presentasi hukum kepegawaian edit terbaru.ppt

aprial0045891 8 views 52 slides Aug 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 52
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52

About This Presentation

Slide tentang presentasi hukum kepegawaian


Slide Content

MATERI
HUKUM
KEPEGAWAIAN
1

2
Latar Belakang
Pada orde baru terdapat permasalahan dalam pelaksanaan
sistem pemerintahan Indonesia. Bentuk permasalahannya
berupa pola pikir pemerintah yang mengakibatkan rakyat
tidak mempunyai peran yang dapat mengontrol birokrasi
pemerintah. Kekuasaan ini disalahgunakan oleh penguasa
untuk menguasai struktur birokrasi dengan konsep
monoloyalitas.

3
Identifikasi permasalahnya :
a. Kelembagaan birokrasi pemerintah yang besar dan tidak
profesional;
b. Mekanisme kerja yang sentralistik;
c. Kontrol terhadap birokrasi pemerintah masih dilakukan oleh
pemerintah, untuk pemerintah, dan dari pemerintah;
d.Patron-klien (KKN) dalam birokrasi pemerintah merupakan
halangan terhadap upaya mewujudkan meritokrasi dan birokrasi;
e.Tidak ada ”sense of accountability” secara kelembagaan maupun
individu;

4
Hubungan Hukum Administrasi
Negara dan Hukum Kepegawaian
Sistem administrasi pemerintahan terbagi menjadi dua bagian
yaitu pegawai negeri dan masyarakat.
Pegawai negeri mempunyai otoritas dan wewenang secara
hukum, sedangkan masyarakat tidak memiliki wewenang.

MATERI MANAJEMEN
5
Secara etimologis, manajemen (management)
berasal dari kata manus (berarti tangan) dan
agere (berarti melakukan) yang setelah digabung
menjadi kata manage (bahasa Inggris) yang
berarti mengurus, atau managiere (bahasa Latin)
yang berarti melatih

FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN MERUPAKAN
KERANGKA DASAR DARI PERAN KEGIATAN
MANAJERIAL SECARA UNIVERSAL. FUNGSI
MANAJEMEN DIKATEGORIKAN SEBAGAI
BERIKUT:
PERENCANAAN (PLANNING);
PENGORGANISASIAN ( ORGANIZING);
PEMBERIAN MOTIVASI (MOTIVATING) YANG
TERBAGI DALAM :
PENGISIAN STAF (STAFFING), MENGARAHKAN
(DIRECTING);
PENGAWASAN (CONTROLLING);
PENILAIAN (EVALUATING).

SECARA SEDERHANA ORGANISASI DALAM
KONTEKS MANAJEMEN DAPAT DIBERI PENGERTIAN
SEBAGAI SUATU SISTEM YANG SALING
BERPENGARUH ANTAR ORANG DALAM KELOMPOK
YANG BEKERJASAMA DALAM MENCAPAI TUJUAN
BERSAMA. LENGKAPNYA DAPAT DINYATAKAN
SEBAGAI SUATU KESATUAN SOSIAL DARI
SEKELOMPOK MANUSIA YANG SALING
BERINTERAKSI MENURUT POLA TERTENTU,
SEHINGGA SETIAP ANGGOTANYA MEMILIKI FUNGSI
DAN TUGAS MASING-MASING, UTAMANYA LAGI
KESATUAN TERSEBUT MAMPUNYAI BATAS-BATAS
YANG JELAS SEHINGGA DAPAT DIPISAHKAN
SECARA TEGAS DARI LINGKUNGANNYA.

DARI KACA MATA MANAJEMEN ADA BEBERAPA PRINSIP DASAR
YANG PERLU DIPERHATIKAN :
•PERTAMA, ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA.
•KEDUA, ASPEK LEGAL FORMAL, KEBIJAKAN DAN PROSEDUR.
•KETIGA, KULTUR; TATA NILAI YANG MELATAR BELAKANGI
PERILAKU MANAJERIAL.
•KEEMPAT, INTEGRASI; YANG MEMUNGKINKAN TIMBULNYA
KEBERSAMAAN.

