PPT KELOMPOK 4 PSIKOLOGI PENDIDIKAN_compressed.pdf

Icha950564 1 views 13 slides Sep 06, 2025
Slide 1
Slide 1 of 13
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13

About This Presentation

untuk pendidikan psikologi


Slide Content

SPEECH/
LANGUAGE
PATHOLOGIST
Kelompok 4
Psikologi Pendidikan

Raudatul Qalby
(23129235)
Rahmi Rihadatul Aisya
(23129231)
ANGGOTA KELOMPOK 4 :

Speech/Language Pathologist (SLP)
adalah profesional kesehatan yang ahli
dalam identifikasi, evaluasi, diagnosis,
dan terapi gangguan komunikasi,
bicara, bahasa, suara, serta gangguan
menelan pada individu dari berbagai
rentang usia, mulai dari bayi hingga
lansia.
A. ONTOLOGI SPEECH/
LANGUAGE PATHOLOGIST
1.Hakikat

2. Pengertian
SLP adalah profesi klinis yang fokus
pada fungsi komunikasi manusia,
mencakup aspek bahasa ekspresif dan
reseptif, artikulasi, kelancaran bicara
(fluency), suara (voice), serta
kemampuan menelan. Dalam Bahasa
Indonesia, sering disebut sebagai
terapis wicara atau terapis bahasa dan
bicara.
Menurut American Speech-Language-
Hearing Association (ASHA), SLP
bertugas untuk mencegah, menilai,
mendiagnosis, dan mengobati
gangguan bicara, bahasa, komunikasi
sosial, komunikasi kognitif, dan
gangguan menelan pada anak-anak
dan orang dewasa.

3. Konsep Dasar
SLP bekerja dengan berbagai kondisi, termasuk:
1.Gangguan produksi suara (artikulasi, fonologi,
apraxia, disartria)
2.Gangguan bahasa (ekspresif dan reseptif)
3.Gangguan fluensi (seperti gagap)
4.Gangguan suara (seperti suara serak)
5.Gangguan menelan (disfagia)
6.Gangguan komunikasi sosial (seperti pada
autisme)

1.Sumber Pengetahuan
SLP mengandalkan berbagai disiplin ilmu, termasuk:
1.Ilmu biologi dan neurologi: memahami struktur dan fungsi sistem saraf dan otot
yang terlibat dalam komunikasi dan menelan.
2.Ilmu linguistik: memahami struktur bahasa dan bagaimana bahasa diproses dan
diproduksi.
3.Psikologi perkembangan dan kognitif: memahami perkembangan komunikasi dan
bagaimana gangguan dapat mempengaruhinya.
4.Evidence-Based Practice (EBP): menggunakan bukti ilmiah terkini untuk
menginformasikan praktik klinis.
B. Epistemologi Speech/ Language Pathologist

Metode yang digunakan oleh SLP meliputi:
1.Evaluasi klinis: menggunakan tes standar dan
observasi untuk menilai kemampuan komunikasi dan
menelan.
2.Wawancara: mengumpulkan informasi dari pasien
dan keluarga untuk memahami riwayat dan
kebutuhan individu.
3.Intervensi terapeutik: merancang dan melaksanakan
rencana terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan
individu.
4.Kolaborasi interprofesional: bekerja sama dengan
profesional lain seperti dokter, psikolog, dan guru
untuk memberikan perawatan holistik.
2. Metode yang Digunakan

1.Manfaat dan Nilai Praktis
SLP memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup
individu dengan gangguan komunikasi dan menelan. Manfaatnya meliputi:
1.Meningkatkan kemampuan komunikasi, yang penting untuk pendidikan,
pekerjaan, dan interaksi sosial.
2.Membantu individu dengan gangguan menelan untuk makan dan minum
dengan aman, mencegah komplikasi kesehatan.
3.Memberikan dukungan kepada keluarga dan pengasuh dalam memahami
dan mengelola kondisi individu.
C. AKSIOLOGI Speech/ Language Pathologist

