PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA NY. M DENGAN PERDARAHAN PERVAGINA EC SUSPEK KANKER SERVIKS DI IRNA TERATAI LANTAI 2 SELATAN RSUP FATMAWATI JAKARTA SELATAN Lutfia Asyafah NIM : P17120021012 2024
Latar Belakang Global Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita di seluruh dunia, dengan sekitar 660.000 kasus baru pada tahun 2022. (WHO, 2024) Indonesia Menurut laporan dari The Global Cancer Observatory GLOBOCAN, (2021). Indonesia terdapat 36.964 kasus baru kanker serviks pada tahun 2022, yang merupakan 9,0% dari seluruh kematian.
Konsep dasar kebutuhan cairan dan elektrolit Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang diperlukan untuk mempertahankan proses homeostatis dan fungsi tubuh (Tarwoto & Wartonah, 2015) 1. Cairan Intraseluler 2. Cairan Ekstraseluler Cairan Intertisial Cairan Intavaskuler /Plasma darah Cairan Transeluler 1. Usia 2. Temperatur lingkungan 3. Kondisi stress 4. Keadaan sakit 5. Diet Pengertian Kompartemen cairan didalam tubuh Faktor-Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
Konsep dasar kebutuhan cairan dan elektrolit Gangguan Keseimbangan Cairan Hilangnya cairan intravaskuler menyebabkan defisiensi volume cairan atau disebut juga dengan hipovolemia. Hipovolemia atau dehidrasi terjadi ketika kehilangan cairan lebih besar dari pada masukan cairan Hipervolemia atau overhidrasi disebut volume cairan yang berlebihan. Hipervolemia terjadi adanya peningkatan cairan yang tertahan di kompartemen intravaskular. Gangguan Keseimbangan Elektrolit Hipernatremia Hiponatremia Hiperkalemia Hipokalemia Hiperkalsemia Hipokalsemia Hiperfosfatemia Hipofosfatemia Hipermagnesemia Hipomagnesemia
Konsep dasar kanker serviks Menurut CDC, (2023) kanker serviks merupakan penyakit disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel serviks yang tidak terkendalI Infeksi human papillomavirus (HPV) tipe 16 dan 18 Seseorang yang berganti-ganti pasangan seksual atau terinfeksi HPV) atau berhubungan seks saat masih muda (terutama di bawah 18 tahun) Merokok Memiliki tiga anak atau lebih Menggunakan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah Pendarahan yang tidak biasa di antara periode menstruasi Perdarahan setelah menopause atau perdarahan setelah berhubungan seksual Keputihan yang meningkat atau berbau busuk. Penyebab kanker serviks Tanda dan gejala kanker serviks
Gambaran kasus Pasien bernama Ny.M umur 53 tahun jenis kelamin perempuan , masuk ruang rawat inap RSUP Fatmawati tanggal 18 Maret 2024. Keluhan utama pasien yaitu keluar cairan hijau dari kemaluan dan terasa nyeri pada perut bagian bawah . Diagnosa medis perdarahan pervagina ec suspek kanker serviks . Saat berhubungan sexual pasien terasa nyeri setelah itu terjadi perdarahan . pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya dan sering menanyakan kondisi penyakitnya kepada perawat . Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik , kesadaran compos mentis (GCS : E4V5M6), tekanan darah : 100/60mmHg, nadi : 75x/ menit , frekuensi nafas : 20x/ menit , suhu : 36,2℃. capillary refill time (CRT) 3 detik , mukosa bibir kering , pasien tampak pucat , saat ini perdarahan pasien ada namun tidak aktif .