DI DALAM MENAJEMEN DIBUTUHKAN
BEBERAPA PERSYARATAN :
•HARUS ADA TUJUAN/PLATFORM
•HARUS ADA MASYARAKAT/ANGGOTA
•HARUS ADA MANAGER/LEADER
•HARUS ADA KERJASAMA/CORPORATE
•HARUS ADA SYSTEM/MEKANISME KERJA YANG KONGKRIT.

10
Manajemen Kepegawaian
Kata manajemen merupakan perkembangan dari
pengertian administrasi. Istilah administrasi dalam Ilmu
Administrasi Negara berasal dari bahasa Latin
“administrare”, asal kata ad dan ministrare yang diartikan
sebagai “pemberian jasa atau bantuan”. Kata administrasi
mengandung arti “melayani” (to serve), pimpinan
(administrator) atau memimpin (to manage) yang akhirnya
berarti manajemen.
Administrasi pada dasarnya berfungsi untuk menentukan
tujuan organisasi dan merumuskan kebijakan umum,
sedangkan manajemen berfungsi untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka
pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijaksanaan umum
yang telah dirumuskan.

RUANG LINGKUP MANAJEMEN
KEPEGAWAIAN
11
Felix A. Nigro dan Lloyd G. Nigro berpendapat bahwa
manajemen kepegawaian meliputi kegiatan pengangkatan
dan seleksi, pengembangan yang meliputi latihan jabatan (in-
service training), promosi dan pemberhentian
Dalam batasan ini manajemen memiliki dua fungsi pokok,
yakni:
Fungsi manajemen, meliputi; perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan.
Fungsi operatif kepegawaian, meliputi; pengadaan,
pembinaan/ pengembangan, kompensasi,
perawatan/pemeliharaan, dan pemberhentian.

12
Paparan di atas menunjukkan bahwa manajemen
kepegawaian meliputi kegiatan-kegiatan :
1.Pengadaan dan seleksi tenaga kerja/pegawai, yang
diketahui dari rangkaian kegiatan tentang pengadaan,
seleksi, dan pengangkatan melalui ujian calon pelamar
menjadi pegawai
2.Penempatan dan penunjukan, diketahui melalui
rangkaian ditempatkannya calon pegawai pada jabatan
atau fungsi tertentu yang telah ditetapkan.
3.Pengembangan, yang diketahui dari segenap proses
latihan (training) baik sebelum atau sesudah menduduki
jabatan dikaitkan promosi pegawai.
4.Pemberhentian, yang diketahui melalui proses
diberhentikannya tenaga kerja/pegawai baik sebelum
masanya maupun sudah saatnya (pensiun).

13
Manajemen PNS Menurut
UU Nomor 43 Tahun 1999
Menurut UU No. 43 Tahun 1999, manajemen PNS
tidak lagi menggunakan sistem sentralisasi.
Sejak era otonomi daerah dan diberlakukannya UU
No. 22 Tahun 1999 jo UU No.32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah pelaksanaan
manajemen PNS di daerah menjadi wewenang
daerah masing-masing

14
Menurut Pasal 1 angka 8 UU No. 43 Tahun 1999,
Manajemen PNS adalah keseluruhan upaya-upaya untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan derajat
profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan
kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan,
promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian.
Pasal 13 ayat (1) UU No 43 Tahun 1999 mengatur bahwa
kebijaksanaan manajemen PNS mencakup penetapan
norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan,
pengembangan kualitas sumber daya PNS, pemindahan,
gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak,
kewajiban, dan kedudukan hukum.

15
Perencanaan
Planning dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang mengenai hal-hal
yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan merupakan fungsi organik pertama, alasannya
adalah tanpa adanya rencana, tidak ada dasar untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka
mencapai tujuan. Dalam mencari perencanaan yang baik,
diperlukan penelitian (research) sebagai proses awal dalam
menganalisis situasi yang ada berupa data dan fakta relevan
guna menunjang pelaksanaan administrasi, khususnya dalam
pelaksanaan fungsi manajemen kepegawaian.

