Pengendalian Vektor 2022 new.pptx.......

rizkifadila5 0 views 77 slides Oct 11, 2025
Slide 1
Slide 1 of 77
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77

About This Presentation

-


Slide Content

PENGENDALIAN VEKTOR dan RODENT RIRIH YUDHASTUTI Dept Kesehatan LINGKUNGAN FKM UNAIR

Vektor dan Rodent Vektor Serangga Rodent (Tikus) Nyamuk 1. Tikus (Rat ) Lalat 2. Mencit (mouse) Kecoak 3. Cerurut (Suncus) Kutu Scabies Tungau Pinjal

vektor --> Serangga Penggolongan Serangga Menurut urutan besarnya peran serangga dalam ilmu kedokteran, serangga dibagi dalam golongan yang -> Menularkan penyakit (=vektor & hospes perantara) -> Menyebabkan penyakit (= parasit) -> Menimbulkan kelainan karena eksotokin yang dikeluarkan -> Menyebabkan alergi pada orang rentan -> Menimbulkan entomofobia.

Serangga sebagai parasit Berdasarkan habitat pada manusia: - Endoparasit, hidup atau mengembara di dalam jaringan tubuh - Ektoparasit, hidup pada permukaan tubuh hospes Berdasarkan lamanya hidup pada hospes dibagi: - Parasit permanen - Parasit periodik.

Serangga sebagai penghasil toksin Memasukkan toksinnya ke dalam tubuh manusia dengan cara: - kontak langsung (ulat) - gigitan (kelabang, laba-laba) - sengatan atau tusukan. Gejala yang timbulm oleh karena toksin: - Gejala setempat (gatal) - Gejala umum (hemolisis, perdarahan, gangguan saraf)

Cara Penularan Mekanik, berlangsung dari penderita ke orang lain dengan perantara bagian luar tubuh serangga (lalat). Biologik, dilakukan setelah parasit/agen penyakit yang diisap serangga vektor mengalami proses biologik dalam tubuh vektor. Transovarian, dilakukan oleh stadium muda vektor. Telur dalam tubuh vektor yang menerima infeksi dari induknya, meski induknya mati, penyebab penyakitnya akan dipertahankan sehingga menjadi larva infektif.

Siklus Hidup metamorfosis (perubahan bentuk) Metamorfosis: - Metamorfosis sempurna: - Stadium telur – larva – pupa – dewasa - Ada perbedaan biologi dan morfologi yang jelas antara tingkat muda dan dewasa.

NYAMUK

LALAT dan KECOA Nyamuk , kutu, kutu busuk , pinjal tikus , Lalat dan kecoa termasuk insekta yang berpengaruh terhadap Kesehatan Mayarakat

Pinjal Dan Kutu Busuk

Kutu Kepala

Pengendalian Vektor Vektor adalah Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu “infectious agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (susceptible host). Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang ditularkan vektor atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor .

Tujuan   Untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat .   Ekologi Vektor         Ekologi vektor adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara vektor dan sejenisnya , dengan makhluk lain yang tidak sejenis dan dengan alam lingkungannya yang non- biologis .

Pengelolaan Lingkungan Untuk Pengendalian Vektor Pengelolaan lingkungan untuk pengendalian vektor adalah meliputi usaha : perencanaan , organisasi , pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk mengadakan modifikasi dan atau manipulasi faktor-faktor lingkungan atau interaksinya dengan manusia dengan maksud untuk mencegah atau menurunkan perkembang biakan vektor dan mengurangi kontak antara manusia dengan vektor .

Metode Pengendalian

Modifikasi Lingkungan   Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan lingkungan terdiri dari sesuatu transformasi fisik yang permanen atau berjangka panjang terhadap tanah , air dan tumbuh-tumbuhan , dengan tujuan untuk mencegah , menghilangkan atau menurunkan habitat larva tanpa menyebabkan pengaruh merugikan yang tidak perlu terhadap kualitas lingkungan manusia . Misalnya drainage perpipaaan untuk mengurangi sebanyak mungkin stadium air dari perkembangan vektor .

Manipulasi Lingkungan   Manipulasi lingkunga n adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yang terdiri atas kegiatan berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan kondisi sementara yang tidak cocok untuk berkembang biakan vektor pada habitatnya . Misalnya perubahan kadar garam dari air, penyentoran saluran air secara periodik , menghilangkan vegetasi dll . 

