PERTEMUAN ke-2 AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU Ni Kadek Wirastuti , S.Pd ., M.Ak
Tujuan Pembelajaran Mengetahui biaya bahan baku sebagai komponen biaya produksi Mengetahui proses pengadaan bahan baku untuk produksi Mengetahui pencatatan pengadaan & pemakaian bahan baku dalam produksi
1.Definisi Biaya Bahan Baku Bahan-bahan yg merupakan komponen utama yg membentuk keseluruhan dari produk jadi . Bahan baku Bahan baku penolong Bahan yg digunakan dalam proses produksi yg nilainya kecil dan tidak dapat diidentifikasikan dalam produk jadi . Contoh Produk : Kaos olah raga Bahan baku : Kain kaos Bahan penolong : Benang Bahan baku penolong ini masuk dalam komponen biaya produksi sebagai BOP Perusahaan
2. Perolehan & Penggunaan Bahan Baku Bagan alur Pembelian , Penerimaan , Pencatatan & Pembayaran Bahan Baku
3. Pembelian & Formulir Pembelian Harga perolehan bahan baku dalam perusahaan , tdk hanya harga beli bahan baku saja , namun juga termasuk biaya-biaya yg dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan bahan baku tersebut . Dalam perusahaan yg besar , untuk membeli bahan baku yg dibutuhkan perusahaan dilakukan oleh departemen tersendiri , yaitu Departemen Pembelian . Pembelian dilakukan tertulis dgn membuat formulir-formulir guna menetapkan tanggung jawab & memberikan informasi mengenai pihak-pihak yg akan menggunakan informasi tersebut . Formulir-formulir yg dibuat dlm rangka pembelian bahan baku diantaranya : Perusahaan Formulir Pembelian Formulir Pemesanan Bahan Baku Formulir Penerimaan 1 2 3
3. Pembelian & Formulir Pembelian Formulir Pembelian 1 Formulir utama yg diperlukan dalam pembelian adalah bukti permintaan p embelian dan pesanan pembelian . Bukti permintaan pembelian berasal dari bagian gudang dimana bagia tsb membuat formulir permintaan bahan baku yg diajukan pada bagian pembelian . Permintaan bahan baku dari bagian gudang dibuat jika bahan baku yg ada di gudang sudah mencapai pada tahap minimal sehingga perlu dilakukan pemesanan kembali / reorder point (ROP). Reorder Point = (lead time x rata-rata pemakaian ) + safety stock Keterangan : Lead time = Waktu yg dibutuhkan antara barang yg dipesan hingga sampai di perusahaan Rata-rata pemakaian = Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu Persediaan pengaman = Jumlah persediaan barang minimum yg harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku Safety stock
3. Pembelian & Formulir Pembelian Formulir Pembelian 1 Formulir utama yg diperlukan dalam pembelian adalah bukti permintaan p embelian dan pesanan pembelian . Bukti permintaan pembelian berasal dari bagian gudang dimana bagia tsb membuat formulir permintaan bahan baku yg diajukan pada bagian pembelian . Permintaan bahan baku dari bagian gudang dibuat jika bahan baku yg ada di gudang sudah mencapai pada tahap minimal sehingga perlu dilakukan pemesanan kembali / reorder point (ROP). Reorder Point = (lead time x rata-rata pemakaian ) + safety stock Keterangan : Lead time = Waktu yg dibutuhkan antara barang yg dipesan hingga sampai di perusahaan Rata-rata pemakaian = Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu Persediaan pengaman = Jumlah persediaan barang minimum yg harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku Safety stock
3. Pembelian & Formulir Pembelian Contoh Soal : PT Maju Makmur Konveksi , akan menghitung persediaan dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali bahan baku kain , dengan data sbb : Waktu tunggu pesanan bahan baku kain datang ( lead time ) 5 hari Pemakaian rata-rata perhari bahan baku kain sebesar 300 m Persediaan cadangan ( safety stock ) sebesar pemakaian rata-rata untuk 2 hari Tentukan Reorder Point untuk bahan baku kain !! Jawab : Reorder point = (lead time x rata-rata pemakaian ) + safety stock = (5 x 300 m) + (2 x 300 m) = 2.100 m Lanjutan … Jadi , batas minimal bahan baku di gudang sebanyak 2.100 m , maka bagian gudang wajib mengajukan permintaan pembelian bahan baku kain pada bagian pembelian .
