Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit ini ditandai oleh gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat kekurangan insulin absolut maupun relatif, atau akibat resistensi terhadap kerja insulin...
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit ini ditandai oleh gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat kekurangan insulin absolut maupun relatif, atau akibat resistensi terhadap kerja insulin. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita diabetes di dunia mencapai ratusan juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat secara signifikan pada dekade mendatang. Fenomena ini tidak hanya menjadi perhatian dalam bidang penyakit dalam, tetapi juga memiliki implikasi besar pada pelayanan kebidanan, terutama ketika diabetes terjadi pada wanita usia reproduksi, ibu hamil, dan masa nifas.
Dalam ruang lingkup kebidanan, diabetes yang paling sering dibahas adalah Diabetes Mellitus Gestasional (DMG), yaitu intoleransi glukosa yang pertama kali terdeteksi atau terjadi selama kehamilan. Kondisi ini memiliki dampak yang serius baik bagi ibu maupun janin, mulai dari peningkatan risiko preeklamsia, infeksi, dan persalinan prematur pada ibu, hingga risiko makrosomia, hipoglikemia neonatal, dan komplikasi perinatal pada bayi. Selain DMG, kasus diabetes tipe 1 maupun tipe 2 yang sudah ada sebelum kehamilan juga memerlukan perhatian khusus, karena dapat memperberat komplikasi obstetri dan meningkatkan angka morbiditas serta mortalitas.
Di Indonesia, prevalensi diabetes pada wanita usia subur dan ibu hamil menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, dipengaruhi oleh pola makan tinggi gula dan lemak, kurangnya aktivitas fisik, serta meningkatnya angka obesitas. Hal ini menuntut bidan sebagai tenaga kesehatan terdepan di pelayanan ibu dan anak untuk memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai deteksi dini, penatalaksanaan, dan pencegahan diabetes dalam konteks kebidanan.
Pentingnya penanganan diabetes dalam kebidanan tidak hanya terletak pada aspek klinis, tetapi juga pada edukasi dan pemberdayaan ibu. Bidan berperan strategis dalam memantau kadar gula darah selama kehamilan, memberikan konseling nutrisi, memotivasi perubahan gaya hidup, serta bekerja sama dengan tenaga medis lain untuk memastikan kehamilan berjalan dengan aman. Tanpa deteksi dini dan pengelolaan yang tepat, diabetes pada ibu hamil dapat berdampak jangka panjang terhadap kesehatan ibu dan anak, termasuk risiko berkembangnya diabetes tipe 2 di masa mendatang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, pembahasan mengenai Diabetes Mellitus dalam ruang lingkup kebidanan menjadi sangat penting, agar tenaga kesehatan, khususnya bidan, mampu memberikan pelayanan yang holistik, berkesinambungan, dan berbasis bukti untuk menurunkan risiko komplikasi serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang menjadi tantangan di dalam dunia kesehatan. Diabetes mellitus merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menyebabkan 1,6 juta kematian di dunia pada tahun 2010. Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh gangguan metabolisme yang t
Size: 3.53 MB
Language: none
Added: Oct 16, 2025
Slides: 21 pages
Slide Content
Ruang lingkup
kebidanan
Diabetes dalam Kelompok 5
Hemarisa
Nagita Natalia
Karin Sastra Syafaat
Learning Points
Natasya putri
Naila safitri
Apa si Itu DM?
Diabetes mellitus merupakan salah satu Penyakit
Tidak Menular (PTM) yang menyebabkan 1,6 juta
kematian di dunia pada tahun 2010. Diabetes
melitus (DM) disebabkan oleh gangguan
metabolisme yang terjadi pada organ pankreas
yang ditandai dengan peningkatan gula darah
atau sering disebut dengan kondisi hiperglikemia
yang disebabkan karena menurunnya jumlah
insulin dari pankreas.
Epidemiologi Diabates Mellitus
Data International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas edisi
ke-10 (2021) menunjukkan bahwa terdapat sekitar 19,5 juta
penduduk usia 20–79 tahun yang hidup dengan diabetes,
menempatkan Indonesia pada peringkat ke-5 dunia dengan
jumlah kasus terbanyak. Prevalensi diabetes di Indonesia pada
2021 tercatat sebesar 10,6%, meningkat menjadi sekitar 11,3%
pada 2024, dan diperkirakan mencapai 11,7% pada 2045. IDF juga
melaporkan bahwa 73% kasus diabetes di Indonesia belum
terdiagnosis, yang berimplikasi pada meningkatnya risiko
komplikasi dan beban ekonomi.