KONSEP DASAR Harus dapat menekan densitas vektor Tidak membahayakan manusia Tidak mengganggu keseimbangan lingkungan

REESAA Pengendalian Vektor harus mempertimbangkan Hal tersebut dibawah ini, yaitu : Rational : Tepat sasaran vektornya Effective : Tepat sasaran lokasinya Efficient : Tepat Metodologinya Sustainable : Tepat jenis dan dosisnya Acceptable : Tepat Waktunya Affordable : Aman terhadap Lingkungan

Selain konsep dasar diatas perlu dipertimbangkan : Mencegah wabah penyakit yg tergolong vector-borne disease  memperkecil risiko kontak antara manusia dg vektor penyakit dan memperkecil sumberpenularan penyakit/reservoir Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru ke suatu kawasan yg bebas  dilakukan dg pendekatan legal,maupun dg aplikasi pestisida (spraying,baiting, trapping)

Langkah Mengatasi Vektor

Vector control methods Indoor residual spraying (IRS) Use of personal protection measures e.g. ITNs, repellents etc Larviciding Biological control Environmental management Education Integrated mosquito management

Cara Pengendalian Usaha pencegahan (prevention)  mencegah kontak dg vektor  pemberantasan nyamuk, kelambu. Usaha penekanan (suppression)  menekan populasi vektor shg tdk membahayakan kehidupan manusia Usaha pembasmian (eradication)  menghilangkan vektor sampai habis/tuntas.

Pengendalian berdasarkan stadium

36 Pantai Muara sungai Lagon An.sundaicus & An.subpictus s Sawah Rawa-rawa Genangan air sungai Saluran air Mata air A n.barbirostris, An.aconitus s Lingk. Pantai Lingk. Persawahan Lingk. Rawa, Sungai Lingk. Perbukitan ENVIRONMENT (Lingkungan) An.farauti & An. maculatus Tempat Perinduknan Nyamuk

Stadium Larva Methopthene : Bahan aktif larvasida yang berfungsi sebagai hormon tiruan yang mengatur pertumbuhan larva (insect growth regulator/IGR) dengan mekanisme menghamabat pertumbuhan larva pupa. Predator : ikan kepala tmah (Panchax) Membersihkan breeding place.

Contoh pengendalian vektor Dengan memandulkan ( sterilisasi ) vektor Pada pengendalian ini nyamuk dewasa jantan diradiasi dengan bahan radioaktif dengan dosis tertentu sehingga menjadi mandul . Kemudian nyamuk jantan yang telah diradiasi ini dilepaskan ke alam bebas . Meskipun nanti akan berkopulasi dengan nyamuk betina tapi nyamuk betina tidak akan dapat menghasilkan telur yang fertil . Apabila pelepasan serangga jantan mandul dilakukan secara terus menerus , maka populasi serangga di lokasi pelepasan menjadi sangat rendah (

Radiasi untuk vector Control Radiasi mengubah susunan kromosom --> Chromosome translocation Mengawinkan antar strain nyamuk bisa ,menyebabkan sitoplasma telur tidak dapat ditembus oleh sperma --> tidak terjadi pembuahan = Cytoplasmic incompatibility Mengawinkan antar spesies terdekat --> menghasilkan jantan yang steril = Hybrid sterility (baru dalam taraf penyelidikan, belum berhasil untuk diterapkan di lapangan .

Teknik serangga mandul menggunakan iradiasi juga dapat diaplikasikan untuk pengendalian vektor penyakit pada manusia/masyarakat khususnya nyamuk  Aedes agypti sebagai vektor penyakit demam berdarah yang saat ini di BATAN masih pada tingkat litbang kerja sama dengan Departemen Kesehatan.

Memandulkan Vektor Teknik serangga mandul (TSM) dengan iradiasi gamma bertujuan untuk pengendalian haman tanaman dan vektor penyakit pada manusia/masyarakat. Serangga pada stadium pupa diiradiasi dengan sinar gamma untuk menghasilkan hama jantan mandul dan kemudian dilepaskan di suatu daerah atau lahan pertanian untuk bersaing kawin dengan serangga hama di lapangan. Jantan mandul tersebut akan kawin dengan betina normal di dalaerah tersebut dan menghasilkan telur tanpa embrio atau tanpa keturunan.

Hasil pelepasan ini akan menurunkan populasi pada generasi berikutnya. Bila beberapa generasi berturut-turut dilepaskan hama mandul sembilan kali jumlah hama lapangan maka dari generasi ke generasi populasi hama akan terus menurun sampai nol.

