PENGELOLAAN Bahan bakar mintak dari awal

AhmadIdrisSarmin 0 views 40 slides Sep 16, 2025
Slide 1
Slide 1 of 40
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40

About This Presentation

pengelolaan bahan bakar minyak


Slide Content

PENGELOLAAN BBM

Pasokan BBM dari Supplier BBM Suplier BBM Customer PLN Pengadaan BBM Kontrak BBM Titik Suplai BBM Pemesanan BBM Serah terima BBM Surveyor BBM Bisnis PLN

PT PLN (Persero)| SERAH TERIMA BBM : Loading BBM dari Tanker/Tongkang 3 SAMPLING DENSITAS TOTAL WATER CONTENT CEK DOKUMEN - ANT & ATT, SIUPP & SIUPAL - Bukti tera Balai Metrologi - Certificate of classification - Sertifikat keselamatan PENGISIAN DENGAN FLOWMETER

PT PLN (Persero)| SERAH TERIMA BBM : Unloading BBM dari Tanker/Tongkang 4 SAMPLING DENSITAS CEK KESESUAIAN RFID CEK DOKUMEN - ANT, ATT, SIUPP, SIUPAL - Bukti tera Balai Metrologi - Certificate of classification - Sertifikat keselamatan PENGUKURAN LEVEL & SUHU DENGAN UTI

PT PLN (Persero)| SERAH TERIMA BBM : L oading BBM dari Truk Tangki 5 TRUK DATANG 1. CEK LIDAH TERA 2. CEK DOKUMEN: SIM, STNK, Dokumen KIR Bukti Tera Balai Metrologi Izin Angkutan BBM 3. CEK SISTEM GROUNDING PENGISIAN DENGAN FLOWMETER SAMPLING DENSITAS SUHU TOTAL WATER CONTENT CEK LEVEL BBM + GPS

PT PLN (Persero)| SERAH TERIMA BBM : Unloading BBM dari Truk Tangki 6 TRUK DATANG 1. CEK KESESUAIAN RFID 2. CEK DOKUMEN: SIM, STNK, Dokumen KIR Bukti Tera Balai Metrologi Izin Angkutan BBM SAMPLING DENSITAS SUHU TOTAL WATER CONTENT 1. CEK LIDAH TERA 2. CEK LEVEL BBM TANGKI TIMBUN PLN

Moda Transportasi BBM Pipa : Pipa adalah metode umum untuk mengangkut diesel dalam jarak jauh . Pipa menawarkan cara yang berkelanjutan dan efisien untuk memindahkan volume besar bahan bakar . Truk Tangki : Untuk jarak yang lebih pendek atau area yang tidak dilayani oleh pipa, truk tangki digunakan . Kendaraan ini dilengkapi dengan tangki khusus untuk mengangkut diesel dengan aman . Kereta Api : Transportasi kereta api adalah opsi lain untuk memindahkan sejumlah besar diesel, terutama ketika pipa tidak tersedia atau praktis . Kapal dan Tongkang : Untuk transportasi internasional atau pesisir , diesel sering dipindahkan dengan kapal tanker atau tongkang.

Moda Transportasi BBM 5. Pesawat : Moda transportasi bahan bakar minyak (BBM) via pesawat biasanya tidak umum digunakan untuk distribusi komersial dalam jumlah besar karena biaya operasional yang tinggi dan kapasitas angkut yang terbatas . Namun , ada situasi khusu s di mana transportasi BBM melalui pesawat menjadi pilihan yang diperlukan . Salah satu alasannya adalah Lokasi Terpencil atau sulit dijangkau , seperti pulau kecil atau wilayah pedalaman yang tidak memiliki akses jalan atau pelabuhan , pesawat dapat digunakan untuk mengangkut BBM dalam jumlah terbatas . Moda transportasi untuk mengirim BBM dari TBBM Jayapura ke Pembangkit UP3 Wamena . Moda transport : Truk Tangki – Pesawat ( dalam drum) – Truk Tangki

Komponen Biaya Logistik BBM Biaya Logistik Biaya Transportasi Handling Cost Biaya Transportasi Jalan Biaya Transportasi Laut/Sungai Biaya Transportasi Biaya Layanan Kepelabuhanan Data Pengiriman BBM dari Depo ke Pembangkit

