Pendahuluan Pegadaian adalah salah satu lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah untuk membantu kebutuhan financial bagi masyarakat dengan cara gadai. Gadai dalam Islam sering disebut dengan istilah Rahn . Dalam istilah fiqih dikenal dengan istilah Ar-Rahn . Ar-Rahn adalah suatu akad transaksi pinjam meminjam dengan menyerahkan barang jaminan sebagai syarat untuk mengajukan pinjaman. (Setyaningrum & Khotijah, 2020) . Perum pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan pegadaian syariah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil. Pegadaian syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang dikelola oleh perusahaan umum pegadaian. Awal berdirinya pegadaian syariah dilatar belakangi oleh keinginan masyarakat muslim yang mengharapkan adanya layanan gadai dengan berpedoman pada prinsip syariah. Oleh karena itu, perusahaan umum pegadaian membuat terobosan baru dan berupaya menggandeng Bank Muamalat Indonesia untuk membentuk unit layanan pegadaian syariah. Semakin berkembangnya jenis lembaga keuangan syariah di Indonesia membuat masyarakat memiliki banyak pilihan untuk memilih lembaga keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat . Lembaga keuangan syariah sangat diperlukan dalam perekonomian Indonesia disaat ini, dimana lembaga keuangan syariah tersebut merupakan lembaga mediator antara kelompok masyarakat yang kelebihan dana dengan kelompok masyarakat yang memerlukan dana. Keberadaan lembaga keuangan syariah ini dapat membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan hidup keuangan, atau dalam jangka panjang dapat meningkatkan taraf hidupnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1) Untuk menganalisis hukum Islam terhadap sistem gadai pada pegadaian syariah ; 2) Untuk menganalisis rukun-rukun yang wajib dipenuhi jika bermitra dengan penggadaian syariah ; 3) Untuk menganalisis sistem gadai pada pegadaian syariah; dan 4) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat gadai pada pegadaian syariah .
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi literatur . Penelitian ini menggunakan data sekunder selama periode 201 5 -2020 yang sudah dipublikasikan sebagai jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional terkait pegadaian syariah . Jurnal-jurnal tersebut dapat diperoleh atau diakses secara online dari jurnal yang telah dipublikasikan melalui Google maupun Google Scholar . Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka , dengan cara menggunakan buku - buku , literatur , dan bahan pustaka yang menunjang serta ada keterkaitan dengan pembahasan peneliti , kemudian mencatat atau mengutip pendapat para ahli yang terdapat di dalam sumber tersebut untuk memperkuat landasan teori serta analisis yang peneliti lakukan .
Hasil Karakteristik Literatur Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa literatur terkait pegadaian syariah mayoritas terdapat pada tahun 2019 yaitu sebanyak 13 literatur (34,21) dan minoritas tahun 2018 yaitu hanya ada 2 literatur (5,26 %). a. Tahun Literatur
Hasil Karakteristik Literatur Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa tempat penelitian literatur terkait pegadaian syariah mayoritas dilakukan di Jawa Tengah yaitu 8 literatur (21,05%) dan minoritas dilakukan di Kalimantan, Bali dan Jakarta masing-masing ada 1 literatur (2,63%). b. Tempat Penelitian
Hasil Karakteristik Literatur Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa metode penelitian literatur terkait pegadaian syariah mayoritas menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu sebanyak 12 literatur (31,58%) dan minoritas metode deskriptif kuantitatif ada 1 literatur (2,63%). a. Metode Penelitian
Pembahasan Berdasarkan pengertian al- Rahn dari berbagai pendapat di atas , penulis berpendapat bahwa rahn adalah perjanjian penyerahan barang sebagai jaminan sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang . Dengan demikian , tampak bahwa fungsi dari barang jaminan adalah untuk memberikan keyakinan , ketenangan dan keamanan atas utang yang dipinjamkan . ( Mulazid , 2010) . Pegadaian syariah merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif karena tidak memerlukan persyaratan dan proses yang rumit . Oleh karena itu , Lembaga Keuangan Gadai syariah mempu nyai fungsi sosial ( disamping punya unsur bisnis ) yang sangat besar terhadap kemaslahatan umat sesuai konsep ta‘awun dalam Islam. Akan tetapi perlu melakukan kajian ulang kem bali terhadap semua transaksi dan praktek pegadaian yang berlangsung di pegadaian syariah , karena dalam praktek dan operasionalisainya pegadaian syariah lebih banyak bermain pada wilayah perokomioan yang ber orientasi profits. Sedikit sekali berorientasi pada wilayah sosial . Pada hal filosofi dasar dan pega dai an ( rahn ) itu pada awalnya adalah akad tabarru ’ bukan akad tijarah . ( Suryani , 2019) 1. Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Gadai Pada Pegadaian Syariah
