RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF HADIST

kangmassugiyantoro 34 views 165 slides Oct 29, 2024
Slide 1
Slide 1 of 165
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109
Slide 110
110
Slide 111
111
Slide 112
112
Slide 113
113
Slide 114
114
Slide 115
115
Slide 116
116
Slide 117
117
Slide 118
118
Slide 119
119
Slide 120
120
Slide 121
121
Slide 122
122
Slide 123
123
Slide 124
124
Slide 125
125
Slide 126
126
Slide 127
127
Slide 128
128
Slide 129
129
Slide 130
130
Slide 131
131
Slide 132
132
Slide 133
133
Slide 134
134
Slide 135
135
Slide 136
136
Slide 137
137
Slide 138
138
Slide 139
139
Slide 140
140
Slide 141
141
Slide 142
142
Slide 143
143
Slide 144
144
Slide 145
145
Slide 146
146
Slide 147
147
Slide 148
148
Slide 149
149
Slide 150
150
Slide 151
151
Slide 152
152
Slide 153
153
Slide 154
154
Slide 155
155
Slide 156
156
Slide 157
157
Slide 158
158
Slide 159
159
Slide 160
160
Slide 161
161
Slide 162
162
Slide 163
163
Slide 164
164
Slide 165
165

About This Presentation

Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran
Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan
dengan keimanan; kedua, adal...


Slide Content

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist ii iii

Kata Pengantar ii iii
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan kami karunia nikmat dan kesehatan,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus
dapat menimba ilmu Penulisan makalah ini merupakan
sebuah tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah
yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. dengan
tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan
makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan
saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi saya sendiri umumnya para pembaca
makalah ini.
Bekasi, Januari 2022
Penulis

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist iv v

Daftar Isi iv v
Daftar Isi
KATA PENGAN TAR - iii
DAFTAR ISI - v
PENDAHULUAN - ix
BAB I HADIST TENTANG ILMU DAN KEUTAMAANNYA
DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA
Pengertian Ilmu - 1
Pengaruh ilmu dalam kehidupan beragama - 8
Manfaat ilmu dalam kehidupan - 17
Kesimpulan - 25
BAB II DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Pengertian dasar pendidikan islam - 27
Prinsip-prinsip Pendidikan Islam menurut Al-Qur’an - 29
Dasar Ilmu pendidikan islam menurut As-sunah - 33
Dasar-dasar pendidikan Islam menurut Ijtihad - 37
Kajian-kajian ayat Al-Quran dan Hadist - 39
Kesimpulan - 41
BAB III KEUTAMAAN ILMU
Keutamaan Ilmu - 43
Keutamaan Mengajar Ilmu - 46

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist vi vii
Manfaat Mengajarkan Ilmu - 48
Kesimpulan - 52
BAB IV KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
Landasan Teori - 53
Urgensi Menuntut Ilmu - 55
Hukum Menuntut Ilmu - 58
Keutamaan Menuntut Ilmu - 60
Kesimpulan - 63
BAB V TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT HADIST
Pengertian Tujuan - 65
Pengertian pendindidikan - 66
Hadis-Hadis Tentang Tujuan pendidikan - 68
Kesimpulan - 79
BAB VI HADIS TENTANG MOTIVASI PENDIDIKAN
Pengertian Motivasi - 81
Pengertian Motivasi Menurut Ahli - 82
Fungsi Motivasi - 84
Macam-Macam Motivasi - 85
Pengertian Motivasi Dalam Islam - 87
Hakekat Motivasi - 90
Peningkatan Motivasi dalam Hadis - 91
Manfaat Motivasi Dalam Pendidikan Islam - 97
Hadis Motivasi Pendidikan - 97
Kesimpulan - 99
BAB VII PENDIDIKAN ISLAM GENERASI MILLENIAL
Pengertian Dasar Pendidikan Islam - 101
Prinsip pendidikan Milenial - 104
Dasar-dasar Pendidikan Islam Menurut Al Quran - 106
Dasar Dasar Pendidikan islam Generasi Milenial - 109
Kesimpulan - 111

Daftar Isi vi vii
BAB VIII MEDIA PENDIDIKAN
Media atau Alat Pendidikan - 113
Jenis Media Pendidikan - 115
Kegunaan Media Pendidikan - 118
Kajian Al-Quran dan Hadis - 120
Mendesain Lingkungan sebagai Media belajar - 124
Kesimpulan - 126
BAB IX EVALUASI PENDIDIKAN DALAM HADIS ISLAM
Pengertian Evaluasi - 127
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan - 128
Pentingnya Evaluasi pendidikan - 130
Bentuk Evaluasi - 131
Prinsip Evaluasi - 132
Kajian Al-Qur’an dan Hadits - 134
Kesimpulan - 137
BAB X METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF
NABI MUHAMMAD SAW
Pengertian Metode - 139
Pembelajaran - 140
Pembahasan - 141
Metode Pembelajaran dalam Perspektif Nabi
Muhammad SAW - 143
Relevansi Metode Pendidikan Rasulullah Dalam Konteks
Pendidikan Modern - 146
Kesimpulan - 148
DAFTAR PUSTAKA - 149

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist viii ix

Pendahuluan viii ix
Pendahuluan
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran
Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis. Dari kedua
sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian
mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua
bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan
dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang
berkaitan dengan amal nyata.
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi
pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah,
sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat
yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam
Al-Qur’an, Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan
bahwa kata  Tarbiyah yang berasal dari kata  “Rabb”(mendidik
dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian
pula kata  “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an
menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan
konsep-konsep yang menunjukkan kepada  pendidikan.
Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi
pendidikan  Islam. Hadis sebagai pernyataan, pengalaman,

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist x 1
takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan
sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Di
samping Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber atau dasar
pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran
dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan hadis,
berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang
sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. Akan
tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak
yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah
Al-Qur’an dan hadis.

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama x 1
Bab 1
Hadist Tentang Ilmu dan
Keutamaannya Dalam
Kehidupan Beragama
Pengertian Ilmu
Ilmu dalam terminologi bahasa Arab adalah pengetahuan
yang mendalam atau pengetahuan hakikat sesuatu,
sedangkan asal katanya adalah ‘ilman. Kata ‘ilman merupakan
asal kata dari kata
ُ
مَل
ْ
ع
َ
ـي -
َ
م
ِ
ل
َ
ع. Kata
ُ
مَل
ْ
ع
َ
ـي -
َ
م
ِ
ل
َ
ع artinya dalam
bahasa indonesia ialah mengetahui. Ilmu merupakan salah
hal yang sangat penting dalam kehidupan, yang artinya
pengetahuan. Dalam kamus al-Munjid fi al-lughoh wa al-
’ulûm ilmu didefinisikan sebagai suatu cabang studi yang
berkenaan dengan pengamatan, pengklasifikasian fakta-
fakta, dan khususnya dengan penetapan kaidah-kaidah
umum yang bisa diuji.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 2 3
Dalam ensiklopedia Islam dinyatakan bahwa ilmu berasal
dari bahasa Arab ilm yang berarti pengetahuan, adalah lawan
kata dari jahl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan.
Kata “ilmu” bisa disetarakan dengan kata Arab lainnya,
yaitu ma’rifat (pengetahuan), hikmah (kebijaksanaan), fiqh
(pemahaman), dan syu’ur (perasaan). Ma’rifah kata yang
sering digunakan. Pengertian lain menyebutkan bahwa ilmu
itu dalam bahasa Inggris adalah sience dan bahasa latin
sciemia (pengetahuan), scire (mengetahui). Sinonim yang
paling akurat dalam bahasa Yunani adalah episteme. Adapun
pengertian ilmu yang terdapat dalam Ta’lim Al-Muta’alim
adalah sebagai berikut :
“Ilmu itu ditafsiri dengan sifat yang kalau dimiliki seseorang,
maka menjadi jelas apa yang terlintas di dalam pengertiannya.”
Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan ilmu secara
definitif sebagai “pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode metode tertentu,
yang dapat ditentukan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu di bidang (pengetahuan) itu”. Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengartikan ilmu sebagai pengetahuan ataupun
kepandaian (tentang soal akhirat, dunia, lahir, batin dan
sebagainya). Sehingga kata ilmu selalu dirangkaikan dengan
sesuatu seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak dan lain-lain. Makna
definitif di ataspun selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
menghasilkan suatu yang bersangkutan dengan kata yang
dirangkaikan dengan kata ilmu tersebut. Seperti kata ilmu
agama yang berarti “pengetahuan tentang ajaran (sejarah,
dan lain sebagainya) agama”. Dengan pengertian tersebut
berarti ilmu dibedakan dari pengetahuan, dimana ilmu lebih
spesifik dari pengetahuan, karena banyak pengetahuan yang
belum disusun secara sistematis sebagai salah satu syarat

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 2 3
untuk disebut ilmu. Menurut Fazlur Rahman, Al-Qur’an sering
mengemukakan Perkataan ilm kata-kata jadiannya yang
umum, dan pengertiannya sebagai “pengetahuan” melalui
belajar, berfikir, pengalaman dan lain sebagainya. Dengan
pengertian inilah perkataan ilmu dipergunakan pada zaman
nabi Muhammad SAW. Tetapi pada generasi para sahabat,
Islam mulai berkembang sebagai sebuah “tradisi”. Ada bukti-
bukti bahwa perkataan ilm mulai dipergunakan dengan
pengertian pengetahuan yang diperoleh melalui belajar atau
pembelajaran terutama sekali dari generasi generasi yang
lampau Nabi, para sahabat dan lain-lain.
Quraish Shihab ketika menerangkan ilm mengartikannya
sebagai “menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaan
sebenarnya” atau “sesuatu pengenalan yang sangat
jelas terhadap suatu objek”, karena itu seseorang yang
menjangkau sesuatu dengan isinya tetapi jangkauannya itu
masih dibarengi dengan sedikit keraguan, maka ia tidak dapat
dinamai “mengetahui apa yang dijangkaunya itu”. Lebih lanjut
Quraish Shihab menjelaskan bahwa bahasa mengunakan
semua kata yang tersusun dari huruf-huruf dalam berbagai
bentuk untuk menggambarkan sesuatu yang demikian jelas
sehingga tidak menimbulkan keraguan. Perhatikan misalnya
kata alamat yang berarti tanda yang jelas bagi sesuatu atau
nama jalan yang mengantar seseorang menuju tujuan yang
pasti. Kata yang sama juga berarti “gunung” yang karena
ketinggiannya menjadi sebegitu jelas dibandingkan dengan
dataran di sekelilingnya. Atas dasar itu Allah Swt, dinamai Âl-
Alim atau Alîm adalah karena pengetahuan-Nya yang amat
jelas sehingga terungkap bagi-Nya hal-hal yang paling kecil
sekalipun.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 4 5
Dalam pandangan Al-Ghazali, hakikat ilmu yang terdapat
pada al-Qur’an tidaklah terpisah-pisah, artinya al-Ghazali
meletakan satu pemahamannya tentang hakikat ilmu dalam
bentuk kesatuan teoritik yaitu menjuru kepada pemahaman
ilmu sebagai ilmu Allah yang harus dituntut dan dikaji oleh
setiap pribadi dalam membawa dunia dan seisinya ke
gerbang kemaslahatan. Kata ilmu dalam berbagai bentuk
terulang 854 kali dalam Alquran. Kata ini digunakan dalam
arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan.
Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain
guna menjalankan fungsi kekhalifahan. QS Al-Baqarah 31-32 :
َ
لا
َ
ق
َ
ف ِة
َ
كِئٰٓ
َ
ل
َ
م
ْ
لٱ
ََ
ع
ْ
م
ُ
ه
َ
ض
َ
ر
َ
ع
َّ
م
ُ
ث ا
َ
ه
َُّ
ك
َ
ء
ٓ
ا
َ
م
ْ
س
َْ
لٱ
َ
م
َ
دا
َ
ء
َ
م
َّ
ل
َ
ع
َ
و
َ
ينِقِد
ٰ
َ
ص
ْ
م
ُ
تن
ُ
ك نِإ ِء
َٓ
ل
ُ
ؤٰٓ
َ
ه ِ ء
ٓ
ا
َ
م
ْ
س
َ
أِب ِنو
ُ
ٔـِبنۢ
َ
أ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-
benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar”
ُ
ميِل
َ
ع
ْ
لٱ
َ
تن
َ
أ
َ
ك
َّ
نِإ ۖ
ٓ
ا
َ
ن
َ
ت
ْ
م
َّ
ل
َ
ع ا
َ
م
َّ
لِإ
ٓ
ا
َ
َ
ل
َ
م
ْ
لِع
َ
ل
َ
ك
َ
نٰ
َ
ح
ْ
ب
ُ
س
۟
اوُلاَق
ُ
ميِك
َ
ْ
لٱ
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 4 5
Penjelasan Menurut Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab
bahwa Ayat 31 ini menginformasikan bahwa manusia
dianugerahi Allah potensi untuk mengetahui nama atau
fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api,
fungsi angin, dan sebagainya. Dia juga dianugerahi potensi
untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia
(anak kecil) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja,
tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama-nama. Ini papa, ini
mama, itu mata, itu pena, dan sebagainya. Itulah sebagian
makna yang dipahami oleh para ulama dari firman-Nya dia
mengajar Adam nama-nama seluruhnya.
Penjelasan ayat 32 Menurut Tafsir Al-Mishbah, Quraish
Shihab bahwa Para malaikat yang ditanya itu secara tulus
menjawab sambil menyucikan Allah, Tidak ada pengetahuan
bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui (lagi)
Maha Bijaksana. Maksud mereka, apa yang Engkau tanyakan
itu tidak pernah Engkau ajarkan kepada kami. Engkau tidak
ajarkan itu kepada kami bukan karena Engkau tidak tahu,
tetapi karena ada hikmah dibalik itu. Demikian jawab malaikat
yang bukan hanya mengaku tidak mengetahui jawaban
pertanyaan tetapi sekaligus mengakui kelemahan mereka
dan kesucian Allah swt. Dari segala macam kekurangan atau
ketidakadilan sebagaimana dipahami dari penutup ayat ini.
Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Dalam Islam, tak akan
sempurna agama dan amal ibadah seorang Muslim tanpa
menuntut ilmu. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda,
ْ
م
ُ
ك
ْ
يِم
ّ
ِل
َ
ع
ُ
مِل ا
ْ
و
َ
ل
َ
َ
ل
َ
و
ْ
م
ُ
ك
ْ
يِم
ّ
ِل
َ
ع
ُ
مِل ا
ْ
و
ُ
ع
َ
ضا
َ
و
َ
ت
َ
و ا
ْ
و
ُ
م
ّ
ِل
َ
ع
َ
و ا
ْ
و
ُ
م
َّ
ل
َ
ع
َ
ت

)
ْ
ِنا
َْ
ب
َّ
طلا
ُ
هاو
َ
ر(

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 6 7
“Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua,
dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah
terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR Tabrani).
Ilmu agama menjadi yang prioritas atau utama untuk
dipelajari. Namun bukan berarti ilmu-ilmu lain diabaikan.
Sebab dengan ilmulah manusia dapaat ikut serta untuk
membangun kemajuan zaman, mengungkap kebenaran dan
memahami rahasia-rahasia yang Allah SWT ciptakan. Apalagi,
ada juga dalam satu hadist disebutkan bahwa menuntut ilmu
juga merupakan jihad di jalan Allah SWT. Dari Anas bin Malik,
Rasulullah Saw bersabda:
َ
عِج
ْ
ر
َ
ي
َّ
ت
َ
ح ِ
َّ
للا
ِ
ليِب
َ
س ِف
َ
و
ُ
ه
َ
ف ِم
ْ
لِع
ْ
لا ِب
َ
ل
َ
ط ِف
َ
ج
َ
ر
َ
خ
ْ
ن
َ
م
“Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu,
maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali.”
Islam adalah ajaran yang berlandaskan ilmu. Segala
perintah dan larangan dalam agama memiliki dasar keilmuan
yang jelas dan lengkap. Setiap ibadah yang dikerjakan
memiliki landasan keilmuan yang rahmatan lil ‘alamin. Maka
dari itulah, setiap muslim dituntut untuk mendasarkan segala
amalan-nya pada keilmuan ke-Islaman. Secara bahasa, ilmu
adalah lawan kata dari bodoh. Sedangkan secara istilah, para
ulama ushul memberikan pengertian ilmu adalah “Memahami
sesuatu secara pasti sesuai dengan faktanya.”
Contoh ilmu sesuai dengan pengertian di atas adalah
pertama, bahwa keseluruhan (kullun) lebihbesar daripada
sebagian (juz’un). Kedua, bahwa setiap ciptaan (makhluk)
pasti ada yang menciptakan (khaliq). dan Ketiga, bahwa niat
ialah syarat dalam suatu ibadah. Dalam ajaran Islam, ilmu tidak

