ANALISIS MATERI BERBASIS MASALAh “ RENDAHNYA PEMBIASAAN LITERASI MEMBACA KELAS IV DI SD NEGERI 01 MANOKWARI “
ringkasan Berdasarkan hasil pengamatan di SD Negeri 01 Manokwari ditemukan masalah pembiasaan literasi untuk kelas IV masih rendah . Hal ini terlihat dari nilai akademik terkait literasi yang nilainya masih rendah seperti untuk menjawab soal – soal yang jawabannya ada pada teks masih sebagian besar murid belum menjawab dengan tuntas . Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara bersama beberapa murid bahwa rendahnya minat baca murid ini dipengaruhi oleh lingkungan sekolah yang kurang mendukung , peran perpustakaan sekolah belum maksimal , keterbatasan buku / bahan bacaan , lingkungan keluarga kurang yang mendukung , dan pengaruh menonton televisi dan bermain games di gawai . Hasil pengamatan menunjukkan bahwa metode ini membantu murid untuk meningkatkan minat baca mereka dimulai dari membaca buku – buku cerita yang tersedia . Murid mulai membaca buku pada pagi hari , dan mulai tertarik dengan cerita yang ditempel di dinding pojok baca dan secara bertahap kegiatan ini mulai dilakukan setiap hari .
Latar belakang Proses Pendidikan yang terus berjalan di Indonesia semakin berkembang meskipun beberapa waktu lalu mengalami sedikit kendala karena pandemi covid 19 yang membuat cara mengajar berbeda dari biasanya karena dilakukan secara daring. Kondisi ini membuat sebagian murid tidak sepenuhnya mendapat pendampingan langsung dari guru yang mengakibatkan menurunnya minat belajar murid. Dalam laporan ini penulis ingin mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di SD Negeri 01 Manokwari yaitu rendahnya pembiasaan literasi di kelas IV. Rendahnya pembiasaan ini akibat dampak dari pembelajaran daring yang terjadi selama kurang lebih dua tahun lalu, sehingga murid – murid yang sekarang duduk di bangku kelas IV hanya belajar secara daring dengan menggunakan perangkat gawai dan laptop mengakibatkan kemampuan literasi kurang karena mereka lebih sering menggunakan media elektronik dibandingkan media cetak. Hal ini terlihat setelah pembelajaran tatap muka di kelas, murid memiliki minat yang rendah untuk membaca buku – buku teks pelajaran sehingga hasil perolehan nilai akademik rendah.
Tujuan dan manfaat tujuan manfaat Memberikan motivasi kepada murid untuk terus belajar dan memacu dirinya agar berkembang sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Membantu meningkatkan pemahaman murid dengan membaca berbagai informasi Membantu murid berpikir kritis melalui buku bacaan yang dibaca Menciptakan budaya membaca di sekolah Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan membaca Memperluas wawasan dan memperoleh informasi baru Memperkaya perbendaharaan kosakata bagi murid Mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi dari bacaan
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara Berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara untuk menuntun anak berdasarkan kodrat alam dan kodrat zaman, erat kaitannya dengan motivasi secara intrinsik dan ekstrinsik seperti halnya dengan membangkitkan minat literasi baca yang masih rendah di sekolah khususnya yang terjadi pada murid kelas IV SD Negeri 01 Manokwari. Mendorong faktor internal menjadi suatu hal yang tidak mudah karena membutuhkan pendekatan yang lebih dalam seperti memberi pemahaman kepada mereka untuk lebih mengutamakan membaca daripada hanya bermain. Peran perpustakaan sekolah belum maksimal seperti buku – buku yang tersedia di perpustakaan adalah buku – buku yang sudah lama dan terbatas untuk buku – buku cerita padahal murid lebih senang membaca cerita – cerita terbaru jika buku tersebut tersedia. Kenyataan lain memperlihatkan bahwa kebanyakan lebih memilih membeli mainan daripada membeli buku, ini terbukti dengan temuan murid yang seringkali membawa mainan ke sekolah,tak hanya itu lingkungan keluarga kurang yang mendukung untuk meluangkan waktu membaca bersama di rumah dan pengaruh menonton televisi dan bermain games gawai terbukti bahwa murid lebih mudah menghafal apa yang mereka tonton dalam televisi ataupun gawai. Dari pernyataan Ki Hajar Dewantara sebagai seorang penuntun( guru ) hanya mampu memberikan tuntunan berupa ajakan langsung membaca bersama di pojok baca yang sudah tersedia di dalam kelas, mengajak mereka untuk mengunjungi perpustakaan dan membaca bersama, sebuah upaya menarik minat murid yang tidak langsung memberikan hasil yang signifikan tetapi secara perlahan. Hasil dari upaya yang dilakukan saat ini belum terlihat signifikan dalam mempengaruhi minat literasi baca namun akan terus dilakukan agar tetap membudaya dan murid dapat merasakan manfaatnya baik sekarang maupun masa yang akan datang.