3. Pembelian & Formulir Pembelian Formulir permintaan bahan baku yg dibuat oleh bagian gudang , selanjutnya diberikan pada bagian pembelian , lalu bagian pembelian membuat formulir pesanan pembelian bahan baku yg ditujukan pada pemasok bahan baku . Formulir Pemesanan Bahan Baku 2 Formulir Penerimaan 3 Tugas penerima yaitu menerima bahan baku yg dipesan dari pemasok , membongkar bahan baku yg sudah dikirim dari pemasok , membandingkan jumlah bahan baku yg diterima dgn formulir pemesanan , membuat laporan penerimaan . Jika ada ketidaksesuaian dan kerusakan , maka bagian penerima perlu memberitahukan pada bagian pembelian mengenai selisih , lalu bagian pembelian akan menghubungi pihak pemasok .
3. Pembelian & Formulir Pembelian Kuantitas Pemesanan Ekonomis ( Economic Order Quantity – EOQ) EOQ adalah jumlah persediaan yg harus dipesan pada suatu saat dgn tujuan untuk mengurangi biaya tahunan . Jika suatu perusahaan tdk terlalu sering membeli bahan baku & melakukan pembelian tsb dalam jumlah besar ( kebalikan dari hal ini adalah pendekatan just in-time ), biaya penyimpanan persediaan menjadi tinggi karena investasi yg cukup besar dalam persediaan . Jika pembelian dilakukan dalam jumlah kecil , dgn frekuensi pesanan cukup sering , hal ini dapat mengakbatkan biaya pemesanan yg tinggi . Oleh karena itu , jumlah optimum yg dipesan pada suatu waktu tertentu ditentukan dgn cara menyeimbangkan 2 faktor : 1) Biaya penyimpanan bahan baku 2) Biaya perolehan ( pemesanan ) bahan baku
3. Pembelian & Formulir Pembelian Kuantitas Pemesanan Ekonomis ( Economic Order Quantity – EOQ) Rumus EOQ adalah sbb : EOQ = √2 x RU x CO CU x CC Keterangan : RU = Required unit for annual ( kebutuhan bahan untuk tahun yg akan datang ) CO = Cost per Order ( biaya pemesanan variabel setiap kali pemesanan ) CU = Cost per Unit ( harga faktur & biaya angkut setiap bahan yg dibeli ) CC = Carrying Cost Percentage ( biaya penyimpanan variabel yg dihitung berdasarkan persentase dari cost per unit bahan Lanjutan …
3. Pembelian & Formulir Pembelian Kuantitas Pemesanan Ekonomis ( Economic Order Quantity – EOQ) Contoh Soal : Perusahaan X membutuhkan bahan mentah karet sebanyak 64.000 unit/ tahun (1 tahun = 320 hari ) dengan harga Rp50 setiap unit. Dalam rangka pembelian tersebut dibutuhkan biaya-biaya sbb : Biaya pengiriman pesanan Rp10/1 kali pesan Biaya administrasi Rp20/1 kali pesan Biaya penyelesaian pemesanan Rp20/1 kali pesan Biaya penyimpanan di gudang Rp1/unit/ tahun Carilah EOQ!! Jawab : RU = 64.000 CO = 10+20+20 CU = 50 CC = 1 Lanjutan … EOQ = √2 x 64.000 x 50 50 x 1 = 358 unit Jadi , PT X agar memperoleh pemesanan yg ekonomis maka setiap kali disarankan jumlah pemesanan ekonomis sebanyak 358 unit.
4. Harga Pokok Bahan Baku yg Dibeli Unsur dari harga pokok bahan baku yg dibeli adalah terdiri dari : Harga pembelian ( harga yg tercantum dalam faktur pembelian ) 1 Biaya-biaya pembelian seperti biaya angkut 2 Biaya-biaya yg dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah 3 Untuk perlakuan terhadap biaya angkutan ini dapat dibedakan sbb : Biaya angkutan diperlakukan sbg tambahan harga pokok bahan baku yg dibeli . 1 Biaya angkutan tidak diperlakukan sbg tambahan harga pokok bahan baku yg dibeli . Namun , diperlakukan sbg unsur BOP 2 Biaya angkut dihitung berdasarkan kuantitas bahan baku (b) Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yg dibeli berdasarkan tarif yg ditentukan di muka . Pada awal tahun , perusahaan melakukan pembuatan anggaran . Untuk besarnya biaya angkut pembelian bahan baku akan dilakukan penaksiran sbg unsur BOP. Kemudian , biaya angkutan yg sesungguhnya terjadi & dikeluarkan kemudian dicatat dalam debit rekening BOP sesungguhnya .