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 6 7
dapat dipisahkan dari amal. Artinya, ilmu harus diamalkan,
dan sebaliknya, suatu amalan harus didasarkan kepada
ilmu. Karena itu, Sahabat Ibnu Mas’ud r.a. berkata:  “Ilmu
bukan dengan banyaknya meriwayatkan. Sesungguhnya
ilmu adalah cahaya yang dipancarkan di dalam hati.
Maka orang yang berilmu (‘alim) tapi perilakunya tidak
sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, maka orang tersebut
bisa dicap sebagai orang bodoh (jahil). Nabi Yusuf A.s. berdoa
kepada Allah agar tidak terpedaya rayuan untuk berbuat
maksiat, karena itu termasuk perilaku orang-orang yang
bodoh. Dalam dimensi keislaman, ilmu yang wajib dipelajari
adalah ilmu Agama. Hal ini adalah agar kita tidak tersesat
dalam beramal shalih juga beribadah. Ilmu lain yang wajib
dipelajari adalah ilmu yang kita butuhkan untuk hidup kita.
Ilmu memiliki kedudukan dan keutamaan yang sangat
besar dalam Islam. Karena itulah, maka wahyu yang pertama
kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw
adalah al-Quran surah al-Alaq ayat 1-5, yang berisi perintah
‘membaca’. Istilah Agama seringkali diratakan artinya dengan
istilah religion yang berarti agama. Dalam bahasa Latin juga
terdapaat religio yang berarti agama, kesucian, kesalehan,
ketelitian batin.
Agama adalah Mengikat diri pada suatu bentuk hidup
yang terkandung pada suatu sumber yang berada di luar
diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia. Selain itu agama adalah pengakuan terhadap
adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber dari
kekuatan ghaib.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 8 9
Pengaruh Ilmu Dalam Kehidupan Beragama
Fitrah manusia yang tidak bisa dipungkiri adalah
keadaan menerima agama. Karena agama apapun yang
diturunkan oleh Tuhan ke dunia mempunyai implikasi yang
sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, seperti ketenangan,
ketentraman hidup, bebas dari keresahan dan kegelisahan,
selalu membimbing penganutnya atau hambanya kearah
kebaikan dan kedamaian. Di dalam agama Islam, sumber jiwa
keberagamaan manusia diterangkan dalam Al-Quran bahwa
Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 38 :
َ
عِب
َ
ت ن
َ
م
َ
ف ى
ً
د
ُ
ه
ِ
ّ
نِ
ّ
م م
ُ
ك
َّ
ن
َ
يِت
ْ
أ
َ
ي ا
َّ
مِإ
َ
ف ۖ ا
ً
عيِ
َ
ج ا
َ
ه
ْ
نِم
۟
اوُطِب
ْ
هٱ ا
َ
ن
ْ
ل
ُ
ق
َ
نو
ُ
ن
َ
ز
َْ
ي
ْ
م
ُ
ه
َ
ل
َ
و
ْ
مِه
ْ
ي
َ
ل
َ
ع
ٌ
ف
ْ
و
َ
خ
َ
ل
َ
ف
َ
ىا
َ
د
ُ
ه
Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga
itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka
barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak
ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati”.
Penjelasan Al-Baqarah ayat 38 menurut tafsir Al-Mishbah,
Quraish Shihab bahwa Telah Kami firmankan kepada Adam,
istri, dan keturunannya kelak, serta kepada Iblîs, “Turunlah
kalian ke bumi. Di sana kalian akan ditugasi dengan berbagai
kewajiban. Apabila tugas itu datang kepada kalian--dan
pasti akan datang--maka siapa yang menaati perintah-Ku
dan mengikuti petunjuk-Ku, tidak akan merasakan takut
dan tidak akan tertimpa kesedihan akibat hilangnya pahala.
Sebab, Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang
berbuat kebaikan. Firman Allah SWT Q.S Al-Ankabut ayat 69:

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 8 9
َ
ينِنِس
ْ
ح
ُ
م
ْ
لٱ
َ
ع
َ
م
َ
ل
ََّ
للٱ
َّ
نوَإِ ۚ ا
َ
ن
َ
ل
ُ
ب
ُ
س
ْ
م
ُ
ه
َّ
ن
َ
يِد
ْ
ه
َ
َ
ل ا
َ
نيِف
۟
اوُد
َ
هٰ
َ
ج
َ
نيِ
َّ
لٱ
َ
و
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik.”
Penjelasan al-ankabut ayat 69 menurut tafsir kemenag
RI bahwa ayat ini menerangkan janji yang mulia dari Allah
kepada orang-orang mukmin yang berjihad di jalan-Nya
dengan mengorbankan jiwa dan hartanya serta menanggung
siksaan dan rintangan. Oleh karena itu, Allah akan memberi
mereka petunjuk, membantu mereka membulatkan tekad,
dan memberikan bantuan, sehingga mereka memperoleh
kemenangan di dunia serta kebahagiaan dan kemuliaan di
akhirat kelak.
Makna jihad dalam ayat 69 ini ialah melakukan segala
macam usaha untuk menegakkan agama Allah dan
meninggikan kalimat-Nya, termasuk juga memerangi
orang-orang kafir yang memerangi umat Islam. Menurut
Abu Sulaiman ad-Darani, jihad di sini bukan berarti
memerangi orang-orang kafir saja, melainkan juga berarti
mempertahankan agama, dan memberantas kezaliman.
Adapun yang utama ialah menganjurkan perbuatan makruf,
melarang dari perbuatan yang mungkar, dan memerangi
hawa nafsu dalam rangka menaati perintah Allah.Mereka
yang berjihad itu dijanjikan Allah jalan yang lapang. Janji ini
pasti akan terlaksana.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 10 11
Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang
berjihad di jalan Allah itu adalah orang-orang yang berbuat
baik (muhsin). Hal ini berarti bahwa segala macam perbuatan,
sesuai dengan yang digariskan Allah dalam berjihad itu,
adalah perbuatan baik. Dinamakan demikian karena orang-
orang yang berjihad itu selalu berjalan di jalan Allah. Orang-
orang yang tidak mau berjihad adalah orang yang tidak baik,
sebab ia telah membangkang terhadap perintah Allah untuk
melakukan jihad. Orang itu adalah orang yang sesat, karena
tidak mau meniti jalan lurus yang telah dibentangkan-Nya.
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah selalu beserta
orang-orang yang berperang di jalan-Nya, memerangi hawa
nafsu, mengusir semua bisikan setan dari hatinya, dan tidak
pernah menyia-nyiakan ajaran agama-Nya. Pernyataan
ini dapat menenteramkan hati orang yang beriman dalam
menghadapi orang-orang kafir dan membangkitkan
semangat mereka berjuang di jalan-Nya.
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berjihad
untuk mencari keridaan Allah, pasti akan ditunjukkan kepada
mereka jalan-Nya. Dari ayat ini dipahami bahwa lapangan
jihad yang luas bisa dilaksanakan dengan berbagai cara,
berupa perkataan, tulisan, dan pada situasi tertentu dapat
dilakukan dengan senjata. Karena luas dan banyaknya
lapangan jihad berarti banyak sekali jalan-jalan yang dapat
ditempuh seorang mukmin untuk sampai kepada keridaan
Allah, asal semua jalan itu diniatkan untuk menegakkan
kebenaran, keadilan, dan kebaikan.
Secara garis besar kebutuhan manusia dapat dibagi
menjadi dua yaitu, kebutuhan alamiah dan kebutuhan non
alamiah, kebutuhan alamiah disebut juga dengan kebutuhan

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 10 11
fitrah, suatu kebutuhan bagi setiap manusia dan bersifat
azali. Termasuk dalam kebutuhan ini antara lain kebutuhan
manusia terhadap agama. Sebagaimana yang telah
disebutkan di atas, setiap manusia butuh terhadap agama,
dengan demikian manusia sekaligus memiliki kecenderungan
untuk selalu dekat dengan Tuhan, dengan kata lain manusia
membutuhkan Tuhan. Di dalam al-Quran menjelaskan hal
tersebut sebagai berikut dalam QS. Ar-Rum ayat 30:
ا
َ
ه
ْ
ي
َ
ل
َ
ع
َ
سا
َّ
لنٱ
َ
ر
َ
ط
َ
ف
ِ
ت
َّ
لٱ ِ
َّ
للٱ
َ
ت
َ
ر
ْ
طِف ۚ ا
ً
فيِن
َ
ح
ِ
نيِ
ّ
لدِل
َ
ك
َ
ه
ْ
ج
َ
و
ْ
مِق
َ
أ
َ
ف
ِسا
َّ
لنٱ
ََ
ث
ْ
ك
َ
أ
َّ
نِكٰ
َ
ل
َ
و
ُ
مِ
ّ
ي
َ
ق
ْ
لٱ
ُ
نيِ
ّ
لدٱ
َ
كِلٰ
َ
ذ ۚ ِ
َّ
للٱ ِق
ْ
ل
َ
ِل
َ
ليِد
ْ
ب
َ
ت
َ
ل ۚ
َ
نو
ُ
م
َ
ل
ْ
ع
َ
ي
َ
ل
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab mengatakan
bahwa manusia, sebagaimana makhluk lain, memiliki
fitrah yang dapat mengantarkannya menyempurnakan
kekurangannya, memenuhi kebutuhannya dan mengingat-
kannya tentang apa yang bermanfaat atau mencelakakan
hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat
al-Syams ayat 7-8: “Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya,
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya.” Selain itu, menurut Quraish Shihab,
manusia memiliki fitrah yang menunjukkan kepadanya jalan
khusus dalam kehidupan. Manusia adalah makhluk yang satu
jenis, tidak berbeda apa yang manfaat ataupun mudharat.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 12 13
Mengutip pendapat Thabathaba’i, Shihab menjelaskan
bahwa dasar esensi ajaran agama adalah kemanusiaan
manusia yang pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama
antara satu dengan lain, karena setiap manusia, dimana pun
dan kapan pun adalah sama.
Secara sederhana dapat digambarkan bahwa setiap
agama yang dianut oleh manusia memiliki tujuan pokok, salah
satunya adalah terpenuhinya kebutuhan akan spiritualitas
para penganutnya dan terwujudnya kedamaian di tengah
masyarakat. Agama itu pada hakikatnya untuk kepentingan
manusia, bukan untuk kepentingan Tuhan, sebab Tuhan tidak
memperoleh keuntungan dari penerimaan manusia terhadap
agama. Sebaliknya tidak juga mengalami kerugian karena
penolakan manusia terhadap ajakan agama. Jadi, semua
keuntungan atau kerugian (yang bersumber dari penerimaan
dan penolakan manusia terhadap agama) justru kembali
kepada diri sendiri. 
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai potensi untuk
berpikir. Karena dengan berpikir ia akan mendapatkan
inspirasi untuk melakukan kreasi atau menciptakan dapat
membedakan antara yang baik dan buruk, antara yang
bermanfaat dan yang membahayakan sehingga dalam
kehidupan ia dapat saling tolong-menolong di antara sesama
manusia lainnya dan bahkan dapat membina lingkungannya
sehingga keberadaannya dapat memberikan manfaat bagi
sekitarnya.
Kehidupan dunia dalam perspektif Islam adalah ladang
bagi kehidupan akhirat. Amal kebaikan dan keburukan di
dunia akan selalu terkait dengan kehidupan dan akhirat, maka
dari itu Islam tidak pernah mengenal dikotomi kehidupan

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 12 13
antara dunia dan akhirat, yang ada adalah bagaimana
keduanya mempunyai titik singgung sehingga apa yang
dikerjakan manusia di dunia akan dipertanggungjawabkan
di akhirat kelak. Untuk mendapatkan kehidupan dunia dan
akhirat yang seimbang diperlukan ilmu pengetahuan, baik
pengetahuan agamamaupun pengetahuan umum. Karena
tanpa ilmu pengetahuan kehidupan manusia akan sia-sia.
Ia mati sebelum hidupnya berakhir karena keberadaanya
tidak mempunyai arti bagi dirinya sendiri danbagi orang
lain. Betapa banyak orang yang hidup sia-sia karena ia tidak
mempunyai ilmu pengetahuan sehingga ia meninggalkan
fitrah kemanusiannya yang suci. Fitrah tersebut ia nodai
dengan menjerumuskan dirinya pada perilaku yang tak terpuji,
seperti mabuk, judi, mencuri, zina, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan kepada
pemeluknya untuk senantiasa mencari ilmu, bahkan bagi
mereka yang giat mencari ilmu mendapatkan berbagai
motivasi dari Allah Swt, seperti diangkat derajatnya,
dimudahkan baginya jalan menuju surga serta mendapatkan
perlindungan dalam mencari ilmu. Secara alamiah setiap
manusia mempunyai kecendrungan untuk mengetahui
sesuatu, rasa ingin mengetahui tersebut muncul sebagai
akibat adanya keinginan untuk mengoptimalkan potensi
berpikiran untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Menurut Ibnu Khaldun, manusia berpikir karena
mempunyai dorongan alamiah, bahkan binatang pun
mempunyai dorongan alamiah untuk mendapatkan apa yang
dituntut oleh alam yaitu mempertahankan kehidupan dari
kepunahan. Semakin majunya peradaban manusia, maka
seiring dengan itu semakin maju pula pola pikir yang ada pada

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 14 15
manusia. Penemuan-penemuan yang merupskan barang
asing tidak lagi demikian. Kemajuan ilmu pengetahuan
membuat zaman semakin maju dan canggih, tanpa kita
sadari ilmu telah memberikan pengaruh terhadap kehidupan
manusia. Untuk melihat lebih jauh pengaruh yang diberikan
ilmu kepada manusia terlebih dahulu mari kita lihat fungsi
ilmu itu sendiri. Secara filosofis fungsi ilmu dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Fungsi deskriptif yaitu menerangkan dan menggambarkan
satu objek atau masalah, baik sebab ataupun esensinya
sehingga dapat dipelajari oleh peneliti.
2. Fungsi Mengembangkan yaitu melanjutkan hasil
penemuan yang telah ada untuk menemukan penemuan-
penemuan atau ilmu yang baru, baik bersifat menyalahi
yang lama atau mengembangkannya.
3. Fungsi prediksi yaitu meramalkan kejadian-kejadian
yang akan terjadi sehingga manusia dapat mengambil
tindakan-tindakan yang perlu untuk menanggulanginya
4. Fungsi Kontrol yaitu dengan tercapainya gambaran dan
ramalan suatu objek atau masalah, manusia akan dapat
mengembalikan masalah tersebut untuk keselamatan,
kenikmatan, dan lainnya dalam kehidupan.
Dengan merujuk kepada fungsi-fungsi ilmu di atas
dapatlah dikatakan bahwa telah terbuka peluang untuk
mengetahui beberapa hal dari ilmu yang berpengaruh pada
manusia. Pada fungsi pertama, ilmu memberi kemudahan
bagi ilmuan-ilmuan yang bergerak di bidang penelitian untuk
mempelajari objek atau masalah yang sudah dijelaskan itu.
Pada fungsi kedua terlihat jelas pengaruhnya pada manusia

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 14 15
agar selalu maju dan berkembang, ini sesuai dengan ungkapan
“even the best can be improved” Adalah suatu yang sudah
baik itu pada dasarnya masih dapat ditingkatkan. Sedangkan
pada fungsi ketiga ilmu memberi informasi penting untuk
menghindarkan diri dari bahaya yang akan menimpanya.
Contoh: Ketika akan terjadi letusan gunung berapi, orang akan
bersiap-siap untuk mengantisipasinya dengan meninggalkan
tempat tinggal atau daerah yang berdekatan dengan gunung
tersebut.
Demikian juga ketika orang hendak bepergian, dengan
adanya badan meteorologi yang memprediksi cuaca, maka
orang dapat menentukan kapan saat yang tepat untuk
bepergian. Ini adalah berkat fungsi ilmu tersebut dan tentunya
atas kehendak allah ilmu tersebut ada. Agama Islam banyak
menjelaskan dan menerangkan bahkan mengakui bahwa
apa yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan akan bermanfaat
dan memberikan pengaruh di kehidupan manusia, oleh
karena itu setiap manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu
sebagaimana dijelaskan di atas. Ilmu pengetahuan dan
kecanggihan teknologi saat ini, secara bertahap tapi pasti
membuktikan bahwa ayat-ayat dalam Al-Qur’an itu benar
dan mengagumkan. Baik berupa bentuk tulisan yang paling
primutif dengan bahan-bahan yang sederhana (daun lontar,
pelepah korma, tulang belulang, kulit-kulit hewan dan lain
sebagainya).
Pada abad-abad yang bergemerlapan oleh cahaya
ilmu pengetahuan kini bertolak pada puncak pengetahuan,
manusia telah menulis berjuta-juta buku, menciptakan pena
atau alat tulis yang bagus dan mudah dibawa, lalu diciptakan
juga mesin tik, mesin cetak, yang dapat menyelesaikan beribu-

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 16 17
ribu kata dan kalimat dalam waktu yang sangat singkat.
Tetapi pada sisi lain kemajuan ilmu dan teknologi kadang-
kadang akan membawa dampak negatif pada kehidupan
itu sendiri. Dari fenomena-fenomena alam kita lihat betapa
kemajuan ilmu pengetahuan menjadi motivator bagi manusia
khususnya bagi mereka yang hanya mementingkan dirinya
sendiri dan kelompoknya saja, untuk membuat kerusakan-
kerusakan di muka bumi dengan ilmu yang dimilikinya.
Prof. Dr. Hamka dalam bukunya menegaskan bahwa
pengaruh ilmu pengetahuan telah meliputi dunia barat, dan
di sana pengaruh agama telah berkurang, orang mau yang
konkrit, tidak mau yang abstrak lagi. Adapun di negeri timur,
aliran itu sama juga. Tetapi bukan karena ilmu pengetahuan
sudah maju pula, hanyalah karena suka jadi “pak tiru”
belaka, sehingga yang dikatakan oleh sosiolog terkenal
Ibnu Khaldun “Bangsa yang kalah, ketagihan meniru kepada
bangsa yang menang”. Kini telah jelas bahwa pada satu sisi
ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaaat bagi kehidupan
manusia akan tetapi pada sisi lain ia akan menjadi bencana
jika disalahgunakan, oleh karena itu benarlah ungkapan yang
mengatakan: “Ilmu tanpa bimbingan agama adalah buta”.
Maka dari itu majunya suatu ilmu dan teknologi yang
memasuki zaman modern, maka diharapkan dengan modal
keimanan yang kuat dapat membentengi diri dari pengaruh-
pengaruh negatif yang timbul akibat kemajuan ilmu itu
khususnya yang kita lihat pada dunia barat, sehingga kita tidak
terbawa arus kepada penyalahgunaan ilmu pengetahuan,
akan tetapi dengan anugrah yang diberikan Allah itu kita
lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 16 17
Manfaat Ilmu Dalam Kehidupan
Tekun dalam menuntut ilmu juga merupakan salah satu
ibadah kepada allah SWT. Islam akan meninggikan derajat
orang-orang yang berilmu. Betapa pentingnya ilmu dalam
Islam hingga diperitahkan melalui Al-Qurán maupun hadis.
Dalam Islam juga tidak dibolehkan untuk mendikotomikan
ilmu. Semua ilmu saling berhubungan dan tentunya semuanya
kembali atau tertuju pada kitab Allah. Setelah mempelajari
ilmu yang hukumnya fardhu ain, boleh mempelajari ilmu-
ilmu yang fardhu kifayah, seperti mengahafal Al Qur`an dan
Hadits, nahwu, ushul fikih dan lainnya. Selanjutnya ilmu-ilmu
yang bersifat sunnah, seperti penguasaan salah satu cabang
ilmu secara mendalam. Kunci keberhasilan seseorang adalah
dengan ilmu dan atas ridho Allah SWT.
Allah SWT juga tidak menyuruh seluruh umat muslim
berjihad di jalan perang. Jalan lain berjihad dapat dilakukan
dengan cara lain selain perang yakni menuntut ilmu. Seperti
yang terdapat di dalam Al-Quran, Allah berfirman dalam QS.
At-Taubah ayat 122 :
ْ
م
ُ
ه
ْ
نِم ٍة
َ
ق
ْ
رِف ِ
ُّ
ك
ْ
نِم
َ
ر
َ
ف
َ
ن لا
ْ
و
َ
ل
َ
ف
ً
ة
َّ
ف
َ
ك او
ُ
رِف
ْ
ن
َ
ِل
َ
نو
ُ
نِم
ْ
ؤ
ُ
م
ْ
لا‌
َ
نكا‌ ام
َ
و
ْ
مِه
ْ
َ
لِإ او
ُ
ع
َ
ج
َ
ر اذِإ
ْ
م
ُ
ه
َ
م
ْ
و
َ
ق او
ُ
رِذ
ْ
ن
ُ
ِل
َ
و
ِ
نيِ
ّ
لدا ِف او
ُ
ه
َّ
ق
َ
ف
َ
ت
َ
ِل
ٌ
ة
َ
فِئاط
َ
نو
ُ
ر
َ
ذ
َْ
ي
ْ
م
ُ
ه
َّ
ل
َ
ع
َ
ل
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu
semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian
dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 18 19
telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”
Penegasan tentang memperdalam ilmu agama dalam ayat
ini diungkapkan dengan kata liyatafaqqahu fi al-din. Menurut
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, kata liyatafaqqahu
terambil dari kata fiqh yang berarti pengetahuan yang
mendalam menyangkut hal-hal yang sulit dan tersembunyi.
Penambahan huruf ta’ pada kata ini mengandung makna
kesungguhan upaya yang dapat menghasilkan pakar-pakar
dalam bidangnya.
Ilmu tidak boleh dibiarkan begitu saja tetapi harus
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Falsafah ilmu
dalam Islam terbagi menjadi tiga bagian yaitu mempelajari,
mengamalkan, dan mengajarkan. Mempelajari hukumnya
adalah Fardhu bagi setiap muslim. Mengamalkan juga
harus dilakukan karena ilmu yang tidak diamalkan adalah
ibarat pohon yang tanpa buah. Ilmu yang sudah dipelajari
akan sia-sia dan tidak ada gunanya. Setelah mengamalkan
disempurnakan dengan mengajarkan ilmu kepada orang
lain. Tujuannya agar dapat membedakan mana yang benar
dan salah dalam kehidupan karena ilmu hakikatnya adalah
kebenaran. Bahwasanya segala sesuatu terjadi atas kehendak
Allah. Tidak ada satu kejadian pun kecuali pasti dikehendaki
oleh Allah. Setiap karunia, nikmat, dan pemberian yang
diperoleh hamba semuanya berasal dari Allah.
Ini adalah landasan pokok akidah yang penting yang
wajib diimani, bahwasanya segala sesuatu terjadi atas
kehendak Allah. Tidaklah engkau mendapat ilmu dan amal
kecuali karena Allah memberikan taufik kepadamu dan
memberi anugerah nikmat kepadamu dengannya. Dialah
yang mengajarkan hamba tentang ilmu yang tidak diketahui