Pengendalian Kimia Syarat-syarat insektisida yang baik adalah : 1.      Sangat toksik terhadap vektor sasaran 2.      Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang berguna 3.      Menarik bagi vektor 4.      Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan 5.      Secara kimia stabil pada aplikasi residu 6.      Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan, tetapi membunuh vektor dengan  cepat lalu mengalami dekomposisi menjadi senyawa yang kurang berbahaya 7.      Tidak mudah terbakar 8.      Tidak korosif 9.      Tidak meninggalkan warma 10.   Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan

Pengendalian Fisik

Pengendalian Kultural

Pengendalian cara Biologi Makhluk biologi yang telah lama dikenal dan masih digunakan pada waktu ini untuk pengendalian vektor adalah ikan pemakan larva. Diantara species ikan kecil yang baik digunakan untuk pengendalian secra biologis terhadap larva nyamuk adalah ikan guppi ( paecilia reticulata ) dan ikan kepala timah ( aphloceilus panchax ).

Predator Nyamuk

Dosis yang disarankan oleh WHO adalah 3 – 7 ekor/m 3 . Rata-rata untuk pengendalian di sawah atau perairan dangkal lain mungkin cukup dengan 5 ekor/m 2 . berhubung dengan penggunaan insektisida dalam bidang pertanian, perlu diteliti apakah dosis aplikasi insektisida pertanian tidak merugikan populasi ikan kecil pemakan larva tersebut

Penggunaan bakteri Bakteri Kitinolitik Isolat Lokal yang berpotensi sebagai pengendali Larva nyamuk  Aedes aegypti  dan  Aedes albopictus  . Bakteri Proteus mirabilis, Escherichia coli dan Salmonella paratyphi B , hasil uji Bioassay bakteri Proteus mirabilis paling berpotensi dalam menyebabkan kematian Larva.

Bacillus thuringiensis merupakan spesies bakteri yang telah direkomendasikan penggunaannya oleh WHO pada tahun 1978 sebagai biolarvasida untuk penanggulangan penyakit arthropod-born viral disease. Bakteri ini perlu dikembangkan melihat dampak negatif dari penggunaan larvasida sintetis

ovitrap “OVITRAP” berarti perangkap telur , merupakan metoda sederhana namun standar WHO yang digunakan dalam memantau kepadatan populasi nyamuk . Metoda ini sudah umum digunakan dalam penelitian-penelitian baik nasional maupun internasional .

Pengendalian dengan Undang-Undang Permenkes 374 Tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor Pengendalian dg pendekatan per-UU(legal control)  karantina. Pasal 154 dan pasal 155 UU  Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan  terdapat istilah karantina . UU Wabah  No 4 th 1984 tentang Wabah penyakit menular  serta pada berbagai UU dan peraturan , pedoman lainya . Keberadaan istilah karantina diberbagai per UU kadang-kadang u membingungkan bagi pejabat structural sebagai pengelola  kegiatan karantina dan para pelaksana di lapangan . Sebagai contoh pengertian karantina di UU  Wabah  disebutkan hanya sebatas untuk penyakit menular , sedangkan dalam IHR 2005 disebutkan hanya”  penyakit “ jadi artinya penyakit menular maupun tidak menular : hal ini memang sesuai maupun  perkembangan  epidemiologi penyakit.

Karantina Tahun 1951 World Health Organization (WHO) mengadopsi regulasi yang dihasilkan oleh International Sanitary Conference. Tahun 1969 WHO mengubah ISR yang dihasilkan oleh International Sanitary Conference menjadi INTERNATIONAL HEALTH REGULATIONS dan dikenal sebagai IHR 1969 yang sekarang sudah direvisi menjadi IHR 2005 dan direvisi lagi tahun 2008.

IHR 2008 Dasar International Health Regulation (IHR) 2008 : “In the early 21st Century, demographic, economic and environmental pressures have created a unique combination of conditions that allow new and re-emerging infectious diseases to spread as never before. The experience of recent decades shows that no individual country can protect itself from diseases and other public health threats. All countries are vulnerable to the spread of pathogens and their economic, political and social impact.

