Materi Pokok 2

Bagaimana pelaksanaan pengelolaan limbah padat Domestik
Fasyankes? Untuk mengetahui jawabannya mari kita pelajari
materi pokok 2 dengan penuh perhatian dan semangat belajar
yang tinggi. Mari Semangaaatsss........

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) merupakan tempat
melakukan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat/Daerah,
dan masyarakat. Pelayanan di Fasyankes akan menghasilkan
beragam limbah sebagai hasil dari berbagai jenis pelayanan dari ruang
depan sampai pelayanan di ruang ruang khusus tindakan.
Pengetahuan tentang konsep pengelolaan limbah padat Fasyankes
akan meningkatkan strategi yang saat pelaksanaan limbah padat di
Fasyankes.

A. Pemilahan di Sumber
Pengelolaan limbah padat domestik di Fasyankes merupakan
rangkaian kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan, meliputi upaya pengurangan dan upaya
penanganan limbah padat domestik yang bertujuan menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat serta
menjadikan limbah padat domestik sebagai sumber daya, hal ini
sejalan dengan PP No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga. Proses pemilahan akan melibatkan banyak

25

pihak mulai dari petugas kesehatan, petugas kebersihan/staf yang
terlibat dalam kegiatan pemilahan ini. Mengingat hal tersebut ada
beberapa hal yang dapat diperhatikan bersama, yaitu :
1. Ada SOP terkait pemilahan limbah yang tersusun, disosialisasikan
dan dilaksanakan bersama.
2. Penyediaan tempat limbah yang sesuai dengan kriteria pemilahan
dalam jumlah yang cukup dan mudah untuk dijangkau oleh semua
insan di Fasyankes baik petugas maupun pasien,pengunjung dan
keluarga pasien.
3. Adanya Informasi yang jelas tentang keterangan dari tempat
wadah limbah di ruangan fasyankes
4. Adanya penjadwalan pengangkutan limbah dari masing masing
ruangan di Fasyankes


2.1 Gambar Alur Tahapan Pengelolaan Limbah Padat Domestik
Fasyankes

Penanganan Limbah Padat Domestik diawali dengan pemilahan
dan pewadahan limbah domestik pada tempat sampah di sumber
penghasil sampah, lalu dibawa ke Tempat Pengumpulan Sementara
(TPS) untuk disimpan.
Penanganan Limbah
Domestik
•Pemilahan
•pengumpulan
•pengangkutan
•pengolahan dan
pemrosesan akhir
Penyediaan Sarana
Prasarana
•TPS 3R
•Sarana Sanitasi dll
Pengendalian Vektor
& Binatang Pembawa
Penyakit
•Pengendalian Vaktor
& Binatang PP
•Inspeksi Kesling

26

Prinsip - prinsip umum dalam penanganan limbah mulai proses
pemilahan hingga pengangkutan ke TPS adalah:
1. Limbah dipilah sejak dari sumber penghasil untuk menghindari
potensi bahaya saat pengangkutan dan pengolahan akhir serta
untuk mengurangi biaya pengolahan apabila limbah tercampur
antara yang domestik dengan limbah infeksius.
2. Wadah juga disediakan terpisah sesuai dengan jenis limbah dan
diletakkan di ruangan penghasil.
3. Limbah yang sudah dipilah dari sumber penghasil tidak boleh
dicampur, baik dari ruangan penghasil, pengangkutan internal
penyimpanan sementara di TPS, pengangkutan ke pengolah, dan
pada pembuangan (untuk limbah domestik)
4. Wadah berwarna sesuai standar dan diberi label untuk kemudahan
pengelolaan selanjutnya. Sesuai aturan, limbah padat non medis
menggunakan kantong plastik hitam.
5. Pemahaman risiko dan penerapan prosedur keamanan pada
setiap tahap pengelolaan limbah kepada seluruh staf
6. Pengumpulan limbah padat non medis dilakukan dengan
menggunakan kantong plastik hitam dan/ atau wadah (bak sampah)
yang harus terpisah dengan limbah padat medis.
7. Pengangkutan limbah ada 2 jenis. Pertama, pengangkutan dari
sumber dengan troli tertutup yang berbeda dari troli limbah medis
minimal 2x/sehari untuk mencegah penumpukan yang
mengganggu estetika dan mencegah perkembangbiakan vektor.
Alat pengangkutan dibersihkan secara rutin.
8. Pengangkutan selanjutnya dilakukan setiap hari ke Tempat
Pembuangan Sampah Akhir (TPA) menggunakan kendaraan roda
tiga (bentor) atau truk khusus pengangkut limbah.

27

9. Pemrosesan akhir limbah padat non medis dilakukan di TPA oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota dengan controlled sanitary landfill
(lahan urug terkendali), sanitary landfill (lahan urug saniter), atau
teknologi ramah lingkungan lainnya

B. Penyimpanan
Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat Domestik diawali dari
pemilahan untuk di simpan dalam wadah, sehingga muncul istilah
serupa yaitu pewadahan limbah untuk nantinya akan pengelolaan
limbah padat domestik. Pewadahan dalam rangka penyimpanan
harus memperhatikan sumber penghasil limbah,wadah penyimpanan
harus memenuhi persyaratan yaitu tertutup, dilengkapi pedal injakan
untuk membuka, dilapisi kantong plastik berwarna sesuai jenis limbah.
Seluruh wadah dilengkapi dengan simbol dan label sesuai jenis
limbah yang dihasilkan dengan mengacu ketentuan peraturan
perundang- undangan.
Berikut hal yang perlu diperhatikan terkait limbah padat domestik
yaitu :
a. Tempat Penampungan Sementara
➢ Setelah dikumpulkan di sumber dan dibawa ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS), selanjutnya penyimpanan
sampah non medis dilakukan terpisah dalam wadah-wadah
khusus.
➢ Fasyankes wajib memiliki TPS yang mudah diakses, tidak
mencemari lingkungan, lokasinya cukup luas dan kapasitas
sesuai kebutuhan serta memiliki jadwal pengumpulan dan
pengangkutan.

28

b. Pengendalian Vektor/Binatang Pembawa Penyakit
➢ Upaya pengendalian harus dilakukan apabila tingkat
kepadatan lalat di sekitar limbah max. dari 2 (dua) ekor per
block grill.
➢ Upaya pengendalian harus dilakukan apabila tingkat
kepadatan lalat di TPS lebih dari 20 ekor per block grill atau
tikus terlihat pada siang hari.
➢ Pengendalian terhadap serangga dan binatang pembawa
penyakit dilakukan minimal 1 (satu) bulan sekali (dalam
kondisi normal).

C. Pengolahan Limbah Organik
Kegiatan pengolahan limbah padat non medis bisa saja
dilakukan di Fasyankes jika ada tenaga dan teknologi yang
mendukung. Upaya pengolahan tersebut meliputi kegiatan
pemadatan sampah, pengomposan, daur ulang materi maupun daur
ulang energi (RDF). Kegiatan ini akan menjadi salah satu solusi
penting dalam mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir). Berikut gambaran kegiatan pengolahan
sampah organik yang bisa diterapkan di Fasyankes.
1. Komposting
Pengolahan limbah padat domestik dengan komposting
adalah proses biologis penguraian bahan organik dari sampah
rumah tangga menjadi pupuk kompos yang bermanfaat untuk
menyuburkan tanah. Proses ini melibatkan aktivitas
mikroorganisme (bakteri, jamur, dan aktinomisetes) dengan
bantuan oksigen atau tanpa oksigen, sehingga sampah organik

29

berubah menjadi bahan humus yang stabil dan tidak berbau.
Limbah padat domestik yang cocok untuk komposting antara lain:
• Sisa sayur dan buah.
• Sisa makanan (nasi basi, kulit telur, ampas kopi/teh).
• Daun kering dan ranting kecil.
• Potongan rumput atau tanaman.
Bahan non-organik, limbah beracun, atau limbah plastik tidak
boleh dimasukkan.