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 18 19
sebelumnya. Dialah yang memberikan taufik kepada hamba
untuk beramal dengan ilmu yang telah dipelajari.
Semua terjadi atas kehendak-Nya. Allah Ta’ala berfirman
dalam QS. Ar-Rahman ayat 1-2:
َ
نآ
ْ
ر
ُ
ق
ْ
لا
َ
م
َّ
ل
َ
ع
ُ
ن
َْ
ح
َّ
رلا
“Allah Yang Maha Penyayang, Yang telah mengajarkan
Al Qur’an. “
Allah Yang Maha Pengasih, Yang mengajari manusia al-
Quran dengan memudahkan membaca dan menghafalnya
serta memahami makna-maknanya. Allah ialah sebaik-baiknya
guru, allah pengajar utama bagi malaikat-malaikatnya, para
nabi dan rasul dan semua makhluk hidup yang diciptakan-
Nya. Ilmu dan setiap nikmat adalah merupakan anugerah dari
Allah Ta’ala. Oleh karena itu wajib bagi setiap penuntut ilmu
untuk mengdatangkan keyakinan yang benar dalam masalah
ini dan dalam setiap masalah dalam agama ini, bahkan juga
dalam setiap kemaslahatan yang didapat oleh hamba baik
berupa perkara dunia maupun akhirat.
Tidak semua ilmu boleh dipelajari, karena ada ilmu-
ilmu yang tidak bermanfaat, atau bahkan ilmu yang bisa
menjerumuskan orang yang mempelajarinya kepada
keburukan. Oleh sebab itu, dilarang bagi seorang Muslim
mempelajari sihir, karena bisa menjadi jalan menuju
kekufuran. Firman Allah Ta’ala dalam QS. Al Baqarah ayat 102
َ
ر
َ
ف
َ
ك ا
َ
م
َ
و ۖ
َ
نا
َ
م
ْ
ي
َ
ل
ُ
س ِك
ْ
ل
ُ
م
ٰ
ََ
ع
ُ
ينِطا
َ
ي
َّ
شلا و
ُ
ل
ْ
ت
َ
ت ا
َ
م او
ُ
ع
َ
ب
َّ
تا
َ
و
َ
ر
ْ
حِ
ّ
سلا
َ
سا
َّ
لنا
َ
نو
ُ
مِ
ّ
ل
َ
ع
ُ
ي او
ُ
ر
َ
ف
َ
ك
َ
ينِطا
َ
ي
َّ
شلا
َّ
نِكٰ
َ
ل
َ
و
ُ
نا
َ
م
ْ
ي
َ
ل
ُ
س

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 20 21
ْ
نِم ِنا
َ
مِ
ّ
ل
َ
ع
ُ
ي ا
َ
م
َ
و ۚ
َ
تو
ُ
را
َ
م
َ
و
َ
تو
ُ
را
َ
ه
َ
لِبا
َ
بِب ِ
ْ
ي
َ
ك
َ
ل
َ
م
ْ
لا
ََ
ع
َ
ل
ِ
ز
ْ
ن
ُ
أ ا
َ
م
َ
و
ا
َ
م
ُ
ه
ْ
نِم
َ
نو
ُ
م
َّ
ل
َ
ع
َ
ت
َ
ي
َ
ف ۖ
ْ
ر
ُ
ف
ْ
ك
َ
ت
َ
ل
َ
ف
ٌ
ة
َ
ن
ْ
تِف
ُ
ن
َْ
ن ا
َ
م
َّ
نِإ
َ
لو
ُ
ق
َ
ي ٰ
َّ
ت
َ
ح ٍد
َ
ح
َ
أ
ٍد
َ
ح
َ
أ
ْ
نِم ِهِب
َ
نيِ
ّ
را
َ
ضِب
ْ
م
ُ
ه ا
َ
م
َ
و ۚ ِهِج
ْ
و
َ
ز
َ
و ِء
ْ
ر
َ
م
ْ
لا
َْ
ي
َ
ب ِهِب
َ
نو
ُ
ق
ِ
ّ
ر
َ
ف
ُ
ي ا
َ
م
او
ُ
مِل
َ
ع
ْ
د
َ
ق
َ
ل
َ
و ۚ
ْ
م
ُ
ه
ُ
ع
َ
ف
ْ
ن
َ
ي
َ
ل
َ
و
ْ
م
ُ
ه
ُُّ
ض
َ
ي ا
َ
م
َ
نو
ُ
م
َّ
ل
َ
ع
َ
ت
َ
ي
َ
و ۚ ِ
َّ
للا ِن
ْ
ذِإِب
َّ
لِإ
ِهِب ا
ْ
و
ََ
ش ا
َ
م
َ
س
ْ
ئِ
َ
ل
َ
و ۚ ٍق
َ
ل
َ
خ
ْ
نِم ِة
َ
رِخ
ْ
لا ِف
ُ
َ
ل ا
َ
م
ُ
ها
ََ
ت
ْ
شا
ِ
ن
َ
م
َ
ل
َ
نو
ُ
م
َ
ل
ْ
ع
َ
ي او
ُ
ن
َ
ك
ْ
و
َ
ل ۚ
ْ
م
ُ
ه
َ
س
ُ
ف
ْ
ن
َ
أ
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-
syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir),
hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan
sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan
apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di
negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun
sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya
cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka
mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang
dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara
seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli
sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka
mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat
kepadanya dan tidak memberi manfaat.
Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 20 21
tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah
perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui.”
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah, Mereka
mempercayai apa yang dibuat-buat oleh setan mereka
dan orang-orang yang keji dari mereka tentang kekuasaan
Sulaymân. Mereka mengira bahwa Sulaimân bukanlah nabi
atau rasul yang menerima wahyu dari sisi Allah, melainkan
hanya seorang penyihir yang selalu meminta bantuan kepada
ilmu sihirnya. Mereka juga mengira bahwa sihir inilah yang
memperkuat kerajaan Sulaymân dan membuatnya menguasai
jin, burung dan angin. Mereka menisbatkan kekufuran itu
kepada Sulaymân, padahal Sulaymân tidak kafir. Setan-
setan yang berbuat keji itulah yang sebenarnya kafir. Mereka
telah membuat-buat dongeng dan mengajarkan sihir kepada
manusia, baik dari diri mereka sendiri maupun dari sisa-sisa
peninggalan yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri
Babilonia: Hârût dan Mârût.
Padahal, dua malaikat ini tidak mengajarkan sesuatu
kepada siapa pun, sebelum mengingatkan orang itu dengan
mengatakan, “Sesungguhnya kami mengajarkan sesuatu yang
menyebabkan fitnah dan kekufuran, maka dari itu ketahuilah
dan hati-hatilah dalam mengerjakannya.” Tetapi manusia
tidak mendengar nasihat itu. Mereka menggunakan apa yang
mereka pelajari dari kedua malaikat itu untuk memisahkan
suami dari istrinya. Setan-setan yang keji itu memang kufur,
karena mereka telah membuat-buat dongeng itu sebagai
perantara untuk mengajar sihir kepada orang-orang Yahudi.
Dengan sihir ini, mereka tidak akan bisa memberi mudarat
kepada orang lain. Hanya Allahlah yang memberi izin atas

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 22 23
suatu kemudaratan, jika Dia menghendaki. Sebenarnya sihir
yang diambil dari mereka itu membahayakan orang yang
mempelajarinya, baik dunia maupun agamanya. Sihir itu tidak
akan dapat memberikan manfaat. Sebenarnya mereka benar-
benar mengetahui bahwa barangsiapa yang berjalan di jalan
ini, tidak akan mendapatkan bagian dari kenikmatan akhirat.
Alangkah buruknya apa yang mereka pilih untuk diri mereka
ini apabila mereka masih memiliki ilmu. Diberi kemudahan
langkah seorang dalam menuntut ilmu dan kelapangan
dadanya dalam menempuhnya serta penerimaan jiwanya
dalam mempelajari dan memahami agama Allah merupakan
tanda-tanda kebaikan baginya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
ِ
نيِ
ّ
لدا ِف
ُ
ه
ْ
هِ
ّ
ق
َ
ف
ُ
ي ا
ًْ
ي
َ
خ ِهِب
ُ
للها ِد
ِ
ر
ُ
ي
ْ
ن
َ
م
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya
maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman)
agama baginya. “ (Muttafaqun ‘alaihi)
Jika seorang hamba merasakan lapang jiwanya untuk
mencintai ilmu maka itu adalah tanda kebaikan. Jika dia
senang ketika mendengar ada majelis ilmu maka itu adalah
tanda kebaikan. Jika disebutkan kepadanya ada majelis ilmu
dia bergembira serta bersegera menghampirinya maka itu
adalah tanda kebaikan. Jika diinformasikan kepadanya kitab
bermanfaat yang ditulis oleh para ulama dan dia segera
mencarinya maka itu adalah tanda kebaikan. Jika seseorang
lapang jiwanya untuk mencintai ilmu dan bersemangat untuk
mempelajarinya maka itu semua merupakan tanda-tanda
kebaikan baginya.

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 22 23
Hadits ini menunjukkan tentang tentang pentingnya
tawakal kepada Allah dan meminta pertolongan hanya
kepada-Nya. Rasul shallallahu ‘alaiahi wa sallam bersabda :
ِ
َّ
للاِب
ْ
نِع
َ
ت
ْ
سا
َ
و
َ
ك
ُ
ع
َ
ف
ْ
ن
َ
ي ا
َ
م
ََ
ع
ْ
ص
ِ
ر
ْ
حا
“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu,
minta tolonglah kepada Allah, dan jangan malas (patah
semangat).” (HR. Muslim)
Orang yang menuntut ilmu membutuhkan pertolongan
dari Allah dalam keberhasilannya menuntut ilmu. Demikian
pula dia butuh pertolongan Allah untuk mengamalkan ilmu
yang sudah dipelajari. Dia juga butuh pertolongan untuk
tetap teguh dalam mempelajari ilmu dan mengamalkannya.
Maka seorang penuntut ilmu senantiasa butuh pertolongan
Allah untuk bisa menuntut ilmu, mengamalkan apa yang
sudah dimilikinya dan agar tetap tegar di atas jalan ilmu dan
amal. Dia juga butuh pertolongan Allah agar selamat dari
berbagai pemikiran menyimpang yang banyak terjadi ketika
seseorang berjalan menuntut dan mengamalkan ilmu dengan
niat menuju Allah.
Selain itu orang yang menuntut dan mengamalkan ilmu
juga punya keistimewaan dalam islam, diantaranya :
1. Dimudahkannya Jalan Menuju Surga
Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu,
Rasulullah SAW bersabda,
ا
ً
ق
ْ
ي
ِ ر
َ
ط ِهِب
ُ
َ
ل
ُ
للها
َ
ل
َّ
ه
َ
س ،ا
ً
م
ْ
لِع ِه
ْ
يِف
ُ
سِم
َ
ت
ْ
ل
َ
ي ا
ً
ق
ْ
ي
ِ ر
َ
ط
َ
ك
َ
ل
َ
س
ْ
ن
َ
م

ِة
َّ
ن
َ
ْ
لا
َ
لِإ

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 24 25
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu
padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan
menuju surga.” (HR. Muslim).
Melalui ilmu yang dimilikinya, Allah akan memudahkannya
untuk mengerjakan amal saleh. Seperti diketahui, amal
saleh merupakan cara setiap hamba untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
2. Ilmu Bermanfaat hingga Akhir Hayat
Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan ilmu yang
bermanfaat, baik saat di dunia atau setelah wafat.
،ٍة
َ
يِرا
َ
ج ٍة
َ
ق
َ
د
َ
ص :ٍث
َ
ل
َ
ث
ْ
نِم
َّ
لِإ
ُ
ه
ُ
ل
َ
م
َ
ع
َ
ع
َ
ط
َ
ق
ْ
نا
ُ
نا
َ
س
ْ
نِ
ْ
لا
َ
تا
َ
م ا
َ
ذِإ
ُ
َ
ل و
ُ
ع
ْ
د
َ
ي ٍحِلا
َ
ص ٍ
َ
ل
َ
و
ْ
و
َ
أ ،ِهِب
ُ
ع
َ
ف
َ
ت
ْ
ن
ُ
ي ٍم
ْ
لِع
ْ
و
َ
أ
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya,
kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat atau anak shalih yang berdoa untuknya.”
(HR. Muslim).
3. Orang Berilmu Akan Dikehendaki Kebaikan
Dari Mu’awiyah, Rasulullah SAW bersabda,
ِ
ني
ّ
ِلدا ِف
ُ
ه
ْ
ه
ّ
ِق
َ
ف
ُ
ي ا
ًْ
ي
َ
خ ِهِب
َّ
للا ِد
ِ
ر
ُ
ي
ْ
ن
َ
م
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan
seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia
tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No.
1037).

Hadist Tentang Ilmu dan Keutamaannya Dalam Kehidupan Beragama 24 25
4. Ilmu Adalah Warisan Para Nabi
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh hadits,
،ا
ً
ما
َ
ه
ْ
رِد
َ
ل
َ
و ا
ً
را
َ
ن
ْ
يِ د ا
ْ
و
ُ
ث
ّ
ِر
َ
و
ُ
ي
ْ
م
َ
ل
َ
ءا
َ
يِب
ْ
ن
َْ
لا
َّ
نوَإِ ِءا
َ
يِب
ْ
ن
َْ
لا
ُ
ة
َ
ث
َ
ر
َ
و
ُ
ءا
َ
م
َ
ل
ُ
ع
ْ
ل
َ
ا
ٍ
رِفا
َ
و
ّ
ٍظ
َ
ِب
َ
ذ
َ
خ
َ
أ
ُ
ه
َ
ذ
َ
خ
َ
أ
ْ
ن
َ
م
َ
ف ،
َ
م
ْ
لِع
ْ
لا ا
ْ
و
ُ
ث
َّ
ر
َ
و
ْ
نِك
َ
ل
َ
و
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya
para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham,
tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa
mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.”
(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kesimpulan
Islam adalah ajaran yang berlandaskan ilmu. Segala
perintah dan larangan dalam agama memiliki dasar keilmuan
yang jelas dan lengkap. Setiap ibadah yang dikerjakan
memiliki landasan keilmuan yang rahmatan lil ‘alamin. Maka
dari itulah, setiap muslim dituntut untuk mendasarkan segala
amalan-nya pada keilmuan ke-Islaman dan Barang siapa
menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan
barang siapa yang ingin kebahagian akhirat, tuntulah ilmu
dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah
ilmu pengetahuan.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 26 27

Dasar Pendidikan Islam 26 27
Bab 2
Dasar Pendidikan Islam
Pengertian Dasar Pendidikan Islam
Landasan merupakan dasar atau fondasi tempat berpijak
yang baik dalam setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang
disengaja untuk mencapai suatu tujuan dari landasan atau
dari pendidikan Islam tersebut adalah seperti fondasi yang
akan mengokohkan berdirinya suatu bangunan. Sehingga
dengan usaha kegiatan tersebut benarbenar mempunyai
dasar keteguhan dan keyakinan dalam mencapai tujuan.
Pendidikan dalam menjalankan fungsinya sebagai agen
of culture dan bermanfaat bagi manusia itu sendiri, maka
dibutuhkan arahan pokok yang mendasarinya. Karena
pendidikan merupakan bagian dari yang terpenting dari
kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insan
pedagogik, maka acuan yang menjadi dasar bagi pendidikan
adalah nilai yang tertinggi dari pandangan hidup masyarakat
di mana pendidikan itu dilaksanakan. Sumber Pendidikan