“PLANNING PREMISES”, MELIPUTI :
1). BAHWA DALAM MENCAPAI TUJUAN YANG TELAH
DITENTUKAN, SUMBER-SUMBER YANG TERSEDIA SELALU
TERBATAS SEDANGKAN TUJUAN YANG HENDAK DICAPAI TIDAK
PERNAH TERBATAS.
2). BAHWA SUATU ORGANISASI HARUS SELALU
MEMPERHATIKAN KONDISI-KONDISI SERTA SITUASI DALAM
MASYARAKAT, BAIK YANG BERSIFAT POSITIF MAUPUN YANG
BERSIFAT NEGATIF.
3). BAHWA ORGANISASI, TIDAK DAPAT MELEPASKAN DIRI
DARI BEBERAPA JENIS PERTANGGUNGJAWABAN.
4). BAHWA MANUSIA (YANG MENJADI ANGGOTA
ORGANISASI) DIHADAPKAN KEPADA KESERBA-TERBATASAN,
BAIK DARI FISIK, MENTAL DAN BIOLOGIS KARENANYA HARUS
DIUSAHAKAN TERCIPTANYA IKLIM KERJASAMA YANG BAIK.

17
Keempat premise dapat terencana dengan baik
dengan menggunakan konsep Rudyard Kipling
yang meliputi :
1. What
2. Where
3. When
4. Who
5. How
6. Why

18
Sehubungan dengan aturan hukum tentang perencanaan administrasi
kepegawaian, UU No.43 Tahun 1999 mengatur tiga hal pokok yaitu :
1.Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pasal 15 UU No.43 Tahun 1999 menyatakan bahwa:
Jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan ditetapkan dalam
formasi.
Formasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan untuk jangka
waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja yang harus
dilaksanakan.
Pengaturan lebih lanjut mengenai formasi diatur dalam PP No. 54 tahun
2003. Menurut Pasal 1 angka (1), Formasi adalah jumlah dan susunan
pangkat PNS yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi negara untuk
mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu.

19
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) PP No. 97 Tahun 2000, Formasi
masing-masing satuan organisasi negara disusun
berdasarkan analisis kebutuhan dan penyediaan pegawai
sesuai dengan jabatan yang tersedia, dengan
memperhatikan norma, standar dan prosedur yang
ditetapkan pemerintah berupa:
1.Jenis pekerjaan;
2.Sifat pekerjaan;
3.Analisis beban kerja dan perkiraan kapasitas seorang
PNS dalam jangka waktu tertentu;
4.Prinsip pelaksanaan pekerjaan; dan
5.Peralatan yang tersedia.

20
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
Pasal 16 UU No. 43 Tahun 1999 menetapkan bahwa
pengadaan PNS adalah untuk mengisi formasi. Formasi yang
lowong dalam suatu organisasi pada umumnya disebabkan
oleh dua hal, yaitu adanya PNS yang berhenti, dan adanya
perluasan organisasi. Dengan demikian pengadaan dan
proses tersebut meliputi perencanaan, pengumuman
lamaran, penyaringan dan penerimaan menjadi PNS.

21
Penempatan Pegawai Negeri Sipil
PNS yang telah diangkat dari calon pegawai diberikan jabatan
dan pangkat tertentu dan ditempatkan pada unit kerja yang
direncanakan menerima tambahan tenaga baru.
Penempatan dapat dilakukan di lembaga pemerintahan
tingkat pusat pada kantor-kantor: kementerian, Kepaniteraan
Pengadilan, dan Badan Usaha Milik Negara. Bagi PNS pusat
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian pusat.
Sedangkan bagi lembaga pemerintahan di daerah,
penempatan dilakukan pada kantor-kantor Pemerintah Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota, Badan Usaha Milik Daerah, atau
lembaga lain di luar instansi induknya, bagi PNS daerah dan
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian daerah

22
Pengembangan Kualitas
Pasal 31 UU No. 43 Tahun 1999 ”Untuk mencapai daya guna
dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan pengaturan
dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan PNS
yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu
keahlian, kemampuan, dan keterampilan”.
Dalam Pasal 1 angka (1) PP No. 101 Tahun 2000 disebutkan
bahwa ”Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS adalah proses
penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan kemampuan PNS”. Pendidikan dan pelatihan
kepegawaian juga merupakan bagian dari sebuah sistem
pembinaan karier PNS yang bermakna pada pengembangan
kepegawaian, oleh karena itu menurut Pasal 3, sasaran
pendidikan dan pelatihan adalah untuk mewujudkan pegawai
yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan jabatan
masing-masing