Klasifikasi Diabates Mellitus
Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes
Association (2010), dibagi dalam 4 jenis yaitu:1.Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1, juga dikenal sebagai
diabetes autoimun atau diabetes pada usia muda,
merupakan kondisi yang terjadi akibat kerusakan
pada sel beta pankreas yang berfungsi
memproduksi insulin. Kerusakan ini umumnya
disebabkan oleh proses autoimun, di mana sistem
kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan
menghancurkan sel-sel pankreas. Akibatnya, tubuh
tidak dapat memproduksi insulin sama sekali.
Penderita diabetes melitus tipe 1 memerlukan
insulin eksogen (insulin yang diberikan dari luar
tubuh) seumur hidup untuk mempertahankan kadar
glukosa darah yang normal. 2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah bentuk diabetes yang
paling sering dijumpai di masyarakat. Kondisi ini
ditandai oleh adanya resistensi insulin, yaitu
ketidakmampuan sel-sel tubuh untuk merespons insulin
secara efektif, atau penurunan produksi insulin oleh
pankreas. Pada tahap awal, pankreas biasanya masih
mampu memproduksi insulin, namun tubuh tidak dapat
menggunakannya dengan baik. Faktor risiko diabetes
melitus tipe 2 meliputi obesitas, pola makan tidak sehat,
kurangnya aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan
pertambahan usia. Penyakit ini berkembang secara
bertahap dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang
jelas pada awalnya, sehingga banyak penderita baru
terdiagnosis setelah mengalami komplikasi.
Klasifikasi Diabates Mellitus
Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes
Association (2010), dibagi dalam 4 jenis yaitu:
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
Kategori ini mencakup berbagai bentuk diabetes
yang tidak memenuhi kriteria diabetes mellitus tipe
1 maupun tipe 2. Di dalamnya termasuk diabetes
monogenetik, seperti Maturity Onset Diabetes of
the Young (MODY), yang disebabkan oleh kelainan
gen tunggal yang memengaruhi fungsi sel beta
pankreas. Selain itu, diabetes juga dapat terjadi
akibat kerusakan pankreas, misalnya pada
pankreatitis kronis, kanker pankreas, atau setelah
tindakan pembedahan pankreas. Penggunaan obat-
obatan atau bahan kimia tertentu, seperti
glukokortikoid, juga dapat memicu terjadinya
diabetes.4. Diabetes Melitus Gestasional
Definisi diabetes melitus dalam kehamilan ialah
gangguan toleransi glokosa selama masa kehamilan.
Batas ini tanpa melihat dipakai atau tidaknya insulin
atau menyingkirkan adanya gangguan toleransi glukosa
yang mendahului kehamilan.Diagnosa tliabetes melitus
gestasional biasanya diketahui saat 24-28 minggu
selama masa kehamilan atau pada trisemester 2 dan
memasuki trisemester 3, dimana sebaiknya diagnosis
tersebut diketahui pada awal trisemester 2 , agar
penanggulangan terjadinya komplikasi karena
gestasional diabetes melitus dapat ditekan seminimal
mungkin, apabila terjadi DM yang berat selama masa
kehamilan akan meningkatkan kebutuhan insulin
1.Perubahan metabolisme selama kehamilan
Selama hamil, tubuh ibu mengalami perubahan
metabolisme untuk mencukupi kebutuhan janin dan
persiapan menyusui.
Glukosa dari darah ibu bisa melewati plasenta ke janin, tapi
insulin ibu tidak bisa. Jadi, kadar gula darah ibu langsung
memengaruhi janin.
2. Kebutuhan insulin meningkat
Ibu hamil membutuhkan lebih banyak insulin karena
makanan diserap lebih lambat, sehingga gula darah naik
lebih lama.
Pada akhir kehamilan, kebutuhan insulin bisa meningkat
sampai tiga kali lipat.
Fatopisiologi DMG
3. Efek diabetogenik kehamilan
Kondisi ini bisa menyebabkan ibu hamil mengalami
resistensi insulin atau kekurangan insulin (hipoinsulin),
yang menyebabkan diabetes gestasional.
4. Gejala diabetes gestasional
Gula darah tinggi menyebabkan glukosa keluar lewat urin,
menarik air, sehingga ibu sering buang air kecil dan
merasa haus.
Karena glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel, tubuh
merasa kekurangan energi, menyebabkan rasa lapar
berlebihan, lelah, dan bisa menurunkan berat badan
meskipun banyak makan.