2.2. Nilai – nilai dan Peran Guru Penggerak a. Nilai – nilai Guru Penggerak 1). Berpihak pada murid Dalam kurikulum merdeka, pembelajaran dilakukan harus berpihak pada murid. Oleh karena itu pembelajaran yang berpihak pada murid ini tentunya di dukung oleh peran guru dan lingkungan sekitarnya. Ryan dan Deci (2000) melalui teori determinasi diri (self-determination theory), mengisyaratkan bahwa pendidik perlu fokus dalam menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan anak menguatkan dan menumbuh kembangkan motivasi intrinsik mereka. Dalam penerapannya, suasana belajar dan proses pembelajaran yang disediakan harus membuat anak senantiasa: merasa kompeten (mampu, dapat, cakap), saling-terhubung (kebutuhan sosial yang diusahakan oleh individu untuk membangun hubungan dengan sesamanya), dan merasa otonom (mandiri, merdeka). Dalam hubungannya dengan teori tersebut, membangkitkan minat literasi baca di SD Negeri 01 Manokwari harus dilandasi dengan kepentingan berpihak pada murid. Menyediakan pojok baca di dalam kelas dapat dibuat menarik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada sesuai dengan keinginan murid, tempatnya dibuat nyaman dengan menyediakan tempat yang bersih, mudah dijangkau dan bacaan yang menarik. 2). Mandiri Nilai Mandiri ini, secara sederhana menggambarkan semangat Guru untuk terus belajar sepanjang hayat. Aksi nyata ini dilakukan dengan mengubah tampilan kelas yang dahulunya polos dan kurang rapi menjadi kelas yang memiliki pojok baca . Hal ini merupakan inisiatif sendiri tanpa adanya perintah dari siapapun. Hal ini dilakukan agar kelas terlihat menarik, tampilan yang menarik ini diharapkan dapat menarik minat murid untuk membaca setiap hari.
3). Reflektif Mental sebagai seorang guru penggerak harus mencari pengalaman dan belajar dari apa yang telah terjadi, dalam hal membangkitkan minat literasi baca di SD Negeri 01 Manokwari, guru telah mencari informasi – informasi terkait sekolah – sekolah yang telah berhasil menerapkan budaya literasi di sekolahnya yang berdampak pada murid. 4). Kolaboratif Segala upaya yang dilakukan untuk membangkitkan minat literasi baca yang terjadi di SD Negeri 01 Manokwari tidak dapat dikerjakan secara sepihak. Tanggungjawab ini merupakan tanggung jawab bersama dari pimpinan sekolah maupun rekan guru yang lain. Upaya yang kami lakukan untuk meningkatkan minat literasi baca tersebut mulai dari berkolaborasi mencari solusi bersama atas masalah tersebut, saling mendukung dan membantu dalam hal menyiapkan tempat dan memotivasi murid. 5). Inovatif Mencari alternatif lain selain menyiapkan buku bacaan pada pojok baca ternyata tidak sulit, hal yang penulis lakukan agar dapat memperbaharui buku bacaan setiap hari adalah dengan menyiapkan stereofoam kecil untuk menempelkan cerita – cerita terbaru dalam bentuk lembaran dan ditempel. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah memunculkan bacaan baru bagi murid.
Peran Guru Penggerak Menjadi pemimpin pembelajaran Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko -kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah. Menjadi coach bagi guru lain Sebagai seoang Guru Penggerak wajib melakukan kolaborasi bagi rekan guru lainnya , melakukan coaching baik bagi rekan guru jika diperlukan maupun kepada murid dalam hal ini murid yang memiliki minat belajar yang rendah , guru melakukan coaching agar murid tersebut mampu menemukan solusi atas masalahnya sendiri . Mendorong kolaborasi Dalam menghadapi masalah rendahnya minat literasi baca di SD Negeri 01 Manokwari , beberapa hal telah kami lakukan untuk meningkatkan minat baca tersebut termasuk membacakan cerita di depan kelas , berkolaborasi dengan guru bidangstudy seperti guru bahasa Inggris untuk terus menggiatkan pembiasaan literasi , dalam pembelajaran juga selalu ada bacaan sebelum membahas materi pelajaan .