23
Menurut A.W. Widjaja yang perlu diperhatikan, bahwa di dalam usaha pendidikan
dan pelatihan pegawai itu harus mempunyai dua macam orientasi (pengaruh),
yaitu:
1.Harus diarahkan bagi kepentingan organisasi (organizational oriented), dan
disamping itu juga
2.Harus diarahkan bagi kepentingan pegawai (personnel oriented)
Jenis pendidikan dan pelatihan (diklat) dapat dibedakan dari
segi waktu penyelenggaraan, yang terdiri atas :
1.Pendidikan dan pelatihan Prajabatan, yang merupakan
syarat pengangkatan Calon PNS menjadi PNS penuh;
dan
2.Pendidikan dan pelatihan dalam Jabatan. Diklat dalam
Jabatan menurut jenisnya masih dibedakan lagi
menjadi: diklat kepemimpinan, diklat fungsional, serta
diklat teknis.

24
Promosi (kenaikan pangkat)
Promosi merupakan suatu penghargaan ( reward) yang
diberikan kepada pegawai yang berprestasi untuk
memangku tanggung jawab yang lebih besar, berupa
kenaikan pangkat atau jabatan. Maksud kenaikan pangkat
adalah sebagai pendorong/motivasi bagi PNS untuk lebih
meningkatkan pengabdiannya didalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari.

25
Kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan dua sistem :
1. Kenaikan pangkat reguler, yaitu penghargaan yang diberikan kepada PNS yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan tanpa terikat pada jabatan. Syarat :
a.tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
b.melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural
atau jabatan fungsional tertentu; dan
c.dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak
menduduki jabatan fungsional tertentu.Ketentuan kenaikan pangkat ini diberikan
sepanjang tidak melampaui pangkat atasannya langsung.
2. Kenaikan pangkat pilihan, yaitu kepercayaan dan penghargaan yang diberikan kepada
PNS atas prestasi kerjanya yang tinggi. Syarat :
a.menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
b.menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan
Presiden;
c.menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;
d.menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;
e.diangkat menjadi Pejabat Negara;
f.memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah;
g.melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural atau jabatan
fungsional;
h.telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar; dan
i.dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi induknya yang diangkat
dalam jabatan pimpinan atau jabatan fungsional tertentu.

26
Selain jenis kenaikan pangkat reguler dan pilihan, PP No. 99
Tahun 2000 juga mengatur tentang jenis kenaikan pangkat
lain yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Kenaikan pangkat anumerta, yang diberikan kepada
PNS yang tewas dan diberikan kenaikan pangkat
anumerta setingkat lebih tinggi (Pasal 22 ayat (1)).
Akibat keuangan dari kenaikan pangkat anumerta
baru timbul setelah keputusan sementara ditetapkan
menjadi keputusan pejabat yang berwenang (Pasal
26).
2.Kenaikan pangkat pengabdian, yang diberikan
kepada PNS yang akan diberhentikan dengan hormat
dengan hak pensiun karena mencapai batas usia
pensiun dan diberikan kenaikan pangkat pengabdian
setingkat lebih tinggi (Pasal 27 ayat (1)).

27
Penggajian
Gaji adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja Pegawai
Negeri yang bersangkutan. Sebagai imbal jasa dari pemerintah kepada
pegawai yang telah mengabdikan dirinya untuk melaksanakan sebagian tugas
pemerintahan dan pembangunan, perlu diberikan gaji yang layak baginya.
Burhannudin A. Tayibnapis mengatakan bahwa gaji menyandang fungsi
sebagai:
1.Daya tarik untuk memperoleh tenaga-tenaga yang cakap dan produktif;
2.Sarana motivasi untuk meningkatkan kinerja karyawan; dan
3.Alat untuk memelihara agar karyawan tetap betah bekerja dalam organisasi
(perusahaan).