Prediksi Penyakit Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan malaria Maya Index HI, CI, dan Breteu Index Angka bebas Jentik (ABJ):ABJ adalah singkatan dari  angka   bebas   jentik ; yaitu ukuran untuk menentukan risiko paparan vektor dengue, dimana standar untuk  bebas  penularan dengue adalah 95%. ABJ merupakan kebalikan atau lawan dari House Index  API, AMI, MBR

WEST NILE VIRUS Virus West Nile (WNV) ini paling sering ditularkan ke manusia oleh nyamuk. Anda dapat mengurangi risiko terinfeksi dengan WNV dengan menggunakan obat nyamuk dan mengenakan pakaian pelindung untuk mencegah gigitan nyamuk. Tidak ada obat untuk mengobati atau vaksin untuk mencegah infeksi WNV. Untungnya, sebagian besar orang yang terinfeksi WNV akan memiliki gejala. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi akan mengalami demam dengan gejala lainnya. Kurang dari 1% dari orang yang terinfeksi mengembangkan, kadang-kadang fatal, penyakit neurologis yang serius.

TIKUS Tikus  adalah salah satu  famili  hewan pengerat dari ordo Rodentia.  Spesies  tikus yang paling dikenal adalah  mencit  ( Mus  spp.) serta  tikus got  ( Rattus norvegicus ) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu  organisme model  yang penting dalam  biologi ; juga merupakan  hewan peliharaan  yang populer.

Taksonomi Tikus Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas : Mamalia Ordo: Rodentia Superfamili : Muroidea Famili : Muridae

Rodent Control

ciri tikus Secara umum tikus merupakan hewan omnivora dan ketiga jenis tikus ini menyukai makanan berbahan dasar sereal atau biji-bijian. Namun ada sedikit perbedaan preferensi makanan diantara jenis tikus rumah, tikus got dan tikus atap. Misalnya, tikus atap lebih menyukai buah-buahan dan makanan lainnya dengan kadar air yang tinggi, sedangkan tikus got menyukai makanan seperti daging dan susu. Tikus makan 10% dari BB nya.

Tempat Tinggal tikus Tempat hidup tikus atap terbatas hanya pada bangunan Mereka lincah dan pendaki yang baik, bersarang tinggi di bawah atap Di negara yang lebih hangat, tempat asalnya, tikus atap akan bersarang di pohon, terutama di hutan dan kebun Tikus atap cenderung berjalan dengan jari-jari kaki dan permukaan yang dilalui untuk menunjukkan noda yang terpisah

Tanda adanya Tikus Droping : Adanya kotoran tikus ditempat / ruangan yang diperiksa dan dapat dilihat secara langsung Run Ways : Jalan yang biasa dilalui tikus , dan tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama . Growing : Bekas gigitan yang dapat ditemukan , tikus dalam aktivitasnya akan melakukan gigitan , baik untuk makan maupun untuk membuat jalan serta mengasah gigi . Borrow : Lubang yang terdapat disekitar beradanya tikus , seperti partisi , plafon , perabotan dll Bau : Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus dan urinenya . (Urine tikus sering ditemukan pada jalan tikus dan dapat dilihat dengan sinar UV ( biru kehijauan )) Sarang : Ditemukan adanya sarang tikus diarea yang diperiksa . Suara : Menimbulkan bunyi – bunyian yang keras ketika tikus aktif . Tikus Hidup : Satu tikus yang terlihat pertanda ada lebih dari sembilan tikus yang bersembunyi

kemampuan tikus Tikus memiliki bebrapa kemampuan yang harus diwaspadai dalam aksinya. Diantara kemampuan tikus adalah dapat memanjat dinding bata atau dinding yang permukaannya kasar. Selain itu tikus juga dapat melompat secara horizontal sejauh 2,5 m dari ketinggian 5 meter. Hal yang mungin diluar dugaan adalah bahwa tikus merupakan perenang yang baik, khususnya seperti pada tikus Norwegia, karena bisa bertahan di air selama 72 jam. Kemampuan berenang tikus digunakan untuk berenang menuju pipa untuk masuk ke suatu bangunan.

Cara Mengusir Tikus Kucing Jangkrik Racun tikus/lem tikus (rodentisida) Jebakan Tikus Alat Ultra sonik minyak Mint, daun salam, lada, cengkeh, mengkudu, bawang Kapur barus Tukang Pengusir Tikus

Celurut Celurut   adalah   hewan pemakan serangga   bertubuh kecil yang berpenampilan mirip   mencit / tikus kecil dan tergolong dalam   famili   Soricidae . Salah satu anggotanya adalah   celurut rumah  ( Suncus murinus  L.) yang biasa dijumpai berlari di sudut dinding mencari mangsa . Hewan ini kerap kali dianggap sebagai   tikus   karena ukuran , warna   rambut , serta moncongnya , sehingga dinamakan pula  tikus kesturi . Sebutan lainnya adalah   cecurut ,  ( tikus ) curut ,  cencurut , dan  munggis . Pada kenyataannya , celurut sangat jauh kekerabatannya dari tikus , bahkan berbeda ordo; celurut termasuk ordo  Soricomorpha , bukan   Rodentia  ( hewan pengerat ). Karena habitat hidupnya yang tumpang tindih dengan tikus , celurut juga menjadi hewan vektor penyakit yang serupa dengan tikus dan mencit .

