PPT presentasi Trauma-Kepala Bedah Umum.pptx

robitha1 0 views 32 slides Sep 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 32
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32

About This Presentation

PPT


Slide Content

TRAUMA KEPALA ( kapitis ) KOASS BEDAH FK UMY

Definisi Suatu kerusakan pada kepala , bukan bersifat kongenital atupun degeneratif , tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik   dari luar , yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik . (Brain injury association of America)

Anatomi Anatomi

KLASIFIKASI CEDERA KEPALA Mekanisme Cedera Cedera kepala sedang Cedera tumpul Cedera tembus Cedera kepala ringan Beratnya Cedera Fraktur kranium Morfologi Cedera kepala berat Kontusio Cedera difus Perdarahan

MEKANISME CEDERA Cedera tumpul Cedera tembus

Sering , ± 80% Dintandai  sadar penuh & dapat berbicara , namun riwayat disorientasi , amnesia, atau kehilangan kesadaran sesaat . ± 90%  pulih sempurna . ± 3%  perburukan dengan hasil gangguan neurologis hebat . Gejala sisa yang menetap  nyeri kepala kronik , gangguan tidur . ± 10% Ditandai  masih mampu menuruti perintah sederhana , namun tampak bingung atau mengantuk . Defisit neurologis fokal seperti hemiparesis . 10-20%  perburukan dan jatuh dalam koma . ± 10 % Ditandai  tidak mampu melakukan perintah sederhana walaupun status kardiopulmonernya telah stabil . Memiliki resiko morbiditas dan mortalitas paling besar . CKR (GCS 13-15) CKS (GCS 9-12) CKB (GCS ≤ 8) BERDASARKAN BERATNYA CIDERA

FRAKTUR KRANIUM Fraktur Linier Fraktur Depressed Fraktur Diastas is Fraktur Kominutif Berdasarkan gambaran / pola garis fraktur Berdasarkan lokasi fraktur Fraktur Konveksitas ( kubah tengkorak ) Fraktur Basis Kranii Fraktur tertutup Fraktur terbuka Berdasarkan keadaan perlukaan

Fraktur Kranium 1. Fraktur Linear Sederhana Fraktur berupa garis tunggal/ stellata pada tulang tengkorak, mengenai seluruh ketebalan tulang kepala, tidak ada pergeseran. Rontgen : gambaran garis radiolusen. Terapi : observasi, tidak ada penanganan khusus.

2. Fraktur Diastasis Fraktur pada sutura tulang tengkorak sehingga menyebabkan pelebaran sutura. Lebih sering pada bayi dan balita karena sutura belum menyatu sempurna. Rontgen : gambaran radiolusen pada daerah sutura.

Fraktur tulang tengkorak lebih dari 1 fragmen tulang. Tatalaksana : fraktur tertutup tanpa lesi intrakranial tidak perlu diterapi khusus. Namun, luka terbuka maka perlu penanganan ahli bedah saraf untuk debridement dan menutup defek. 3. Fraktur Kominutif

4. Fraktur depressed Fraktur yang disertai dengan fragmen patahan tulang terdorong kedalam. Fraktur dapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada duramater dan jaringan otak. Rongten : gambaran double contour . CT Scan : diperlukan untuk menentukan kedalaman penekanan dan menyingkirkan hematom intrakranial atau kontusio.

Fraktur Basis Cranii Fraktur yang mengenai dasar tulang tengkorak. 70% fossa anterior, 20% fossa media, 10% fossa posterior. Gejala : Ekimosis periorbital ( Raccoon eyes ) Ekimosis retroaurikular ( Battle’s sign ) Rhinorea atau Otorea Gangguan N. VII dan N. VIII Raccoan eyes Battle’s sign

Pemeriksaan penunjang : CT Scan dengan gambaran bone window . Tatalaksana : konservatif atau pembedahan. Indikasi pembedahan : Kebocoran LCS setelah trauma disertai meningitis. Fraktur os pertosus yang melibatkan otic capsule . Fraktur os temporal disertai dengan kelumpuhan otot wajah. Pneumocephalus lebih dari 5 hari.

PERDARAHAN EPIDURAL Pengumpulan darah diantara tabula interna dan duramater ( ruang epidural) Fraktur linier  laserasi A. meningea media ( tersering ) atau vena Gejala klinis khas : interval lucid Gejala  sakit kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran, pupil mata anisokor, yaitu pupil ipsilateral melebar, hemiparesa kontralateral. K esan CT-Scan: hiperdens biconvex/lentikular

PERDARAHAN SUBDURAL Perdarahan yang mengumpul diantara duramater dan arachnoid ( ruang subdural) Robekan pembuluh darah/ vena-vena kecil di permukaan korteks serebri. B iasanya mengikuti dan menutupi hemisfer otak G ejala : sakit kepala , mual , muntah , papiledema , pupil anisokor , sampai penurunan kesadaran . Kesan CT-Scan: hiperdensitas seperti bulan sabit.