28
Metode penetapan gaji yang diatur dalam PP ini masih mengacu pada
tiga sistem, yaitu sistem skala tunggal, sistem skala ganda, dan sistem
skala gabungan.
1.Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji
yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau
kurang memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan beratnya
tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.
2.Sistem skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan
besarnya gaji yang tidak saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga
didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang
dicapai dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan
pekerjaan itu.
3.Sistem skala gabungan adalah sistem perpaduan skala tunggal dan
skala ganda, dalam sistem skala gabungan gaji pokok ditentukan sama
bagi Pegawai Negeri yang berpangkat sama, disamping itu diberikan
tunjangan kepada Pegawai Negeri yang memikul tanggung jawab yang
lebih berat, prestasi yang tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu
yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan
tenaga secara terus-menerus.

29
Kesejahteraan
Usaha kesejahteraan adalah kompensasi yang
pemberiannya tidak tergantung dari jabatan/pekerjaan
PNS dalam rangka meningkatkan kesejahteraan PNS. Pasal
32 UU No 43 Tahun 1999 mengatur bahwa untuk
meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan usaha
kesejahteraan PNS. Usaha kesejahteraan tersebut meliputi
program pensiun dan tabungan hari tua, asuransi
kesehatan, tabungan perumahan, dan asuransi pendidikan
bagi putra-putri PNS.

30
Cuti
Pasal 8 UU No. 43 Tahun 1999 menyebutkan bahwa setiap
Pegawai Negeri berhak atas cuti. Yang dimaksud dengan
cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka
waktu tertentu.
Dalam PP No. 24 Tahun 1976, cuti PNS terdiri dari:
1.Cuti tahunan, yaitu hak cuti yang diberikan bagi mereka
yang telah bekerja terus-menerus selama minimal satu
tahun. Lamanya cuti tahunan adalah 12 hari kerja.
2.Cuti besar, yaitu cuti yang diberikan bagi mereka yang
telah bekerja terus-menerus selama enam tahun.
Lamanya cuti besar adalah tiga bulan.
3.Cuti sakit, yaitu cuti yang diberikan karena pegawai yang
menderita sakit

31
1.Cuti bersalin, yaitu cuti yang diberikan kepada PNS wanita yang
melahirkan. Cuti bersalin diberikan khusus untuk anak pertama,
kedua dan ketiga dengan tetap memperoleh penghasilan penuh.
2.Cuti karena alasan penting, yaitu cuti yang diberikan kepada PNS
karena alasan:
a.Ibu, bapak, suami/istri, anak, adik, kakek mertua atau menantu
sakit keras atau meninggal dunia;
b.Salah seorang anggota keluarga tersebut diatas meninggal dunia
dan PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari
keluarganya;
c.Melangsungkan perkawinan yang pertama;
d.Alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian dengan
keputusan presiden. Cuti karena alasan penting dapat diberikan
untuk paling lama dua bulan.
3. Cuti diluar tanggung jawab negara, yaitu cuti yang diberikan karena
alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak (bukan karena
alasan-alasan penting seperti tersebut diatas) dengan ketentuan
bahwa PNS yang menjalankan cuti diluar tanggungan negara ini
dibebaskan (bukan diberhentikan) dari jabatannya dan tidak
menerima penghasilan dari negara

32
Perawatan
Menurut Pasal 9 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 disebutkan
bahwa setiap PNS yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan
dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya, berhak
memperoleh perawatan.
Pada Pasal 2 ayat (1) PP No. 12 Tahun 1981 tentang
Perawatan, Tunjangan Cacad dan Uang Duka bagi PNS
disebutkan bahwa PNS yang mengalami kecelakaan karena
dinas atau menderita sakit karena dinas berhak
memperolah pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi.
Pemberian pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut ditetapkan
dengan surat keputusan pejabat yang berwenang,
berdasarkan pertimbangan dokter Pemerintah setempat
kecuali untuk pengobatan atau perawatan di luar negeri.