Gambar 2.2 Proses pengeringan kompost dari sampah daun
perkantoran. Sumber : Bapelkes Cikarang, 2014

2. Tong Super
Pengolahan limbah organik menjadi salah satu solusi
penting dalam mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir). Tong Super adalah wadah
komposter yang dirancang untuk mempercepat proses
penguraian limbah organik menjadi kompos. Limbah domestik
seperti sayuran, buah dan dedaunan di masukkan ke dalam tong
super. Limbah tersebut harus dicacah lebih dahulu untuk

30

mempercepat penguraian dan ditambahkan aktivator seperti EM4
atau bioaktivator alami untuk membantu pertumbuhan mikroba
pengurai. Proses yang terjadi dalam tong Super merupakan
ativitas mikroba sehingga terdapat peningkatan suhu yang
mempercepat dekomposisi.Pada rentang sekitar 4-6 minggu
akan terjadi panen cairan lindi yang merupakan kompos matang
yang kaya nutrisi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

Gambar.2.3 Tong Super, Peluang penghasil pupuk cair dari sisa
makanan
Sumber : Bapelkes Cikarang, 2014

3. Magot dengan Black Soldier Fly
Pengolahan Limbah padat domestik dengan Maggot Black
Soldier Fly (BSF). Black Soldier Fly (Hermetia illucens) adalah
jenis lalat yang larvanya (maggot) sangat efektif mengurai limbah
organik, terutama sisa makanan berprotein tinggi. Proses dimulai
dengan menyiapkan kandang BSF untuk memelihara lalat
dewasa yang akan bertelur. Telur menetas menjadi larva (maggot)

31

dalam waktu 4–5 hari, kemudian diberi pakan berupa limbah
organik seperti sisa dapur, ampas tahu, dedak, atau limbah pasar.
Maggot memakan limbah dengan cepat, bahkan mampu
menghabiskan limbah 2–3 kali bobot tubuhnya setiap hari. Dalam
waktu 14–20 hari, maggot siap dipanen untuk dijadikan pakan
ternak (ikan, ayam, bebek) yang tinggi protein. Sisa limbah dari
pakan maggot akan menjadi kasgot (bekas maggot) yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organic


Gambar.2.4 Produk pengolahan sisa makanan dengan bantuan BSF (Magot)
Sumber : Bapelkes Cikarang, 2014

D. Pemanfaatan Limbah Anorganik
Limbah anorganik adalah jenis limbah yang sulit atau tidak
dapat terurai secara alami, seperti plastik, logam, kaca, dan bahan
sintetis lainnya. Jika tidak dikelola dengan benar, limbah ini dapat
mencemari tanah, air, dan udara dalam jangka waktu sangat lama.
Berikut informasi singkat tentang pengelolaan limbah padat berupa
sterilisasi limbah dan pemanfaatan kembali.

32

1. Sterilisasi limbah
Sterilisasi adalah proses menghilangkan mikroorganisme
patogen yang mungkin menempel pada limbah, terutama pada
limbah anorganik yang berasal dari fasilitas kesehatan,
laboratorium, atau industri makanan. Proses sterilisasi dapat
dilakukan menggunakan autoklaf (uap panas bertekanan),
pemanasan suhu tinggi, atau larutan desinfektan. Tujuan dari
sterilisasi memastikan limbah bebas dari bakteri, virus, dan jamur
sehingga aman untuk penanganan berikutnya. Contoh
penerapan: sterilisasi botol plastik bekas kemasan medis
sebelum didaur ulang.
2. Pemanfaatan kembali
Setelah steril, limbah anorganik dapat dimanfaatkan
kembali melalui dua pendekatan utama yaitu Reuse
(Penggunaan Ulang) dan Recycling (Daur Ulang). Reuse
(Penggunaan Ulang) yaitu pemanfaatan barang yang masih
layak pakai digunakan kembali untuk fungsi yang sama atau
berbeda. Contohnya: botol kaca bekas digunakan ulang untuk
wadah bumbu, atau ember cat bekas digunakan untuk pot
tanaman. Adapun Recycling (Daur Ulang) merupakan
pemanfaatan limbah diolah menjadi bahan baku baru yang
dapat digunakan dalam proses produksi. Contohnya: Plastik
PET diubah menjadi serat tekstil, Kaca dilebur menjadi botol
baru, Kaleng aluminium dilebur kembali menjadi bahan logam.
Dengan adanya pengolahan limbah anorganik akan
membawa manfaat yatitu pengurangan timbunan limbah
anorganik di TPA, pengurangan risiko penyebaran penyakit dari
limbah yang terkontaminasi, dapat menghemat sumber daya

33

alam dengan memanfaatkan kembali bahan yang sudah ada
serta mendukung prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam
pengelolaan limbah padat domestik.




Nah, sekarang rekan rekan sudah memahami tentang
pelaksanaan pengelolaan limbah padat domestik fasyankes.
Materi selanjutnya kita mulai mempelajari tentang Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah Medis B3 fasilitas pelayanan kesehatan.
Silahkan Anda pelajari materi berikutnya.
Selamat belajar!

34





1. Alur pelaksanaan pengelolaan limbah padat domestik Fasyankes
meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan
maupuan pemrosesan akhir.
2. Pengolahan limbah padat domestik organik dapat dengan
pengolahan lebih lanjut dengan Komposting, Tong Super dan
Magot
3. Pengolahan limbah padat domestik anorganik dapat dengan
sterilisasi dan pemanfaatan kembali
4. Penyediaan sarana prasarana dalam pelaksanaan pengelolaan
limbah padat domestik fasyankes yaitu Tempat Penampungan
Sementara dan sarana sanitasi pendukung dengan pendekatan 3
R sehingga membawa manfaat dan dampak positif bagi kesehatan
lingkungan fasyankes




Nah, sekarang rekan rekan sudah
memahami tentang konsep pelaksanaan
SEKARANG SAYA TAHU

35






Pendahuluan
Berdasarkan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa setiap orang
yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib
melakukan pengelolaan limbah yang dihasilkannya dan dalam hal
setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain yang memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan.
Permenkes No. 18 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Limbah Medis
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berbasis Wilayah memuat informasi
tentang Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan
diharapkan dapat diselesaikan di setiap wilayahnya atau berbasis
wilayah sesuai dengan prinsip kedekatan, yakni semakin dekat
pengelolaan limbah dari sumbernya maka semakin kecil risiko yang
dapat ditimbulkan dan semakin murah biaya yang dikeluarkan.

Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu menjelaskan
pelaksanaan pengelolaan limbah medis B3 fasyankes





MATERI POKOK 3
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah
Medis B3 Fasyankes

36

Sub Materi Pokok
Berikut ini adalah sub materi pokok 3 :
a. Pemilahan
b. Pewadahan
c. Pengumpulan
d. Penyimpanan
e. Pengolahan Limbah Medis B3 Fasyankes
• Autoclave
• Microwave
• Enkapsulasi
• Inertisasi
• Desinfeksi Kimia
• Insinerasi

37

Uraian Materi Pokok 3

Bagaimana pelaksanaan pengelolaan limbah Medis B3
Fasyankes? Untuk mengetahui jawabannya mari kita pelajari
materi pokok 2 dengan penuh perhatian dan semangat belajar
yang tinggi yaa... Semangaaatsss

Pelayanan Kesehatan di Fasyankes tidak pernah lepas terdapat
timbulan dari Limbah Medis B3 yang memilik potensi dampak negative
yang cukup besar terhadap Kesehatan lingkungan dan Masyarakat.
Perlunya pelaksanaan pengelolaan limbah medis B3 secara tepat,
mulai dari tahap pewadahan, tahap pengangkutan, taha p
penyimpanan sementara sampai dengan tahap pengolahan sehingga
meminimalkan dampak negatif kesehatan masyarakat.