4. Harga Pokok Bahan Baku yg Dibeli Lanjutan … Biaya angkutan diperlakukan sbg tambahan harga pokok bahan baku yg dibeli . 1 Biaya angkut dihitung berdasarkan kuantitas bahan baku Contoh Soal : Perusahaan membeli 3 macam bahan baku dgn jumlah harga dalam faktur sebesar Rp700.000. biaya angkutan yg harus dibayar untuk mengangkut 3 jenis bahan baku sebesar Rp200.000. kuantitas masing-masing jenis bahan baku yg tercantum dalam faktur adalah bahan baku A = 300 Kg; bahan baku B = 250 Kg; bahan baku C = 50 Kg. Pembagian biaya angkutan kepada tiap-tiap jenis bahan baku adalah : Jenis Bahan Baku Berat Harga Pokok Bahan Baku Harga Faktur % Kg (i) (i) : 600 (ii) (ii) x Rp200.000 (iii) A 300 0,50 100.000 B 250 0,42 83.333 C 50 0,08 16.667 600 1,00 200.000
4. Harga Pokok Bahan Baku yg Dibeli Lanjutan … Biaya angkutan diperlakukan sbg tambahan harga pokok bahan baku yg dibeli . 1 (b) Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yg dibeli berdasarkan tarif yg ditentukan di muka Contoh Soal : Biaya angkutan yg diperkirakan akan dikeluarkan dalam Tahun 2020 adalah sebesar Rp3.000.000 dan jumlah bahan baku yg diangkut diperkirakan sebanyak 40.000 Kg. jadi tarif biaya angkut untuk Tahun 2020 adalah sebesar Rp3.000.000 : 40.000 Kg jadi Rp75 /Kg bahan baku yg diangkut . Dalam tahun 2020 jumlah bahan baku yg dibeli dan alokasi angkutan atas dasar tarif disajikan sbb : Jenis Bahan Baku Berat Harga Faktur Biaya Angkutan yg Dibebankan atas Dasar Tarif Harga Pokok Bahan Baku Kg (i) (ii) (i) x Rp75 (iii) (ii) + (iii) = (iv) A 20.000 Rp 4.000.000 Rp 1.500.000 Rp 5.500.000 B 10.000 3.000.000 750.000 3.750.000 C 10.000 3.500.000 750.000 4.250.000 Rp 10.500.000 Rp 3.000.000 Rp 13.500.000 Jika misalnya biaya angkutan yg sesungguhnya dlm tahun 2020 adalah sebesar Rp2.800.000, maka jurnal yg dibuat dlm Tahun 2020 untuk mencatat bahan baku yg dibeli tsb adalah sbb :
4. Harga Pokok Bahan Baku yg Dibeli Lanjutan … 1) Jurnal pembelian bahan baku : Persediaan bahan baku Rp10.500.000 Kas Rp10.500.000 2) Jurnal pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif Persediaan bahan baku Rp3.000.000 Biaya angkutan Rp3.000.000 3) Jurnal pencatatan biaya angkutan yg sesungguhnya terjadi Biaya angkutan Rp2.800.000 Kas Rp2.800.000 4) Jurnal penutupan saldo rekening biaya angkutan ke rekening harga pokok penjualan Biaya angkutan Rp200.000 Harga pokok penjualan Rp200.000 Jika misalnya biaya angkutan yg sesungguhnya dlm tahun 2020 adalah sebesar Rp2.800.000, maka jurnal yg dibuat dlm Tahun 2020 untuk mencatat bahan baku yg dibeli tsb adalah sbb :
5. Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yg Dipakai Dalam Produksi Harga bahan baku dari waktu ke waktu ada kemungkinan tdk stabil , maka dari itu persediaan bahan baku di gudang terdiri dari beberapa harga . Untuk mengatasi masalah beberapa harga yg berbeda walaupun jenis bahan bakunya sama , perlu dilakukan metode penentuan harga pokok bahan baku pada saat akan memproduksi barang . Metod tsb adalah : Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In, First Out – FIFO ) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In, First Out – LIFO ) Metode Rata-Rata Bergerak ( Moving Average Method ) 1 2 3 Metode ini menentukan biaya bahan baku dgn anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yg pertama masuk ke dalam gudang , digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku yg pertama kali dipakai . Metode ini menentukan biaya bahan baku dgn anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yg masuk terakhir di gudang , digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku yg pertama kali dipakai . Metode ini menghitung harga pokok rata- ratanya dgn cara membagi total harga pokok dgn jumlah satuannya . Setiap kali terjadi pembelian yg harga pokok produk per satuannya berbeda dgn harga pokok satuan barang yg ada di gudang , harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yg baru .
5. Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yg Dipakai Dalam Produksi Harga bahan baku dari waktu ke waktu ada kemungkinan tdk stabil , maka dari itu persediaan bahan baku di gudang terdiri dari beberapa harga . Untuk mengatasi masalah beberapa harga yg berbeda walaupun jenis bahan bakunya sama , perlu dilakukan metode penentuan harga pokok bahan baku pada saat akan memproduksi barang . Metod tsb adalah : Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In, First Out – FIFO ) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In, First Out – LIFO ) Metode Rata-Rata Bergerak ( Moving Average Method ) 1 2 3 Metode ini menentukan biaya bahan baku dgn anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yg pertama masuk ke dalam gudang , digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku yg pertama kali dipakai . Metode ini menentukan biaya bahan baku dgn anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yg masuk terakhir di gudang , digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku yg pertama kali dipakai . Metode ini menghitung harga pokok rata- ratanya dgn cara membagi total harga pokok dgn jumlah satuannya . Setiap kali terjadi pembelian yg harga pokok produk per satuannya berbeda dgn harga pokok satuan barang yg ada di gudang , harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yg baru .
5. Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yg Dipakai Dalam Produksi Lanjutan … Contoh Soal : FIFO Tgl 1 Januari 2014 Persediaan awal : 100 buah @ Rp5.000 Tgl 2 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.000 Tgl 3 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.500 Tgl 4 Januari 2014 Penjualan : 100 buah Tgl 5 Januari 2014 Penjualan : 100 buah Tgl Pembelian Penjualan Persediaan Akhir 1 100 @ Rp5.000 2 100 @ Rp10.000 100 @ Rp5.000 100 @ Rp10.000 3 100 @ Rp10.500 100 @ Rp5.000 100 @ Rp10.000 100 @ Rp10.500 4 100 @ Rp5.000 100 @ Rp10.000 = Rp500.000 100 @ Rp10.500 5 100 @ Rp10.000 100 @ Rp10.500 = Rp1.000.000 Sehingga persediaan akhir setelah transaksi ke-5 adalah sebesar 100 buah @ Rp10.500 = Rp1.050.000
5. Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yg Dipakai Dalam Produksi Lanjutan … Contoh Soal : LIFO Tgl 1 Januari 2014 Persediaan awal : 100 buah @ Rp5.000 Tgl 2 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.000 Tgl 3 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.500 Tgl 4 Januari 2014 Penjualan : 100 buah Tgl 5 Januari 2014 Penjualan : 100 buah Tgl Pembelian Penjualan Persediaan Akhir 1 100 @ Rp5.000 2 100 @ Rp10.000 100 @ Rp5.000 100 @ Rp10.000 3 100 @ Rp10.500 100 @ Rp5.000 100 @ Rp10.000 100 @ Rp10.500 4 100 @ Rp10.500 100 @ Rp5.000 = Rp1.050.000 100 @ Rp10.000 5 100 @ Rp10.000 100 @ Rp5.000 = Rp1.000.000 Sehingga persediaan akhir setelah transaksi ke-5 adalah sebesar 100 buah @ Rp5.000 = Rp500.000
5. Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yg Dipakai Dalam Produksi Lanjutan … Contoh Soal : AVERAGE Tgl 1 Januari 2014 Persediaan awal : 100 buah @ Rp5.000 Tgl 2 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.000 Tgl 3 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.500 Tgl 4 Januari 2014 Penjualan : 100 buah Tgl Pembelian Penjualan Persediaan Akhir 1 Persediaan awal 100 @ Rp5.000 Rp500.000 2 100 @ Rp10.000 Rp1.000.000 3 100 @ Rp10.500 Rp1.050.000 4 100 @ Rp8.500 Rp850.000 Harga jual perbuah = Rp500.000 + Rp1.000.000 + Rp1.050.000 = Rp2.550.000 / 300 buah = Rp 8.500 Persediaan akhir 200 buah x Rp8.500 = Rp1.700.000