33
Tunjangan
Pasal 9 ayat (2) UU No. 43 Tahun 1999 disebutkan bahwa
setiap PNS yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani
dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang
mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apa
pun juga, berhak memperoleh tunjangan. Yang dimaksud
dengan cacat jasmani dan/atau cacat rohani yang didapat
yaitu:
1.Dalam dan karena menjalankan kewajiban jabatan;
2.Dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas,
sehingga dapat disan dengan huruf a;
3.Karena perbuatan anasir-anasir yang tidak
bertanggungjawab ataupun sebagai akibat dari tindakan
terhadap anasir tersebut.

34
Uang duka
Pasal 9 ayat (3) UU No. 43 Tahun 1999 disebutkan bahwa setiap Pegawai Negeri
yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka. Yang dimaksud dengan
tewas ialah berdasarkan bagian penjelasan UU ini ialah:
1.Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
2.Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya,
sehingga kematian itu disan dengan meninggal dunia dalam dan karena
menjalankan tugas kewajibannya;
3.Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat jasmani dan
cacat rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
4.Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggungjawab
ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir tersebut.

35
Pemberhentian
Pemberhentian PNS dapat dibedakan dalam (diatur dalam
Pasal 23 UU No. 43 Tahun 1999):
PNS dapat diberhentikan dengan hormat karena:
1.Atas permintaan sendiri;
2.Mencapai batas usia pensiun;
3.Perampingan organisasi pemerintah; atau
4.Tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan kewajiban sebagai PNS.

36
PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak
diberhentikan karena:
1.Melanggar sumpah/janji PNS dan sumpah/janji
jabatan karena tidak setia kepada Pancasila,
UUD 1945, Negara, dan Pemerintah; atau
2.Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan yang ancaman
hukumannya kurang dari empat tahun.

37
PNS dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri atau tidak dengan hormat
karena:
1.Dihukum penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap karena melakukan tindak
pidana kejahatan yang ancaman hukumannya
empat tahun atau lebih; atau
2.Melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat
berat

38
PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
1.Melanggar sumpah/janji PNS dan sumpah/janji
jabatan karena tidak setia kepada Pancasila, UUD
1945, Negara, dan pemerintah;
2.Melakukan penyelewengan terhadap ideologi
Negara,Pancasila, UUD 1945 atau terlibat dalam
kegiatan yang menentang Negara dan Pemerintah;
atau
3.Dihukum penjara atau kurungan bedasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang
ada hubungannya dengan jabatan.

39
Dalam Pasal 23 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 disebutkan
bahwa PNS diberhentikan dengan hormat karena
meninggal dunia. PNS yang diberhentikan dengan hormat
menerima hak-hak kepegawaian sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku antara lain hak pensiun dan
tabungan hari tua. Menurut UU No. 11 Tahun 1969 tentang
Pensiun pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai,
pensiun diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai
penghargaan atas jasa-jasa PNS selama bertahun-tahun
bekerja dalam dinas pemerintah. Pengaturan lebih lanjut
mengenai pensiun bagi PNS diatur dalam PP No. 34 Tahun
2003 tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan PNS dan
Janda/Duda.

40
Materi 3
Evaluasi Kinerja dan
Disiplin PNS

41
Fase terakhir dari manajemen kepegawaian adalah
evaluasi. Dalam hal ini akan diberikan gambaran
berupa evaluasi kinerja dari PNS. Berdasarkan data
hasil penelitian terhadap kinerja PNS, terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja PNS meliputi :
a.Substansi UU yang menimbulkan ketidakpastian
hukum;
b.Kurang responnya aparat penegak hukum;
c.Kurangnya sarana-prasarana
d.Budaya masyarakat