5. Pengaruh hormon kehamilan
Hormon seperti estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin,
dan laktogen plasenta membuat sel tubuh kurang
responsif terhadap insulin, yang menyebabkan resistensi
insulin
Fatopisiologi DMG
Diabetes Tipe 1
Diabetes Tipe 2
Diabetes Gestasional
Skrening dan Diagnosis GDM
1.Skrining untuk Ibu Hamil tanpa Riwayat Diabetes
Ibu hamil yang tidak punya riwayat diabetes tetap perlu
menjalani pemeriksaan skrining (penyaringan) untuk
mendeteksi GDM.
Skrining sebaiknya dilakukan sejak kunjungan pertama
kehamilan, karena banyak ibu hamil di Indonesia datang
terlambat periksa ke dokter.
2. Waktu Terbaik untuk Pemeriksaan
Hasil skrining paling akurat ditemukan pada usia
kehamilan 26–28 minggu.
Oleh karena itu, jika hasil skrining awal negatif,
disarankan ulangi pemeriksaan saat usia kehamilan 26–
28 minggu.
Lanjutan
4. Metode Skrining yang Digunakan
Ada beberapa metode pemeriksaan yang dikenal, seperti dari:
O'Sullivan & Mahan
Carpenter & Coustan
The National Diabetes Data Group (NDDG)
WHO
5. Metode 2 Tahap (O'Sullivan & Mahan)
Tahap 1: Diberi 50 gram glukosa, lalu diukur kadar gula darah 1 jam kemudian. Jika hasil ≥150
mg/dL → lanjut ke tahap 2.
Tahap 2 (TTGO): Diberi 100 gram glukosa, lalu diukur kadar gula darah:
Puasa > 95 mg/dL
1 jam > 180 mg/dL
2 jam > 155 mg/dL
3 jam > 140 mg/dL
Diagnosis GDM ditegakkan jika 2 atau lebih hasilnya tinggi.
6. Metode 1 Tahap (NDDG & WHO)
Menggunakan 75 gram glukosa, sama seperti pemeriksaan diabetes pada orang yang tidak
hamil.
Kriteria diagnosisnya sama dengan diabetes atau gangguan toleransi glukosa biasa.
Risiko dan Komplikasi Diabetes Mellitus
Gestasional pada Ibu Hamil
1.Keguguran (Abortus Spontan)
Gula darah yang tidak terkontrol bisa meningkatkan risiko
keguguran, terutama di awal kehamilan (hingga 60%).
2. Preeklamsia & Tekanan Darah Tinggi
Ibu dengan diabetes berisiko 2x lebih tinggi mengalami
preeklamsia.
Bisa menyebabkan kelahiran prematur dan meningkatkan
risiko kematian bayi.
3. Persalinan Prematur
Diabetes bisa menyebabkan kelahiran sebelum waktunya,
terutama jika disertai infeksi atau tekanan darah tinggi.
4.Makrosomia (Bayi Besar)
Bayi lahir dengan berat berlebih, menyulitkan proses persalinan
dan meningkatkan risiko cedera saat lahir.
5. Infeksi
Ibu lebih mudah terkena infeksi seperti keputihan, infeksi saluran
kemih, dan infeksi jalan lahir, yang bisa memperburuk kondisi
gula darah.
6. Retinopati Diabetik
Diabetes lama bisa merusak mata. Kehamilan bisa mempercepat
kerusakan jika gula darah tidak terkontrol.
7. Neuropati Diabetik
Kerusakan saraf akibat diabetes bisa menyebabkan mual, muntah,
dan sulit mengatur gula darah.
8. Ketoasidosis Diabetik
Kondisi berbahaya akibat kekurangan insulin, bisa
membahayakan nyawa ibu dan janin.
9. Persalinan Caesar (Seksio Caesarea)
Ibu dengan GDM lebih berisiko melahirkan lewat operasi karena
komplikasi seperti bayi besar atau gawat janin.
Lanjutan
5. Infeksi
Ibu lebih mudah terkena infeksi seperti keputihan, infeksi saluran
kemih, dan infeksi jalan lahir, yang bisa memperburuk kondisi
gula darah.
6. Retinopati Diabetik
Diabetes lama bisa merusak mata. Kehamilan bisa mempercepat
kerusakan jika gula darah tidak terkontrol.
7. Neuropati Diabetik
Kerusakan saraf akibat diabetes bisa menyebabkan mual, muntah,
dan sulit mengatur gula darah.
8. Ketoasidosis Diabetik
Kondisi berbahaya akibat kekurangan insulin, bisa
membahayakan nyawa ibu dan janin.