Pembahasan Pengkajian Kasus Kelolaan dan Teori Analisa Pola eliminasi , BAK tidak ada keluhan saat berkemih . Pengkajian data subjektif terhadap kondisi kanker serviks pada keluhan yakni , nyeri atau kesulitan berkemih ( Februanti , 2019). Hal ini tidak sesuai antara teori dengan kasus kelolaan . Menurut Anindya , (2024) menyatakan bahwa perubahan pola buang air kecil , seperti nyeri atau rasa tidak nyaman selama proses buang air kecil , dapat mengindikasikan bahwa kanker serviks telah berkembang ke organ terdekat , termasuk sistem saluran kemih . Kanker stadium III ditandai dengan pertumbuhan tumor hingga menyumbat salah satu atau kedua ureter, menyebabkan salah satu atau kedua ginjal membesar sehingga dapat berhenti berfungsi . (Cancer National Institute, 2022)
Pembahasan Pengkajian Kasus Kelolaan dan Teori Analisa Pada istem integumen kulit teraba hangat, . Pada pengkajian kebutuhan cairan dalam sistem integumen yakni saat di palpasi kulit terasa dingin (Rachmawati, 2022). Hal ini tidak sesuai antara teori dengan kasus kelolaan Menurut Eva et al., (2023) termostat tubuh manusia adalah hipotalamus. Pusat ini mengatur homeostatis suhu. pemeliharaan suhu inti fisiologis tubuh dengan menyeimbangkan produksi panas dengan kehilangan panas. Individu yang sehat akan memiliki suhu inti tubuh 37°C, kisaran suhu yang diperlukan agar proses metabolisme tubuh berfungsi dengan benar. Pemeriksaan diagnostik kanker serviks meliputi CT scan (computerized tomography) menggunakan sinar X . (Cancer Counsil, 2023a). Hal ini tidak sesuai dengan kasus kelolaan Menurut Saksouk, (2020). Secara umum, CT scan dan MRI dilakukan bila ukuran tumor serviks lebih besar dari 2,0 cm, bila ukuran tumor tidak dapat dievaluasi secara memadai selama pemeriksaan klinis, atau bila tumor bersifat endoserviks.
Pembahasan Pengkajian Kasus Kelolaan dan Teori Analisa Menurut Cancer Counsil, (2023) meskipun biopsi dapat memastikan keberadaan kanker dan memberikan informasi mengenai jenis kanker, biasanya biopsi tidak dapat menentukan stadium kanker dengan sendirinya. Penentuan stadium biasanya ditentukan melalui kombinasi metode, yang mungkin mencakup tes pencitraan (seperti CT scan, MRI scan, atau PET scan). Menurut Ernsmeyer & Christman, (2021) pemeriksaan kadar berat jenis urin pada pasien defisiensi cairan tidak wajib dilakukan. Namun, ini merupakan pemeriksaan yang berguna untuk menilai status hidrasi dan pengenceran urin pada pasien, terutama pada kasus yang diduga mengalami defisit volume cairan Deteksi kanker serviks pada kasus kelolaan hanya dilakukan biopsi. Deteksi dini menurut Iskandar & Frisca, (2020) salah satunya yaitu biopsi. Hal ini sesuai antara kasus kelolaan dengan teori Pada kasus kelolaan dilakukan pemeriksaan darah lengkap . Pemeriksaan kekurangan cairan meliputi salah satunya kadar berat jenis urine ( Rachmawati , 2022). Hal ini tidak sesuai antara kasus kelolaan dengan teori
Pembahasan Diagnosis Kasus Kelolaan dan Teori Analisa Hipovolemia dalam TIM POKJA SDKI DPP PPNI, (2017) merupakan penurunan volume cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraselular. Hal tersebut sesuai dengan teori. Kehilangan cairan intravaskular dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perdarahan hebat, dan asupan cairan oral yang tidak mencukupi. Etiologi diagnosis keperawatan hipovolemia menurut TIM POKJA SDKI DPP PPNI, (2017) kehilangan cairan aktif dan , kekurangan intake cairan. Hal tersebut sesuai dengan teori. Hipovolemia dapat disebabkan oleh hilangnya cairan aktif, yaitu penurunan volume cairan ekstraseluler dalam tubuh. kehilangan cairan terjadi melalui mekanisme seperti perdarahan abnormal (Borke dkk., 2023). Kurangnya asupan cairan/kekurangan air terjadi ketika keseimbangan antara asupan dan kehilangan air terganggu dan menyebabkan keadaan dehidrasi. (Shaheen et al., 2018)