A. Pemilahan
Permenkes No. 18 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Limbah
Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berbasis Wilayah
menyebukan bahwa Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Berbasis Wilayah merupakan suatu usaha
dalam pengelolaan limbah medis di fasyankes yang dimana
tahapannya dilakukan di dalam suatu wilayah yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan pada masing-masing daerah.
Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaksanakan
pengelolaan Limbah Medisnya. Pengelolaan Limbah Medis
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berbasis Wilayah dilakukan
melalui pengelolaan Limbah Medis secara :

38

• Internal (bisa difasilitasi internal atau Pemerintah Daerah)
• Eksternal

Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes Internal
Pengelolaan Limbah Medis secara internal meliputi tahapan:
a. pengurangan dan pemilahan;
b. pengangkutan internal;
c. penyimpanan sementara; dan
d. pengolahan internal.

Pengurangan dan Pemilahan
Pengurangan limbah dilakukan oleh Fasyankes dengan berbagai
upaya seperti
a. Tata Kelola Material Potensi Pencemar

Gambar 3.1 Bagan Pendekatan Pengelolaan Limbah di Fasyankes Permenkes No 18/2020
Langkah 1
Pengurangan &
Pemilahan
Tata Kelola Material
Potensi Pencemar
Tata Kelola Pengadaan
Bahan Kimia/Farmasi
Pemisahan Limbah B3
Pewadahan Limbah B3
berdasarkan
jenis/karakteristik
Langkah 2
Pengumpulan
dan
Pengangkutan
Wajib memiliki TPS
Sementara
Pengumpulan dan
pengemasan
menggunakan wadah
kuat tahan tusuk/tidak
bocor.
Pengangkutan dengan
troli khusus terpisah
dari pengangkutan
limbah non medis
padat.
Langkah 3
Penyimpanan
Penyimpanan limbah
B3 di TPS tidak
dicampur.
Syarat teknis TPS
Langkah 4
Pengolahan
Internal
Metode thermal
(autoclave, insenerasi)
Kerjasama dengan
Pemusnah Limbah
Berijin
Pastikan ada catatan
limbah yang diolah
(manifest/laporan
pemusnahan)

39

b. Tata Kelola Pengadaan Bahan Kimia/Farmasi
c. Pemisahan Limbah B3
d. Pewadahan Limbah B3 berdasarkan jenis/karakteristik
e. Pemisahan limbah wajib dilakukan oleh setiap penghasil
limbah (padat medis dan padat non medis).

B. Pewadahan
Pewadahan adalah kegiatan menampung limbah medis dari
sumbernya ke dalam wadah sesuai jenis dan karakteristiknya
sebelum dikumpulkan/diangkut.Prinsip utamanya adalah
segregasi di sumber (pisah sejak awal). Berikut hal yang harus
diperhatikan untuk pewadahan dan Pengangkutan Limbah Medis :
1. Limbah padat medis ditampung dalam wadah yang memenuhi
persyaratan, yaitu berbahan kuat, ringan, tahan karat, kedap
air, dan memiliki permukaan halus agar mudah dibersihkan.
Berupa bak sampah tertutup berpedal injak, terbuat dari
plastik/fiberglass atau stainless steel yang mudah dibersihkan.
2. Wadah untuk limbah dilapisi dengan kantong plastik yang
sesuai dengan karakteristik limbahnya.
3. Limbah medis tajam (jarum suntik, vial, pisau bedah),
ditampung dalam wadah khusus yaitu safety box sesuai
standar untuk mencegah kebocoran, tumpahan, atau risiko
tertusuk bagi petugas. Safety box sekali pakai dan tidak
digunakan kembali
4. Wadah limbah padat medis, harus dibersihkan sebelum
digunakan lagi. Pembersihan harus dilakukan dengan
desinfektan. Kantong plastik bekas atau yang sudah

40

terkontaminasi limbah sebelumnya tidak boleh digunakan
kembali.
5. Pengumpulan limbah sitotoksik menggunakan wadah yang
kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah
Sitotoksik”.
6. Transportasi limbah padat medis mencakup pengangkutan
limbah dari sumbernya ke TPS dan dari TPS keluar Fasyankes.
7. Limbah diangkut setiap hari atau beberapa kali dalam sehari
jika kantong telah terisi 2/3. Pengikatan kantong plastik harus
dilakukan dengan benar untuk menghindari limbah keluar
selama pengangkutan, terutama limbah berukuran kecil/cair.
8. Pengangkutan dilakukan dengan troli tertutup yang tidak
dicampur dengan limbah non medis. Troli mudah dibersihkan,
tidak boleh ada yang tercecer.
9. Petugas memakai Alat Pelindung Diri (APD) yaitu penutup
kepala, masker, kacamata pelindung, pakaian kerja lengkap,
apron, sepatu boot, dan sarung tangan khusus.
10. Jalur pengangkutan berbeda dari jalur pasien dan makanan,
atau jika sama, waktu pengangkutannya harus dibedakan.
11. Bagi Fasyankes yang tidak memiliki insenerator atau teknologi
lainnya dan harus mengirimkan limbah padat medisnya ke
pihak pengolah limbah B3, maka kegiatan transportasi tidak
berhenti sampai di TPS saja. TPS dijadikan sebagai tempat
transit limbah, kemudian limbah diangkut oleh transporter
berizin.

41

C. Pengumpulan
Pengumpulan limbah medis merupakan tahap penting dalam
sistem pengelolaan limbah di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kegiatan ini dilakukan setelah limbah dipisahkan di sumbernya
(segregasi) sesuai dengan jenis dan karakteristik masing-masing,
seperti limbah infeksius, patologis, farmasi, kimia, benda tajam,
maupun limbah domestik.
Limbah yang telah ditempatkan dalam wadah atau kantong
berwarna sesuai standar kemudian dikumpulkan secara berkala
oleh petugas kebersihan atau petugas limbah yang telah ditunjuk.
Dalam proses pengumpulan, petugas wajib menggunakan alat
pelindung diri (APD) lengkap, seperti sarung tangan, masker, dan
apron, untuk mencegah paparan langsung dengan limbah
berbahaya.
Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan sarana
khusus, seperti troli atau kereta dorong yang tertutup, tahan bocor,
mudah dibersihkan, serta dilengkapi simbol biohazard. Jalur
pengumpulan harus direncanakan agar tidak mengganggu
kegiatan pelayanan kesehatan, menghindari area publik, serta
meminimalkan risiko kontak dengan pasien dan pengunjung.
Limbah medis yang sudah dikumpulkan kemudian dibawa
menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS) Limbah B3 yang
telah memenuhi syarat teknis, sebelum selanjutnya diangkut oleh
pihak internal atau eksternal berizin menuju fasilitas pengolahan
akhir. Frekuensi pengumpulan disesuaikan dengan volume limbah
yang dihasilkan, dengan ketentuan minimal dilakukan satu kali
dalam sehari untuk menjaga higienitas dan mencegah timbulnya
risiko kesehatan maupun lingkungan.

42

Dengan pengumpulan yang teratur, terstandar, dan aman,
risiko penyebaran infeksi, cedera akibat benda tajam, serta
pencemaran lingkungan dapat diminimalkan, sehingga
mendukung terciptanya pelayanan kesehatan yang bersih, sehat,
dan ramah lingkungan.