1.Pendekatan berbasis bukti yang
memastikan intervensi efektif dan
terkini.
2.Kemampuan untuk bekerja dengan
berbagai populasi, dari bayi hingga
lansia.
3.Fleksibilitas dalam berbagai setting,
termasuk rumah sakit, sekolah, dan
praktik swasta.
2. kelebihan

1.Keterbatasan jumlah profesional SLP di
beberapa wilayah, termasuk Indonesia,
yang dapat membatasi akses layanan.
2.Kurangnya kesadaran masyarakat
tentang peran dan manfaat SLP, yang
dapat menyebabkan keterlambatan
dalam mencari bantuan.
3.Biaya terapi yang mungkin tinggi dan
tidak selalu ditanggung oleh asuransi
kesehatan.
3. kekurangan

Speech-Language Pathologist (SLP) adalah profesi
kesehatan yang memiliki hakikat membantu individu
mengatasi gangguan bicara, bahasa, dan komunikasi
dengan pendekatan ilmiah berbasis neurologi, linguistik,
dan psikologi. Pengetahuan dalam bidang ini diperoleh
melalui observasi klinis, asesmen terstandar, dan terapi
berbasis bukti. Secara aksiologis, profesi ini memiliki nilai
empati dan rehabilitatif, memberikan manfaat besar dalam
meningkatkan kualitas hidup dan partisipasi sosial, meski
masih memiliki kekurangan dalam hal keterjangkauan
layanan dan keterbatasan tenaga ahli, khususnya di
wilayah terpencil.
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
11..Burhanudin, S., & Yuniarti, N. (2021). Strategi Mengatasi Speech Delay pada Anak Melalui TerapiBurhanudin, S., & Yuniarti, N. (2021). Strategi Mengatasi Speech Delay pada Anak Melalui Terapi
Wicara. Jurnal Terapi Wicara, 10(2), 100–110.Wicara. Jurnal Terapi Wicara, 10(2), 100–110.
22..Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Standar Profesi Terapis Wicara. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Standar Profesi Terapis Wicara. Jakarta:
Kemenkes RIKemenkes RI
33..Mawardah, M., & Kusumawardany, A. (2023). Terapi wicara dan auditori verbal terhadapMawardah, M., & Kusumawardany, A. (2023). Terapi wicara dan auditori verbal terhadap
perkembangan bahasa pada anak tunarungu. Jurnal Ilmiah Psyche, 17(1).perkembangan bahasa pada anak tunarungu. Jurnal Ilmiah Psyche, 17(1).
44..Rahmah, N. (2023). Strategi Terapis Wicara yang Dapat Diterapkan oleh Orang Tua PenderitaRahmah, N. (2023). Strategi Terapis Wicara yang Dapat Diterapkan oleh Orang Tua Penderita
Keterlambatan Bicara (Speech Delay). MAHESA: Malahayati Health Student Journal, 5(3), 1018–Keterlambatan Bicara (Speech Delay). MAHESA: Malahayati Health Student Journal, 5(3), 1018–
1033.1033.
55..Tim Peneliti IKIP Siliwangi. (2024). Strategi pengembangan kecakapan berbahasa anak speechTim Peneliti IKIP Siliwangi. (2024). Strategi pengembangan kecakapan berbahasa anak speech
delay. Jurnal CERIA, 6(2).delay. Jurnal CERIA, 6(2).
66..Yusup, N.A. & Muryanti. (2022). Hubungan Intervensi Terapi Wicara dengan Kemampuan BahasaYusup, N.A. & Muryanti. (2022). Hubungan Intervensi Terapi Wicara dengan Kemampuan Bahasa
Anak Gangguan Pendengaran di Boyolali. Jurnal Terapi Wicara dan Bahasa, 1(1), 25–32.Anak Gangguan Pendengaran di Boyolali. Jurnal Terapi Wicara dan Bahasa, 1(1), 25–32.

TERIMA
KASIH