IDENTITAS PASIEN : Ny R : 11402XXXXX : 15 Januari 1959 : 66 TAHUN : PEREMPUAN : ISLAM NAMA NO MRN TANGGAL LAHIR UMUR JENIS KELAMIN AGAMA TANGGAL MASUK : 6 Maret 202 5
ANAMNESIS AWAL MASUK (IGD) Pasien datang ke igd tgl 05 /03/2025 Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari SMRS. Di rumah pasien tidur dengan 2 bantal , 3 hari ini pasien tidak bisa tidur malam karena sesak . Pasien juga mengeluhkan mual , nyeri ulu hati , pusing , makan sedikit hanya mau makan saat sahur saja . Demam -, nyeri dada -, muntah -. BAB dan BAK normal . RPD: CHF EF 25% DM tidak terkontrol Riw operasi batu empedu 3 th yll
Definisi Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi atau kedua-duanya.
Gagal sirkulasi Septikemia Tirotoksikosis Anemia Shunts Tamponade Emboli paru Dekompensasi pada awal gagal jantung kronik Ketidakpatuhan meminum obat Kelebihan cairan masuk / volume overload Infeksi terutama pneumonia Operasi Disfungsi renal Asma/PPOK Penyalahgunaan obat Penyalahgunaan alkohol
Klasifikasi Tahapan Gagal Jantung berdasarkan struktural dan kerusakan otot jantung. Beratnya gagal jantung berdasarkan gejala dan aktivitas fisik. (NYHA) Stage A Memiliki risiko tinggi mengembangkan gagal jantung. Tidak ditemukan kelainan struktural atau fungsional, tidak terdapat tanda/gejala. Kelas I Aktivitas fisik tidak terganggu, aktivitas yang umum dilakukan tidak menyebabkan kelelahan, palpitasi, atau sesak nafas. Stage B Secara struktural terdapat kelainan jantung yang dihubungkan dengan gagal jantung, tapi tanpa tanda/gejala gagal jantung. Kelas II Aktivitas fisik sedikit terbatasi. Saat istirahat tidak ada keluhan. Tapi aktivitas fisik yang umum dilakukan mengakibatkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas. Stage C Gagal jantung bergejala dengan kelainan struktural jantung. Kelas III Aktivitas fisik sangat terbatasi. Saat istirahat tidak ada keluhan. Tapi aktivitas ringan menimbulkan rasa lelah, palpitasi, atau sesak nafas. Stage D Secara struktural jantung telah mengalami kelainan berat, gejala gagal jantung terasa saat istirahat walau telah mendapatkan pengobatan. Kelas IV Tidak dapat beraktivitas tanpa menimbulkan keluhan. Saat istirahat bergejala. Jika melakukan aktivitas fisik, keluhan bertambah berat.
Klasifikasi Killip Tabel Klasifikasi beratnya gagal jantung pada Infark Miokard Akut Stage I Tidak terdapat gagal jantung. Tidak terdapat tanda dekompensasi jantung. Prognosis kematian sebanyak 6% Stage II Gagal jantung. Terdapat : ronkhi, S3 gallop, dan hipertensi vena pulmonalis, kongesti paru dengan ronkhi basah halus pada lapang bawah paru. Prognosis kematian sebanyak 17% Stage III Gagal jantung berat, dengan edema paru berat dan ronkhi pada seluruh lapang paru. Kilip P rognosis kematian sebanyak 38% Stage IV Shock Kardiogenik. Pasien hipotensi dengan SBP <90mmHg, dan bukti adanya vasokontriksi perifer seperti oliguria, sianosis, dan berkeringat. Prognosis kematian sebanyak 67%
KRITERIA FRAMINGHAM Kriteria Mayor: Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea Distensi vena leher R onkhi Basah Kardiomegali pada hasil rontgen Edema paru akut S3 gallop Peningkatan tekanan vena pusat > 16 cmH2O pada atrium kanan Hepatojugular reflux Penurunan berat badan ≥ 4,5 kg dalam kurun waktu 5 hari sebagai respon pengobatan gagal jantung Kriteria Minor : Edema pergelangan kaki bilateral Batuk pada malam hari Dyspnea d ’ effort Hepatomegali Efusi pleura Takikardi ≥ 120x/menit Penurunan Kapasitas vital 1/3 dari normal.