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 28 29
Islam ada dua: pertama, sumber Ilahi yang meliputi al-
Qur’an, Hadits, dan alam semesta sebagai ayat kauniyah
yang perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber msaniah yaitu
lewat proses ijtihad manusia dari fenomena yang muncul dan
dari kajian terhadap sumber Ilahi yang masih bersifat global
(Nizar 2001: 95). Landasan pendidikan yang dikemukakan
oleh Azyumardi Azra yakni al-Qur’an, Hadits, Ijtihad, serta
kata-kata sahabat, kemaslahatan masyarakat dan nilai-nilai
atau tradisi (Azra 1999: 8-11 bandingkan dengan al Faruqi
1984: 47-50). Sedangkan Yusuf Amir Faisal (1995: 118), dasar
pendidikan Islam adalah al-Qur’an, al-Sunnah sebagai hukum
tertulis, hukum yang tidak tertulis, dan hasil pemikiran
manusia tentang hukum, ..”misalnya Pancasila, UUD 1945,
atau UU SPN.
Menurut Hasan langgulung, dapat dipahami bahwa
sumber pendidikan Islam menurut ia ada tiga yakni al-
Qur’an, as-Sunnah serta ijtihad. Dengan sikap ini, maka
proses pendidikan Islam akan senantiasa terarah dan mampu
menciptakan serta mengantarkan out putnya sebagai manusia
berkualitas. Dan bertanggung jawab terhadap semua aktivitas
yang dilakukannya. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir dua
pertiga dari ayat al-Qur’an mengandung nilai-nilai yang
membudayakan manusia dan memotivasi manusia untuk
mengembangkannya lewat proses pendidikan. Bila ditinjau
dari proses turunnya yang berangsur-angsur dan sesuai
dengan berbagai peristiwa yang melatarbelakangi peristiwa
turunnya, merupakan proses pendidikan yang ditujukan Allah
kepada manusia.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses atau tindakan
untuk membentuk kepribadian manusia. Dengan pemahaman

Dasar Pendidikan Islam 28 29
demikian, maka pendidikan menjadi sangat strategis, karena
pendidikan ikut berperan aktif dalam menentukan corak
dan bentuk aktivitas dan kehidupan manusia secara pribadi
maupun sosial. Dalam al-Qur’an terdapat banyak ajaran
yang berisi prinsip-prinsip tentang pendidikan. Misalnya ayat
13 dan 19 surat Luqman. Ayat ayat tersebut menggariskan
prinsip-prinsip materi pendidikan yang mencakup masalah
keimanan, akhlak, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan .
Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam Menurut Al-
Qur’an
Prinsip berasal dari kata principle yang berasal , dasar,
prinsip sebagai dasar pandangan dan keyakinan, pendirian
seperti berpendirian, mempunyai dasar atau prinsip yang
kuat. Adapun fondasi dapat diartikan asas, pokok atau
pangkal. Dengan demikian prinsip dasar pendidikan Islam
bermakna pandangan yang mendasar terhadap sesuatu yang
menjadi sumber pokok sehingga menjadi konsep, nilai dan
asas bangunan pendidikan Islam.
Achmadi, menyatakan bahwa dasar pendidikan ialah
pandangan yang mendasari seluruh aktivitas pendidikan
baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan
maupun pelaksanaannya pendidikan. Karena kita berbicara
pendidikan Islam, maka pandangan hidup yang mendasari
seluruh kegiatan pendidikan ialah pandangan hidup Islami
atau pandangan hidup seorang muslim yang pada hakekatnya
merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transenden,
universal, dan eternal.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 30 31
Dengan nilai-nilai itulah kedudukan pendidikan Islam baik
secara normatif maupun konsepsional berbeda dengan ilmu
pendidikan lainnya. Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam
adalah aspek-aspek fundamental yang menggambarkan
dasar dan tujuan pendidikan Islam sehinggamembedakannya
dengan pendidikan non-Islam. Prinsipdasar pendidikan Islam
itu meliputi:
Al-Qur’an adalah sumber Islam yang pertama dan
terpenting. Quran, sumber nilai dan norma Islam, dibagi
menjadi 30 Juz (bagian), 114 Surat (huruf: bab), lebih dari
6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf (atau lebih
tepatnya).325.345 suku kata ketika dilihat dari sini) (dari sudut
pandang Indonesia). Tidak diragukan lagi, dasar pertama Al
Quran adalah firman Allah SWT, yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Kebenarannya tidak
perlu dipertanyakan lagi, terutama sebagai pedoman bagi
orang-orang yang saleh.
Al-Qur`an di dalamnya terkandung ajaran pokok yang,
yaitu menyangkut bidang aqidah Banyak ajaran yang berkaitan
dengan kegiatan atau usaha pendidikan ini dijelaskan dalam
Al- Qur’an. Misalnya, dalam surat AL Luqman ayat 12 sampai
19, Anda bisa membacakan kisah yang diajarkan Luqman
kepada anak-anak. Ada lima prinsip pendidikan puisi yang
berkaitan dengan Prinsip-prinsip pendidikan tauhid
1. fondasi pendidikan moral bagi orang tua dan masyarakat
2. Prinsip Pendidikan amarma`ruf nahi munkar
3. Asas Pendidikan Kesabaran dan Kekuatan
4. Prinsip Pendidikan Sosial (Jangan Sombong)

Dasar Pendidikan Islam 30 31
Seringkali sebuah prinsip hanya dijadikan sebagai sebuah
formalitas saja. Prinsip tidak dijadikan sebagai dasar atau
pondasi bagai pencapaian sebuah tujuan. Padahal dalam
pencapaian tujuan yang digarapkan dalam pendidikan Islam,
keberadaan prinsip-prinsip sangatlah penting dan urgent.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan mencoba
sedikit memaparkan tentanng bagaimana sebuah prisnip-
prinsip pendidikan islam sebagai displin ilmu dan bagaiman
kontribusinya.
Dalam prespektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang
muslim pada hakekatnya adalah mengabdi kepada Allah.
Pengabdian kepada Allah sebagai realisasi dari keimanan
yang diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai
derajat yang bertaqwa disisinya. Beriman dan beramal
soleh merupakan dua aspek kepribadian yang dicita-citakan
dalam pendidikan Islam.Pendidikan berada dalam lingkup
Muamara karena merupakan bagian dari upaya dan tindakan
mencerdaskan umat. Pendidikan sangat penting, baik
secara pribadi maupun di masyarakat, karena membantu
menentukan pola dan bentuk filantropi dan kehidupan
manusia. Al-Qur’an memiliki banyak ajaran, termasuk
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan
dan bisnis itu sendiri.
Sebagai contoh saja, misalnya, dalam kaitannya
dengan proses pendidikan manusia di sekolah kedokteran,
terjemahannya (kurang lebih) sebagai berikut: “Dia (Allah)
menjadikan kamu dari tanah liat dan menjadi gumpalan darah.
dari biji. Kemudian dialah yang membawa kamu ke dalam bayi
(dari kandungan wanita) sampai kamu bertambah besar…”
(QS. Al Mukmin (40), ayat 67, kalimat pertama). Dan jika Allah

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 32 33
diciptakan untuk sakit, maka Allah akan menyembuhkannya,
yang artinya Surah asy Syu’ara (26): 80 Untuk disiplin
Fakultas Hukum, ada kitab suci yang menjadi benih atau asas
hukum, yang (kurang lebih) diterjemahkan sebagai: Demi
keadilan, jadilah saksi Allah (dalam menegakkan keadilan),
sekalipun bertentangan dengan dirimu, orang tuamu, dan
kerabatmu…” (Surat an-Nisa`) Kalimat pertama Surat 135).
Al-qur’an memiliki banyak dorongan untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat
manusia. Padahal, Al-Qur’an yang diturunkan pertama
kali juga memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
membaca hakikat ciptaan Allah. Beliau menekankan
pentingnya strategi dalam menemukan Al-Qur’an Di atas
segalanya, dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi diungkapkan di bagian selanjutnya.
“Jadi benar Tuhan telah menurunkan kepadamu. Siapa
yang tahu sama dengan Brin.? Hanya orang berakal yang bisa
mengambil pelajaran (Surat ArRa`d / 13:19). Dalam QS. Az-
zumar / 39:9 Allah berfirman:
ا
َ
م
َّ
نِا ۗ
َ
ن
ْ
و
ُ
م
َ
ل
ْ
ع
َ
ي
َ
ل
َ
ن
ْ
يِ
َّ
لا
َ
و
َ
ن
ْ
و
ُ
م
َ
ل
ْ
ع
َ
ي
َ
ن
ْ
يِ
َّ
لا ىِو
َ
ت
ْ
س
َ
ي
ْ
ل
َ
ه
ْ
ل
ُ
ق
...
ِبا
َ
ْ
ل
َْ
لا او
ُ
لو
ُ
ا
ُ
ر
َّ
ك
َ
ذ
َ
ت
َ
ي
“... Katakanlah: ‘Apakah kamu sama bagi yang tahu
dan yang tidak?” Padahal, hanya orang yang berakal
yang bisa mengambil pelajaran.
Al-Qur’an mendorong manusia untuk mempelajari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
dua bagian di atas, masih banyak landasan ilmu pengetahuan

Dasar Pendidikan Islam 32 33
dan teknologi lainnya yang dikemukakan dalam Alquran,
seperti kedokteran, apotek, pertanian, dan astronomi, yang
bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan manusia.
Oleh karena itu, jelaslah bahwa pendidikan Islam harus
menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber informasi utama
untuk merumuskan beberapa teori tentang pendidikan Islam.
Dengan kata lain, pendidikan Islam perlu didasarkan pada
syair-syair Al-Qur’an ,yang interpretasinya dapat didasarkan
pada Ijtihad yang disesuaikan dengan waktu.
Konsepsi Al-Quran tentang ilmu pengetahuan, tidak
membeda-bedakan antara ilmu pengetahuan agama dan
umum. Kedua jenis ilmu pengetahuan itu merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, karena semua
itu adalah merupakan manifestasi dari ilmu pengetahuan
yang satu yaitu ilmu pengetahuan Allah. Oleh karena itu dalam
islam tidak dikenal adanya ilmu pengetahuan yang religious
dan non-religius (sekuler).
Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan Islam Menurut
As-Sunah
Al-Hadits adalah sumber agama dan ajaran Islam.
Apa yang disebutkan dalam Al-quran dijelaskan atau
dijelaskan lebih rinci oleh Nabi dan Sunnahnya. Oleh
karena itu, Sunnah Nabi, yang saat ini ditemukan dalam Al-
Hadits, adalah interpretasi dan penjelasan Al Quran yang
asli (valid,sepenuhnya dapat diandalkan). Sunnah juga
mengandung ajaran tentang keyakinan dan moral, seperti
Al Quran tentang masalah pendidikan. Karena Sunnah

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 34 35
mengandung petunjuk (petunjuk) untuk kemaslahatan
hidup manusia dalam segala hal dan untuk kemaslahatan
seluruh umat manusia. Dan yang lebih penting, Sunnah harus
mencerminkan perilaku dan kepribadian Nabi Muhammad,
yang merupakan contoh dan pendidikan umat.
Selain Al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran
Islam, Al-Hadits memiliki tiga peran. Pertama mari kita tinjau
kembali aturan-aturan yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Misalnya, dalam kaitannya dengan doa. Al-Qur’an memiliki
ketentuan doa, yang telah dikonfirmasi untuk dilaksanakan.
Contoh lainnya adalah puasa atau puasa di bulan Ramadhan.
Al-Qur’an memilik syair tentang puasa Ramadhan, namun
pelaksanaannya telah ditekankan dan dikembangkan lebih
lanjut oleh Nabi melalui sunnahnya. Hal yang sama berlaku
untuk zakat dan haji Mekkah. Tentang Zakat dan Haji Mekkah,
Al-Qur’an mengandung ketentuan, tetapi ketentuan tersebut
telah ditambahkan dalam arti dikembangkan oleh Nabi untuk
memungkinkan mereka untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian ajaran yang telah ada dalam al-
quran , namun perlu ditegaskan lebih lanjut oleh Nabi.
Kedua, sebagai penjelasan isi al-Quran. Dengan mengikut
contoh diatas, misalnya mengenai shalat. Di dalam al-Quran
Allah memerintahkan insan mendirikan shalat.namun, pada
pada buku. kudus itu nir dijelaskan banyaknya rakaat,cara
rukun & kondisi mendirikan salat. Nabilah yg menyebut sembari
mencontoh jumlah rakaat setiap salat,cara,rukun & kondisi
mendirikan salat. Demikian Perintah meleksanakannya masih
ada pada al-Quran, namun nir dijelaskan secara rinci. Nabilah
yg menjelaskannya menggunakan perkataan & perbuatan
beliau.pada menunaikan ibadah haji misalnya,Rasulullah

Dasar Pendidikan Islam 34 35
mengatakan, “Ambillah manasik hajimu berdasarkan
manasik hajiku.” Maksudnya, ikutilah tatacara yg dilakukan
Nabi saat melakukan ibadah haji.
Ketiga, menambahkan atau menyebarkan sesuatu yg
nir terdapat atau kurang jelas ketentuannya pada pada al-
Quran. Contohnya merupakan embargo Nabi mempermadu
(mengawini sekaligus atau mengawini dalam saat bersamaan)
seseorang wanita menggunakan bibinya. Larangan ini
tidak ada pada larangan perkawinan pada surat an-Nisa`(4):23.
Tetapi, jika dipandang pesan tersirat berdasarkan embargo
itu kentara bahwa larangan tadi mencegah rusak atau putus
interaksi silaturrahim antara ke 2 kerabat dekat yg nir disukai sang
kepercayaan islam. Dengan embargo itu, Nabi seakan-akan
mengisi ”kekosongaan” tentang larangan perkawinan. Tetapi
jika direnungkan lebih lanjut,iilatnya (dasar atau motifnya) sama
menggunakan embargo mempermadukan 2 orang bersaudara
kandung,yg masih ada pada surat 23 surat an-Nisa` buat mencegah
rusak bahkan putusnya interaksi silaturrahim antara 2 kerabat.
Kitab buku hadis (al-Hadist) baik pada kelompok Sunni
juga Syi`i merupakan asal pengetahuan yg monumental
bagi kaum islam, yg sekaligus sebagai penafsir & bagian yg
komplementer terhadap al-Quran. Sunnah terutama ucapan
Nabi, membahas aneka macam hal mulai berdasarkan
metafisika (hal-hal non fisik atau nir kelihatan) hingga dalam
tatatertib pada meja makan. Selain itu pada pada hadis/
sunah dibahas jua aneka macam pertanyaan yg berafiliasi
metafisika , kosmologi ( cabang metafisika yg menilik alam
semesta menjadi system yg beraturan), eskatologi (masa yg
akan datang –akhirat).

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 36 37
Dan kehidupan spiritual ( aura,kejiwaan, mental, moral).
Sesudah al-Quran, buku Al Hadit syang memuat sunah Nabi
merupakan asal petunjuk paling berharga yg dimiliki umat
islam, keduanya merupakan sumber aktivitas & pikiran Islam.
Keduanya adalah asal kepercayaan & ajaran islam. Oleh karena
nya sunnah merupakan landasan ke 2 bagi cara pelatihan
langsung insan muslim.Sunnah selalu membuka kemungkinan
penafsiran berkembang.Itulah sebabnya,mengapa ijtihad
perlu ditingkatkan pada memahaminya termasuk sunah yg
berkaitan menggunakan pendidikan. sunnah merupakan cara
yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
perjalanan kehidupannya menjalankan dakwah Islam. Contoh
yang dibenkan beliau dapat dibagi tiga bagian pertama, hadits
qauliyat yaitu yang berisikan pernyataan, dan persetujuan
Nabi Muhammad SAW. Kedua, hadits fi’liyyat yaitu yang
berisi tindakan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi. Ketiga
hadits taqririyat merupakan persetujuan Nabi atas tindakan
dan peristiwa yang terjadi. Semua contoh yang ditunjukkan
Nabi, merupakan sumber dan acuan yang dapat digunakan
umat Islam dalam seluruh aktivitas kehidupannya.
Hal ini disebabkan, meskipun secara umum sebagian
besar dari syariah Islam terkandung dalam al- Qur’an,
namun muatan hukum yang terkandung, tidak mengatur
berbagai dimensi aktivitas kehidupan umat secara mendetail.
Penjelasan syariah terkandung dalam al-Qur’an masih
bersifat umum dan global.Untuk itu, diperlukan hadits Nabi
sebagai penjelas dan penguat hukum-hukum al-Qur’an yang
ada sekaligus sebagai petunjuk (pedoman) bagi kemashlatan
hidup manusia dalam semua aspeknya. Sunnah itu sumber
ajaran Islam yang kedua, termasuk pendidikan. Sunnah
merupakan petunjuk dan pedoman demi kemaslahatan hidup

Dasar Pendidikan Islam 36 37
manusia dalam segala prospektif, untuk membina umat Islam
menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang beriman dan
bertaqwa. Rasulullah sendiri adalah guru dan pendidik utama
yang menjadi profil setiap guru muslim. Beliau tidak hanya
mengajar, mendidik, tapi juga menunjukkan jalan. Hal ini
tidak hanya diakui oleh sarjana muslim, akan tetapi juga non
muslim. Salah satu hadist Rasullullah yang dapat dijadikan
sebagai landasan sekaligus dorongan dalam pendidikan Islam
adalah:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. Bahwasanya
Rasulullah bersabda: Barang siapa yang berjalan di suatu
jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Bukhari)
(Ghazali dan Djumaris 1995: 64). Dari sini dapat dilihat
bagaimana posisi dan fungsi hadits Nabi sebagai sumber
pendidikan Islam yang utama setelah al-Qur’an, eksistensinya
merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan
keputusan-keputusan dan penjelasan Nabi dari pesan-
pesan Ilahiah yang tidak terdapat dalam al- Qur’an, maupun
yang terdapat dalam al-Qur’an tetapi masih memerlukan
penjelasan lebih lanjut secara terperinci.
Dasar-Dasar Pendidikan Islam Menurut Ijtihad
Ijtihad adalah istilah yang digunakan oleh Fukaha. Artinya,
memikirkan masalah-masalah yang belum diidentifikasi oleh
Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan memberlakukan atau
memutuskan hukum Islam dengan menggunakan seluruh
pengetahuan para ahli Syari’ah Islam. Ijtihad dalam hal ini
dapat mencakup semua aspek kehidupan, termasuk aspek