D. Penyimpanan
Penyimpanan limbah medis Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengelolaan
limbah di fasilitas pelayanan kesehatan. Setelah dikumpulkan dari
setiap unit pelayanan, limbah medis B3 harus ditempatkan di
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 sebelum
dilakukan pengangkutan ke fasilitas pengolahan akhir. Kegiatan
penyimpanan bertujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan,
mengurangi risiko penyebaran penyakit, serta menjamin
keselamatan petugas maupun masyarakat sekitar.
Berikut yang perlu di perhatikan adalah penyimpanan
sementara Limbah B3
1. Limbah padat medis yang terkumpul ditampung sementara
sebelum dimusnahkan atau dikirim ke pihak pengolah limbah
B3. Penampungan max. 24 jam.
2. Jika Fasyankes memiliki insinerator, limbah dibakar dalam
waktu tersebut. Jika tidak, limbah Fasyankes bekerjasama
dengan pihak berizin untuk pengangkutan atau pengolahan
dalam 24 jam jika disimpan pada suhu ruang.
3. Fasyankes perlu sebuah Tempat Penampungan Sementara
(TPS) limbah yang berada di area terbuka, mudah dijangkau
kendaraan, aman, bersih, dan selalu kering

43

4. Syarat teknis Tempat Penyimpanan Sampah Sementara (TPS).
• Memiliki sistem tanggap darurat dan SOP
• TPS limbah medis memiliki ijin
• TPS tertutup dan aman dari akses hewan atau orang
tidak berkepentingan
• TPS tidak berdekatan dengan area pelayanan
• TPS bebas banjir, kuat, tidak retak kedap air, tidak bocor
• TPS disain bangunan sesuai jumlah dan karakteristik
• TPS ditempelkan symbol, titik GPS lokasi dan label
• TPS dilengkapi ventilasi untuk mencegah akumulasi gas,
dengan kasa penutup agar binatang tidak masuk
• TPS tidak terkena cahaya matahari langsung,
penerangan min. 200 Lux.
• TPS tersedia wastafel, shower, APAR, APD, P3K, dan
Spill kit
• Tata cara penyimpanan Limbah B3:
➢ Infeksius dan patologis
o Suhu >0
o
C → max 48 jam
o Suhu ≦ 0
o
C → max 30 hari
➢ Non Infeksius
o Non infeksius max 90 hari ≧ 50 kg
o Non infeksius 80 hari < 50 kg

44



E. Pengolahan Limbah Medis B3 Fasyankes
Pengolahan limbah medis B3 merupakan tahapan krusial
dalam sistem pengelolaan limbah di fasilitas pelayanan kesehatan.
Tujuannya adalah untuk mengurangi atau menghilangkan sifat
berbahaya dari limbah, baik dari segi infeksius, toksisitas, maupun
potensi pencemaran lingkungan, sehingga limbah dapat dibuang
secara aman tanpa menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia
maupun kerusakan pada lingkungan.
Proses pengolahan dilakukan setelah limbah dikumpulkan
dan disimpan sementara di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
Limbah B3, kemudian dibawa ke fasilitas pengolahan yang
memiliki izin dan memenuhi standar teknis. Pengolahan Limbah
Medis B3 perlu memperhatikan hal hal berikut:
1. Dilarang melakukan pembuangan limbah medis padat ke
tempat pembuangan akhir limbah domestik secara langsung
sebelum limbah dipastikan aman.

Bangunan terpisah per-ruang
Bangunan 1 ruang bersama
Gambar 3.2 Bangunan Tempat Penyimpanan Limbah B3 (Sementara) di Fasyankes

45

2. Pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat dapat
dilakukan dengan teknologi tertentu sesuai dengan
kemampuan Fasyankes dan jenis limbah medis padat yang
ada, antara lain :
• Menggunakan Autoclave (sterilisasi uap panas)
• Menggunakan Insinerasi (pembakaran suhu tinggi)
• Metode kimiawi (disinfeksi)
3. Pengolahan bisa dilakukan oleh Fasyankes sendiri atau
diserahkan ke pihak ketiga berijin.
4. Jika limbah tidak diolah mandiri, maka harus diangkut oleh
Transporter (pengangkut) Limbah B3 berijin, menuju ke tempat
pengolahan akhir khusus limbah B3 atau landfill yang sesuai
peraturan dan menjadi tanggung jawab pengolah limbah
bersertifikat.
5. Pengoperasian insenerator dilarang untuk limbah dengan
kategori khusus seperti limbah B3 radioaktif, limbah B3 dengan
karakteristik mudah meledak dan/ atau limbah B3 merkuri.
6. Pengolahan dengan cara penguburan Limbah B3 dengan
karakterstik patologis dan/atau benda tajam boleh dilakukan
jika di area Fasyankes tsb tidak ada fasilitas pengolahan
limbah B3 yang menggunakan insenerator limbah B3
7. Proses penguburan tersebut harus memperoleh persetujuan
penguburan limbah B3 yang diterbitkan oleh Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota setelah berkoordinasi
dengan instansi yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
8. Teknik penguburan limbah medis B3, sesuai Permen LH dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 tentang

46

Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Terdapat beberapa metode pengolahan limbah medis B3 yang
umum digunakan, antara lain :
• Autoclave
Merupakan sterilisasi uap bertekanan tinggi, limbah medis
infeksius masuk ke dalam autoclave. Metode ini efektif
mematikan mikroorganisme patogen, sehingga limbah dapat
diperlakukan sebagai limbah domestik non-B3 setelah proses.
• Microwave
Metode pilihan karena ramah lingkungan tidak menghasilkan
emisi berbahaya. Pemanasan limbah menggunakan
gelombang mikro hingga suhu tertentu yang mampu
mematikan mikroba. Metode ini juga dipandang ramah
lingkungan karena tidak menghasilkan emisi berbahaya
• Enkapsulasi
Metode pengolahan limbah dengan cara memasukkan limbah
berbahaya ke dalam suatu wadah (drum/beton) kemudian
wadah tersebut diisi dengan bahan pengikat (semen, kapur,
plastik, atau resin) hingga limbah terbungkus rapat dan tidak
bisa keluar. Tujuan dari metode ini mencegah zat berbahaya
yang terkandung dalam limbah agar tidak terlepas ke
lingkungan. Singkatnya Enkapsulasi → Limbah dimasukkan ke
wadah, lalu disegel dengan bahan pengikat untuk mencegah
kontak dengan lingkungan.
• Inertisasi
Metode pengolahan limbah dengan cara pencampuran limbah
berbahaya dengan bahan pengikat seperti semen, kapur, dan

47

air hingga menjadi massa padat yang stabil (inert) dan tidak
reaktif. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengurangi
kelarutan, daya racun, dan mobilitas bahan berbahaya dalam
limbah, sehingga tidak mencemari tanah atau air. Inertisasi →
Limbah dicampur dengan semen/kapur hingga menjadi massa
padat inert yang aman untuk dibuang.
• Desinfeksi Kimia
Limbah cair atau benda tertentu diberi perlakuan dengan
bahan kimia (misalnya klorin atau desinfektan khusus) untuk
membunuh mikroorganisme berbahaya sebelum dibuang ke
sistem pengolahan air limbah.
• Insinerasi
Metode pengolahan limbah medis dengan pembakaran suhu
tinggi. Limbah medis dibakar pada suhu 800–1.200°C di dalam
insinerator khusus. Proses ini mampu menghancurkan
patogen, mereduksi volume limbah hingga 80–95%, dan
mengubah limbah menjadi abu. Namun, harus dilengkapi
dengan sistem pengendali emisi untuk mencegah pencemaran
udara.