Pembahasan Rukun al-rahn ada empat, yaitu: (Surepno, 2018) Pelaku , terdiri atas: pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima gadai (murtahin ). Objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih ). Ijab Kabul/serah terima. Ketentuan syariah, yaitu: Pelaku , harus cakap hukum baligh Objek yang digadaikan (marhun) 1. Barang gadai ( marhun) a. Dapat dijual dan nilainya seimbang b. Harus bernilai dan dapat dimanfaatkan c. Harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik d. Tidak terkait dengan orang lain (dalam hal kepemilikan) 2. Utang (marhun bih), nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh temponya 3. Ijab kabul , adalah pernyataan dan ekspresi saling rida / rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis , melalui korespondnsi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern 2. Rukun-Rukun Yang Wajib Dipenuhi Jika Bermitra dengan Penggadaian Syariah
Pembahasan Mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut: (Surepno, 2018) Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi : ( Surepno , 2018) nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak . Pegadaian Syariah akan memperoleh keuntungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman . Sehingga disini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai ‘lipstick’ yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian . 3. S istem Gadai Pada Pegadaian Syariah
Pembahasan Hasil penelitian (Dwihapsari et al., 2019) menunjukkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi minat gadai konsumen pada Pegadaian Syariah Padasuka adalah harga dan lokasi . Faktor harga dan lokasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi konsumen , sedangkan yang paling dominan pengaruhnya adalah harga . Pandangan pelanggan terhadap harga pada Pegadaian Syariah Padasuka adalah produk harga terjangkau , sesuai harga dengan produk , daya saing harga , kesesuaian harga dengan manfaat . Pandangan pelanggan terhadap faktor lokasi seperti keterjangkauan lokasi dengan transportasi umum , kedekatan dengan tempat tinggal pelanggan , kedekatan dengan pusat keramaian , kenyamanan dan keamanan yang memuaskan . Sedangkan faktor syariah tidak mempengaruhi preferensi nasabah karena alasan nasabah melakukan transaksi gadai adalah untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak , sehingga prinsip syariah tidak menjadi hal yang harus diperhatikan 4 . Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Gadai pada Pegadaian Syariah
Kesimpulan Dari hasil penelitian terkait pegadaian syariah selama periode 2015-2020 terhadap beberapa literatur, peneliti menarik kesimpulan bahwa: Berdasarkan analisis Hukum Islam terhadap sistem gadai pada pegadaian syariah , p ayung hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-pripsip syariah berpegang pada Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn , Fatwa DSN MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas . ( Mahmudahningtyas , 2015), ( Luluk Wahyu Roficoh , 2018), ( Hidayat & Zulhelmy , 2020), ( Putri , 2016) dan ( Fedro et al., 2019) DSN MUI juga menerbitkan Fatwa DSN MUI No. 68/DSN- MUI/III/2008 tentang Rahn Tasjily . Dengan adanya fatwa yang dikeluarkan DSN MUI menjadi rujukan dan legalitas yang berlaku umum bagi lembaga keuangan syariah di Indonesia. Dalam aspek kelembagaan menginduk kepada Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 . ( Luluk Wahyu Roficoh , 2018) Rukun-rukun yang wajib dipenuhi jika bermitra dengan penggadaian syariah ada 5 (lima) yaitu: Rahin (yang menggadaikan ) , Murtahin (yang menerima gadai ) , Marhun ( Barang yang digadaikan ) , Marhun bih ( Utang ) , dan Ijab Qobul . ( Panjaitan , 2015) ; ( Surepno , 2018) & ( Afdhila , 2019)
Kesimpulan Sistem gadai pada pegadaian syariah m elalui akad rahn , yaitu nasabah menyerahkan barang bergerak kemudian p egadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian . Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan , dan biaya perawatan serta keseluruhan proses kegiatannya . ( Surepno , 2018) , (A, 2019) , (Wandira, 2016) Beberapa faktor yang mempengaruhi minat gadai konsumen pada Pegadaian Syariah adalah adanya sosialisasi dan penjelasan dari pihak pegadaian tentang tata cara dan sistem yang digunakan sehingga menambah pengetahuan nasabah dan pahamnya masyarakat terhadap sistem yang diberlakukan pegadaian syariah ( ( Budiman et al., 2017) , ( Kaddi et al., 2020) , ( Karnawijaya , 2019) ). Selain itu kualitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat gadai pada pegadaian syariah. Kualitas pelayanan diukur berdasarkan reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati), tangible (bukti langsung). ( ( Hadijah , 2015) , (Wahab, 2017)). Perlunya dilakukan promosi secara maksimal melalui media online serta promosi harus lebih terarah dan terencana dengan baik. (Rahmawati & Mutmainah, 2020). Harga dan lokasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat gadai konsumen pada pegadaian syariah (Dwihapsari et al., 2019).