Per Magnus Johansson What do you do? (Apa yang kamu lakukan?) When you do? (Kapan kamu melakukan hal tersebut?) What you do? (Apa saja yang kamu lakukan?) What do you do when you do what you do - Apa yang kamu lakukan ketika kamu melakukan apa yang kamu lakukan? Per Magnus Johansson adalah seorang psikoanalis dan psikolog klinis yang berpraktik secara pribadi; pelatihannya berlangsung di Paris. Johansson adalah seorang guru besar dan dosen senior di Departemen Sejarah Ide dan Teori Sains di Universitas Gothenburg. Ia adalah pendiri dan pemimpin redaksi jurnal budaya Arche. Pada tahun 2006, ia menerima penghargaan Officier dans l’Ordre des Palmes Académiques dari Departemen Pendidikan dan Sains Prancis.
Transference Magnus selaku seorang guru besar sekaligus seorang psikoanalisis, mengamati bahwa sebelum seorang psikolog akan menjadi seorang psikoterapis atau psikolog klinis, dia harus terlebih dahulu melakukan terapi personal minimal 50 kali. Hal ini ada kaitannya dengan usaha seseorang untuk memahami dirinya sendiri dengan proses yang disebut transference. Magnus berpendapat, bahwa jika seseorang menganalisis prosesnya tersendiri, maka mereka akan mampu menangkap pola/repetisi yang terjadi, dan dalam kata Magnus, menjad i orang bebas/free person.
Transference “Anda mengulang sesuatu yang berhubungan dengan orang tua Anda, biasanya, dan sekarang Anda memiliki kesempatan lain untuk memahami pemindahan ini, untuk memahami bagaimana Anda berhubungan dengan orang lain. Dengan menganalisis pemindahan ini, Anda menjadi orang yang bebas; itulah teorinya . Itu terjadi, tentu saja, tetapi bahkan jika Anda mencoba menganalisis pemindahan itu, mungkin saja orang yang dianalisis memutuskan bahwa ia ingin tetap bersama analis, ingin terus terinspirasi olehnya . Yang lain memilih jalan yang berbeda, mereka mungkin tinggal selama empat tahun, yang merupakan durasi analisis yang lebih klasik, dianalisis empat kali seminggu. Selama waktu itu mereka memperoleh pemahaman tentang pemindahan itu, mereka menganalisisnya dan kemudian meninggalkan analis, tidak pernah melihatnya lagi. Mereka melanjutkan hidup mereka, membawa serta pengalaman itu, tetapi tidak ada lagi kontak.” -- PMJ
Sebagai Psikoanalis “Saya pikir seorang psikoanalis hanya dapat bekerja jika ada orang yang bersedia menempatkannya pada posisi sebagai analis. Ini berarti ada orang yang percaya dan yakin padanya . Tentu saja, keyakinan ini sulit didefinisikan, mengapa kita percaya pada seseorang dan tidak pada orang lain. Namun, saya percaya pasien atau analis adalah orang yang berakal sehat. Mereka mendengar apa yang Anda katakan, mereka mendengar saat Anda diam, mereka mendengar bagaimana Anda mendengarkan, bahkan jika Anda tidak mengatakan apa pun, dan saat Anda mengatakan sesuatu, mereka mendengar dan mempertimbangkan apakah apa yang Anda katakan masuk akal atau tidak, dan mereka menyadari saat itu masuk akal dan memiliki arti yang dalam. Dan kemudian, saat itu terjadi, Anda menjadi, dengan cara tertentu, objek harapan dan impian.” -- PMJ
Psikoanalis dan Pasien Keberhasilan suatu perawatan tidak hanya terkait dengan apa yang terjadi dalam perawatan itu sendiri, tetapi juga terkait dengan kejadian yang terjadi di luar perawatan. Semisal ada pasien yang sedang dianalisis, dan orang tersebut, saat analisisnya sedang berlangsung, mendapat pekerjaan penting, atau bertemu seseorang yang menjadi objek cinta, maka ada hal-hal yang berjalan ke arah yang benar. Ada keadaan eksternal yang tidak dapat kita kendalikan, hal-hal yang dapat menguntungkan atau negatif terhadap analisis. Beberapa analis menemukan bahwa ada banyak orang yang tidak dapat mereka ajak bekerja sama, dan beberapa dapat bekerja sama dengan banyak orang yang berbeda.
Tentang Religi dan Etika Kenapa hari ini banyak ekspektasi yang tidak realistis? Magnus percaya, kita hidup di era di mana agama telah kehilangan posisi istimewanya , maka dari itu orang-orang mulai mencari hal-hal lain yang mereka percaya bisa memberikan pemahaman terhadap diri sendiri, misalnya obat-obatan terlarang, psikoanalisis, dan psikoterapi. Psikoanalisis pada masa Freud hanya untuk sebagian kecil orang. Orang-orang ini pada dasarnya sudah menikah, bekerja, tidak memiliki masalah ekonomi; penderitaan mereka bersifat psikologis. Mereka mengalami gejala-gejala dan gejala-gejala ini dapat dianalisis, dan dapat dicoba untuk dipahami. Dalam hal ini, banyak analis berada dalam posisi yang sangat istimewa. Hari ini, psikoterapi pada dasarnya diperuntukkan bagi semua orang. Ada ratusan ribu orang yang menjalani psikoterapi di seluruh dunia. Dan analis, psikoterapis yang berorientasi dinamis, kadang-kadang atau cukup sering, menerima pasien yang, pada masa Freud, tidak akan pernah diterima sebagai objek analisis.
Tentang Religi dan Etika Fakta bahwa begitu banyak orang mencari dan menginginkan sesuatu yang dapat mereka percayai, adalah salah satu alasan mengapa psikolog dan terapis menerima pasien yang sebelumnya tidak pernah dianggap sebagai pasien potensial. Seorang psikoanalis perlu menilai secara kritis siapa yang dapat dan tidak dapat diobati dan apa yang dapat dijanjikan kepada calon pasien, secara sadar atau tidak sadar. Ini adalah masalah etika. Freud punya definisi yang sangat jelas tentang siapa yang dapat memperoleh manfaat dari sebuah analisis. Freud membuat perbedaan antara pasien yang menunjukkan apa yang disebutnya neurosis transferensi dan pasien yang masalahnya terletak pada struktur narsistik . Freud berpendapat bahwa orang narsistik tidak dapat memperoleh manfaat dari analisis karena ia tidak memiliki kemampuan yang diperlukan untuk bekerja dalam kerangka analisis. Tapi, hari ini, siapapun dapat dianalisis.