Pemeriksaan fisik Keadaan umum dan tanda vital : Tekanan darah sistolik bisa normal atau tinggi, Tekanan nadi bisa berkurang, dikarenakan berkurangnya stroke volume Pemeriksaan JVP dan Leher : Pada tahap awal gagal jantung , tekanan vena jugularis bisa normal saat istiraha t, tapi dapat secara abnormal meningkat saat diberikan tekanan yang cukup lama pada abdomen (refluk hepatojugular positif
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium darah rutin, urine rutin, elektrolit (Na & K), ureum & kreatinine, SGOT/PT, BNP
Foto Thorax Kardiomegali (CTR >50%) Edema paru Efusi pleura Echocardiogram Q patologis, hipertrofi ventrikel kiri dengan strain, right bundle branch block (RBBB), left bundle branch block (LBBB), AV blok, perubahan pada gelombang T Gangguan irama jantung seperti takiaritmia supraventrikuler (SVT) dan fibrilasi atrial (AF)
Echocardiography Ukuran dan bentuk ventrikel Ejeksi fraksi ventikel kiri (LVEF) Gerakan regional dinding jantung, synchronisitas kontraksi ventrikular Remodelling LV (konsentrik vs eksentrik) Hipertrofi ventrikel kiri atau kanan (Disfunfsi Diastolik : hipertensi, COPD, kelainan katup) Morfolo g i dan beratnya kelainan katup Mitral inflow dan aortic outflow; gradien tekanan ventrikel kanan
Disfungsi Sistolik 1. Ejeksi fraksi ventrikel kiri berkurang <45% 2. Ventrikel kiri membesar 3. Dinding ventrikel kiri tipis 4. Remodelling eksentrik ventrikel kiri 5. Regurgitasi ringan-sedang katup mitral* 6. Hipertensi pulmonal* 7. Pengisian mitral berkurang* 8. Tanda-tanda meningkatnya tekanan pengisian ventrikel Disfungsi Diastolik 1. Ejeksi fraksi ventrikel kiri normal > 45-50% 2. Ukuran ventrikel kiri normal 3. Dinding ventrikel kiri tebal, atrium kiri berdilatasi 4. Remodelling eksentrik ventrikel kiri. 5.Tidak ada mitral regurgitasi, jika ada minimal. 6.Hipertensi pulmonal* 7. Pola pengisian mitral abnormal.* 8.Terdapat tanda-tanda tekanan pengisian meningkat.
Komplikasi Cachexia jantung Gangguan fungsi ginjal Aritmia Depresi Angina dan serangan jantung Kongesti paru Cardiac arrest Sudden death
Tata laksana Tujuan pengobatan gagal jantung antara lain : Menurunkan mortalitas Mempertahankan / meningkatkan kualitas hidup Mencegah terjadinya kerusakan miokard , progresi v itas kerusakan miokard , remodelling miokard , timbulnya gejala-gejala gagal jantung dan akumulasi cairan , dan perawatan di rumah sakit
NON FARMAKOLOGIS Perawatan mandiri dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan stabilitas fisik , menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan deteksi dini gejala-gejala perburukan
Topik Edukasi Keterampilan dan Perilaku Perawatan Mandiri Definisi dan etiologi gagal jantung Memahami penyebab gagal jantung dan mengana keluhan-keluhan timbul Gejala-gejala dan tanda-tanda gagal jantung Memantau tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung Mencatat berat badan setiap hari Mengetahui kapan menghubungi petugas kesehatan Menggunakan terapi diuretik secara fleksibel sesuai anjuran Terapi farmakologik Mengerti indikasi, dosis dan efek dari obat-obat digunakan Mengenal efek samping yang umum obat Modifikasi faktor risiko Berhenti merokok , memantau tekanan darah Kontrol gula darah (DM), hindari obesitas
Rekomendasi diet Restriksi garam, pantau dan cegah malnutrisi Rekomendasi olah raga Melakukan olah raga teratur Kepatuhan mengikuti anjuran pengobatan Prognosis Mengerti pentingnya faktor-faktor prognostik dan membuat keputusan realistik
FARMAKOLOGIS bertujuan mengatasi permaslahan preload, dengan menurunkan preload , meningkatkan kontraktilitas juga menurunkan afterload . Pemilihan terapi farmakologis ini tergantung pada penyebabnya
1. ACE Inhibitor Pasien yang harus mendapatkan ACEI : LVEF < 40%, walaupun tidak ada gejala . Pasien gagal jantung disertai dengan regurgitasi Kontraindikasi yang patut diingat antara lain : Riwayat adanya angioedema Stenosis bilateral arteri renalis Konsentrasi serum kalsium > 5.0 mmol /L Serum kreatinin > 220 mmol /L (>2.5 mg/dl) Stenosis aorta berat
2. ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER (ARB) Pasien yang harus mendapatkan ARB : Left ventrikular ejection fraction ( LVEF ) < 40% Sebagai pilihan lain pada pasien dengan gejala ringan sampai berat ( kelas fungsional II-IV NYHA) yang tidak toleran terhadap ACEI. P asien dengan gejala menetap ( kelas fungsionaal II-IV NYHA) walaupun sudah mendapatkan pengobatan dengan ACEI dan bete bloker . Memulai pemberian ARB: P eriksa fungsi ginjal dan elektrolit serum Pertimbangkan meningkatkan dosis setelah 24 jam. Jangan meningkatkan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal atau hiperkalemia
3 β- bloker / PENGHAMBAT SEKAT-β Pasien yang harus mendapat BB: LVEF < 40% Gejala gagal jantung sedang-berat (NYHA kelas fungsional II-IV), pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri setelah kejadian infark miokard Kontraindikasi : Asthma (COPD bukan kontranindikasi). AV blok derajat II atau III, sick sinus syndrome (tanpa keberadaan pacemaker), sinus bradikardi (<50 bpm).