Dalam pelaksanaan pengolahan, petugas wajib mengikuti standar
operasional prosedur (SOP) yang berlaku, menggunakan alat
pelindung diri (APD), serta memastikan setiap tahapan dicatat dalam
sistem administrasi limbah B3, termasuk manifest dan bukti
pengolahan.
Dengan adanya pengolahan limbah medis B3 yang terstandar, risiko
penularan penyakit akibat limbah infeksius dapat ditekan, pencemaran

48

lingkungan dapat diminimalkan, dan keselamatan masyarakat serta
pekerja kesehatan dapat lebih terjamin.






Nah, sekarang rekan rekan sudah memahami tentang
pelaksanaan pengelolaan limbah medis B3 Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Materi selanjutnya kita mulai mempelajari tentang
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Cair Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Silahkan Anda pelajari materi berikutnya.
Selamat belajar!

49





1. Pelaksanaan pengelolaan limbah medis B3 Fasyankes merupakan
hal yang sangat penting dan identik limbah dari kegiatan di
Fasilitas pelayanan kesehatan. Limbah Medis B3 beraneka ragam
jenisnya dan perlu pengelolaan secara spesifik.
2. Pengelolaan Limbah Medis B3 Fasyankes Internal meliputi
tahapan: pengurangan dan pemilahan; pengangkutan internal;
penyimpanan sementara; dan pengolahan internal.
3. Terdapat beberapa metode pengolahan limbah Medis B3
Fasyankes dengan pendekatan teknologi tingkat tinggi secara
fisika dan kimiawi.Berikut contoh metode tersebut : Autoclave,
Microwave, Enkapsulasi, Inertisasi, Desinfeksi Kimia dan
Insinerasi





















Nah, sekarang rekan rekan sudah
memahami tentang konsep pelaksanaan
SEKARANG SAYA TAHU

50







Pendahuluan
Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) menghasilkan
limbah cair dari berbagai aktivitas, seperti pelayanan medis,
laboratorium, dapur, laundry, hingga sanitasi ruangan. Limbah cair ini
mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia berbahaya, serta
bahan organik yang jika tidak diolah dengan benar dapat mencemari
lingkungan. Pemahaman tentang tahapan pengelolaan limbah cair,
teknologi pengolahan limbah cair Fasyankes dan regulasi terkait
menjadi aspek penting dalam sistem pengelolaan lingkungan di
fasyankes

Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu menjelaskan
pelaksanaan pengelolaan limbah cair fasyankes.

Sub Materi Pokok
Berikut ini adalah sub materi Pokok 4
a. Tahapan Pengelolaan Limbah Cair
b. Teknologi Pengolahan Limbah Cair di Fasyankes
c. Regulasi Terkait


MATERI POKOK 4
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah
Cair Fasyankes

51

Uraian Materi Pokok 4

Bagaimana pelaksanaan pengelolaan limbah Cair Fasyankes?
Untuk mengetahui jawabannya mari kita pelajari materi pokok
dengan penuh perhatian dan semangat belajar yang tinggi yaa..
Semangaaatsss.

Limbah cair Fasiltas Pelayanan Kesehatan berasal dari aktivitas
domestik maupun aktivitas medis/diagnostik. Hal ini berpotensi
menimbulkan infeksi atau pencemaran dan tidak dapat langsung
dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan. Berikut beberapa contoh
limbah cair di Fasyankes yaitu Air bekas pencucian alat medis, Larutan
kimia laboratorium, Air limbah dari ruang perawatan pasien, Air limbah
Instalasi Dapur dan Gizi, Limbah dari unit hemodialisa dan Air buangan
dari mesin sterilisasi. Tentunya limbah cair tersebut memiliki potensi
bahaya tinggi karena bisa mengandung mikroorganisme patogen
(bakteri, virus, parasit), bahan kimia berbahaya (formalin, desinfektan,
logam berat), cairan tubuh (darah, urin, cairan infeksius), senyawa
organik dan residu obat-obatan. Karakteristik inilah yang menjadikan
limbah cair Fasyankes masuk ke dalam kategori limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Oleh karena itu, pengelolaan limbah cair
medis harus dilakukan secara sistematis dan sesuai standar teknis
yang berlaku, melalui Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
atau Wastewater Treatment Plant (WWTP).

52

A. Tahapan Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair di fasilitas pelayanan kesehatan dihasilkan dari
berbagai aktivitas pelayanan dan penunjang medis. Setiap unit
kerja di Fasyankes dapat menjadi sumber penghasil limbah cair,
baik yang bersifat infeksius, kimiawi, maupun domestik.
Pemahaman sumber-sumber ini sangat penting untuk menentukan
strategi pengelolaan yang tepat
Tabel Sumber Penghasil Limbah Cair di Fasyankes
NO
SUMBER
LIMBAH CAIR
UTAMA
DEFINISI
1 Unit Laboratorium Menghasilkan limbah cair dari sisa reagen,
bahan kimia, dan cairan sampel. Berpotensi
mengandung bahan beracun dan zat
pathogen.
2 Unit Rawat Inap
dan Ruang
Tindakan
Menghasilkan cairan tubuh seperti darah, urin,
cairan luka, serta cairan hasil pencucian luka.
Dapat bersifat infeksius jika berasal dari
pasien dengan penyakit menular.
3 Unit Sterilisasi
dan Pencucian
Alat Medis
Menghasilkan air limbah dari proses
pencucian alat dan penggunaan bahan kimia
disinfektan. Bisa mengandung bahan kimia
sisa dan kontaminasi mikroba
4 Laundry atau
Penatu Rumah
Sakit
Menghasilkan limbah dari pencucian linen
bekas pasien, yang bisa mengandung darah,
cairan tubuh, dan deterjen. Air limbah dari
laundry bisa mengandung residu bahan kimia
pembersih dan pathogen
5 Toilet, Kamar
Mandi, dan
Wastafel
Menghasilkan limbah domestik seperti tinja,
urin, dan air bekas cuci tangan. Meski bersifat
domestik, tetap bisa menjadi sumber infeksi di
fasilitas kesehatan
6 Unit Farmasi dan
Instalasi Gizi
Instalasi farmasi dapat menghasilkan air
limbah dari pencampuran atau pembuangan
larutan obat. Dapur atau gizi menghasilkan
limbah organik dan air cucian

53

Jenis dan Karakteristik Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan
tidaklah homogen. Jenis dan karakteristik limbah cair sangat
tergantung dari aktivitas penghasilnya, zat yang terkandung di
dalamnya, serta tingkat bahayanya terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan. Dengan memahami jenis dan karakteristik ini, kita
dapat menentukan metode pemisahan, pengolahan, dan
pembuangan akhir yang sesuai.
Jenis-Jenis Limbah Cair Medis
1. Limbah Cair Infeksius
Mengandung mikroorganisme patogen yang berpotensi
menularkan penyakit. Contoh: darah, cairan tubuh, air bekas
pencucian luka, urin pasien menular.
2. Limbah Cair Kimia Berbahaya
Mengandung bahan kimia toksik, korosif, reaktif, atau mudah
terbakar. Contoh: sisa formalin, phenol, xylene, alkohol, bahan
pembersih logam berat. Termasuk kategori limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun).
3. Limbah Cair Farmasi
Berasal dari pencucian alat farmasi, pelarutan obat, atau
pembuangan sisa obat, yang mengandung zat aktif
memengaruhi lingkungan jika tidak diolah dengan benar.
4. Limbah Cair Domestik
Air limbah dari toilet, kamar mandi, wastafel, dan dapur.
Umumnya mirip dengan limbah rumah tangga, tetapi tetap
memerlukan pengolahan dasar sebelum dibuang.

