Penyakit akut yang
menyerang paru-
paru, biasanya
ditandai dengan
batuk, produksi
sputum, napas
cepat dan sulit
bernapas disertai
infiltrat paru yang
baru atau
memburuk pada
foto rontgen dada
Definisi
Pneumonia
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2019,
pneumonia menyebabkan 14% dari seluruh kematian anak di
bawah 5 tahun dengan total kematian 740.180 jiwa. Menurut
data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2020 jumlah
kasus pneumonia yang ditemukan di Indonesia sebanyak
309.838, penderita pneumonia meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Pada kelompok usia 55-64 tahun mencapai
2,5%, pada kelompok usia 65-74 tahun sebesar 3,0% dan pada
kelompok usia 75 tahun ke atas mencapai 2,9%.
Epidemiologi
streptococcus pneumoniae
staphylococcus aureus
staphylococcus piogenes
klebsiella pneumoniae
escherichia coli
pseudomonas aeruginosa
Influenza
para influenza
RSV (respiratory synctial virus)
adenovirus
Actinomyces israeli
aspergillus fumigatus
histoplasma capsulatum
pneumocystis carinii
toxoplasma gondii
Bakteri Virus
Jamur Protozoa
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme yaitu
Gejala Klinis
Gejala Klinis
PENEGAKAN DIAGNOSA PEMERIKSAAN FISIK :
Demam hingga 38,5°C
Gejala distress pernapasan seperti takipneu / dispneu,
SpO2 < 90%
Adanya retraksi (suprasternal, interkosta, subkosta)
Napas cuping hidung
Penurunan saturasi oksigen (<90%).
Selain itu, didapatkan suara perkusi pekak sebagai
tanda konsolidasi paru, serta suara napas bronkial
dan ronki nyaring pada auskultasi
ANAMNESA :
Batuk (produktif / non produktif / darah)
Demam (tinggi / menggigil / berkeringat)
Sesak napas
Nyeri dada terutama saat menarik nafas
Kelelahan (fatigue)
RPT (ISPA / HIV / DM / Keganasan)
Riwayat habitualisme
Riwayat perjalanan
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Radiologi (foto thorax) → GOLD STANDARD
Lab : DL (leukositosis, peningkatan CRP dan LED)
Mikrobiologi : kultur sputum, kultur darah,
Konsolidasi ruang udara dengan bronchogram udara di zona bawah kanan,
ditunjukkan dengan jelas di lobus tengah kanan pada proyeksi lateral.
DIAGNOSA BANDING Tuberkulosis Paru (TBC) :
Gejala batuk lama, demam subfebris, dan penurunan berat badan. Perlu konfirmasi dengan tes TBC dan gambaran rontgen
yang berbeda (misalnya, infiltrat di apeks paru).
Bronkitis Akut :
Infeksi saluran napas yang lebih besar, biasanya ditandai dengan batuk dan mengi, tetapi temuan konsolidasi pada
pemeriksaan fisik dan rontgen jarang ditemukan.
Bronkiolitis :
Terutama pada anak/bayi, infeksi saluran napas kecil dengan gejala batuk, mengi, dan sesak napas.
Gagal Jantung Kongestif (CHF) :
Dapat menyebabkan sesak napas dan gambaran infiltrat pada rontgen akibat edema paru.
Kanker Paru :
Gejala batuk kronis dan infiltrat pada rontgen, tetapi biasanya tanpa gejala infeksi akut (demam tinggi, leukositosis).
Asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) :
Eksaserbasi dapat menyebabkan sesak napas dan batuk, tetapi riwayat penyakit sebelumnya dan tidak adanya infiltrat pada
rontgen membantu membedakan.
