PEMIKIRAN SOSIOLOGI HUKUM KLASIK EMILE DURKHEIM DAN MAX WEBER
EMILE DURKHEIM Emile Durkheim berasal dari Perancis . Ia adalah seorang tokoh penting yang mengembangkan sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik . Di dalam teori-teorinya tentang masyarakat , Durkheim menaruh perhatian besar terhadap kaidah-kadah hukum yang dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas yang dijumpai dalam masyarakat ( Soekanto , 2014).
EMILE DURKHEIM Durkheim memandang hukum sebagai ‘unit moral sosial ’. Ia membangun teori dengan tema “ pembagian kerja ”, sebagaimana tercermin dalam judul karya utamanya De La Division du Travail .
EMILE DURKHEIM Menurut Durkheim, sistem pembagian kerja menentukan solidaritas sosial . Solidaritas sosial itu sendiri merupakan unit yang abstrak , berupa kerangka keyakinan bersama dalam membangun hidup yang terintegrasi . Namun , kerangka keyakinan tidak mampu mengubah solidaritas sosial menjadi sesuatu yang empirik . Durkheim kemudian mencari unit empiris dalam solidaritas sosial yang abstrak itu . Di situlah Ia menemukan ‘ hukum ’ sebagai unit yang empiris dari solidaritas sosial .
EMILE DURKHEIM sistem pembagian kerja dalam suatu masyarakat menentukan tipe solidaritas sosial yang terbangun dalam masyarakat tersebut . Dalam masyarakat yang belum mengenal pembagian kerja yang beragam , maka terbangun solidaritas yang mekanis . Sedangkan dalam masyarakat yang telah mengenal diferensiasi kerja ( fungsi , tugas , dan keahlian ), cenderung melahirkan solidaritas yang organis .
EMILE DURKHEIM Dua tipe solidaritas itu menurut Durkheim menentukan wajah hukum . Dalam solidaritas yang mekanis , muncul hukum yang berkarakter ‘ menindak ’. Atau represif Pada sisi yang lain, solidaritas organis membuahkan hukum yang berwatak ‘ memulihkan ’ atau restitutif .
MAX WEBER Max Weber adalah seorang tokoh besar Sosiologi modern dari Jerman. Beliau hidup pada tahun 1864-1920. Max Weber mempunyai pendidikan berlatar belakang di bidang hukum.
Norma Moral Bersifat Obyektif dan Universal
OBYEKTIVITAS Norma Moral Norma moral mengarahkan diri kepada subyek . Tanpa adanya subyek moral, norma moral tidak mempunyai makna apapun , sama seperti petunjuk jalan tidak mempunyai makna tanpa adanya pemakai jalan . Dalam arti itu norma moral selalu mempunyai suatu konotasi subyektif . Tapi itu tidak berarti bahwa manusia bisa memilih sesuka hati apa yang baik atau buruk baginya . Bukan manusia sendiri yang menentukan norma moral baginya . Nilai dan norma moral justru mewajibkan kita . Mau tidak mau , kita harus menerima norma itu .
universalitas norma moral Norma moral harus berlaku selalu dan dimana-mana . Mustahilah norma moral yang berlaku disatu tempat tetapi tidak berlaku di tempat lain. Misalnya norma kejujuran diterima di manapun . Perkosaan tidak pernah dapat diterima di manapun
MENGUJI NORMA MORAL Norma moral dapat diuji dengan cara : Melihat konsistensinya tidak kontradiktif . Generalisasi norma dasar bagi aturan emas (the golden rule): “ Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan atau “ Jangan berbuat terhadap orang lain apa yang Anda sendiri tidak inginkan diperbuat terhadap diri Anda ”
Norma Dasar Terpenting : Martabat Manusia Norma moral terpenting kewajiban menghormati martabat manusia . Immanuel Kant: “ Hendaklah memperlakukan manusia selalu juga sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana belaka ”.
Misalnya : Kita menggunakan jasa pembantu rumah tangga atau semua orang yang bekerja untuk kita . Tetapi , di samping menggunakan jasanya , kita juga harus menghormati mereka sebagai “persona” ( pribadi manusia bermartabat ) memberi haknya , berlaku sopan , tidak merendahkan , tidak menghina . Martabat manusia mengandung pengertian bahwa manusia harus di hormati sebagai manusia . Bukan kedudukan sebagi masyarakat , faktor keturunan , atau sebagainya .
Prinsip Moral Dasar Menurut Franz Magnis dan Suseno Prinsip sikap baik Prinsip keadilan Prinsip hormat terhadap diri sendiri 1. Dituntut agar kita tidak membiarkan diri diperas diperalat , atau diperbudak . 2. Tidak membiarkan diri sendiri terlantar .