54

Karakteristik Limbah Cair
Beberapa parameter penting untuk menilai karakteristik limbah cair
antara lain:
1. BOD (Biological Oxygen Demand)
Adalah menunjukkan kandungan bahan organik yang mudah
terurai biologis dalam limbah cair.
2. COD (Chemical Oxygen Demand)
Adalah menunjukkan total kebutuhan oksigen untuk
menguraikan bahan organik dan anorganik dalam limbah cair.
3. pH
Adalah keasaman/alkalinitas limbah cair.
4. TSS (Total Suspended Solids)
Adalah kandungan padatan tersuspensi dalam limbah cair.
5. Kandungan mikrobiologi
Seperti Escherichia coli, Salmonella sp., dll dalam limbah cair.
Mengetahui karakteristik limbah cair Fasyankes ini penting karena
menjadi dasar untuk:
➢ Menentukan jenis pengolahan limbah cair yang dibutuhkan
(fisika, kimia, biologi)
➢ Menilai apakah limbah dapat langsung dibuang atau harus
diolah terlebih dahulu
➢ Memastikan bahwa buangan akhir telah memenuhi baku mutu
air limbah

Berikut tahapan dalam pengelolaan limbah cair Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Pengelolaan limbah cair di fasilitas pelayanan kesehatan
(Fasyankes) dilakukan secara menyeluruh, mulai dari titik sumber

55

hingga pembuangan akhir. Hal ini bertujuan mengendalikan potensi
pencemaran dan memastikan bahwa air buangan memenuhi baku
mutu lingkungan sebelum dilepaskan ke sistem pembuangan umum.
Berikut ini adalah tahapan utama dalam pengelolaan limbah cair:
1. Penampungan Awal
• Limbah cair dikumpulkan dari masing-masing unit sumber
(lab, rawat inap, laundry, dll).
• Disalurkan ke saluran khusus menuju unit penampungan
awal (Bak Ekualisasi).
• Pemisahan limbah B3 atau infeksius dilakukan sedini
mungkin di titik sumber.
2. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan melalui Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan beberapa tahapan
berikut:
• Fisik: penyaringan partikel kasar, pemisahan lemak/minyak
• Biologis: proses aerasi menggunakan mikroorganisme untuk
menguraikan bahan organik
• Kimia: penambahan bahan kimia untuk mengendapkan zat
berbahaya (koagulasi, flokulasi)
3. Monitoring Kualitas Air Limbah
• Air hasil olahan harus diuji secara berkala untuk memastikan
kandungan BOD, COD, pH, TSS, dan mikroorganisme
berada dalam batas aman.
• Pengujian ini menjadi dasar dalam pelaporan dan audit
lingkungan.
4. Pembuangan

56

• Setelah pengolahan dan hasil uji menunjukkan bahwa
kualitas limbah cair sesuai dengan baku mutu air limbah,
maka air buangan dapat dilepas badan air penerima.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah cair di
Fasyankes antara lain :
➢ IPAL harus dirancang sesuai dengan kapasitas dan jenis limbah
yang dihasilkan Fasyankes.
➢ Petugas IPAL harus mendapatkan pelatihan teknis dan
keselamatan kerja.
➢ Pencampuran limbah B3 dengan limbah domestik tidak
diperbolehkan.

57

Gambar. Bagan Alir Penghasilan Limbah Cair di Rumah Sakit

58

B. Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Teknologi pengolahan limbah cair di fasyankes umumnya terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Pengolahan Pendahuluan (Preliminary Treatment)
2. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
4. Pengolahan Tersier (Advanced Treatment)



1. Pengolahan Pendahuluan (Preliminary Treatment).
Tahap ini bertujuan untuk memisahkan material kasar seperti
pasir, lumpur, atau sampah padat menggunakan saringan
(screening), grit chamber, atau bak pengendap awal. Proses
ini membantu mencegah kerusakan pada peralatan
pengolahan di tahap berikutnya.

59

2. Pengolahan Primer (Primary Treatment).
Limbah cair dialirkan dari Bak Ekualisasi (tempat berkumpul
dari berbagai sumber limbah) ke bak sedimentasi untuk
memisahkan padatan tersuspensi dan partikel organik yang
mengendap.
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment).
Pada tahap ini digunakan proses biologis untuk menguraikan
bahan organik yang terlarut dengan memanfaatkan
mikroorganisme.
Teknologi yang umum digunakan meliputi:
a. Suspended Growth (tidak menggunakan media,
mikroorganisme hidup tersuspensi/melayang di seluruh
cairan limbah).
• Kolam oksidasi (Oxidation Pond)
• Lagoon Anaerob dan Lagoon Aerob
• Proses lumpur aktif (Activated Sludge)
b. Attached Growth (menggunakan media tempat hidup
mikroorganisme)
• Biofilter
• RBC (Rotating Biological Contactor)
• Trickling Filter
Proses ini mampu mengurangi kadar BOD (Biochemical
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan
TSS (Total Suspended Solid) secara signifikan.
4. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier ini disiapkan hanya jika diperlukan
pengolahan lanjutan, misalnya untuk menghilangkan zat kimia

60

spesifik seperti logam berat atau mikroorganisme patogen
yang masih tersisa. Teknologi yang digunakan antara lain:
a. Filtrasi pasir
b. Disinfeksi dengan klorin, ozon, atau Sinar UV
c. Adsorpsi menggunakan karbon aktif
d. Reverse Osmosis untuk pengolahan lanjut

Sistem Desinfeksi
Sebelum air limbah dibuang, perlu dilakukan desinfeksi untuk
membunuh mikroorganisme patogen. Pemilihan metode
desinfeksi bergantung pada efektivitas, biaya operasional, serta
dampaknya terhadap lingkungan.

C. Regulasi Terkait Pengolahan Limbah Cair di Fasyankes
Merujuk regulasi yang ada setiap Fasyankes wajib memiliki
IPAL dan mengoperasikan dengan baik. Limbah cair harus diolah
hingga memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL) sebelum dibuang
ke lingkungan.Pemantauan dan pelaporan kualitas efluen wajib
dilakukan secara berkala kepada instansi lingkungan hidup daerah.
Dukungan Dokumentasi dan izin lingkungan (UKL-UPL/AMDAL)
diperlukan sebagai bagian dari kepatuhan hukum.
Berikut rujukan regulasi terkait Pengolahan Limbah Cair
Fasyankes :
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Menjadi dasar
hukum utama dalam pengelolaan lingkungan, termasuk limbah
cair medis. Mengatur kewajiban setiap penanggung jawab

61

usaha/kegiatan (termasuk Fasyankes) untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan pencemaran lingkungan.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.
Menegaskan bahwa upaya kesehatan harus memperhatikan
kesehatan lingkungan. Limbah medis, termasuk limbah cair,
wajib dikelola agar tidak menimbulkan risiko terhadap tenaga
kesehatan, pasien, dan masyarakat.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Mengatur baku mutu lingkungan, termasuk Baku Mutu
Air Limbah (BMAL) yang wajib dipenuhi Fasyankes sebelum
dibuang ke badan air atau saluran umum. Fasyankes wajib
memiliki sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
sesuai standar teknis.
4. Permenkes No. 18 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Limbah
Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan berbasis Wilayah.
Mengatur tentang adanya IPAL dan Hasil Pengolahan limbah
cair memenuhi baku mutu
5. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 7 Tahun
2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Mengatur
bahwa rumah sakit wajib mengelola limbah cair hasil kegiatan
pelayanan kesehatan. Mengatur standar teknis IPAL rumah
sakit, pemantauan kualitas efluen (hasil olahan air limbah),
serta kewajiban uji laboratorium secara berkala.
6. Permenkes Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Mengatur bahwa
setiap rumah sakit wajib memiliki sarana IPAL sesuai kapasitas
dan karakteristik limbah cair yang dihasilkan.