TATALAKSANA Outpatients (sehat, tanpa
antibiotik 3 bulan terakhir)
➤ Makrolida: Klaritromisin 500 mg PO bid atau Azitromisin 500 mg PO hari 1, lalu 250
mg/hari➤ Doksisiklin 100 mg PO bid
Outpatients (dengan komorbid
atau antibiotik <3 bulan
terakhir)
➤ Respiratory fluoroquinolone: Moksifloksasin 400 mg qd, Gemifloksasin 320 mg qd, atau
Levofloksasin 750 mg qd
➤ β-laktam (Amoksisilin dosis tinggi 1 g tid atau Amoksisilin-klavulanat 625 mg tid / 2 g bid)
+ makrolida (Azitromisin atau Klaritromisin)
Inpatients – Non-ICU
➤ Respiratory fluoroquinolone: Levofloksasin 750 mg IV/PO qd atau Moksifloksasin 400 mg
IV/PO qd
➤ β-laktam (Cefotaksim 1–2 g IV q8h, Ceftriakson 1–2 g IV qd, Ampisilin 1–2 g IV q4–6h,
Ertapenem 1 g IV qd) + makrolida (Azitromisin 500 mg IV/PO qd)
Inpatients – ICU
➤ β-laktam: Cefotaksim 1–2 g IV q8h, Ceftriakson 2 g IV qd, atau Ampisilin-sulbaktam 2 g IV
q8h + (Azitromisin 500 mg IV qd atau Fluoroquinolone seperti Levofloksasin 750 mg IV qd)
Jika dicurigai Pseudomonas
➤ Antipseudomonal β-laktam: Piperasilin-tazobaktam 4.5 g IV q6h, Cefepim 2 g IV q8h,
Imipenem 500 mg IV q6h, atau Meropenem 1 g IV q8h + (Ciprofloxacin 400 mg IV q12h atau
Levofloxacin 750 mg IV qd)Atau: β-laktam di atas + (Aminoglikosida seperti Amikasin 15
mg/kg/hari + Makrolida / Fluoroquinolone)
Jika dicurigai MRSA Tambahkan Linezolid 600 mg IV q12h atau Vankomisin 15 mg/kg IV q12hEmpirical Antibiotic Treatment of Pneumonia
TATALAKSANA Supportive or Symtomatic Treatment of Pneumonia Oksigenasi
Diberikan bila SpO₂ < 92% atau terdapat distres napas untuk menjaga saturasi
oksigen >94%, nasal kanul 1–5 L/menit, masker sederhana 5–10 L/menit.
Terapi Cairan
Rehidrasi adekuat untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan takipnea.
Antipiretik dan Analgesik
Parasetamol 10–15 mg/kgBB tiap 4–6 jam (anak) atau 500–1000 mg tiap 6 jam
(dewasa).
Mukolitik / Ekspektoran
Ambroksol 7,5–15 mg tiap 8 jam (anak) atau 30 mg tiap 8 jam (dewasa) atau
Asetilsistein (NAC) 200 mg tiap 8 jam (dewasa)..
Antitusif Ringan
Dekstrometorfan 5–10 mg tiap 8 jam (anak >6 tahun) atau 10–20 mg tiap 8 jam
(dewasa).
PROGNOSIS Prognosis pneumonia umumnya baik apabila diagnosis ditegakkan dan terapi
antibiotik diberikan secara dini dan adekuat, terutama pada pasien usia muda
tanpa komorbiditas. Prognosis menjadi kurang baik hingga buruk pada pasien usia
lanjut, bayi, imunokompromais, atau dengan penyakit seperti DM, gagal jantung,
dan penyakit ginjal kronik. Infeksi oleh patogen resisten seperti Staphylococcus
aureus resisten metisilin (MRSA) atau Pseudomonas aeruginosa cenderung
memiliki perjalanan penyakit lebih berat dan respons terapi yang lebih lambat.
Mortalitas pneumonia ringan umumnya <1%, sedangkan pada pneumonia berat
yang memerlukan perawatan intensif, mortalitas dapat meningkat hingga
20–50%, terutama bila disertai komplikasi seperti sepsis atau Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS). Penilaian prognosis dapat menggunakan skor CURB-
65 atau Pneumonia Severity Index (PSI) untuk menentukan derajat keparahan dan
kebutuhan perawatan di rumah sakit atau unit perawatan intensif.