Pembahasan Diagnosis Kasus Kelolaan dan Teori Analisa Pasien dengan hipovolemia mungkin tidak menunjukkan oliguria karena kemampuan tubuh menghemat air melalui pelepasan hormon antidiuretik (ADH) dan aktivasi sistem saraf simpatis. (Ostermann et al., 2023) pada pasien hipovolemik, hematokrit bisa rendah karena hemokonsentrasi, yaitu peningkatan konsentrasi sel darah merah dalam darah. (Borke et al., 2023) Menurut (Eva et al., 2023) termostat tubuh manusia adalah hipotalamus. Pusat ini menetapkan titik tubuh dan mengatur homeostatis suhu. pemeliharaan suhu inti fisiologis tubuh dengan menyeimbangkan produksi panas dengan kehilangan panas. Tanda gejala mayor ditemukan pada pasien volume urin normal dan hematokrit menurun. menurut TIM POKJA SDKI DPP PPNI, (2017) tanda gejala mayor Hematokrit meningkat volume urine menurut. Sebagian sudah sesuai dengan kasus kelolaan Tanda dan gejala minor ditemukan pada pasien suhu tubuh normal. menurut TIM POKJA SDKI DPP PPNI, (2017) suhu tubuh meningkat. Sebagian sudah sesuai dengan kasus kelolaan
Pembahasan Perencanaan Kasus Kelolaan dan Teori Analisa Menurut Castera & Borhade, (2023), manajemen cairan sangat penting bagi individu yang mengalami kekurangan cairan. pemeliharaan cairan mencakup pemilihan solusi intravena, menilai status volume pasien, dan kemungkinan masalah terkait manajemen cairan. Hal tersebut sesuai dengan kasus kelolaan dimana tujuan perencanaan yaitu status cairan meningkat dan dilakukan selama tiga hari perawatan Menurut Ernstmeyer & Christman, (2021) perencanaan keperawatan fokus pada menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor terkait etiologi dari diagnosis keperawatan. Hal tersebut sesuai dengan kasus kelolaan intervensi disusun berdasarkan observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (OTEK) berdasarkan TIM POKJA SIKI DPP PPNI, (2018). Namun tidak sepenuhnya intervensi dilakukan pada kasus kelolaan
Pembahasan Perencanaan Kasus Kelolaan dan Teori Analisa Menurut Ernstmeyer & Christman, (2021) cairan isotonik umumnya dianggap lebih baik dibandingkan cairan hipotonik Larutan isotonik mempunyai konsentrasi partikel terlarut yang sama dengan darah, sehingga larutan tersebut mengembalikan cairan ke kompartemen intravaskular tanpa menyebabkan pergerakan cairan antar kompartemen melalui osmosis. Dalam (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) kolaborasi dilakukan pemberian cairan IV hipotonis. Hal ini tidak sesuai dengan kasus kelolaan Dalam (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) kolaborasi dilakukan pemberian cairan koloid. Pada kasus kelolaan kadar albumin 3,21 g/dL. Hal ini tidak sesuai dengan kasus kelolaan Menurut Ernstmeyer & Christman, (2021) penggunaan cairan koloid pada pasien dengan kadar albumin rendah berpotensi memperburuk kondisi mereka dengan menyebabkan cairan berpindah dari ruang intravaskular ke ruang interstisial, menyebabkan hipovolemia lebih lanjut
Pembahasan Implementasi Kasus Kelolaan dan Teori Analisa Hal tersebut sesuai dengan kasus kelolaan. Meningkatkan intake cairan bertujuan untuk membantu menggantikan kehilangan cairan dan membantu proses pemulihan (Tarantino, 2022) dan mengukur tanda-tanda vital untuk membantu menilai kondisi pasien secara keseluruhan dan menentukan tingkat keparahan kehilangan volume darah (Rivera & Anjum, 2023) Implementasi keperawatan untuk mengatasi hipovolemia yaitu meningkatkan asupan cairan oral, inisiasi resusitasi cairan, pemantauan hemodinamik (Johnstone & Rich, 2018). Dalam perencanaan pada kasus kelolaan yaitu berkolaborasi pemberian produk darah. menurut (Johnstone & Rich, 2018) hal yang dilakukan untuk mengatasi hipovolemia yaitu pemasangan jalur intravena, dan tranfusi darah Hal tersebut sesuai dengan kasus kelolaan. Pemberian tranfusi darah yang bertujuan untuk meningkatkan perfusi jaringan dengan meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen, tranfusi darah dapat meningkatkan perfusi jaringan dan mengurangi risiko kerusakan jaringan (Mandal, 2016).