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 38 39
pendidikan, namun tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Legalisasi ijtihad paling tidak sebagaimana
yang pernah dikatakan Rasulullah SAW, „‟apabila seorang
hakim dalam menetapkan hukum menggunakan ijtihad dan
ijtihadnya benar, maka baginya mendapat dua pahala.
Tetapi apabila seseorang berijtihad dan ijtihadnya salah
maka baginya satu pahala (HR.Bukhari dan Muslim). Ijtihad
dalam pendidikan tetap perlu bersumber dari Al-Qur’an dan
AsSunnah/Hadits. Ini secara bijaksana diproses oleh para
profesional pendidikan Islam. Ijtihad harus mengacu pada
hal-hal yang berkaitan langsung dengan kebutuhan hidup di
tempat dalam kondisi dan keadaan tertentu.Teori pendidikan
baru yang muncul dari Ijtihad perlu dikaitkan dengan ajaran
Islam dan kebutuhan hidup.
Ijtihad dalam pendidikan semakin dibutuhkan, karena
ajaran Islam dari Al-Qur’an dan As Sunnah hanyalah prinsip
dan prinsip yang paling utama. Bilala ternyata sangat detail,
jadi detail ini hanyalah contoh penerapan prinsip ini. Sejak
turunnya wahyu itu hingga wafatnya Nabi Muhammad
SAW, ajaran Islam tumbuh dan berkembang melalui Ijtihad.
Ijtihad dituntut oleh kondisi yang tumbuh dan berkembang
serta kondisi sosial yang berubah. Di sisi lain, ajaran Islam
sendiri telah berperan dalam mentransformasikan kehidupan
manusia ke dalam kehidupan yang islami. Dengan akan
diperoleh sistem pendidikan yang kondusif, baik bagi
pengembangan kebudayaan manusia maupun sebagai
peranti dalam mengantarkan peserta didik untuk dapat
melaksanakan amanatnya.
Apabila penjelasan di atas dicermati lebih lanjut,
maka dapat terlihat dengan jelas bahwa eksistensi sumber

Dasar Pendidikan Islam 38 39
pendidikan Islam baik Alquran, hadis, maupun ijtihad
merupakan suatu mata rantai yang saling berkaitan untuk
mendapatkan suatu bentuk sistem pendidikan yang integral.
Ini sebagai langkah lanjut untuk mempersiapkan manusia
yang berkualitas, baik kulaitas intelektual dan moral.
Kajian-Kajian Ayat Al-Quran Dan Hadist
Terdapat pada surat luqman ayat 12 Allah berfirman:
ا
َ
م
َّ
نِا
َ
ف
ْ
ر
ُ
ك
ْ
ش
َّ
ي
ْ
ن
َ
م
َ
وۗ ِ
ّٰ
ِل
ْ
ر
ُ
ك
ْ
شا ِن
َ
ا
َ
ة
َ
م
ْ
كِ
ْ
لا
َ
ن
ٰ
م
ْ
ق
ُ
ل ا
َ
ن
ْ
ي
َ
ت
ٰ
ا
ْ
د
َ
ق
َ
ل
َ
و
ٌ
د
ْ
يِ
َ
ح ٌّ
ِ
ن
َ
غ
َّٰ
للا
َّ
نِا
َ
ف
َ
ر
َ
ف
َ
ك
ْ
ن
َ
م
َ
و ٖۚهِس
ْ
ف
َ
ِل
ُ
ر
ُ
ك
ْ
ش
َ
ي
“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada
Lukman, yaitu, ”Bersyukurlah kepada Allah! Dan
barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka
sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”
Dalam surah Luqman ayat 12 mengandung berbagai
teori pendidikan Islam, di antaranya disebutkan bahwa
Allah telah menganugerahkan hikmah bersyukur kepada
Luqman, yakni bersyukur kepada Allah. Barang siapa
bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri. ayat tersebut, jika di perhatikan dari
maknanya maka kita akan menjumpai beberapa konsep atau
model pendidikan yang dianjurkan atau yang diajarkan oleh
Luqman terhadap anaknya. Adapun isi-isi pokoknya, yaitu
yang mana kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 40 41
SWT. janganlah mempersekutukan Allah SWT. berbuat baik
kepada kedua orang tua, namun apabila mereka memaksa
untuk mempersekutukan Allah maka janganlah dilakukan.
Sekecil apapunkebajikan yang kita lakukan pasti akan dibalas
oleh Allah SWT. karena sesungguhnya Allah Maha Haus atau
Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimanapun kecilnya.
Dan janganlah bersikap sombong lagi membanggakan diri,
karena Allah tidak menyukainya. Dan berjalan janganlah
terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat. Selain itu
terdapat pada hadis yang membahas kaitan tentang dasar
– dasar pendidikan yang diriwayatkan oleh Abu al-Hasan bin
Khazem dari Anas bahwa Rasulullah bersabda:
تيح ملعلا عمبج نورجؤت لا للهاوف متئش ام ملعلا نم اوملعت
اوملعت
Artinya: “Tuntutlah olehmu ilmu pengetahuan
sekehendakmu, tetapi demi Allah mereka tidak akan
memperoleh pahala karena sekedar menuntut ilmu
tanpa diamalkan. “
Di dunia pendidikan, hadis memiliki dua manfaat pokok.
Manfaat pertama, hadits mampu menjelaskan konsep dan
kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep
al-quran. Kedua, hadis dapat menjadi contoh yang tepat
dalam penentuan metode pendidikan. Misalnya, menjadikan
kehidupan kehidupan Rasulullah saw. dengan para sahabat
ataupun anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan.
Rasulullah SAW adalah sosok pendidik yang agung dan pemilik
metode pendidikan yang unik. Beliau sangat memperhatikan
manusia sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan

Dasar Pendidikan Islam 40 41
kemampuan akalnya, terutama jika beliau berbicara dengan
anak-anak. Mulai dari bakat dan kesiapan pun merupakan
pertimbangan beliau dalam mendidik manusia.
Kesimpulan
1. Dasar-dasar pendidikan islam adalah suatu landasan
untuk suatu pendidikan itu bisa berdiri baik dan kuat.
2. Pendidikan Islam harus mengunakan Al Qur’an sumber
utama dalam merumuskan beberapa teori tentang
pendidikan islam. Semua bidang pendidikan selalu
berasaskan pada ayat-ayat al-Quran, misal pendidikan di
bidang kesehatan terdapat dalam QS.asySyuara(26):80,
bidang hukum terdapat al-Maidah (5):42, dan masih
banyak lagi ayat alQuran yang menjadi dasar pendidikan
3. Al-Hadits adalah sumber kedua agama dan ajaran
Islam. Apa yang disebutkan dalam AlQuran dijelaskan
atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunah
beliau, dan yang lebih penting lagi dalam As Sunnah
bahwa dalamnya terdapat cerminan tingkah laku dan
kepribadian Rasulullah saw yang merupakan tauladan
dan edukatif bagi manusia.
4. Ijtihad adalah penetapan suatu hukum syar’i yang
belum ditegaskan hukumnya dalam alQuran dan as-
Sunah, ijtihad ini dilakukan oleh para mujtahid. Namun
demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah kaidah dan tidak
boleh bertentangan dengan kandungan al-Quran dan as-
Sunah atau al-Hadits. Oleh Karena itu, ijtihad dipandang
sebagai salah satu sumber hokum islam yang sangat

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 42 43
penting, termasuk dalam aspek pendidikan yang sangat
dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat.
Saran
Menurut kelompok kami , di era Globalisasi pendidikan
perlu melakukan berbagai perbaikan di segala bidang, seperti
menerapkan dasar- dasar serta prinsip –prinsip yang ada
dalam pendidikan dan selalu menanamkan norma- norma
dalam berpendidikan. Nah Hal ini perlu dilakukan agar
perubahan yang terjadi nantinya menjadi lebih baik lagi. Oleh
karena itu dapat diperjelas bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah untuk menciptakan manusia yang mengabdi kepada
Allah SWT.

Keutamaan Ilmu 42 43
Bab 3
Keutamaan Ilmu
Belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam
Islam. Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan beberapa
keutamaan ilmu. Rasulullah SAW bersabda:
ٍمِل
ْ
س
ُ
م ِ
ُّ
ك
ََ
ع
ٌ
ة
َ
ضي
ِ
ر
َ
ف ِم
ْ
لِع
ْ
لا
ُ
ب
َ
ل
َ
ط
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu
Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish
Shaghiir no. 3913)
1. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya
Allah SWT berfirman:
... ۚ ٍتا
َ
ج
َ
ر
َ
د
َ
م
ْ
لِع
ْ
لا او
ُ
تو
ُ
أ
َ
نيِ
َّ
لا
َ
و
ْ
م
ُ
ك
ْ
نِم او
ُ
ن
َ
مآ
َ
نيِ
َّ
لا
َُّ
للا ِع
َ
ف
ْ
ر
َ
ي
“...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat...” (QS. Al-Mujadilah
[58]: 11).

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 44 45
Dan Allah SWT berfirman:
10 ِيرِع
َّ
سلا ِبا
َ
ح
ْ
ص
َ
أ ِف ا
َّ
ن
ُ
ك ا
َ
م
ُ
لِ ق
ْ
ع
َ
ن
ْ
و
َ
أ
ُ
ع
َ
م
ْ
س
َ
ن ا
َّ
ن
ُ
ك
ْ
و
َ
ل او
ُ
لا
َ
ق
َ
و
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan
atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami
termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-
nyala”. (QS. Al-Mulk : 10).
Allah SWT sudah memberikan banyak kenikmatan. Jika
kita tidak gunakan dengan baik, maka kita akan menjadi
salah satu orang yang merugi. Seperti tercantum dalam surat
Al-Mulk ayat 10.
2. Orang Berilmu Takut Kepada Allah SWT
Dalam surat Fatir ayat 28, Allah SWT berfirman:
ا
َ
م
َّ
نِإ ۗ
َ
كِلٰ
َ
ذ
َ
ك
ُ
ه
ُ
نا
َ
و
ْ
ل
َ
أ
ٌ
فِل
َ
ت
ُْ
م ِما
َ
ع
ْ
ن
َْ
لا
َ
و ِ
ّ
با
َ
و
َّ
لدا
َ
و ِسا
َّ
لنا
َ
نِم
َ
و
28
ٌ
رو
ُ
ف
َ
غ
ٌ
زي
ِ
ز
َ
ع
ََّ
للا
َّ
نِإ ۗ
ُ
ءا
َ
م
َ
ل
ُ
ع
ْ
لا ِهِدا
َ
بِع
ْ
نِم
ََّ
للا
َ
ش
َْ
ي
“Dan demikian pula diantara manusia, makhluk
bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak
ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya.
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya
hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa,
Maha Pengampun.”
Tafsir Al-Qur’an : Ayat ini menjelaskan tentang, dengan
ilmu, seseorang akan lebih memahami bagaimana kehidupan
ini diciptakan dan mendalami pengetahuan tentang kuasa
Allah SWT sebagai sang maha pencipta. Orang berilmu akan

Keutamaan Ilmu 44 45
takut melakukan hal-hal yang mengandung dosa karena ia
memiliki pengetahuan akan kekuasaan dan juga kebesaran
Allah SWT.
3. Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat
Dalam surat Al-Baqarah ayat 269, Allah SWT berfirman:
ا
ًْ
ي
َ
خ
َ
ِتو
ُ
أ
ْ
د
َ
ق
َ
ف
َ
ة
َ
م
ْ
كِ
ْ
لا
َ
ت
ْ
ؤ
ُ
ي
ْ
ن
َ
م
َ
و ۚ
ُ
ءا
َ
ش
َ
ي
ْ
ن
َ
م
َ
ة
َ
م
ْ
كِ
ْ
لا ِت
ْ
ؤ
ُ
ي
269 ِبا
َ
ْ
ل
َْ
لا و
ُ
لو
ُ
أ
َّ
لِإ
ُ
ر
َّ
ك
َّ
ذ
َ
ي ا
َ
م
َ
و ۗ ا
ً
يرِث
َ
ك
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman
yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi
karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah).”
4. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga
Dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu
pengetahuan dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda:
َ
لِإ ا
ً
قي
ِ
ر
َ
ط ِهِب
ُ
َ
ل
َّ
للا
َ
ل
َّ
ه
َ
س ا
ً
م
ْ
لِع ِهيِف
ُ
سِم
َ
ت
ْ
ل
َ
ي ا
ً
قي
ِ
ر
َ
ط
َ
ك
َ
ل
َ
س
ْ
ن
َ
م

ِة
َّ
ن
َ
ْ
لا
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka
Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim, no. 2699)

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 46 47
5. Orang Berilmu Memiliki Pahala yang Kekal
Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya
walaupun ia telah meninggal. Disebutkan dalam sebuah
hadist tentang keutamaan ilmu dalam Islam:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata kepada
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam:
ٍة
َ
يِرا
َ
ج ٍة
َ
ق
َ
د
َ
ص
ْ
نِم ٍة
َ
ث
َ
ل
َ
ث
ْ
نِم
َّ
لِإ
ُ
ه
ُ
ل
َ
م
َ
ع
َ
ع
َ
ط
َ
ق
ْ
نا
ُ
نا
َ
س
ْ
نِ
ْ
لا
َ
تا
َ
م ا
َ
ذِإ
ُ
َ
ل و
ُ
ع
ْ
د
َ
ي ٍحِلا
َ
ص ٍ
َ
ل
َ
و
َ
و ِهِب
ُ
ع
َ
ف
َ
ت
ْ
ن
ُ
ي ٍم
ْ
لِع
َ
و
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah,
ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
(HR. Muslim no. 1631)
Tafsir Al-Qur’an : Mengajar adalah salah satu tugas pokok
dosen di samping penelitian, pengabdian masyarakat, dan
dakwah Islamiyah. Sebagai dosen yang beragama Islam,
mengajar bagi kita bukan hanya menjadi mata pencaharian
tapi juga merupakan suatu ibadah. Pertanyaan yang
kemudian muncul, bagaimana caranya agar mengajar tidak
hanya sekedar menjadi “ladang uang”, namun juga bisa
menjadi “ladang amal” untuk kita?
Keutamaan Mengajar Ilmu
Beruntunglah orang-orang yang berilmu. Allah SWT
meninggikan derajatnya di atas manusia rata-rata. Sebuah
nikmat yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang. Oleh sebab

Keutamaan Ilmu 46 47
itu, wajar jika orang yang berilmu dituntut tanggung jawab
lebih karena ilmu yang dimiliki. Di satu pihak ilmu adalah
nikmat untuknya, di pihak lain ilmu adalah amanah yang
kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
... ۚ ٍتا
َ
ج
َ
ر
َ
د
َ
م
ْ
لِع
ْ
لا او
ُ
تو
ُ
أ
َ
نيِ
َّ
لا
َ
و
ْ
م
ُ
ك
ْ
نِم او
ُ
ن
َ
مآ
َ
نيِ
َّ
لا
َُّ
للا ِع
َ
ف
ْ
ر
َ
ي
“…. niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat….” (Q.S. Al-Mujadilah
: 11).
Menyampaikan ilmu dan menyebarluaskannya kepada
orang lain hukumnya wajib. Allah SWT berfirman:
ْ
م
ُ
ه
َّ
ل
َ
ع
َ
ل
َ
و
ْ
مِه
ْ
َ
لِإ
َ
ل
ِ
ّ
ز
ُ
ن ا
َ
م ِسا
َّ
نلِل
َ
ِ
ّ
ي
َ
ب
ُ
ِل
َ
ر
ْ
كِ
ّ
لذا
َ
ك
ْ
َ
لِإ ا
َ
ْ
ل
َ
ز
ْ
ن
َ
أ
َ
و ...
44
َ
نو
ُ
ر
َّ
ك
َ
ف
َ
ت
َ
ي
“…. Dan Kami turunkan kepadamu az-Zikr (al-Quran)
agar kamu terangkan kepada para manusia apa yang
akan diturunkan kepada mereka, dan agar mereka
berpikir.” (Q.S. An-Nahl : 44)
Ada banyak keutamaan orang yang berilmu dan
mengajarkan ilmu yang disebutkan dalam Al Quran dan Al
Hadits. Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Keutamaan seorang yang berilmu atau ahli ibadah
adalah sebagaimana keutamaanku atas orang yang
terendah dari kalian.”
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah,

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 48 49
ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang soleh.”
(HR. Muslim)
“Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang
menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan
ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah
engkau menjadi orang yang kelima, maka engkau akan
celaka.” (HR. Baihaqi)
Sebagaimana kita pahami, ilmu adalah investasi yang
abadi. Rasulullah SAW telah menggambarkan, ilmu tidak
pernah berkurang saat dibagi, bahkan bisa melimpah dengan
berkahnya. Ilmu tidak akan habis atau hilang walau dibagi
semuanya kepada orang lain. Pahala ilmu tidak akan terhenti
meski pemiliknya meninggal dunia.
Manfaat Mengajarkan Ilmu
Mengajar mempunyai berbagai manfaat terhadap
kehidupan kita. Berikut adalah manfaat mengajar menurut
pandangan Islam :
1. Mendapat Pahala Dari Allah SWT
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ِهِلِعا
َ
ف
ِ
ر
ْ
ج
َ
أ
ُ
ل
ْ
ثِم
ُ
ه
َ
ل
َ
ف
ٍ
ْ
ي
َ
خ
ََ
ع
َّ
ل
َ
د
ْ
ن
َ
م
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka
dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang
yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Keutamaan Ilmu 48 49
Selain hadits diatas ada pula hadits dari Abu Hurairah,
yang menyampaikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang berbunyi :
ُ
ل
ْ
ثِم
ُ
َ
ل
َ
بِت
ُ
ك
ُ
ه
َ
د
ْ
ع
َ
ب ا
َ
هِب
َ
لِم
ُ
ع
َ
ف
ً
ة
َ
ن
َ
س
َ
ح
ً
ة
َّ
ن
ُ
س ِم
َ
لا
ْ
سِلإا ِف
َّ
ن
َ
س
ْ
ن
َ
م
ِف
َّ
ن
َ
س
ْ
ن
َ
م
َ
و
ٌ
ء
ْ
َ
ش
ْ
مِهِرو
ُ
ج
ُ
أ
ْ
نِم
ُ
ص
ُ
ق
ْ
ن
َ
ي
َ
لا
َ
و ا
َ
هِب
َ
لِم
َ
ع
ْ
ن
َ
م
ِ
ر
ْ
ج
َ
أ
ْ
ن
َ
م ِر
ْ
زِو
ُ
ل
ْ
ثِم ِه
ْ
ي
َ
ل
َ
ع
َ
بِت
ُ
ك
ُ
ه
َ
د
ْ
ع
َ
ب ا
َ
هِب
َ
لِم
ُ
ع
َ
ف
ً
ة
َ
ئِ
ّ
ي
َ
س
ً
ة
َّ
ن
ُ
س ِم
َ
لا
ْ
سِلإا
ٌ
ء
ْ
َ
ش
ْ
مِهِرا
َ
ز
ْ
و
َ
أ
ْ
نِم
ُ
ص
ُ
ق
ْ
ن
َ
ي
َ
لا
َ
و ا
َ
هِب
َ
لِم
َ
ع
“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan
lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan
dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang
mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi
ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa
menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan
oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya
dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa
mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)
2. Menjadi Seseorang Yang Teristimewa
Seseorang yang mempunyai ilmu adalah seseorang yang
teristimewa, karena dengan ilmu ia bisa mengajarkan ilmu
tersebut kepada orang lain dan ilmu tersebut menjadi ladang
amal untuknya. Seperti sabda Rasulullah:
ِين
َ
ت
َ
نثا ِفي لآأ
َ
د
َ
س
َ
حلآ م
ٌ
ل
َ
س
َ
و ِهي
َ
ل
َ
ع
ٌُ
للا
ٌ
ل
َ
ص ِ
ٌ
للا
ُ
لو
ُ
س
َ
ر
َ
لا
َ
ق
ِرا
َ
ه
َ
لنا
َ
ءأ
َ
نا
َ
و
ِ
لي
ً
للا
َ
ءأ
َ
نا هِب
ُ
مو
ُ
ق
َ
ي و
ُ
ه
َ
ف
َ
نار
ُ
قلا
ٌُ
للا
ُ
ها
َ
تا
ُ
ل
ُ
ج
َ
ر
هاور(.ِرا
َ
ه
ٌ
لنا
َ
ءأ
َ
نا
َ
و لِي
َ
ل
ٌ
لا
َ
ءأ
َ
نا
ُ
هنِم قفن
ُ
ي
َ
و
ُ
ه
َ
ف لآا
َ
م
ُ
ها
َ
طعا
ُ
ل
ُ
ج
َ
ر
َ
و