62

7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen
LHK) Nomor P.68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik. Menjadi acuan bagi Fasyankes dalam membuang
limbah cair yang sifatnya menyerupai limbah domestik (air cucian,
toilet, dapur, dll.).
8. Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). SNI memberikan panduan teknis perencanaan,
konstruksi, dan operasional IPAL untuk memastikan efektivitas
pengolahan limbah cair medis.



Nah, sekarang rekan rekan sudah memahami tentang
pengelolaan limbah cair fasilitas pelayanan kesehatan. Materi
selanjutnya kita mulai mempelajari tentang Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah Gas Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Silahkan Anda pelajari materi berikutnya.
Selamat belajar!

63




1. Limbah cair Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) berasal
dari beragam aktivitas seperti pelayanan medis, laboratorium,
dapur, laundry, hingga sanitasi ruangan. Limbah cair ini
mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia berbahaya,
serta bahan organik yang jika tidak diolah dengan benar dapat
mencemari lingkungan
2. Pengelolaan limbah cair Fasyankes bertujuan mengendalikan
potensi pencemaran dan memastikan bahwa air buangan
memenuhi baku mutu lingkungan sebelum dilepaskan ke sistem
pembuangan umum.
3. Tahapan utama pengelolaan limbah cair Fasyankes yaitu
Penampungan Awal, Pengolahan Limbah Cair, Monitoring Kualitas
Air Limbah, Pembuangan
4. Teknologi pengolahan limbah cair di fasyankes umumnya terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu :Pengolahan Pendahuluan
(Preliminary Treatment); Pengolahan Primer (Primary Treatment);
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment) ; Pengolahan
Tersier (Advanced Treatment)
5. Regulasi tentang Pengelolaan Limbah Cair Fasyankes
mewajibkan Fasyankes memiliki IPAL dan mengo perasikan
dengan baik. Limbah cair harus diolah hingga memenuhi Baku
Mutu Air Limbah (BMAL) sebelum dibuang ke lingkungan. Hal
tersebut di dukung dengan adanya Dokumentasi dan izin
lingkungan (UKL-UPL/AMDAL) diperlukan sebagai bagian dari
kepatuhan hukum

Nah, sekarang rekan rekan sudah
memahami tentang konsep pelaksanaan
SEKARANG SAYA TAHU

64





Pendahuluan
Limbah gas atau emisi di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
hasil samping dari berbagai kegiatan pelayanan maupun penunjang,
seperti proses sterilisasi, penggunaan generator listrik, pembakaran
limbah medis dengan insinerator, serta penggunaan bahan kimia
tertentu di laboratorium maupun instalasi radiologi. Emisi ini berpotensi
mengandung partikel berbahaya, gas beracun (misalnya karbon
monoksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida), senyawa organik volatil
(VOC), hingga dioksin dan furan dari proses pembakaran yang tidak
sempurna. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah gas dapat
mencemari udara, mengganggu kesehatan tenaga kesehatan, pasien,
maupun masyarakat sekitar.

Indikator Hasil Belajar
Menjelaskan pelaksanaan pengelolaan limbah gas fasilitas pelayanan
kesehatan

Sub Materi Pokok
Berikut ini adalah sub materi pokok 5:
a. Upaya Pengendalian Emisi
b. Regulasi terkait Pengelolaan Limbah Gas Fasyankes




MATERI POKOK 5
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Gas
Fasyankes

65

Uraian Materi Pokok 5

Bagaimana pelaksanaan pengelolaan limbah padat Domestik
Fasyankes? Untuk mengetahui jawabannya mari kita pelajari
materi pokok 2 dengan penuh perhatian dan semangat belajar
yang tinggi yaa... Semangaaatsss

Upaya Fasyankes untuk mengurangi pencemaran udara dari
aktivitas pelayanan kesehatan dan bentuk tanggung tanggung jawab
Fasyankes dalam melindungi kesehatan masyarakat dan menjaga
kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, maka diperlukan upaya
terpadu dalam pengelolaan limbah gas Fasyankes. Pengelolaan
limbah gas/emisi di Fasyankes mengacu pada prinsip pencegahan,
pengendalian, dan pemantauan. Upaya pencegahan dilakukan
dengan memilih teknologi dan peralatan ramah lingkungan, seperti
mengganti sterilisasi berbasis etilen oksida dengan metode uap
bertekanan (autoklaf) atau menggunakan energi listrik yang lebih
efisien. Pengendalian dilakukan melalui pemasangan perangkat
pengendali pencemaran udara seperti scrubber, electrostatic
precipitator, atau filter khusus yang dapat menurunkan konsentrasi
partikel maupun gas berbahaya sebelum dilepas ke udara bebas.
Selain itu, pemantauan emisi wajib dilaksanakan secara berkala sesuai
baku mutu emisi yang ditetapkan dalam peraturan perundangan,
seperti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
baku mutu emisi insinerator limbah medis. Setiap Fasyankes juga perlu
menyusun standar operasional prosedur (SOP) pengoperasian alat,

66

perawatan, serta pencatatan hasil pemantauan emisi sebagai bagian
dari sistem manajemen lingkungan rumah sakit.

A. Upaya Pengendalian Emisi
Limbah gas atau emisi udara di Fasyankes berasal dari berbagai
aktivitas yang melibatkan pembakaran, penggunaan bahan kimia
volatil, dan gas medis. Jika tidak dikendalikan dengan baik, emisi
gas dapat mencemari udara, menimbulkan keluhan kesehatan,
dan bahkan bersifat karsinogenik bagi manusia. Adapun gas ini
dapat bersifat sebagai berikut: Beracun (toxic); Iritatif
(mengganggu saluran pernapasan); Karsinogenik (karsinogenik)
dan bau menyengat (menimbulkan gangguan kenyamanan
lingkungan). Berikut informasi sumber emisi di Fasyankes.
Tabel 5.1 Sumber Emisi Gas di Fasyankes
NO SUMBER
EMISI GAS
JENIS GAS YANG
DIHASILKAN

1. Insinerator
limbah medis
Menghasilkan asap,
dioksin, furan, logam
berat dalam bentuk uap.

Karsinogenik,
toksik
2. Bahan kimia
volatil
Formaldehida dari fiksasi
jaringan

Iritasi, mutagenik
Eter, alkohol, xylene dari
Lab dan ruang sterilisasi.

Mudah terbakar
dan toksik
3. Gas anestesi Seperti nitrous oxide,
isofluran, yang terlepas
ke ruang tindakan.

Gangguan sistem
saraf
4. Sistem HVAC
& ventilasi
Bila tidak terawat, dapat
menyebarkan
jamur/spora ke udara
ruangan.

Gangguan Infeksi
Saluran
Pernapasan

67

Emisi gas dari fasilitas pelayanan kesehatan dapat berasal dari
berbagai aktivitas, seperti proses sterilisasi, pembakaran limbah,
penggunaan bahan kimia, penggunaan kendaraan operasional,
hingga sistem pendingin ruangan. Jika tidak dikendalikan, emisi
gas tersebut dapat berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan upaya
sistematis untuk mengendalikan emisi gas. Berikut adalah
langkah-langkah upaya pengendalian emisi gas di Fasyankes:
1. Identifikasi dan Inventarisasi Sumber Emisi
Melakukan pemetaan sumber emisi dari kegiatan operasional
fasyankes, seperti:
a. Insinerator limbah medis
b. Generator listrik (genset)
c. Sistem HVAC (heating, ventilation, and air conditioning)
d. Penggunaan bahan kimia dan gas medis (misalnya: etilen
oksida, N₂O). Melakukan pengukuran atau estimasi jumlah
emisi yang dilepaskan.
2. Pemilihan Teknologi Ramah Lingkungan
a. Menggunakan insinerator berstandar emisi, dilengkapi
scrubber/filtrasi gas buang.
b. Mengganti peralatan lama dengan alat hemat energi dan
rendah emisi (contoh: AC inverter, genset standar Euro).
c. Menggunakan teknologi alternatif pengolahan limbah
tanpa pembakaran (autoclave, microwave).
3. Ventilasi dan Tata Udara yang Baik
a. Merancang sistem ventilasi untuk memastikan perputaran
udara yang sehat, terutama di ruang isolasi, ruang bedah,
dan ruang laboratorium.