Susut (Losses) Dalam Transportasi BBM R1 Adalah Loading Loss pada pelabuhan muat , angka yang menjadi acuan adalah angka B/L (Bill of Lading) dan SFAL (Ship Figure After Loading) R2 Adalah Transport Loss atau susut saat perjalanan dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar , angka yang menjadi acuan adalah angka SFAL (Ship Figure After Loading) dan SFBD (Ship Figure Before Discharge) R3 Adalah Discharge Loss atau susut saat pembongkaran dari kapal ke tangka darat , angka yang menjadi acuan adalah angka SFBD (Ship Figure Before Discharge) dan AR (Actual Received) R4 Adalah Supply Loss atau total loss yang terjadi dalam pengiriman BBM, merupakan penjumlahan dari R1, R2, dan R3. Total loss ini adalah discrepancies ( perbedaan ) antara angka pengirim (Bill of Lading) dengan angka penerima (Actual Received) B/L : Bill of Lading, merupakan dokumen pengapalan yang berisikan informasi mengenai cargo yang diangkut kapal tersebut , terdapat informasi kuantitas dan kualitas . SFAL : Ship Figure After Loading, merupakan hasil pengukuran kuantitas di kapal di loading port setelah pelaksanaan loading selesai . SFBD : Ship Figure Before Discharge, merupakan hasil pengukuran diatas kapal di pelabuhan bongkar sebelum pelaksanaan bongkar dilaksanakan . AR : Actual Received, merupakan Hasil pengukuran di darat di pelabuhan bongkar , di tempat penerimaan dengan alat ukur yang telah ditentukan

Susut (Losses) Dalam Transportasi BBM S Pembangkit PT PLN (PERSERO) T BBM/DEPO PT Pertamina Patra Niaga Loading Losses (R1) Discharging Losses (R3) Transportation Losses (R2) Supply Losses (R4) Kontrak Eksisting

Susut (Losses) Dalam Transportasi BBM R1 , atau loading loss, adalah kehilangan yang terjadi saat BBM dimuat ke dalam kapal tanker. Ini bisa disebabkan oleh penguapan , kebocoran , atau kesalahan pengukuran . R1 mencerminkan selisih antara jumlah BBM yang dimuat dan jumlah yang diterima di tangki darat . Loading losses ini penting untuk diperhatikan karena dapat mempengaruhi efisiensi operasional dan profitabilitas perusahaan . A ngka yang menjadi acuan adalah angka B/L (Bill of Lading) dan SFAL (Ship Figure After Loading) R2 , atau transport loss, terjadi selama proses pengiriman BBM dari titik pengolahan ke konsumen . R2 mencakup kehilangan yang mungkin terjadi akibat kebocoran atau penguapan selama perjalanan . Pengelolaan logistik yang efisien dan pemantauan kondisi kendaraan sangat penting untuk meminimalkan R2. A ngka yang menjadi acuan adalah angka SFAL (Ship Figure After Loading) dan SFBD (Ship Figure Before Discharge) R3 , atau discharge loss, adalah kehilangan yang terjadi saat BBM dibongkar dari kapal ke tangki penyimpanan . Seperti R1 dan R2, R3 juga dapat disebabkan oleh kesalahan pengukuran atau kebocoran . Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa jumlah BBM yang diterima sesuai dengan yang dimuat . Angka yang menjadi acuan adalah angka SFBD (Ship Figure Before Discharge) dan AR (Actual Received) R4 , atau supply loss atau total loss, mencakup kehilangan yang terjadi akibat perbedaan antara jumlah BBM yang dipasok dan yang diterima . Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor , termasuk kesalahan dalam pencatatan atau pengukuran . R4 penting untuk dianalisis agar perusahaan dapat mengidentifikasi dan mengatasi masalah dalam rantai pasokan . R4 merupakan penjumlahan dari R1, R2, dan R3. Total loss ini adalah discrepancies ( perbedaan ) antara angka pengirim (Bill of Lading) dengan angka penerima (Actual Received)

Jenis Tangki Penyimpanan BBM Menurut Posisi : Tangki Penyimpanan di Atas Tanah : Tangki yang dipasang di atas permukaan tanah dan mudah diakses untuk perawatan dan inspeksi . Tangki Penyimpanan di Bawah Tanah :   Tangki yang ditanam di bawah tanah , sering digunakan ketika ruang terbatas atau untuk alasan estetika .

Jenis Tangki Penyimpanan BBM Menurut Bentuk : Tangki Penyimpanan Vertikal :   Tangki dengan orientasi vertikal dan umumnya digunakan untuk kapasitas penyimpanan besar . Tangki dengan kapasitas lebih dari 100 kl, sebagian besar berdesain vertikal . Tangki Penyimpanan Horizontal:   Tangki dengan orientasi horizontal dan sering digunakan untuk kapasitas yang lebih kecil .