Suncus Taksonomi Kerajaan Animalia Filum Chordata Kelas Mammalia Ordo Eulipotyphla Famili Soricidae  Fischer von Waldheim , 1814

Tentang Fogging Terdapat berbagai opsi racun kimiawi yang digunakan dalam teknik pengabutan nyamuk ini. Setidaknya 10 bahan kimia berbeda digunakan di berbagai belahan dunia, seperti  pyrethroid ,  piperonyl butoxide  (PBO),  S-Bioallethrin ,  malathion , dan lain-lain. Di Indonesia sendiri, jenis insektisida yang digunakan diatur dalam panduan pengendalian vektor yang dikeluarkan oleh Kemenkes. Di antaranya,  malathion ,  pirimiphos-methyl ,  cypermethrin , dan  alphacypermethrin .  Sementara itu, insektisida yang digunakan untuk mengendalikan larva atau jentik nyamuk vektor DBD adalah  temephos  dan  pyriproxyfen .

Penyakit demam berdarah dengue atau DBD masih sering ditemukan di Indonesia. Vektor utama penularan penyakit ini adalah nyamuk spesifik  Aedes aegypti , nyamuk yang memiliki siklus hidup yang dapat bertahan di daerah pedesaan maupun perkotaan. Aedes aegypti  betina dapat bertelur di tempat basah mana saja, meski sangat kecil. Mereka dapat ditemukan di tumpukan sampah di perkotaan, ataupun genangan air di pedesaan.  Telurnya juga dapat bertahan di tempat yang kering dalam jangka waktu yang panjang. Bahkan, hingga satu tahun dan menetas saat terendam kembali dalam air. Walau bukan metode pencegahan utama,  fogging  adalah salah satu cara yang masih dinilai efektif untuk membunuh nyamuk  Aedes aegypti  dewasa.  Tujuan  fogging  adalah untuk membunuh sebagian besar nyamuk yang infektif dengan cepat. Di samping memutus rantai penularan, juga menekan jumlah nyamuk agar risiko penyakit DBD juga menurun.

Fogging dan Kesmasy Pada paparan yang singkat dan tidak sering, teknik pengabutan ini tidak memberikan efek negatif pada kesehatan yang serius. Namun, jika terpapar terus-menerus, dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan dan kulit. Setelah  fogging  selesai, sebaiknya Anda jangan langsung masuk ke rumah. Tunggu beberapa saat hingga kabut reda, lalu masuklah ke dalam rumah dengan berhati-hati. Perhatikan pula apakah masih ada kabut yang tersisa. Lantai rumah biasanya akan menjadi licin pasca pengabutan akibat kandungan minyak pada insektisida. Anda dapat membersihkan rumah dan perabot dengan saksama agar tidak ada residu yang tertinggal.

Cara Fogging Waktu terbaik melakukan fogging adalah pagi hari (jam 7-10) atau sore menjelang malam (jam 15-17). Saat siang hari, nyamuk cenderung bersembunyi di area teduh. Fogging di luar ruangan hanya akan efektif jika bahan kimia yang disemprotkan benar-benar menyentuh nyamuk langsung. Semprotkan fogging saat temperatur lebih rendah sehingga aerosol akan lebih cepat turun ke tanah. Pilih waktu fogging saat tidak banyak angin. Ketika banyak angin, hanya sedikit partikel kimia yang ada di area tertentu dan belum tentu efektif mengusir nyamuk. Fogging saat pagi dan sore akan mengurangi dampak bahaya terhadap serangga lain yang justru memangsa nyamuk. Perlu dipertimbangkan juga meski fogging adalah metode yang bertujuan untuk mengurangi populasi nyamuk, bahan kimia dari fogging juga bisa membunuh serangga seperti lebah dan kupu-kupu. Jika fogging dilakukan terlalu sering namun belum tentu efektif, maka bisa terjadi ketidakseimbangan ekologi dan mengancam keragaman makhluk hidup di sekitar. Apalagi, fogging hanya akan membunuh populasi nyamuk dewasa dan tidak membasmi larva yang ada di air.

Terima Kasih
Tags