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 50 51
ىراخلبا
“Tidak bisa iri hati, kecuali kepada dua seperti orang:
yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt pengetahuan
tentang Al-Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam
dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi Allah
swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang
malam dan siang.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
3. Mengangkat Derajat Kedua Orang Tua
Membahagiakan kedua orang tua adalah impian setiap
anak, apalagi kalau kita bisa sampai mengangkat derajat
kedua orang tua kita di mata Allah SWT. Salah satu cara
mengangkat derajat kedua orang tua adalah dengang cara
mengajar, seperti sabda Rasulullah hallallahu ‘alaihi wa
sallam “Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan
isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari
kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada
sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana
tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.”
(Riwayat Abu Dawud)
4. Menjadikan Seseorang Menjadi Lebih Baik
Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj
bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad
bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman
bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang
yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”

Keutamaan Ilmu 50 51
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,:
ُ
ه
َ
م
َّ
ل
َ
ع
َ
و
َ
نآ
ْ
ر
ُ
ق
ْ
لا
َ
م
َّ
ل
َ
ع
َ
ت
ْ
ن
َ
م
ْ
م
ُ
ك
َ
ل
َ
ض
ْ
ف
َ
أ
َّ
نِإ
“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian
adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
Abdul Humaidi Al-Hamani, berkata: “Aku bertanya
kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai,
orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?”
Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi saw
bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang
yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
5. Dihindarkan Dari Panasnya Api Neraka
Dalam Islam kita dianjurkan untuk menuntut ilmu, baik
ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Dengan ilmu kita
menjadi lebih mawas diri dan pastilah bisa bermanfaat untuk
orang banyak. Selain itu ilmu juga bisa menghindarkan kita
dari panasnya api neraka seperti sabda Rasulullah SAW:
“Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu
pengetahuan lalu ia menyembunyikannya, maka pada
hari kiamat kelak Allah SWT akan mengekangnya
dengan kekang api neraka.” (HR Abu Dawud dan Imam
Tirmidzi).
Abdul Humaidi Al-Hamani, berkata: “Aku bertanya
kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai,
orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?”
Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi saw
bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang
yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 52 53
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mengajrkan
ilmu itu bagaikan ladang pahala bagi yang melakukanya, dan
akan terus mengalir tidak hanya di dunia tetapi juga sampai
di akhirat kelak. Orang yang mengajarkan ilmu juga akan
terhidar dari panasnya api neraka Seperti sabda Rasulullah
SAW yang artinya :
Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu
pengetahuan lalu dia menyembunyiknya maka pada
hari kiamat kelak Allah SWT akan mengekangnya
dengan kekangan panasnya api neraka ( HR. Abu Daud
dan Tirmidzi ).
Selain itu Rasulullah Saw juga memuliakan orang yang
mengajarkan ilmu seperti hadist berikut ini : “Sebaik baik kalian
adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya (HR.
Bukhari)”.

Keutamaan Menuntut Ilmu 52 53
Bab 4
Keutamaan Menuntut Ilmu
Landasan Teori
Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab,
bentuk maṣdar dari kata ‘alima - ya’lamu -‘ilman, fa’ila -
yaf’alu - fi’lan, yang berarti pengetahuan. Sedangkan secara
terminologi, ilmu adalah pengetahuan yang membahas
tentang suatu bidang kemudian disusun secara sistematis
dengan metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Ilmu juga dapat dipahami sebagai pengetahuan tentang
hal yang berkaitan dengan duniawi, akhirat, lahir, batin dan
sebagainya. Misalnya, ilmu akhirat dapat diartikan sebagai
pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan kehidupan di akhirat atau yang berhubungan dengan
kehidupan setelah manusia mati, ilmu akhlak dapat diartikan
sebagai pengetahuan tentang kebiasaan manusia.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 54 55
Ziauddin Sardar memberikan pendapat bahwa ilmu
merupakan, “Cara mempelajari alam secara objektif dan
sistematis serta ilmu merupakan suatu aktivitas manusia.”
Pendapat lain disampaikan oleh Muslim A. Kadir yang
dituliskan dalam sebuah buku berjudul :Agar Menuntut Ilmu
Jadi Mudah.
“Ilmu merupakan kumpulan sistematis dari sejumlah
pengetahuan tentang alam semesta yang diperoleh
melalui proses berpikir.”
Dalam Alquran, kata ‘ilm disebutkan sekitar 800 kali.
Seringnya pengulangan suatu konsep Alquran menegaskan
bahwa pentingnya konsep tersebut. Di dalam Alquran,
pada penyebutan ilmu pengetahuan, kata ma’rifah dan
syu’ur juga digunakan untuk menggantikan kata ‘ilm Namun
kata ‘ilm memiliki makna yang lebih khusus. Karena dalam
penggunaannya, hanya kata ‘ilm yang mengarah kepada
Allah swt. Bila dicermati, Alquran sering kali menyebutkan
Allah swt. sebagai ‘Alim al-Ḥakīm (Q.S. an-Nisa: 11), ‘Alim
al-Khabir (Q.S. an-Nisa: 35), ‘Alim Habir (Q.S. al-Aḥzab: 51),
‘Alim Qadir (Q.S. an-Naḥl: 70), as-Sami’ al-‘Alim (Q.S. Al
Baqarah: 244) , Wasi ‘Alim (Q.S. Al Baqarah: 115), ‘Allam al
Guyub (Q.S. al-Maidah : 109), Khallāq al `Alīm (Q.S. an-Naḥl
: 86), Syakir ‘Alim (Q.S. Al Baqarah: 158), Ḥafidz ‘Alim (Q.S.
Yunus : 55), dan sebagainya.
Berdasarkan hal di atas maka dapat dipahami bahwa,
Allah swt. adalah sumber dari ilmu pengetahuan tersebut.
Yang artinya, segala ilmu pengetahuan yang diketahui dan
dimiliki oleh manusia datangnya dari Allah swt. Istilah ilmu
atau science merupakan suatu perkataan yang bermakna
jamak yaitu sebagai berikut:

Keutamaan Menuntut Ilmu 54 55
1. Ilmu merupakan sebuah istilah yang merujuk pada
segenap pengetahuan ilmiah.
2. Pengertian ilmu merujuk pada salah satu bidang
pengetahuan ilmiah tertentu, antara lain ilmu tentang
Alam, ilmu tentang sosial, ilmu psikologi, ilmu tentang
sejarah sejarah dan lain sebagainya.
Nāṣir ad-Dīn aṭ-Ṭūsī mengawali penjelasannya tentang
hakikat ilmu dengan mengutip sebuah hadits nabi saw. yaitu:
“Menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim dan muslimah.”
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa menuntut ilmu
merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam baik laki-laki
maupun perempuan. Tidak sempurna amal seorang yang
beragama Islam jika tidak dilandasi dengan ilmu.
Urgensi Menuntut Ilmu
1. Urgensi Menuntut Ilmu Syar’i
Syariat Islam itu berbeda-beda urgensi dan kedudukannya,
sesuai dengan kebutuhan manusia terhadapnya. Pada
dasarnya kebutuhan manusia sangat tinggi terhadap ilmu
syar’i, maka dari itu, menuntut ilmu syar’i menempati
kedudukan yang sangat penting di antara ajaran-ajaran
Islam lainnya. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
menyampaikan dalam (Madaarijus Saalikiin, 2/440)
“Kebutuhan manusia terhadap ilmu (syar’i) itu melebihi
kebutuhannya terhadap makanan dan minuman. Hal
itu karena seseorang membutuhkan makanan dan
minuman hanya sekali atau dua kali (saja), adapun

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 56 57
kebutuhannya terhadap ilmu (syar’i) itu sebanyak
tarikan nafasnya.”
2. Dengan Menuntut Ilmu Syar’i, Manusia Terbedakan
dari Binatang
Ibnul Qayyim rahimahullah  berkata ketika
menjelaskan tentang pentingnya ilmu syar’i dan kebutuhan
manusia terhadapnya,
“Manusia itu dibedakan dari jenis binatang
dengan  adanya keutamaan ilmu dan bayan (penjelasan).
Jika manusia tidak memilki ilmu, maka binatang
melata dan binatang buas itu lebih banyak makan,
lebih kuat, lebih banyak jima’  (berhubungan seksual),
lebih banyak memiliki keturunan,  dan lebih panjang
umurnya dari pada manusia.  Manusia itu terkecuali dari
binatang karena ilmu dan bayan yang dimilkinya. Jika
keduanya tidak ada, maka yang tersisa  adalah adanya
sisi persamaan antara manusia dan binatang, yaitu
‘sifat kehewanan’ saja. Dan tidak ada keistimewaan
manusia atas binatang, bahkan bisa jadi manusia lebih
jelek darinya.” 
Maksudnya, jika manusia tidak mempunyai ilmu
terhadap  hal-hal yang bermanfaat untuk dunianya dan tempat
kembalinya di akhirat, maka seakan-akan binatang itu lebih
baik darinya. Hal ini karena selamatnya binatang di akhirat dari
apa yang merusaknya, sedangkan manusia yang bodoh tidak
bisa selamat. Al-Hasan Al-Bashri  rahimakumullah  berkata,
“Kalaulah bukan karena ulama, maka manusia sama dengan
binatang.”

Keutamaan Menuntut Ilmu 56 57
3. Ilmu Syar’i Yakni Penjaga dari Kesesatan,
Penyelewengan dan Beramal Tanpa Ilmu
Ibnul Qayyim  Rahimakumullah  berkata,
”Beramal tanpa ilmu itu seperti berjalan tanpa petunjuk.
Tentu saja akan lebih dekat kepada kebinasaan daripada
keselamatan. Kemungkinan untuk ditakdirkan selamat
adalah sangat kecil (yaitu, apabila seseorang beramal
tanpa ilmu). Hal tersebut tidaklah terpuji, bahkan sangat
tercela bagi orang-orang yang berakal.
Ibnu Taimiyyah rahimakumullah berkata,
“Barangsiapa yang terpisah dari petunjuk, maka dia akan
tersesat.  Serta tidak ada petunjuk kecuali ajaran  yang
dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Hasan Al Basri rahimakumullah berkata,
“Beramal tanpa ilmu itu seperti berjalan di luar
jalur. Orang yang beramal tanpa ilmu, maka kerusakan
yang ditimbulkannya akan lebih banyak daripada
kebaikan yang diraih. Maka carilah ilmu dengan tidak
mengganggu ibadah, dan beribadahlah dengan tidak
mengganggu mencari ilmu.”
4. Menuntut Ilmu Syar’i Merupakan Sarana untuk Meraih
Cinta Allah terhadap Seorang Hamba
Ibnul Qayyim rahimakumullah berkata,“Tidak ada sesuatu
yang lebih wangi bagi hamba, tidak ada pula yang lebih lezat,
lebih sejuk dan lebih nikmat untuk hati dan kehidupannya 
melebihi  cinta  (dari)  Penciptanya dan Pengaturnya (yaitu
Allah SWT, pen.), terus-menerus berdzikir kepada–Nya dan

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 58 59
berjalan meraih keridhaan–Nya. Inilah kesempurnaan yang
tidak ada kesempurnaan lagi sesudahnya dan untuk itulah
makhluk diciptakan. Serta tidak ada jalan untuk meraihnya
kecuali melalui pintu ilmu karena kecintaan terhadap
sesuatu merupakan cabang dari pengetahuannya terhadap
sesuatu  yang dia  cintai.  Makhluk yang paling mengenali Allah,
dialah yang paling mencintai Allah.  Maka setiap orang yang
mengenali Allah, dia  pasti akan mencintai Allah. Barangsiapa
yang mengenali dunia dan ahlinya, maka dia akan zuhud
darinya. Dan ilmu membuka pintu yang besar ini, yang
merupakan rahasia makhluk dan segala urusan.”
Hukum Menuntut Ilmu
Ilmu memiliki kedudukan, Abdul Qadir’Isa dalam bukunya
“Haqaaiqu At-Tasawuf” menuturkan hukum mencari ilmu
dapat dibagikan dalam 3 kategori yakni wajib, sunah dan
haram.
1. Wajib
Para ulama mengklasifikasikan ilmu yang wajib dan dibagi
dalam dua bagian yaitu wajib’ain dan wajib kifayah. Pertama,
Wajib ‘Ain. Menuntut ilmu disebut wajib ‘Ain adalah sebuah
perintah wajib yang ditunjukan kepada setiap individu. Ilmu
yang diinstruksikan dengan perintah wajib ‘ain adalah ilmu-
ilmu yang harus dipelajari oleh setiap orang Islam, yang jika
tidak dipelajari, hukumnya berdosa. Contoh ilmu yang wajib
dipelajari ialah Ilmu Tauhid, ilmu Fiqih dan ilmu Tasawuf. Ilmu
Tauhid merupakan ilmu yang membahas tentang eksistensi
ketuhanan, kenabian dan alam gaib. IImu Fiqih yaitu ilmu

Keutamaan Menuntut Ilmu 58 59
yang mengupas tata cara beribadah. Sedangkan ilmu Tasawuf
yaitu ilmu yang menjelaskan cara menjaga amal ibadah agar
tidak sirna.
Kedua adalah Wajib Kifayah yang merupakan sebuah
perintah wajib yang ditujukan kepada suatu kelompok atau
golongan. Ilmu yang wajib kifayah dipelajari ialah ilmu yang
berperan untuk keselamatan manusia. Seperti meneladani
Ilmu Fiqih agar bisa mengajari orang lain, mempelajari Ilmu
Hadits, Ilmu Tafsir, Ilmu Bahasa Arab, Ilmu Matematika,
Ilmu Kedokteran, Ilmu Kontraktor, Ilmu Biologi hingga Ilmu
Pertanian yang semuanya berfungsi untuk kepentingan
masyarakat luas.
2. Sunnah
Sunah merupakan sebuah perintah yang ditujukan
kepada seluruh umat Islam. Yang mana jika ia mengerjakan
makai a mendapatkan pahala. Ilmu yang hukumnya sunah
untuk dipelajari seperti ilmu untuk mengetahui tingkatan
amal, ilmu untuk mengetahui ibadah sunah dan ilmu untuk
mengetahui perkara-perkara yang makruh dalam agama.
3. Haram
Haram adalah sebuah perintah untuk meninggalkan
sesuatu. Ilmu yang dilarang dengan tegas (haram) untuk
dipelajari adalah ilmu-ilmu yang kegunaannya untuk merusak
atau mengganggu kehidupan orang lain seperti ilmu sihir,
ilmu mantra dan ilmu-ilmu yang bertujuan untuk merusak
agama Islam.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 60 61
Keutamaan Menuntut Ilmu
Nāṣir ad-Dīn aṭ-Ṭūsī menyampaikan pendapat tentang
keutamaan penuntut ilmu, tidak seorang pun yang
meragukan akan keutamaan ilmu. Karena ilmu merupakan
suatu sifat pemberian Allah swt. yang diberikan khusus
kepada umat manusia. Sedangkan sifat-sifat selain ilmu,
sama-sama dimiliki oleh manusia maupun hewan, seperti
sifat pemberani, kuat, kasih sayang dan sebagainya. Dengan
ilmu pengetahuan, Allah swt. menampakkan kelebihan
derajat Nabi Adam a.s. terhadap para malaikat dan Allah swt.
memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Nabi
Adam a.s. sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat Al
Baqarah : 31 dan 34 yang berbunyi:
ْ
ِن
ْ
و
ُ
ٔـِب
ۢ
ْ
ن
َ
ا
َ
لا
َ
ق
َ
ف ِة
َ
كِٕىۤ
ٰ
ل
َ
م
ْ
لا
ََ
ع
ْ
م
ُ
ه
َ
ض
َ
ر
َ
ع
َّ
م
ُ
ث ا
َ
ه
َُّ
ك
َ
ءۤا
َ
م
ْ
س
َْ
لا
َ
م
َ
د
ٰ
ا
َ
م
َّ
ل
َ
ع
َ
و
َْ
يِقِد
ٰ
ص
ْ
م
ُ
ت
ْ
ن
ُ
ك
ْ
نِا ِءۤ
َ
ل
ُ
ؤ
ٰٓ
ه ِ ءۤا
َ
م
ْ
س
َ
اِب
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda)
semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para
malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama
semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”
ٰ
ب
َ
ا ۗ
َ
س
ْ
يِل
ْ
بِا
َّٓ
لِا ا
ْٓ
و
ُ
د
َ
ج
َ
س
َ
ف
َ
م
َ
د
ٰ
ِل ا
ْ
و
ُ
د
ُ
ج
ْ
سا ِة
َ
كِٕىۤ
ٰ
ل
َ
م
ْ
لِل ا
َ
ن
ْ
ل
ُ
ق
ْ
ذِا
َ
و
َ
ن
ْ
ي
ِ
رِف
ٰ
ك
ْ
لا
َ
نِم
َ
ن
َ
ك
َ
و
َ
ۖ
َ
ب
ْ
ك
َ
ت
ْ
سا
َ
و
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka
pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan
diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.”