9. Persalinan Caesar (Seksio Caesarea)
Ibu dengan GDM lebih berisiko melahirkan lewat operasi karena
komplikasi seperti bayi besar atau gawat janin.
Risiko Pada Janin Akibat Diabtets Mellitus
Gestasional
1.Bayi besar (makrosomia) – Gula darah ibu tinggi membuat janin
memproduksi banyak insulin, sehingga bayi tumbuh besar (>4 kg). Ini
bisa menyebabkan persalinan sulit, cedera lahir, atau perlu operasi
sesar.
2.Gula darah rendah pada bayi (hipoglikemia) – Setelah lahir, gula darah
bayi bisa turun drastis karena insulinnya masih tinggi. Bisa
menyebabkan kejang atau gangguan otak.
3.Gangguan napas (RDS) – Insulin tinggi menghambat pematangan
paru, sehingga bayi sulit bernapas meski lahir cukup bulan.
4.Cacat bawaan – Jika DMG tidak terkontrol sejak awal kehamilan, risiko
kelainan jantung atau saraf meningkat.
Lanjutan
5. Kematian janin atau bayi – Terjadi bila gula darah ibu
sangat tidak terkontrol, misalnya akibat kekurangan
oksigen, infeksi, atau lahir prematur.
6. Cairan ketuban berlebih (polihidramnion) – Bisa memicu
persalinan prematur atau plasenta lepas sebelum
waktunya.
7. Risiko jangka panjang – Anak lebih berisiko mengalami
obesitas, resistensi insulin, dan diabetes tipe 2 saat
dewasa.
Pencegahan Dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Gestasional (DMG) Dan Diabetes Melitus Dengan
Kehamilan (DMH)
1.Edukasi Sebelum Hamil (Wanita yang ingin hamil sebaiknya mendapat informasi
tentang risiko diabetes dan pentingnya menjaga gula darah tetap normal sejak
sebelum hamil)
2. Menjaga Berat Badan Ideal (Berat badan sehat sebelum hamil bisa menurunkan
risiko terkena diabetes saat hamil. Jika berlebih, disarankan diet sehat dan
olahraga)
3. Pola Makan Sehat (Makan makanan tinggi serat (sayur, buah) dan hindari gula
berlebih serta karbohidrat olahan. Pilih makanan dengan indeks glikemik rendah)
4. Olahraga Teratur (Aktivitas ringan seperti jalan kaki, berenang, atau yoga
selama 150 menit per minggu bisa bantu kontrol gula darah dan menjaga
kebugaran)
5. Cek Kesehatan Rutin (Pemeriksaan gula darah rutin penting, terutama bagi
yang punya riwayat diabetes dalam keluarga atau faktor risiko lainnya)
6.Kelola Stres (Stres bisa memengaruhi gula darah. Latihan relaksasi seperti
meditasi dan dukungan keluarga sangat membantu)
7. Konsultasi Dokter (Wanita dengan diabetes sebaiknya konsultasi ke dokter
sebelum hamil agar rencana pengobatan, pola makan, dan aktivitas disesuaikan)
Peran Bidan Dalam Pengelolaan Diabetes Pada
Kehamilan
1. Deteksi Dini
Bidan melakukan pemeriksaan awal, seperti tes glukosa (OGTT),
terutama saat kehamilan 24–28 minggu untuk mengetahui ada
tidaknya diabetes gestasional.
2. Edukasi dan Konseling
Memberi informasi tentang pola makan sehat, olahraga, dan
menjaga berat badan selama hamil.
Contoh: mengajarkan senam hamil untuk bantu kontrol gula
darah.
3. Pantau Gula Darah
Bidan memeriksa gula darah secara rutin agar tetap dalam
batas normal dan mencegah komplikasi.
4. Atur Pola Makan
Membantu ibu memilih makanan bergizi seimbang sesuai
kebutuhan, agar gula darah tetap stabil.
Lanjutan
5. Kerja Sama dengan Tim Medis
Bidan bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, dan tim lainnya untuk
memberikan perawatan yang menyeluruh.
6. Bantu Terapi Obat
Jika diperlukan, bidan mendampingi ibu dalam penggunaan
insulin sesuai arahan dokter, dan memberi edukasi soal
penggunaannya.
7. Pantau Ibu dan Janin
Memantau kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin untuk
mencegah masalah seperti bayi besar, preeklamsia, atau lahir
prematur.
8. Catat dan Laporkan
Semua pemeriksaan dan tindakan didokumentasikan dengan baik
untuk pemantauan dan tindak lanjut.