Jenis Tangki Penyimpanan BBM Menurut Struktur : Tangki Atap Tetap :   Tangki dengan atap tetap dan biasanya digunakan untuk menyimpan cairan dengan volatilitas rendah . Tangki Atap Terapung :   Tangki dengan atap yang mengapung di permukaan cairan yang disimpan , meminimalkan ruang uap dan mengurangi kehilangan penguapan . Tangki Bola:   Sering digunakan untuk menyimpan gas di bawah tekanan , tangki ini berbentuk bola untuk mendistribusikan tekanan secara merata . Menurut Kapasitas : Tangki Penyimpanan Besar :   Tangki dengan kapasitas lebih dari 100 meter kubik , sebagian besar berdesain vertikal . Tangki Penyimpanan Kecil:   Tangki dengan kapasitas lebih kecil , biasanya berdesain horizontal.

Keunggulan Tangki Vertikal Efisiensi Ruang: Tangki vertikal memanfaatkan ruang secara efisien , terutama di area yang terbatas , karena mereka menempati lebih sedikit luas permukaan tanah dibandingkan dengan tangki horizontal. Kapasitas Penyimpanan Besar : Tangki vertikal biasanya dapat menampung volume yang lebih besar , menjadikannya pilihan ideal untuk penyimpanan dalam jumlah besar . Stabilitas Struktural : Struktur vertikal memberikan stabilitas yang baik , terutama untuk cairan dengan tekanan rendah . Pengurangan Penguapan : Dengan desain atap tetap atau atap terapung , tangki vertikal dapat mengurangi penguapan cairan yang disimpan , sehingga lebih efisien untuk menyimpan bahan yang mudah menguap . Pemeliharaan dan Inspeksi : Tangki vertikal seringkali lebih mudah untuk diperiksa dan dirawat , terutama jika dilengkapi dengan akses yang baik ke bagian atas tangki .

Keunggulan Tangki Horizontal Kemudahan Instalasi : Tangki horizontal lebih mudah dipasang dan dipindahkan , terutama untuk instalasi sementara atau di lokasi yang sering mengalami perubahan . Stabilitas untuk Cairan dengan Tekanan Tinggi: Struktur horizontal lebih cocok untuk menyimpan cairan dengan tekanan tinggi karena distribusi tekanan yang lebih merata di sepanjang tangki . Aksesibilitas : Tangki horizontal sering kali lebih mudah diakses untuk pengisian dan pengosongan , terutama dalam aplikasi yang memerlukan pengisian cepat dan sering . Biaya Pembuatan : Untuk kapasitas yang lebih kecil , tangki horizontal bisa lebih ekonomis untuk diproduksi dan dioperasikan dibandingkan dengan tangki vertikal . Fleksibilitas Penempatan : Tangki horizontal dapat ditempatkan di area dengan ketinggian terbatas , menjadikannya pilihan yang baik untuk lokasi dengan batasan ketinggian .

Regulasi dan Standar dalam Logistik dan Infrastruktur BBM Regulasi Pemerintah Standar Operasional dan Sertifikasi

Standar dan Mutu ( Spesifikasi ) Teknis BBM HSD HSD (High Speed Diesel)/ Minyak Solar – Surat Keputusan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi No 146.k/ 10/DJM .T/2020

Standar dan Mutu ( Spesifikasi ) Teknis BBM B35 Biosolar (B35) Surat Keputusan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi No 170.k/HK.02/DJM/2023

Standar dan Mutu ( Spesifikasi ) Teknis BBM B100 / FAME FAME (Fatty Acid Methyl Ester) - Surat Keputusan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 195.K/EK.05/2022

Standar dan Mutu ( Spesifikasi ) Teknis BBM MFO MFO (Marine Fuel Oil)/ Minyak Bakar – Surat Keputusan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi No.14496.K/14/DJM/2008

Milestone Penerapan Biodiesel

Spesifikasi B30 vs B35 Kandungan air B35 lebih baik ( lebih rendah ) daripada B30

Perbandingan Spesifikasi FAME (B100) B100 untuk B35 SK DJE 195.KEK.05/2022 Spesifikasi FAME B35 lebih baik daripada FAME B20 dan FAME B20

Kandungan Air dalam FAME Kandungan air yang rendah dalam FAME biasanya merupakan hasil dari proses pemurnian dan penanganan yang baik , bukan karakteristik alami dari FAME itu sendiri . Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi : Proses Pemurnian : Selama produksi biodiesel, FAME diproses dan dimurnikan untuk menghilangkan kontaminan , termasuk air. Proses ini melibatkan pemisahan dan pengeringan yang efektif . Kontrol Kualitas : Standar kualitas untuk biodiesel menetapkan batas maksimum untuk kandungan air, sehingga produsen berusaha untuk memastikan bahwa produk akhir memenuhi spesifikasi yang diinginkan . Penyimpanan yang Tepat : Penyimpanan FAME dalam kondisi yang tepat , seperti wadah yang tertutup rapat dan di lingkungan kering , membantu mencegah penyerapan kelembaban dari udara . Secara alami , FAME tidak memiliki kecenderungan untuk memiliki kandungan air yang rendah ; justru , tanpa penanganan yang tepat , FAME bisa menyerap air dari lingkungannya . Oleh karena itu , pengendalian proses dan penyimpanan sangat penting untuk menjaga kandungan air tetap rendah .