Keutamaan Menuntut Ilmu 60 61
Ada beberapa keutamaan menuntut ilmu diantaranya:
1. Ilmu adalah Warisan Para Nabi
Rasulullah SAW bersabda:
“Dan sesungguhnya para Nabi tidak pernah mewariskan
uang emas dan tidak pula uang perak, akan tetapi
mereka telah mewariskan ilmu (ilmu syar’i) barang
siapa yang mengambil warisan tersebut maka sungguh
ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Ahmad).
Ini menunjukkan bahwa keutamaan menuntut ilmu lebih
tinggi dari pada uang dan emas yang bersifat materi. Sebab,
saat seseorang memiliki ilmu dan hingga mengajarkannya,
maka hal tersebut akan menjadi amal jariyah yang terus
mengalir bahkan hingga orang tersebut meninggal dunia.
2. Menuntut Ilmu Adalah Jalan Menuju Surga
Surga adalah idaman setiap muslim. Bahkan, ia menjadi
janji dari Allah SWT bagi banyak amalan shalih yang
dilakukan oleh umat Islam. Oleh karena itu saat Allah SWT
menjadikan ilmu sebagai jalan utama menuju surga, maka
ini menunjukkan besarnya keutamaan menuntut ilmu. Hal ini
telah mendapatkan landasan syar’i, karena didasarkan pada
sebuah hadis saat Rasulullah SAW bersabda:
“… Barang siapa yang meniti suatu jalan dalam rangka
menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju surga…” (HR Ahmad).

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 62 63
3. Allah SWT Akan Meninggikan Derajat
Terkait dengan keutamaan menuntut ilmu yang satu
ini, dalam Alquran Allah SWT berfirman: “Allah mengangkat
orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11). Tentang
tafsiran atau arti dari ayat ini, Imam Syaukani berkata:
“Dan makna ayat ini bahwasanya Allah mengangkat
beberapa derajat orang-orang beriman dari orang-
orang yang tidak beriman, dan mengangkat beberapa
derajat orang-orang yang berilmu (dan beriman) dari
orang-orang yang hanya beriman. Maka barang siapa
yang memadukan antara iman dan ilmu maka Allah
mengangkatnya beberapa derajat karena imannya lalu
Allah mengangkat derajatnya karena ilmunya.”
4. Allah SWT Ingin Memberi Kebaikan
Menjadi keutamaan menuntut ilmu selanjutnya, terkait
hal ini dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Allah akan
menjadikannya paham akan agamanya.” (HR Bukhari dan
Muslim). Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz menafsirkan:
“Mafhum (makna tersirat) dari hadits ini bahwasanya
orang yang tidak memahami agamanya berarti orang
itu termasuk orang yang tidak dikehendaki kebaikan
oleh Allah dan kami mohon perlindungan kepada Allah
dari hal yang seperti itu.”

Keutamaan Menuntut Ilmu 62 63
5. Manfaat yang Akan Terus Mengalir Meski Telah
Meninggal
Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila anak cucu Adam meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali melalui tiga jalur:
shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih
yang senantiasa mendoakannya.” (HR Bukhari dan
Muslim).
Siapa yang tidak ingin terus mendapatkan pahala meski
telah meninggal. Hal ini akan didapati bagi orang yang
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab, ilmu
tersebut bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga
untuk orang lain.
Kesimpulan
Pada dasarnya tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah
terciptanya manusia yang mengenal Allah, Tuhan seluruh
sekalian alam secara utuh. Mengenal melalui ilmu yang Allah
ajarkan kepada Rasulullah Saw, kemudian sampai kepada
para Sahabat dan generasi setelahnya hingga kita disaat
ini. Karena Islam memberikan perhatian lebih terhadap ilmu
pengetahuan, yang mana banyak terdapat dalil Alquran
dan Hadits Rasulullah yang menjelaskan betapa pentingnya
menuntut ilmu. Anjuran menuntut ilmu diisyaratkan dalam
surat Al Alaq ayat pertama. Di mana Allah memerintahkan
Nabi Muhammad saw. untuk membaca sebagai salah satu
sarana untuk mendapatkan ilmu.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 64 65
Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah.
Ketika sudah turun perintah Allah yang mewajibkan suatu
hal, sebagai muslim yang harus kita lakukan adalah sami’na
wa atha’na, kami dengar dan kami taat. Ilmu memiliki
kedudukan, Abdul Qadir’Isa dalam bukunya “Haqaaiqu At-
Tasawuf” menyebutkan hukum mencari ilmu dapat dibagikan
dalam tiga kategori yakni wajib, sunah dan haram. Beberapa
keutamaan menuntut ilmu diantaranya : mewarisi ilmu Nabi,
menjadi jalan menuju surga, ditinggikan Allah derajatnya,
Allah berikan kepadanya kebaikan, dan mendapatkan
manfaat yang terus mengalir walau telah meninggal.

Tujuan Pendidikan Menurut Hadist 64 65
Bab 5
Tujuan Pendidikan
Menurut Hadist
Pengertian Tujuan
Tujuan merupakan arahan ataupun haluan yang jadi
bawah dalam menggapai suatu yang dituju. Seluruh suatu
haruslah tetap mempunyai landasan hasrat ataupun iktikad
tujuan yang jelas, terencana, serta bisa dicapai dengan usaha
yang serius. Sebagaimana hadits Rasulullah yang berbunyi:
ى
َ
و
َ
ن ا
َ
م ٍء
ِ
ر
ْ
ما
ِ
ُّ
كِل ا
َ
م
َّ
نِا
َ
و ِت
َ
ا
ّ
يِ
ّ
لناِب
ُ
لا
َ
م
ْ
ع
َْ
لا ا
َ
م
َّ
نِا
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada
niatnya, dan setiap orang itu hendak memperoleh apa
yg ia niatkan"

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 66 67
Pengertian Pendidikan
Secara etimologi, kata pembelajaran merupakan wujud
nomina dari pangkal kata didik setelah itu memperoleh
tambahan awalan pe serta akhiran an yang berarti proses
pengajaran, tuntunan, serta pimpinan yang terpaut dengan
etika serta kecerdasan. Dalam bahasa Inggris, pembelajaran
diketahui dengan sebutan education, serta dalam bahasa
Arab diketahui dengan kata tarbiyyah, ta’lim, serta ta’dib
yang dikira memiliki keakraban makna dengan pembelajaran.
Kata al- ta’lim merupakan wujud masdar dari kata allama
yang berarti pengajaran yang bertabiat pemberian ataupun
penyampaian penafsiran, pengetahuan, serta keahlian,
Penunjukkan kata al- ta’lim pada penafsiran pembelajaran
dapat dilihat pada hadist di dasar ini:
ُ
حِلا
َ
ص ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح
َ
لا
َ
ق
ُّ
ِ
بِرا
َ
ح
ُ
م
ْ
لا ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح ٍم
َ
ل
َ
س
ُ
ن
ْ
با
َ
و
ُ
ه
ٌ
د
َّ
م
َُ
م ا
َ
ن
ََ
ب
ْ
خ
َ
أ
َ
لا
َ
ق ِهيِب
َ
أ
ْ
ن
َ
ع
َ
ة
َ
د
ْ
ر
ُ
ب و
ُ
ب
َ
أ
ِ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح
ُّ
ِ
ب
ْ
ع
َّ
شلا
ٌ
رِم
َ
ع
َ
لا
َ
ق
َ
لا
َ
ق
َ
نا
َّ
ي
َ
ح
ُ
ن
ْ
ب

ْ
نِم
ٌ
ل
ُ
ج
َ
ر ِنا
َ
ر
ْ
ج
َ
أ
ْ
م
ُ
ه
َ
ل
ٌ
ة
َ
ث
َ
ل
َ
ث
َ
م
َّ
ل
َ
س
َ
و ِه
ْ
ي
َ
ل
َ
ع
َُّ
للا
َّ
ل
َ
ص ِ
َّ
للا
ُ
لو
ُ
س
َ
ر
َ
لا
َ
ق
َ
م
َّ
ل
َ
س
َ
و ِه
ْ
ي
َ
ل
َ
ع
َُّ
للا
َّ
ل
َ
ص ٍد
َّ
م
َ
ح
ُ
مِب
َ
ن
َ
مآ
َ
و ِهِ
ّ
يِب
َ
نِب
َ
ن
َ
مآ ِبا
َ
تِك
ْ
لا
ِ
ل
ْ
ه
َ
أ
ْ
ت
َ
ن
َ
ك
ٌ
ل
ُ
ج
َ
ر
َ
و ِهِلا
َ
و
َ
م
َّ
ق
َ
ح
َ
و ِ
َّ
للا
َّ
ق
َ
ح ى
َّ
د
َ
أ ا
َ
ذِإ
ُ
كو
ُ
ل
ْ
م
َ
م
ْ
لا
ُ
د
ْ
ب
َ
ع
ْ
لا
َ
و
ا
َ
ه
َ
ميِل
ْ
ع
َ
ت
َ
ن
َ
س
ْ
ح
َ
أ
َ
ف ا
َ
ه
َ
م
َّ
ل
َ
ع
َ
و ا
َ
ه
َ
بيِد
ْ
أ
َ
ت
َ
ن
َ
س
ْ
ح
َ
أ
َ
ف ا
َ
ه
َ
ب
َّ
د
َ
أ
َ
ف
ٌ
ة
َ
م
َ
أ
ُ
ه
َ
د
ْ
نِع

ِ
ْ
ي
َ
غِب ا
َ
ه
َ
كا
َ
ن
ْ
ي
َ
ط
ْ
ع
َ
أ
ٌ
رِم
َ
ع
َ
لا
َ
ق
َّ
م
ُ
ث ِنا
َ
ر
ْ
ج
َ
أ
ُ
ه
َ
ل
َ
ف ا
َ
ه
َ
ج
َّ
و
ََ
ت
َ
ف ا
َ
ه
َ
ق
َ
ت
ْ
ع
َ
أ
َّ
م
ُ
ث
ِة
َ
نيِد
َ
م
ْ
لا
َ
لِإ ا
َ
ه
َ
نو
ُ
د ا
َ
ميِف
ُ
ب
َ
ك
ْ
ر
ُ
ي
َ
ن
َ
ك
ْ
د
َ
ق ٍء
ْ
َ
ش
"Telah diriwayatkan kepada kami Muhammad ia
merupakan Ibnu Salam, diriwayatkan kepada kami Al-

Tujuan Pendidikan Menurut Hadist 66 67
Muharibiy, dia mengatakan, sudah diriwayatkan kepada
kami Shalih Ibnu Hayyan dia sudah mengatakan,
Sebetulnya seseorang pria dari pakar kitab sudah
mengatakan kepada Syabiy. Kemudian as- Syabiy
mengatakan sudah diberitakan kepadaku Abu Darda
dari bapaknya, dia mengatakan: Rasulullah saw.
bersabda:” tiga kalangan menemukan dua pahala ialah:
seseorang pakar kitab yang beriman kepada Nabinya
setelah itu beriman kepada Muhammad saw., hamba
sahaya apabila menunaikan hak Allah Taala serta hak
tuannya, serta seseorang pria yang memiliki budak
perempuan yang disetubuhinya, dididiknya secara baik,
dan diajarnya secara baik setelah itu dimerdekakan
serta dikawininya, hingga dia menemukan dua pahala."
Pengertian pembelajaran yang ditawarkan dari kata
al- ta’lim pada hadis ini merupakan proses pemindahan
seperangkat nilai antar manusia semacam yang dinyatakan
oleh Abdul Fattah Jalal dalam Samsul Nizar kalau pada kata
al- ta’lim secara implisit tidak hanya menanamkan aspek
kognitif serta psikomotorik, pula aspek afektif, sebab pada
kata al- ta’lim pula ditekankan pada prilaku yang baik( akhlak
al- karimah).
Al- talim lebih bertabiat umum ialah selaku proses
transmisi bermacam ilmu pengetahuan pada jiwa orang
tanpa terdapatnya batas serta syarat tertentu. Manusia
mempunyai keahlian berpikir serta keahlian inilah yang
jadi pembeda antara manusia serta fauna, sehingga butuh
terdapatnya pembinaan pemikiran yang baik. Pembelajaran
sebaiknya diformat serta dilaksanakan dengan terlebih dulu
mencermati perkembangan serta pertumbuhan potensi-

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 68 69
potensi psikologis partisipan didik.
Lewat pengembangan ide, partisipan didik hendak
bisa dibimbing buat menghasilkan ikatan kerja sama sosial
dalam kehidupannya guna mewujudkan kesejahteraan hidup
di dunia serta di akhirat. Buat menggapai tujuan tersebut,
hingga keberadaan pembelajaran ialah bahagian integral
dari konstruksi suatu peradaban. Proses ini ialah upaya mulia
sebab berhubungan dengan penyebaran ilmu pengetahuan
selaku salah satu tugas manusia ialah khalifah fil ardh.
Hadis-Hadis Tentang Tujuan Pendidikan
Setelah ditelusuri dari kutub at- tis’ ah yang dibantu lewat
program Hadis Digital Maktabah al- Kubra as- Syamilah,
bisa dikumpulkan sebagian hadis Nabi saw. yang maknanya
memiliki pencapaian tujuan pembelajaran. Hadis- hadis
tersebut merupakan sebagai berikut:
1. Hadist 1:
و
ُ
ب
َ
أ ا
َ
ن
ََ
ب
ْ
خ
َ
أ
َ
ميِها
َ
ر
ْ
بِإ
ُ
ن
ْ
ب
ُ
ليِعا
َ
م
ْ
سِإ ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح
َ
لا
َ
ق
ٌ
د
َّ
د
َ
س
ُ
م ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح
ُّ
ِ
ب
َّ
لنا
َ
ن
َ
ك
َ
لا
َ ق
َ
ة
َ
ر
ْ
ي
َ
ر
ُ
ه ِب
َ
أ
ْ
ن
َ
ع
َ
ة
َ
ع
ْ
ر
ُ
ز ِب
َ
أ
ْ
ن
َ
ع ُّ
ِم
ْ
ي
َّ
لتا
َ
نا
َّ
ي
َ
ح

ا
َ
م
َ
لا
َ
ق
َ
ف
ُ
ليِ
ْ
بِج
ُ
ها
َ
ت
َ
أ
َ
ف ِسا
َّ
نلِل ا
ً
م
ْ
و
َ
ي ا
ً
زِرا
َ
ب
َ
م
َّ
ل
َ
س
َ
و ِه
ْ
ي
َ
ل
َ
ع
َُّ
للا
َّ
ل
َ
ص
ِهِئا
َ
قِلِب
َ
و ِهِب
ُ
ت
ُ
ك
َ
و ِهِت
َ
كِئ
َ
ل
َ
م
َ
و ِ
َّ
للاِب
َ
نِم
ْ
ؤ
ُ
ت
ْ
ن
َ
أ
ُ
نا
َ
ميِ
ْ
لا
َ
لا
َ
ق
ُ
نا
َ
ميِ
ْ
لا
َ
د
ُ
ب
ْ
ع
َ
ت
ْ
ن
َ
أ
ُ
م
َ
ل
ْ
سِ
ْ
لا
َ
لا
َ ق
ُ
م
َ
ل
ْ
سِ
ْ
لا ا
َ
م
َ
لا
َ ق ِث
ْ
ع
َ
ْ
لاِب
َ
نِم
ْ
ؤ
ُ
ت
َ
و ِهِل
ُ
س
ُ
ر
َ
و

َ
ة
َ
ضو
ُ
ر
ْ
ف
َ
م
ْ
لا
َ
ة
َ
ك
َّ
زلا
َ
يِ
ّ
د
َ
ؤ
ُ
ت
َ
و
َ
ة
َ
ل
َّ
صلا
َ
ميِق
ُ
ت
َ
و ا
ً
ئ
ْ
ي
َ
ش ِهِب
َ
كِ
ْ
ش
ُ
ت
َ
ل
َ
و
ََّ
للا

Tujuan Pendidikan Menurut Hadist 68 69
ُ
ها
َ
ر
َ
ت
َ
ك
َّ
ن
َ
أ
َ
ك
ََّ
للا
َ
د
ُ
ب
ْ
ع
َ
ت
ْ
ن
َ
أ
َ
لا
َ
ق
ُ
نا
َ
س
ْ
حِ
ْ
لا ا
َ
م
َ
لا
َ
ق
َ
نا
َ
ض
َ
م
َ
ر
َ
مو
ُ
ص
َ
ت
َ
و

ُ
لو
ُ
ئ
ْ
س
َ
م
ْ
لا ا
َ
م
َ
لا
َ
ق
ُ
ة
َ
عا
َّ
سلا
َ
ت
َ
م
َ
لا
َ
ق
َ
كا
َ
ر
َ
ي
ُ
ه
َّ
نِإ
َ
ف
ُ
ها
َ
ر
َ
ت
ْ
ن
ُ
ك
َ
ت
ْ
م
َ
ل
ْ
نِإ
َ
ف

ْ
ت
َ
َ
ل
َ
و ا
َ
ذِإ ا
َ
هِطا
َْ
ش
َ
أ
ْ
ن
َ
ع
َ
ك
ُ
ِب
ْ
خ
ُ
أ
َ
س
َ
و
ِ
لِئا
َّ
سلا
ْ
نِم
َ
م
َ
ل
ْ
ع
َ
أِب ا
َ
ه
ْ
ن
َ
ع
َ
ل ٍس
َْ
خ ِف ِنا
َ
ي
ْ
ن
ُ
ْ
لا ِف
ُ
م
ْ
ه
ُ
ْ
لا
ِ
لِبِ
ْ
لا
ُ
ة
َ
ع
ُ
ر
َ
ل
َ
وا
َ
ط
َ
ت ا
َ
ذوَإِ ا
َ
ه
َّ
ب
َ
ر
ُ
ة
َ
م
َْ
لا
ََّ
للا
َّ
نِإ {
َ
م
َّ
ل
َ
س
َ
و ِه
ْ
ي
َ
ل
َ
ع
َُّ
للا
َّ
ل
َ
ص
ُّ
ِ
ب
َّ
لنا
َ
ل
َ
ت
َّ
م
ُ
ث
َُّ
للا
َّ
لِإ
َّ
ن
ُ
ه
ُ
م
َ
ل
ْ
ع
َ
ي

ا
ً
ئ
ْ
ي
َ
ش ا
ْ
و
َ
ر
َ
ي
ْ
م
َ ل
َ
ف
ُ
هو
ُّ
د
ُ
ر
َ
لا
َ
ق
َ
ف
َ
ر
َ
ب
ْ
د
َ
أ
َّ
م
ُ
ث
َ
ة
َ
ي
ْ
لا
} ِة
َ
عا
َّ
سلا
ُ
م
ْ
لِع
ُ
ه
َ
د
ْ
نِع
ْ
م
ُ
ه
َ
نيِد
َ
سا
َّ
لنا
ُ
مِ
ّ
ل
َ
ع
ُ
ي
َ
ءا
َ
ج
ُ
ليِ
ْ
بِج ا
َ
ذ
َ
ه
َ
لا
َ
ق
َ
ف
"Musaddad mengatakan:“ Sudah menggambarkan
kepada kami Ismaʻil ibn Ibrahim serta Abu Hayyan
at- Taimy dari Abu Zurʻah dari Abu Hurairah, dia
mengatakan:“ Pada sesuatu hari Nabi saw. lagi
berkumpul bersama teman, tiba Jibril serta bertanya:“
Apakah iman itu?” Nabi saw. menanggapi:“ Iman
merupakan yakin pada Allah, malaikat- malaikat-
Nya beserta terdapatnya pertemuan dengan- Nya,
Rasulrasul- Nya, serta yakin pada terdapatnya hari
kebangkitan”. Jibril bertanya lagi:“ Apakah Islam?”
Nabi saw. menanggapi:“ Islam merupakan kalau kalian
menyembah Allah serta tidak menyekutukannya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan,
berpuasa Ramadhan”. Jibril bertanya lagi:“ Apakah
Ihsan?” Nabi saw. menanggapi:“ Kalian menyembah
Allah seolah- olah kalian melihatnya, hingga bila kalian
tidak melihatnya, Dia- lah( Allah) yang melihatmu”.( Al-
Bukhari, Juz I, 1987: 97).