4) Mewujudkan kepemimpinan murid Guru senantiasa memampukan diri untuk menuntun murid di sekolah agar murid mereka sadar bahwa sebagai murid di saat ini , mereka juga adalah wajah Indonesia di masa depan , sehingga mereka berdaya dan turut aktif berkontribusi pada makin indahnya dunia di masa depan sejak sekarang oleh karena itu memimpin mereka membudayakan literasi sejak dini akan menjadi bekal di masa yang akan datang karena melalui bacaan yang mereka baca beragam informasi mereka bisa dapatkan 5) Menggerakkan komunitas praktisi Menumbuhkan budaya belajar kolaboratif atau komunitas belajar profesional bersama para rekan guru di sekolah SD Negeri 01 Manokwari ini dilakukan KKG ( Kelompok Kerja Guru) sekolah setiap hari Kamis dan setiap dua bulan sekali bersama dengan KKG Gugus . Agenda yang dibahas dalam pertemuan tersebut termasuk masalah yang sedang dihadapi murid di kelas yakni rendahnya minat baca dan salah satu program SD Negeri 01 yang sudah berjalan selama ini adalah menetapkan hari Selasa dan Sabtu sebagai hari literasi yakni wajib bersama membaca buku di pagi hari .
2.3. Visi Guru Penggerak Untuk dapat mewujudkan visi sekolah impian dan melakukan proses perubahan , maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma . Pendekatan yang dapat dipakai yakni Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan . Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider ( Cooperrider & Whitney, 2005; Noble & McGrath, 2016). Pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah , mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan , dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik .. Untuk mewujudkan sebuah tujuan dalam proses pembelajaran yang dijalankan oleh seorang guru, maka perlu adanya visi dan Prakarsa perubahan . Saya memiliki visi “ mewujudkan murid yang berakhlak mulia , kreatif , nasionalis dan gemar membaca . Prakarsa perubahan yang saya sudah buat adalah mewujudkan sudut baca yang nyaman dan menarik di kelas .
2.4. Budaya Positif Dalam budaya positif ada enam hal yang dapat dilakukan antara lain belajar disiplin positif dan kebajikan universal, teori motivasi , hukuman dan penghargaan , restitusi , keyakinan kelas , restitusi dan posisi kontrol guru. Dalam budaya kita , makna kata ‘ disiplin ’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan . Kita cenderung menghubungkan kata ‘ disiplin ’ dengan ketidaknyamanan . Ki Hadjar Dewantara maupun Diane Gossen , di mana kedua pakar pendidikan mengartikan disiplin sebagai bentuk kontrol diri , yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia . Nilai- nilai tersebut sebagai nilai-nilai kebajikan yang universal. Nilai- nilai kebajikan yang diyakini dan sepakati bersama salah satunya adalah nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia yaitu Profil Pelajar Pancasila. Penerapan yang saya lakukan di sekolah untuk budaya positif ini diantaranya membiasakan berdoa sebelum dan sesudah belajar , membiasakan murid untuk belajar mandiri termasuk membudayakan literasi baca pada pagi hari atau jam istirahat , membuat jadwal piket kelas , membuat kesepakatan kelas yang menjadi keyakinan kelas , penyelesaian masalah dengan menerapkan teori segitiga restitusi , membentuk kelompok belajar , berkolaborasi dengan kepala sekolah , rekan guru lain untuk mewujudkan murid yang berprofil pelajar Pancasila, serta memposisikan diri sebagai seorang manajer dalam pembelajaran namun terkadang harus mengkombinasikan antara posisi guru sebagai teman dan manajer .
BAB III PENUTUP 3.1. Refleksi Sebagai seorang pendidik, inovasi dan kreativitas menjadi tuntutan utama. Filosofi Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa menuntun anak berdasarkan kodrat alam dan kodrat zaman menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Penulis baru menyadari sepenuhnya teori tersebut setelah mengikuti Program Guru Penggerak. Membuat sebuah perubahan tidaklah mudah karena banyak pihak – pihak tertentu yang mendukung bahkan ada pula yang berseberangan dengan rencana atau aksi kita. Mendorong anak untuk membaca di pojok baca di kelas merupakan aksi sederhana yang penulis lakukan namun mempunyai dampak positif bagi murid sebagai tuntutan dalam kurikulum merdeka bahwa pembelajaran harus berpihak pada murid. Pembuatan pojok baca di kelas dengan melibatkan murid serta rekan guru lainnya dapat membangkitkan motivasi bagi murid untuk melatih pembiasaan membekali diri melalui baca buku. Pembiasaan ini tidaklah mudah dilakukan sekarang karena murid – murid bahkan orang dewasa lebih menyukai dunia digital. Dalam mendorong tumbuhnya pembiasaan literasi di kelas diperlukan ketekunan dan kesabaran dalam membimbing dan mengajak murid untuk memanfaatkan waktu luang yang tersedia di sekolah tetapi sebuah hal sederhana jika dilakukan secara konsisten akan membawa dampak positif seperti murid akan menambah wawasan dan pengetahuan baru dari buku – buku bacaan yang mereka baca, membiasakan murid untuk fokus terhadap sebuah bacaan. Hal ini terlihat di kelas IV SD negeri 01 Manokwari, selama ini murid banyak yang belum mengetahui berbagai cerita rakyat nusantara, karena adanya buku – buku cerita atau buku bacaan yang tersedia di pojok baca maka mereka dapat mengetahui cerita tersebut bahkan dapat menceritakan kembali dari cerita yang mereka baca. Saya merasa senang dan dan tertantang untuk terus menumbuhkan semangat dalam belajar, menumbuhkan jiwa kemandirian dengan melakukan sebuah pembiasaan positif tanpa harus diperintah atau dipaksa.
