Oleh : Ismail Latuapo Dosen Pemandu : Prof. Dr. H. Abd , Rasyid Masri , M.PD., Mm., M.Si Prof. Dr . H . Musafir , M.Si Radikalisme Agama
Pengertian Radikalisme Agama Belum ada kesepakatan di antara para ahli untuk menggambarkan gerakan radikal sehingga memunculkan banyak terminologi , antara lain Neo- Khawarij , Khawarij abad ke-20 , Islam radikal (Emmanuel Sivan), dan fundamentalisme . Fazlur Rahman menyebutnya sebagai gerakan neo- revivalisme atau neo- fundamentalisme untuk membedakan gerakan modern klasik dengan gerakan fundamentalisme post- modernisme sebagai sebuah gerakan anti Barat. Adapun Esposito dan Dekmejian menggunakan istilah Islamic revivalism ketimbang istilah fundamentalisme yang dinilainya merupakan istilah yang khas Protestan . Al- Jabiri dan Gilles Kepel menyebut gerakan tersebut sebagai ekstremisme Islam, sedangkan el- Fadl menyebutnya gerakan Islam puritan. Term radikalisme berasal dari kata radikal yang berarti prinsip dasar . Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa radikal dapat berarti : secara menyeluruh , habis-habisan , amat keras , dan menuntut perubahan . Juga di temukan beberapa pengertian radikalisme yang dijumpai dalam kamus bahasa , yakni : (1) paham atau aliran yang radikal dalam politik (2) paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan (3) sikap ekstrem di suatu aliran politik .
Menurut Yusuf Qardhawi , istilah radikalisme tersebut berasal dari kata al- tatharuf yang berarti “ berdiri di ujung , jauh dan pertengahan ”. Bisa juga diartikan berlebihan dalam menyikapi sesuatu , seperti berlebihan dalam ber -agama, berfikir dan berprilaku . Sementara menurut Nurcholis Madjid ia menyamakan antara radikalisme ( fundamentalisme ), menurutnya memang radikalisme ( fundamentalisme ) merupakan fenomena agama-agama. Radikalisme ( fundamentalisme ) sekali lagi tidak hanya dilabelkan kepada penganut Islam, tetapi juga penganut agama lain seperti Kristen, Yahudi , Hindu dan Budha .
Sejarah Radikalisme dalam Islam Gerakan kaum Khawarij yang muncul pada masa akhir pemerintahan Ali ibn Abi Talib dengan prinsip-prinsip radikal dan ekstrim dapat dilihat sebagai gerakan fundamentalisme klasik dalam sejarah Islam. Langkah radikal mereka diabsahkan dengan semboyan la hukma illa lilllah ( tidak ada hukum kecuali milik Allah) dan la hakama illa Allah ( tidak ada hakim selain Allah) yang dielaborasi berdasar Q.S. al- Ma’idah : 44 yang berbunyi : wa man lam yahkum bima anzala Allahu fa ulaika hum al- kafirun ( siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah kafir ). Karena alasan demikian , kelompok Khawarij tidak mau tunduk kepada Ali dan Mu’awiyah
Pada masa pra -modern, gerakan fundamentalisme radikal muncul pada abad 12 H di Semenanjung Arabia di bawah pimpinan Muhammad bin ‘ Abd al- Wahhab (1703-1792) yang kemudian dikenal sebagai gerakan Wahabi . Inilah yang kemudian membentuk Salafisme awal , dengan Ibnu Taimiyah sebagai tokoh utamanya . Meski mereka mengklaim mengikuti kaum Salaf , figur-figur terkemuka dari generasi awal Islam hingga abad ke-2 H, tetapi pada praktiknya Salafisme cenderung mengikuti Mazhab Hanbali yang cenderung ketat dan literal . Pada mulanya , gerakan ini bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam serta mengajak kembali kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw., sebagaimana yang diamalkan oleh generasi awal umat Islam ( Salaf ). Namun dalam perkembangan selanjutnya , gerakan Salafiyah tidak hanya menyentuh dimensi purifikasi credo dan ritual, namun juga mulai menyentuh dimensi intelektual dan politik .
Penyebab Lahirnya Radikalisme Lemahnya pengetahuan tentang hakikat agama Memahami nash secara tekstual Memperdebatkan persoalan-persoalan parsial , sehingga mengenyampinkan persoalan besar Berlebihan dalam mengharamkan Kerancuan konsep Mengikuti ayat mutasyabihat , meninggalkan muhkamat Mempelajari ilmu hanya dari buku dan mempelajari Alquran hanya dari mushhaf . Lemahnya pengetahuan tentang syariah , realitas , sunnatullah dan kehidupan
Ciri-ciri Gerakan Radikalisme Menjadikan Islam sebagai ideologi final dalam mengatur kehidupan individual dan juga politik ketatanegaraan Nilai-nilai Islam yang dianut mengadopsi sumbernya di Timur Tengahsecara apa adanya . Karena perhatian lebih terfokus pada teks Al-Quran dan hadist , maka purifikasi ini sangat berhati-hati untuk menerimasegala budaya non asal Islam ( budaya Timur Tengah) termasuk berhati-hatimenerima tradisi lokal karena khawatir mencampuri Islam dengan bid’ah Menolak ideologi Non- Timur Tengah ermasuk ideologi Barat, seperi demokrasi , sukalarisme dan liberalisasi . Gerakan kelompok ini sering berseberangan dengan masyarakat luas termasuk pemeritah . Oleh karena itu , terkadang terjadi gesekan ideologi .