Pembahasan Evaluasi Kasus Kelolaan dan Teori Analisa Pasien yang mengalami hipovolemia harus diedukasi tentang pentingnya asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi dan mendukung proses pemulihannya. (Rahmawati et al., 2021) dan nilai labolatorium yang belum dapat tercapai yaitu hematokrit belum batas normal disebabkan terjadinya penurunan sel darah merah akibat kanker dan terjadinya perdarahan (Davis, 2021) Dalam kriteria hasil yang dibuat dalam perencanaan dalam (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018 yaitu hematokrit membaik. Pada kasus, intake cairan belum mencapai 2,3 liter/24 jam dan hematokrit belum batas normal
Kesimpulan Pengkajian asuhan keperawatan disimpulkan beberapa data yang dikaji sesuai dengan konsep teori , namun pada pengkajian data subjektif yang telah di kumpulkan terhadap kondisi kanker serviks pada keluhan yakni , nyeri atau kesulitan berkemih . Pada pengkajian kebutuhan cairan dalam sistem integumen yakni saat di palpasi kulit terasa dingin . Pada pemeriksaan diagnostik kanker serviks yaitu CT scan dan MRI. Pemeriksaan kekurangan cairan meliputi kadar berat jenis urine terdapat kesenjangan dengan teori dan kasus . Diagnosis keperawatan pada Ny.M yaitu hipovolemia , ansietas , nyeri kronis , dan risiko perdarahan . Namun dapat disimpulkan bahwa menghasilkan satu diagnosis prioritas yang didukung teori yakni hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan , kehilangan cairan aktif . Data tersebut didukung oleh data subjektif dan objektif yang sesuai dengan teori , namun ada beberapa kesenjangan bagian tanda gejala mayor, volume urin normal dan hematokrit menurun dan tanda dan gejala minor ditemukan pada pasien suhu tubuh normal. Pengkajian keperawatan Diagnosis keperawatan
Kesimpulan Perencanaan keperawatan pada Ny. M dengan pervagina ec suspek kanker serviks dapat disimpulkan bahwa tujuan penetapan waktu cukup efektif untuk masalah hipovolemia. Perencanaan sudah sesuai dengan teori yaitu observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis, dan kolaborasi pemberian koloid terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus. Implementasi keperawatan pada Ny. M dengan pervagina ec suspek kanker serviks dapat disimpulkan bahwa semua implementasi sudah dapat dikerjakan sesuai apa yang sudah direncanakan. Perencanaan keperawatan Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan pada Ny. M dengan pervagina ec suspek kanker serviks dapat disimpulkan bahwa evaluasi pada diagnosis hipovolemia beberapa bagian sudah teratasi, namun intake cairan masih kurang dan nilai hematokrit belum normal, planning dapat dilakukan dirumah. Implementasi keperawatan