Kandungan Air dalam FAME Kandungan air yang rendah dalam FAME penting karena beberapa alasan : Stabilitas Pembakaran : Air dalam bahan bakar dapat mengganggu proses pembakaran , menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna dan mengurangi efisiensi mesin . Korosi : Air dapat menyebabkan korosi pada bagian logam dalam sistem bahan bakar dan mesin , yang dapat meningkatkan biaya perawatan dan memperpendek umur mesin . Pembentukan Mikroorganisme : Air dalam bahan bakar dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme , yang dapat menyumbat filter dan saluran bahan bakar . Kualitas Bahan Bakar : Kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan fase pemisahan dan mengurangi kualitas keseluruhan bahan bakar , mempengaruhi performa mesin . Oleh karena itu , menjaga kandungan air yang rendah dalam FAME sangat penting untuk memastikan kinerja mesin yang optimal dan memperpanjang umur komponen mesin .

Kestabilan Oksidasi dalam Biodiesel Kestabilan oksidasi merujuk pada kemampuan suatu bahan , seperti bahan bakar atau minyak , untuk menahan degradasi kimia akibat reaksi dengan oksigen . Dalam konteks bahan bakar seperti biodiesel (yang mengandung FAME), kestabilan oksidasi sangat penting karena : Mencegah Pembentukan Endapan : Oksidasi dapat menyebabkan pembentukan endapan atau gum yang dapat menyumbat filter dan injektor bahan bakar . Menghindari Degradasi Kualitas : Oksidasi dapat mengubah sifat kimia dan fisika bahan bakar , mengurangi efisiensi dan performa mesin . Perpanjangan Umur Simpan : Bahan bakar dengan kestabilan oksidasi yang baik memiliki umur simpan yang lebih panjang , karena lebih tahan terhadap perubahan kimia yang merugikan . Mencegah Korosi : Produk oksidasi dapat menyebabkan korosi pada komponen logam dalam sistem bahan bakar .

Regulasi dan Standar dalam Logistik dan Infrastruktur BBM Regulasi Pemerintah Standar Operasional dan Sertifikasi

Standar HOP Standar HOP sesuai Surat dari PLN Pusat Divisi OKI (November 2023)

Standar HOP Standar HOP sesuai Surat dari PLN Pusat Divisi OKI (November 2023) Kondisi HOP yang dijadikan referensi : HOP Min Status Kritis Status Siaga Status Aman 5 HOP <= 5 5 < HOP <= 7 HOP > 7 7 HOP <= 7 7 < HOP <= 9 HOP > 9 10 HOP <= 10 10 < HOP <= 12 HOP > 12 15 HOP <= 15 15 < HOP <= 17 HOP > 17

Standar HOP HOP Sistem Jamali sesuai Keputusan GM Pusat Pengatur Beban Jamali 2011

Discrepancy Pada Proses Custody Transfer Migas R1 R2 R3 R4

Toleransi Susut Dalam Transportasi BBM 34 No. Acuan Keterangan 1. Permenhan No. 61 Tahun 2014 Darat: 0,015% Tanker: 0,015% Tangki Timbun : 0,33% per bulan 2. SOP Penerimaan BBM di Direktorat Operasi Indonesia Timur Tahun 2014 Darat: R2 : 0,15% ; R4: 0,5% Laut: R1 : 0,3%, R2 : 0,2%, R3 : 0,2%; R4: 0,5% 3. SOP Serah Terima BBM di PT PLN (Persero) Tahun 2016 HSD : 0,3 % ( susut Total) MFO : 0,3 % ( susut Total) 4. Kajian PUSTRAL UGM Tahun 2019* Darat: 0, 15% Tanker: 0,30% Tongkang: 0,30% 5 Addendum V atas Kontrak Payung PJB BBM Antara Pertamina dan PLN No. 528/C00000/2007-S0 dan No. 066-1.PJ/040/DIR/2007 tgl 16 Mei 2007 Susut di Supply Point Pertamina ( Titik R1) maks (-) 0,3% * Diberlakukan apabila memenuhi kondisi berikut: - Moda transportasi yang digunakan memenuhi standar yang telah ditetapkan - Terdapat kontrak jasa surveyor independen untuk kualitas dan kuantitas BBM di titik penerimaan R4

TERA ULANG ALAT UKUR METROLOGI LEGAL

Manajemen Infrastruktur BBM Pemeliharaan Infrastruktur

1. Tank Cleaning

2. Pengujian Berkala

3. Pengujian Full Test Kualitas BBM

Terima Kasih
Tags