PERDARAHAN INTRASEREBRAL Pengumpulan darah fokal diakibatkan oleh cedera regangan atau robekan pembuluh-pembuluh darah intraparenkimal otak . Kebanyakan dihubungkan dengan kontusio serebri Gejala  defisit neurologis , sakit kepala , muntah , papiledema

AIRWAY Periksa jalan nafas jika ada obstruksi atau benda asing , pasang endotracheal Tube (ETT) atau pipa orofaring , suction A BREATHING Perhatikan laju dan dalam respirasinya , bila tidak mampu respirasi normal berikan oksigen B PRIMARY SURVEY CIRCULATION Periksa warna kulit , capillary refill time, tekanan darah dan denyut nadi DISABILITY Periksa GCS dan refleks pupil EXPOSURE Lepaskan pakaian  mencari cedera lain yang mungkin ada , dengan log roll E C D

Secondary Survey Inspeksi seluruh kepala meliputi wajah Palpasi seluruh permukaan kepala meliputi wajah Inspeksi seluruh laserasi pada scalp Tentukan skor GCS dan respon pupil Periksa tulang servikal Catat adanya cedera neurologis Periksa kembali pasien secara terus menerus

Pemeriksaan Penunjang A. Foto Polos Kepala B. CT Scan Kepala

Penatalaksanaan Cedera Kepala Ringan Definisi : Pasien sadar dan berorientasi (GCS 13-15) Riwayat Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan Mekanisme cedera Waktu cedera Tidak sadar segera setelah cedera Tingkat kewaspadaan Amnesia: retrograde, antegrade Sakit kepala: ringan, sedang, berat Pemeriksaan umum untuk menyingkirkan cedera sistemik Pemeriksaan neurologis terbatas

Pemeriksaan rontgen vertebra servikal dan lainnya sesuai indikasi Pemeriksaan kadar alkohol darah dan zat toksik dalam urin Pemeriksaan CT-Scan kepala merupakan indikasi bila memenuhi kriteria kecurigaan perlunya tindakan bedah saraf sangat tinggi Observasi atau dirawat di RS -CT scan tidak ada -CT scan abnormal -Semua cedera tembus -Riwayat hilang kesadaran / penurunan kesadaran -Nyeri kepala sedang – berat -Intoksikasi alkohol/obat-obatan -Fraktur tulang -Kebocoran liquor : Rhinorea/otorhea -Cedera penyerta yang bermakna -Tidak ada keluarga dirumah -GCS <15 -Defisit neurologis fokal Dipulangkan dari RS -Tidak memenuhi kriteria rawat -Diskusikan kemungkinan kembali ke RS bila memburuk dan berikan kertas observasi -Jadwalkan kontrol ulang

Penatalaksanaan Cedera Kepala Sedang

Bila kondisi membaik (90%) Pulang bila memungkinkan Kontrol ke poliklinik Bila kondisi memburuk (10%) Bila pasien tidak mampu melakukan perintah sederhana lagi, segera lakukan CT Scan ulang dan tatalaksana selanjutnya sesuai dengan protokol CKB.

Penatalaksanaan Cedera Kepala Berat

Trauma Kulit Kepala Meliputi ekskoriasi, laserasi, hematoma subgaleal Prinsip penanganan laserasi: ditutup segera mungkin Jika ada jaringan hilang  flap

Terapi Medikamentosa Cairan Intravena Cairan IV, darah, dan produk darah untuk resusitasi dan mempertahankan kondisi normovolemia Atasi hiponatremia Hindari memberi cairan berlebihan Tidak memberi cairan hipotonik Tidak memberi cairan yang mengandung glukosa karena bahaya untuk otak yang trauma Hiperventilasi Secara selektif dan hanya dalam waktu tertentu Akan menurunkan TIK Mannitol Untuk menurunkan TIK Tidak diberikan pada pasien hipotensi Indikasi kuat pemberian mannitol jika terjadi euvolemia yaitu deteroriasi neurologis akut Tanda: dilatasi pupil, hemiparesis, hilang kesadaran pada observasi Cairan Salin Hipertonis Untuk menurunkan TIK Barbiturat Untuk menurunkan TIK yang refrakter terhadap cara lain Tidak diberikan bila ada hipotensi atau hipovolemia, tidak diindikasikan pada fase resusitasi akut Anti Konvulsan Untuk mengatasi kejang Tetapi dapat mencegah perbaikan otak, dipakai bila benar-benar dibutuhkan Fase akut: fenitoin. Diazepam atau lorazepam sering sebagai tambahan

Pembedahan Indikasi operasi pada pasien trauma kepala ( Neurotrauma Guideline, 2014) Perdarahan Epidural Pasien EDH tanpa melihat GCS dengan volume >30cc atau ketebalan >15mm, atau pergeseran midline >5mm, atau Pasien EDH akut (GCS<9) dan pupil anisokor Perdarahan Subdural SDH akut: Pasien SDH tanpa melihat GCS Ketebalan >10mm Midline shift >5mm pada CT Scan Semua pasien SDH dengan GCS <9 harus dilakukan monitoring TIK SDH dengan GCS<9 SDH kronis Terdapat penurunan kesadaran/defisit neurologis/kejang Ketebalan lesi >1cm Perdarahan Intraserebral (Parenkim Otak) GCS 6-8 dengan perdarahan parenkim otak pada daerah frontal atau temporal, volume perdarahan >20cc, dengan pergeseran struktur midline ≥5mm dan atau kompresi pada sisterna Perdarahan parenkim otak dengan volume perdarahan >50 cc Terdapat tanda-tanda deteroriasi neurologis progresif, hipertensi intrakranial refrakter dengan medikamentosa, didapatkan tanda efek massa pada CT Scan

TERIMA KASIH 
Tags