68

b. Menggunakan penyaring udara (HEPA filter atau karbon
aktif) untuk menyaring partikel dan gas berbahaya.
4. Pemeliharaan dan Kalibrasi Rutin
a. Melakukan perawatan berkala alat pembakar dan
pendingin untuk menghindari kebocoran gas atau
pembakaran tidak sempurna.
b. Kalibrasi sistem kontrol emisi agar selalu berfungsi optimal
sesuai baku mutu lingkungan.
5. Penggunaan Energi Bersih dan Efisiensi Energi
a. Menggunakan sumber energi alternatif seperti panel surya
untuk menurunkan penggunaan bahan bakar fosil.
b. Menerapkan program efisiensi energi: hemat listrik,
matikan alat yang tidak digunakan, penggunaan sensor
otomatis.
6. Monitoring dan Evaluasi Emisi
a. Melakukan pengukuran berkala terhadap kualitas udara
emisi gas buang dari insinerator dan genset.
b. Membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu
emisi gas sesuai regulasi Perm en LHK No.
P.56/MENLHK/SETJEN/2015, atau Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
7. Pelatihan dan Kesadaran SDM
a. Memberikan pelatihan tentang potensi bahaya emisi gas,
cara pengendalian, dan penggunaan alat pelindung diri
(APD).
b. Meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan staf
untuk ikut menjaga kualitas udara.

69


Gambar 5.1 Contoh Insinerator di Rumah Sakit

B. Regulasi terkait Pengelolaan Limbah Gas Fasyankes
Pengelolaan limbah gas dan emisi di Fasyankes diwarnai oleh
regulasi yang ketat dan teknis. Mulai dari spesifikasi teknis
insinerator, pemantauan dan pelaporan emisi, hingga baku mutu
dan persetujuan operasional, semua dirancang untuk menjaga
kualitas udara, kesehatan masyarakat, dan prinsip keberlanjutan
lingkungan. Dengan demikian, Fasyankes tidak hanya
bertanggung jawab atas pelayanan medis, tetapi juga dampak
lingkungannya.
Berikut rujukan regulasi terkait pengelolaan limbah gas Fasyankes.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Menjadi dasar
hukum utama dalam pengelolaan lingkungan termasuk adanya
emisi gas dari Fasyankes. Mengatur kewajiban setiap

70

penanggung jawab usaha/kegiatan (termasuk Fasyankes)
untuk mencegah, menanggulangi , dan memulihkan
pencemaran lingkungan
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.
Menegaskan bahwa upaya kesehatan harus memperhatikan
kesehatan lingkungan. Limbah medis, termasuk limbah /emisi
gas wajib dikelola supaya memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Mengharuskan insinerator Fasyankes memiliki
persetujuan teknis dari KLHK, persyaratan administratif, teknis,
SDM kompeten, dan verifikasi untuk penerbitan Surat
Kelayakan Operasional (SLO)
4. Permen LHK No. 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasyankes.
Peraturan tentang Insinerator harus memiliki efisiensi
pembakaran minimal 99,95%, dengan suhu ruang bakar
utama ≥ 800 °C dan ruang bakar sekunder ≥ 1.200 °C (untuk
limbah sitotoksik) selama ≥ 2 detik, serta dilengkapi dengan
alat pengendalian udara seperti scrubber, cerobong tinggi,
lubang pengambilan sampel emisi, serta aks es untuk
pengujian emisi. DRE (Destruction and Removal Efficiency)
wajib dihitung dalam uji coba pembakaran, dengan pelaporan
hasil uji coba secara formal kepada Menteri Lingkungan Hidup.
Uji coba secara terus menerus minimal 14 hari, dilanjutkan
dengan pengoperasian yang mencakup pemeriksaan
peralatan dan pengendalian kebocoran.

71

5. Permenkes No. 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Fasyankes wajib melakukan pengukuran emisi
gas buang dan kualitas udara ambien sesuai frekuensi yang
ditetapkan: Insinerator dan boiler: minimal setiap 6 bulan;
Generator set (kapasitas <1.000 kVA): minimal setiap tahun;
Udara ambien sekitar rumah sakit: minimal setiap tahun.
Setiap sumber emisi harus dilengkapi fasilitas penunjang uji
emisi, serta hasil pengukuran harus dilaporkan minimal sekali
setahun
6. Permen LHK No. 6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara
Pengelolaan Limbah B3. Menetapkan bahwa baku mutu emisi
insinerator termal wajib mengacu pada Lampiran XIV,
termasuk parameter spesifik seperti partikel, SO₂, NO₂, HCl,
HF, CO, hidrokarbon, logam berat, opasitas, dan efisiensi
pembakaran

Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan MP3 Pelaksanaan Pengelolaan
Limbah Fasyankes. Jika Anda belum sepenuhnya memahami
materi, silakan pelajari kembali dari awal ya!

72





1. Upaya Fasyankes untuk mengurangi pencemaran udara dari
aktivitas pelayanan kesehatan dan bentuk tanggung tanggung
jawab Fasyankes dalam melindungi kesehatan masyarakat dan
menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, maka
diperlukan upaya terpadu dalam pengelolaan limbah gas
Fasyankes. Pengelolaan limbah gas/emisi di Fasyankes mengacu
pada prinsip pencegahan, pengendalian, dan pemantauan
2. Regulasi Pengelolaan Limbah Gas Fasyankes merupakan upaya
bersama untuk mengurangi dampak pencemaran udara terkait
aktivitas Fasyankes. Peraturan teknis yang ketat tentang
spesifikasi teknis insinerator, pemantauan dan pelaporan emisi,
hingga baku mutu dan persetujuan operasional pelaksanaanya
bagi Fasyankes.



Nah, sekarang rekan rekan sudah
memahami tentang konsep pelaksanaan
SEKARANG SAYA TAHU

73





1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.
3. Perpres Nomor 97 Tahun 2017 sampah rumah tangga dan
sejenis rumah tangga
4. Permenkes No. 2 Tahun 2023 Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan.
5. Permenkes No. 18 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Limbah
Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan berbasis Wilayah.
6. Yves Charties, Yves Charties, et.al (Editor) (2014) Safe
Management of Wastes from Health-care Activities, WHO,
Geneva.
7. Damanhuri, E., & Padmi, T. (2019). Pengelolaan Limbah Cair
Rumah Sakit. ITB Press. –
8. Metcalf and Edy, Inc. (Revised by Tchobanoglous, et.all. 2009
Wastewater Engineering Treatment and Reuse, Fourth Edition,
McGraw Hill, Boston
9. Qasim, Syed. R. 1998. Wastewater Treatment Plants: Planning,
Design and Operation, Second Edition. CRC Press. New York


DAFTAR PUSTAKA

74








Tim Penyusun:
Aulia Fitriani, ST, MKM
dr. Atiq Amanah Retna Palupi, MKKK
Wika Puspitasari, S.Pd.M.Sc


Tim Pengembang Media Pembelajaran:
Efi Kurniatiningsih, SKM, M.K.M
Nidya Triyunita, SKM


Kontributor Substansi:
dr. Eka Sulistiany, M.Kes