4. DIURETIK Hal yang harus dicermati pada pemberian diuretik : Diuretik dan ACEI/ARB/atau antagonis aldosteron dapat meningkatan risiko hipotensi dan disfungsi ginjal, terutama jika digunakan bersamaan. Hiperkalemia yang berat dapat terjadi jika diuretik hemat kalsium termasuk antagonis aldosteon digunakan bersamaan dengan ACEI/ARB. Penggunaan diuretik antagonis non-aldosteron harus dihindari. Kombinasi dari antagonis aldosteron dan ACEI/ARB hanya boleh diberikan pada supervisi yang cermat. Penggunaan diuretik pada gagal jantung : Periksa selalu fungsi ginjal dan serum elektrolit. Kebayakan pasien diresepkan loop diuretik dibandingkan thiazid karena efektivitasnya yang lebih tinggi dalam memicu diuresis dan natriuresis. Selalu mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan hingga terrdapat perbaikan klinis dari segi tanda dan gejala gagal jantung
5. ANTAGONIS ALDOSTERON Pasien yang seharusnya mendapat antagonis aldosteron : LVEF < 35% Gejala gagal jantung sedang- berat ( kelas fungsional III-IV NYHA) Dosis optimal BB dan ACEI atau ARB Memulai pemberian spironolakton : Periksa fungsi ginjal dan elektrolit serum Pertimbangkan peningkatan dosis setelah 4-8 minggu . Jangan meningkatkan dosis jika terjadi penur un an fungsi ginjal atau hiperkalemia .
6. ISOSORBIDE DINITRAT Pasien yang harus mendapatkan hidralizin dan ISDN berdasarkan banyak uji klinis adalah : Sebagai alternatif ACEI/ARB ketika keduanya tidak dapat ditoleransi . Sebagai terapi tambahan terhdap ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak dapat ditoleransi . Kontraindikasinya antara lain hipotensi simtomatik sindroma lupus, gagal ginjal berat
7. GLIKOSIDA JANTUNG (DIGOXIN) Pada pasien gagal jantung simtomatik dan atrial fibrilasi , digoxin dapat digunakan untuk mengurangi kecepatan irama ventrikel . Pada pasien dengan AF dan LVEF < 40% digoxin dapat pula diberikan bersamaan dengan BB untuk mengontrol tekanan darah
8. ANTIKOAGULAN (ANTAGONIS VIT-K) direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan atrial fibrilasi permanen, persisten, atau paroksismal tanpa adanya kontraindikasi terhadap antikoagulasi. Pada pasien atrial fibrilasi yang dilibatkan pada serangkaian uji klinis acak, termasuk pada pasien dengan gagal jantung, warfarin ditemukan dapat mengurangi risiko stroke dengan 60-70%. Warfarin juga lebih efektif dalam mengurangi risiko stroke dibanding terapi antiplatelet
PROGNOSIS Beberapa faktor yang menentukan prognosis, yaitu : Waktu timbulnya gagal jantung Timbul serangan akut atau menahun Derajat beratnya gagal jantung Penyebab primer Kelainan atau besarnya jantung yang menetap Keadaan paru Cepatnya pertolongan pertama Respons dan lamanya pemberian digitalisasi Seringnya gagal jantung kambuh
Prognosis pada penderita gagal jantung yang mendapat terapi yaitu: Kelas NYHA I : mortalitas 5 tahun 10-20% Kelas NYHA II : mortalitas 5 tahun 10-20% Kelas NYHA III : mortalitas 5 tahun 50-70% Kelas NYHA IV : mortalitas 5 tahun 70-90%