42
Alasan yang mendasari pelanggaran adalah :
1). Pengaruh lingkungan kerja yang kurang kondusif. Adanya
kecenderungan pegawai untuk membiarkan terjadinya pelanggaran
karena menganggap bahwa hal tersebut merupakan perbuatan yang
masih dapat ditolerir.
2). Adanya pengaruh yang signifikan antara fungsi penegakan hukum
dengan perbuatan pegawai yang melanggar peraturan, karena
terdapatnya pengawasan yang kurang dan dapat diasumsikan bahwa:
a)Kurang responnya aparat terhadap sanksi, karena kurangnya
pengawasan dari pihak yang terkait dan membiarkan pelanggaran
terjadi.
a)Terdapatnya motivasi yang kurang dari PNS dikarenakan sistem yang
tidak mewajibkan setiap pegawai untuk bekerja mengejar keuntungan
bagi instansi sehingga tidak menuntut mereka untuk saling memberikan
prestasi karena hasil yang diterima setiap bulannya relatif tidak berubah.
Hal ini berimbas pada kinerja yang hanya berorientasi pada hasil
bukanlah proses penyelenggaraan pemerintahan yang menuntut adanya
totalitas dalam penyelengaaran tugasnya.

43
Pasal 1 angka 1 PP No.53 tahun 2010
Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai
Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak
ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
Pasal 1 angka 3 PP No.53 tahun 2010
Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau
perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau
melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang
dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
Pasal 1 angka 4 PP No.53 tahun 2010
Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada
PNS karena melanggar peraturan disiplin PNS.
Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

44
Setiap PNS wajib:
1. mengucapkan sumpah/janji PNS;
2.mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3.setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
4.menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
5.melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada
PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6.menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan
martabat PNS;
7.mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang, dan/atau golongan;
8.memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau
menurut perintah harus dirahasiakan;

45
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat
untuk kepentingan negara;
10.melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau
merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang
keamanan, keuangan, dan materiil;
11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13.menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara
dengan sebaik-baiknya;
14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16.memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier; dan
17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang.

46
Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin
Pasal 7
(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a. hukuman disiplin ringan;
b. hukuman disiplin sedang; dan
c. hukuman disiplin berat.
(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

47
(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu)
tahun.
(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)
tahun;
b.pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
c.pembebasan dari jabatan;
d.pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan
e.pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

48
MATERI 4
PROSEDUR PENJATUHAN SANKSI
DISIPLIN
PEGAWAI NEGERI SIPIL

49
Pejabat yang berwenang menghukum adalah :
1.Presiden, bagi PNS yang :
a). Berpangkat Pembina Tingkat I (Gol IV/b ke atas) sepanjang mengenai jenis
hukuman berat (Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e)
b). Yang memangku jabatan struktur Eselon I (Khusus untuk membebaskan
jabatan).
2. Menteri, untuk semua jabatan struktural Eselon I (Khusus untuk membebaskan
jabatan);
3. Pejabat yang berwenang (menteri) dapat mendelegasikan wewenang kepada
pejabat lain (kecuali untuk Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e) dengan ketentuan :
a). Untuk hukuman disiplin ringan, dapat didelegasikan kepada eselon IV
b). Untuk hukuman disiplin ringan dan sedang (penundaan kenaikan gaji
berkala), dapat didelegasikan kepada eselon III
c). Untuk hukuman disiplin ringan dan sedang kepada Eselon II
d)Untuk hukuman disiplin ringan, sedang dan berat (kecuali untuk Pasal 7 ayat (4)
huruf d dan e) kepada Eselon I
4. Gubernur, dapat memerintahkan pejabat bawahannya untuk memeriksa PNS
yang disangka
5. Perwakilan RI di luar negeri
6. Bupati/walikota seperti yang diatur dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah.

50
Dalam penjatuhan hukuman syarat-syaratnya berupa :
1.Dilakukan dengan pertimbangan yang seksama dan obyektif;
2.Dilakukan oleh pejabat yang berwenang menghukum;
3.Penyampaiannya dapat secara lisan dan tertulis untuk pelanggaran yang lebih
tinggi;
4.Harus menyebutkan secara jelas dan tegas mengenai pelanggaran yang dilakukan;
5.Meskipun beberapa pelanggaran dilakukan PNS namun hanya dapat dijatuhi satu
jenis hukuman;
6.Seorang PNS yang sudah pernah dijatuhi hukuman dan melakukan pelanggaran
yang sama harus dijatuhi hukuman yang lebih berat.

51
Mekanisme Pengajuan
Keberatan
Atasan Pejabat Yang Berwenang
Pejabat Berwenang
Pegawai Negeri Sipil
14 hari
3 hari
30 hari

TERIMA KASIH
Tags