6. Metode Pencatatan Persediaan Bahan Baku Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yg diapakai dalam produksi , yaitu : Metode mutasi persediaan atau Perpetual 1 Setiap ada mutasi atau perpindahan bahan baku harus dicatat dalam kartu persediaan , jadi sewaktu-waktu bisa diketahui berapa total persediaan bahan baku . Perhitungan dgn melakukan pencatatan yg tertib & teratur setiap ada perubahan persediaan. Persediaan bahan baku digunakan untuk mencatat persediaan awal & mutasi bahan baku selama satu periode waktu . Apabila persediaan bahan baku bertambah , akun ini di debit & jika berkurang akun ini di kredit . Pembelian bahan baku secara tunai : Persediaan bahan baku Rpxxx Kas Rpxxx Pembelian bahan baku secara kredit : Persediaan bahan baku Rpxxx Utang dagang Rpxxx Pemakaian bahan baku : Barang dalam proses – Biaya bahan baku Rpxxx Persediaan bahan baku Rpxxx
6. Metode Pencatatan Persediaan Bahan Baku Metode persediaan fisik 2 Dalam metode ini , hanya tambahan persediaan bahan baku dari pembelian saja yg dicatat , sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan . Perhitungan dgn cara melihat langsung wujud / fisik barang yg dimiliki saat itu ( stock opname ) Persediaan tdk dicatat setiap saat . Pembelian bahan baku secara tunai : Persediaan bahan baku Rpxxx Kas Rpxxx Pembelian bahan baku secara kredit : Persediaan bahan baku Rpxxx Utang dagang Rpxxx Pemakaian bahan baku : Tidak dicatat Lanjutan …
7. Masalah-masalah Khusus yang Berhubungan Dengan Bahan Baku Sisa Bahan 1 Ketika memproses bahan mentah menjadi barang jadi , tdk semua bahan baku terpakai semua , ada bahan-bahan sisa . Namun , sisa tersebut tdk dpt digunakan lagi . Apabila sisa bahan baku tidak mempunyai nilai atau tdk dpt dijual , hal ini berakibat harga bahan baku yg dibebankan ke produk jadi menjadi lebih tinggi . Jika sisa bahan mempunyai nilai artinya bisa dijual , maka perlakuan hasil penjualan sisa bahan tersebut dpt sbg pengurang biaya bahan baku pesanan yg menghasilkan sisa bahan tersebut , sbg pengurangan BOP yg sesungguhnya terjadi , atau sbg penghasil di luar usaha . Produk Rusak 2 Produk rusak adalah produk yg tdk memenuhi standar yg telah ditetapkan , kemungkinannya produk tersebut sudah tdk dpt diperbaiki , padahal produk tersebut sudah menggunakan unsur biaya produksi untuk memproduksinya . Apablia produk rusak terjadi krn kesulitan dalam pengerjaannya sehingga produk yg dihasilkan ada beberapa yg rusak . Jika terjadi seperti hal tsb maka harga poko produk rusak dibebankan sbg penambahan tambahan harga pokok produk yg baik dalam pesanan yg bersangkutan . Jika produk rusak tsb masih dpt dijual , maka hasil uang penjualan dpt mengurangi biaya produksi yg menghasilkan produk rusak tadi . Sehingga hasil penjualannya diperlakukan sbg pengurang biaya produksi yg menghasilkan produk rusak tsb .
7. Masalah-masalah Khusus yang Berhubungan Dengan Bahan Baku Produk Rusak 2 b) Apablia produk rusak karena hal yg wajar terjadi , maka kerugian yg timbul karena adanya kerusakan akan dibebankan kepada produk secara keseluruhan kedalam BOP. Lanjutan … Produk Catat 3 Produk catat adalah produk yg tdk memenuhi standar yg telah ditetapkan , sehingga membutuhkan untuk perbaikan atau revisi produk kembali . Untuk memperbaiki produk tersebut dibutuhkan biaya perbaikan agar produk tersebut dpt sesuai standar yg ditetapkan . Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan yg telah dibicarakan dalam produk rusak . Apabila produk cacat terjadi karena kesulitan dalam pengerjaannya sehingga produk yg dihasilkan ada beberapa yg cacat . Jika terjadi seperti hal tersebut maka harga pokok produk catat dibebankan sbg penambahan tambahan harga pokok produk yg baik dalam pesanan yg bersangkutan . Jika produk cacat tersebut masih dapat dijual , maka hasil uang penjualan dapat mengurangi biaya produksi yg menghasilkan produk cacat tadi , maka hasil penjualannya diperlakukan sbg pengurang biaya produksi yg menghasilkan produk cacat tersebut . Apabila produk cacat karena hal yg wajar terjadi , maka kerugian yg timbul karena adanya produk cacat akan dibebankan kepada produk secara keseluruhan kedalam BOP.