Refleksi filosofi Ki Hajar Dewantara yang memuat dasar – dasar pendidikan yang merdeka, konsep menuntun murid dalam pendidikan penulis menyadari bahwa banyak nilai nilai yang harus dipegang teguh untuk menjadi seorang pendidik agar dapat memerankan peran sebagai guru yang memberikan pembelajaran bermakna. Semua program atau kegiatan yang dilakukan memiliki tujuan. Demikian halnya dengan guru yang punya cita – cita memerdekakan murid tentunya harus memiliki visi dan Prakarsa perubahan .memberlakukan budaya positif karena berhubungan dengan pembiasaan yang terjadi setiap hari dan akan menjadi sesuatu yang sangat baik jika sudah dilakukan. Sebagai pendidik yang memiliki prakarsa perubahan berlandasakan nilai – nilai kebajikan universal . Refleksi yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara akan menjadi pengingat kepada pendidik untuk melakukan system Pendidikan dengan berprinsip bahwa ibarat petani seorang guru menaburkan benih -benih yang suatu kelak akan tumbuh dan berkembang, selain itu selalu mengingat semboyan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangunkarsa dan Tut Wuri Handayani. Terus tergerak , bergerak dan menggerakkan demi Indonesia yang lebih maju khususnya menjadi agen perubahan di bidang Pendidikan. Dalam pelaksanaan aksi nyata yang penulis lakukan , kendala yang dihadapi adalah kurangnya dukungan dari rekan guru lain mengingat masing – masing wali kelas sibuk membenahi dan mengurusi kelasnya masing – masing, selain itu penulis masih terbatas untuk memperoleh buku – buku bacaan yang terbaru karena buku – buku yang tersedia terbatas dan lebih cepat selesai dibaca oleh murid. Tetapi kendala tersebut tidak menyurutkan semangat penulis dalam melanjutkan program ini karena cara lain yang dapat digunakan adalah menyediakan hasil cetakan bacaan untuk di tempel di dinding kelas agar dapat dijadikan bahan bacaan oleh murid.
3.2. Tindak Lanjut Rencana tindak lanjut yang akan penulis lakukan ke depan adalah : Mengembangkan kompetensi diri sebagai pendidik yang memiliki paradigma dan visi guru penggerak. Melakukan refleksi dan evaluasi secara rutin terhadap setiap kompetensi diri dan terus berkolaborasi dengan oranglain. Mengambil setiap pelajaran dari setiap praktik baik yang dilakukan Mengimplementasikan materi – materi yang telah didapatkan di program Pendidikan guru penggerak .
DAFTAR PUSTAKA Rafael,Simon Petrus. (2022). Paradigma dan Visi Guru Penggerak : Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Dirjen GTK Kemdikbudristek. Dharma, Aditya.( 2022 ). Paradigma dan Visi Guru Penggerak: Nilai dan Peran Guru Penggerak. Dirjen GTK Kemdikbudristek. Dharma, Aditya. (2022). Paradigma dan Visi Guru Penggerak: Visi Guru Penggerak. Dirjen GTK Kemdikbudristek. Nurcahyani, Andri.,Rajasa, Diah Samsiati., Wijayanti, Murti Ayu. (2022). Paradigma dan Visi Guru Penggerak: Budaya Positif. Dirjen GTK Kemdikbudristek. Suastika , Made.,Ratna , Nym Kutha ., Ardhana Ketut.(2002). Ki Hadjar Dewantara Pelopor Pendidikan Nasional. Jurnal cakrawala Pendidikan XXI ( 3) Retrieved from https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/8737 Sari, Cipta, Pratama.,(2018).Faktor – faktor rendahnya minat membaca siswa kelas IV. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar (32)7. Retrieved from https://journal.student.uny.ac.id/index.php/pgsd/article/viewFile/13875/13400 Syahidin,(2020). Meningkatkan Minat Membaca Melalui Literasi Sekolah. Jurnal pendidikan (1) 3. Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/344644980_Meningkatkan_Minat_Membaca_melalui_Gerakan_Literasi_Sekolah