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 70 71
Hadis di atas membagikan ilham kepada umat Islam
tentang rukun iman yang enam, rukun Islam yang lima, serta
penghayatan terhadap Tuhan Yang Mahahadir dalam hidup(
ihsan). Sesungguhnya, ketiga perihal itu cuma bisa dibedakan,
namun tidak bisa dipisahkan. Antara satu dengan yang yang
lain mempunyai keterkaitan. Dengan demikian bisa dikatakan
kalau isi hadis di atas berorientasi kepada pencapaian“ tujuan
pembelajaran tiga ukuran” yang dalam terminologi Islam
diucap dengan tiga kalimat serangkai“ ahdaf al- imaniyah,
ahdaf alislamiyah, serta ahdaf al- ihsaniyah.”
Tidak hanya itu, Ibnu Taimiyah menarangkan kalau din itu
terdiri dari tiga faktor, ialah Islam, iman, serta ihsan. Dalam
tiga faktor itu terselip arti kejenjangan( tingkatan), artinya
seorang yang bertauhid mengawali dengan pengenalan
Islam, setelah itu tumbuh ke arah iman, serta memuncak
dalam ihsan( Rachman, 1994: 465).
Dengan demikian, ketiga aspek trilogi ajaran Ilahi yang
ada dalam isi hadis tersebut, bisa diintegrasikan jadi kurikulum
buat mewujudkan tujuan pembelajaran, ialah membentuk
karakter manusia paripurna dengan keterpaduan pengamalan
iman, Islam, serta ihsan dalam kehidupan seharihari.
2. Hadist 2 :
ُ
ة
َ
ب
ْ
ع
ُ
ش ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح
َ
لا
َ
ق ِكِل
َ
م
ْ
لا ِد
ْ
ب
َ
ع
ُ
ن
ْ
ب
ُ
ما
َ
شِه ِدِل
َ
و
ْ
لا و
ُ
ب
َ
أ ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح
َّ
ِنا
َ
ب
ْ
ي
َّ
شلا و
ٍ
ر
ْ
م
َ
ع ا
َ
ب
َ
أ
ُ
ت
ْ
عِم
َ
س
َ
لا
َ
ق ِن
ََ
ب
ْ
خ
َ
أ ِرا
َْ
ي
َ
ع
ْ
لا
ُ
ن
ْ
ب
ُ
دِل
َ
و
ْ
لا
َ
لا
َ
ق
َ
لا
َ
ق ِ
َّ
للا ِد
ْ
ب
َ
ع ِرا
َ
د
َ
لِإ
َ
را
َ
ش
َ
أ
َ
و ِرا
َّ
لدا ِهِذ
َ
ه
ُ
بِحا
َ
ص ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح
ُ
لو
ُ
ق
َ
ي
َ
لا
َ ق ِ
َّ
للا
َ
لِإ
ُّ
ب
َ
ح
َ
أ
ِ
ل
َ
م
َ
ع
ْ
لا
ُّ
ي
َ
أ
َ
م
َّ
ل
َ
س
َ
و ِه
ْ
ي
َ
ل
َ
ع
َّ
للا
َّ
ل
َ
ص
َّ
ِ
ب
َّ
لنا
ُ
ت
ْ
ل
َ
أ
َ
س

Tujuan Pendidikan Menurut Hadist 70 71
ٌّ
ي
َ
أ
َّ
م
ُ
ث
َ
لا
َ
ق
ِ
ن
ْ
ي
َ
ِلا
َ
و
ْ
لا
ُّ
رِب
َّ
م
ُ
ث
َ
لا
َ
ق
ٌّ
ي
َ
أ
َّ
م
ُ
ث
َ
لا
َ
ق ا
َ
هِت
ْ
ق
َ
و
ََ
ع
ُ
ة
َ
ل
َّ
صلا

ِن
َ
دا
َ
ز
َ
ل
ُ
ه
ُ
ت
ْ
د
ََ
ت
ْ
سا
ْ
و
َ
ل
َ
و
َّ
نِهِب
ِ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح
َ
لا
َ
ق ِ
َّ
للا
ِ
ليِب
َ
س ِف
ُ
دا
َ
هِ
ْ
لا
َ
لا
َ
ق
“Abu al-Walid Hisyam ibn ‘Abd al-Malik berkata:
“Syuʻbah menceritakan kepada kami dari Al-Walid
ibn al-ʻAziz: Saya mendengar Abu ʻAmr as-Syaibani,
ia berkata: “Telah memberitakan kepada kami sambil
menunjuk ke rumah ʻAbdullah, dimana ia berkata: “Saya
bertanya kepada Nabi saw.: “Amalan apakah yang
dicintai oleh Allah?” Nabi saw. menjawab: “Shalat pada
waktunya”. Ia bertanya: “Kemudian apa lagi?” Nabi
menjawab: “Berbakti kepada orang tua”. Ia bertanya:
“Kemudian apa lagi?” Nabi menjawab: “Berjihad di jalan
Allah” (Al-Bukhari, Juz II, 1987: 405).
Hadis di atas memiliki arti yang bisa membawakan
manusia menggapai“ tujuan pembelajaran ibadah.” Dalam
hadis tersebut disebutkan dipaparkan kalau terdapat 3( tiga)
berbagai ibadah yang sangat disukai Allah swt., ialah shalat
fardhu pada waktunya, berbakti pada orangtua, serta berjihad
di jalur Allah. Shalat yang didirikan pada waktunya ialah
konsekuensi ketaatan yang tulus manusia kepada Khaliqnya,
serta meyakinkan kalau penuhi panggilan Allah melalui shalat
merupakan prioritas utama. Pekerjaan yang lagi dicoba buat
sedangkan ditinggalkan demi mengutamakan komunikasi
kepada Allah. Dalam perihal ini nampak betapa ibadah
shalat mendidik manusia buat taat ketentuan, disiplin, serta
bertanggung jawab.
Berbakti kepada orangtua pula memiliki nilai ibadah
kepada Allah, sebab Allah meridhai tiap anak yang berbakti

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 72 73
kepada ibu dan bapaknya. Di dalamnya ada nilai ibadah lewat
pelestarian rasa kasih sayang serta tanggung jawab yang
dirahmati serta diridhai Allah. Demikian pula jihad di jalur
Allah ialah ibadah yang mendidik manusia buat cinta membela
serta memperjuangkan agama Allah. Dari penjelasan di atas
bisa disimpulkan, kalau pembelajaran ibadah yang tercantum
dalam hadis di atas, menuju pada tujuan membentuk
manusia buat jadi‘ abd yang termotivasi beribadah, baik
yang bertabiat mahdhah ataupun ghair mahdhah dengan
bawah kecintaan yang tulus kepada Allah swt.( sang khaliq),
sehingga menjadikan ibadah selaku kebutuhan emosional
serta spiritual, bukan hanya melaksanakan kewajiban belaka.
3. Hadist 3:
ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح ٍ
ّ
يِد
ْ
ه
َ
م
ُ
ن
ْ
ب
ِ
ن
َْ
ح
َّ
رلا
ُ
د
ْ
ب
َ
ع ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح
ٍ
را
َّ
ش
َ
ب
ُ
ن
ْ
ب
ُ
د
َّ
م
َُ
م ا
َ
ن
َ
ث
َّ
د
َ
ح

ٍ
بيِب
َ
ش ِب
َ
أ
ِ
ن
ْ
ب ِنو
ُ
م
ْ
ي
َ
م
ْ
ن
َ
ع ٍتِبا
َ
ث ِب
َ
أ
ِ
ن
ْ
ب ِبيِب
َ
ح
ْ
ن
َ
ع
ُ
نا
َ
ي
ْ
ف
ُ
س
ِق
َّ
تا
َ
م
َّ
ل
َ
س
َ
و ِه
ْ
ي
َ
ل
َ
ع
َُّ
للا
َّ
ل
َ
ص ِ
َّ
للا
ُ
لو
ُ
س
َ
ر ِل
َ
لا
َ
ق
َ
لا
َ
ق
ٍ
ّ
ر
َ
ذ ِب
َ
أ
ْ
ن
َ
ع

َ
سا
َّ
لنا ِقِلا
َ
خ
َ
و ا
َ
ه
ُ
ح
ْ
م
َ
ت
َ
ة
َ
ن
َ
س
َ
ْ
لا
َ
ة
َ
ئِ
ّ
ي
َّ
سلا
ْ
عِب
ْ
ت
َ
أ
َ
و
َ
ت
ْ
ن
ُ
ك ا
َ
م
ُ
ث
ْ
ي
َ
ح ِ
َّ
للا
ٍ
ن
َ
س
َ
ح
ٍ
ق
ُ
ل
ُ
ِب
“Muhammad ibn Basyar berkata dari ‘Abd ar-Rahman ibn
Mahdi dari Sufyan dari Habib ibn Abi Tsabit dari Maimun
ibn Abi Syabib dari Abu Dzar, ia berkata: “Rasulullah
saw. telah bersabda kepada-ku: “Bertakwalah kamu
kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik, dan berbuat
baiklah kepada sesama manusia dengan akhlak yang
baik” (At-Tirmidzi, Juz IV, tt.: 355).

Tujuan Pendidikan Menurut Hadist 72 73
Hadis tersebut sarat dengan“ tujuan pembelajaran
rohaniah,” mulai dari perintah bertakwa kepada Allah,
bertaubat dari perbuatan kurang baik serta mengisi kegiatan
hidup dengan perbuatan- perbuatan baik, serta tetap berlagak
terhadap sesama makhluk dengan sikap( akhlak) yang baik.
Lewat hadis tersebut bisa dikatakan kalau pembelajaran
Islam sangat hirau dengan pembinaan rohaniah manusia.
Pembinaan ini diperintahkan dari semenjak balita dalam isi
sampai menjelang akhir hayat. Dalam konteks ini, Bunda yang
lagi memiliki disarankan buat memelihara ibadah rohaniah
serta kebersihan diri, baik dari faktor santapan, baju, ataupun
pergaulan yang tidak terpuji. Perihal ini dimaksudkan supaya
balita yang lahir nantinya merupakan manusia beriman
serta bertakwa kepada Allah dan berkepribadian terpuji.
Pembelajaran Islam merupakan wadah yang pas serta efisien
mendesak terwujudnya mutu rohaniah yang diharapkan itu.
Sehabis seseorang muslim meletakkan bawah keimanan
yang kuat di dalam jiwanya, dia masih dituntut buat
melaksanakan pembuktian keimanan itu melalui pengamalan
ibadah yang disyariatkan Allah. Buat hingga pada ibadah
yang mempunyai nilai paling tinggi serta menggapai ikatan
yang sedekat- dekatnya kepada Allah, seorang wajib
menyertai ibadah itu dengan adab ataupun akhlak yang
terpuji, baik kepada Allah, sesama manusia, ataupun kepada
alam lingkungannya. Pembelajaran rohani ditunjukan pada
tujuan membawakan manusia hingga pada pengenalan yang
mendalam tentang keberadaannya selaku‘ abdun( hamba)
Allah yang mempunyai keakraban kepada Khalik- Nya dan
melindungi ikatan harmonis terhadap sesama manusia serta
alam lingkungannya. Perwujudan ini bisa tercermin lewat
beriman kepada Allah serta Rasul, taat beribadah, serta

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 74 75
berakhlak mulia.
Pada hadis di atas, ada tiga kata kunci yang mewakili
tujuan pembelajaran ruhaniyah, ialah
ِ
َّللا
ِ
قَّتا,َةَن
َ
س
َ
ْلا َةَئِ
ّ
يَّسلا
ْ
عِبْتَأ
َ
و
serta ٍن
َ
س
َ
ح ٍقُلُ
ِ
ب Bagi Ibrahim Anis( 1972: 1052) dalam Al-
Mu’ jam al- Wasith, kata
ِ
َّللا
ِ
قَّتا bermakna“ khawatir terhadap
siksaan Allah, kemudian menghindari suatu yang dibencinya.”
Jadi seseorang yang bertakwa, pasti khawatir berbuat
maksiat kepada Allah serta menghindari kemaksiatan itu
dengan kebencian yang sebetulnya, sebagaimana Allah
membencinya. Menghindari kemaksiatan itu sekalian
beriringan dengan upaya tingkatkan ketaatan kepada Allah
serta memelihara kesinambungan amal saleh.
Berikutnya kalimat َةَن
َ
س
َ
ْلا َةَئِ
ّ
يَّسلا
ْ
عِبْتَأ
َ
و mempunyai
kata kunci عِبْتَأَ yang berarti“ berjalan di balik suatu serta
mengikutinya.”( Anis, 1972: 81). Apabila di rangkai jadi
kalimat َةَن
َ
س
َ
ْلا َةَئِ
ّ
يَّسلا, hingga kalimat tersebut bermakna“
keterlanjuran berbuat keburukan masih bisa dibasmi dengan
berbuat kebaikan( ibadah) yang dimulai dengan taubat. Bagi
ulama tasawuf, taubat sekurangkurangnya wajib mempunyai
3 ketentuan, ialah menyesali maksiat, berniat buat tidak
mengulanginya, serta mengisi kegiatan dengan perbanyak
amal saleh( ibadah). Jadi rangkaian kalimat tersebut
bermakna ganda, ialah‘ taubat serta ibadah’.
Setelah itu kata ٍن
َ
س
َ
ح ٍقُلُ
ِ
ب mempunyai kata kunci ٍقُل
ُ
خ
yang berarti“ keadaan jiwa yang telah ditanamkan yang
bisa melahirkan perbuatan baik serta kurang baik tanpa
membutuhkan pemikiran ataupun dorongan dari luar.”(
Anis, 1972: 252). Bila bertolak dari definisi ini, hingga ٍقُل
ُ
خ
ٍن
َ
س
َ
ح bermakna“ keadaan jiwa yang mendesak lahirnya
perbuatan terpuji tanpa pertimbangan ataupun pemikiran

Tujuan Pendidikan Menurut Hadist 74 75
yang terencana tadinya”. Jadi perbuatan terpuji ٍن
َ
س
َ
ح ٍقُل
ُ
خ itu
bertabiat alamiah serta terbiasa secara otomatis( otomatis)
yang mengindikasikan perbuatan tersebut betul- betul ikhlas,
tidak pamrih, serta tidak dialami selaku beban.
Dengan demikian, dari penjelasan ketiga‘ kata kunci’
dalam hadis di atas, ada 3( tiga) tujuan pembelajaran
ruhaniyah yang bisa disimpulkan selaku berikut::
1. Pembelajaran Keimanan; bertujuan buat membentuk
insan yang mempunyai kepercayaan mengakar serta
mendalam kepada Allah swt. dan seluruh aspek yang
berhubungan dengan rukun iman, sehingga terwujud
karakter yang bertakwa.
2. Pembelajaran Ibadah; bertujuan buat sanggup menguasai
serta mengaplikasikan bentuk- bentuk peribadatan
yang didasari oleh keikhlasan sekedar sebab Allah serta
kebenaran secara syar’ i, sehingga terwujud karakter yang
taat pada ketentuan Allah serta Rasul- Nya serta bebas
dari sikap ibadah yang menyimpang dari kebenaran
syar’i.
3. Pembelajaran Akhlak; bertujuan buat menyesuikan diri
manusia berperilaku mulia serta terpuji dan memelihara
ikatan harmonis terhadap Allah, sesama manusia, serta
area alam sekitarnya.
4. Hadist 4:
نع فيقلثا نوع بيأ نع ةبعش نع عيكو انثدح دانه انثدح
للها لوسر نأ ذاعم باحصأ نم لاجر نع ورمع نب ثرالحا
في امب ضيقأ لاقف ضيقت فيك لاقف نمليا لىإ اذاعم ثعب ﷺ

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 76 77
لوسر ةنسبف لاق للها باتك في نكي مل نإف لاق للها باتك
دهتجأ لاق ﷺ للها لوسر ةنس في نكي مل نإف لاق ﷺ للها
ﷺ للها لوسر قفو يلذا لله دملحا لاق ييأر
“Hannad dan Wakiʻ memberitakan dari Syuʻbah dari Abu
‘Aun ats-Tsaqafi dari Al-Harits ibn ‘Amru dari beberapa
laki-laki dari sahbat Muʻaz: “Bahwasanya Rasulullah
saw. mengutus Muʻaz (ibn Jabal) ke Yaman, lalu Ia
bertanya: “Bagaimana kamu memutuskan hukum?”.
Muʻaz menjawab: “Aku memutuskan hukum dengan
Kitabullah (Alquran). Rasul saw. bertanya lagi: “Jika
dalam Alquran tidak ditemukan?” Muʻaz menjawab:
“Aku memutuskan hukum dengan Sunnah Rasulullah
saw”. Rasul saw. bertanya lagi: “Jika dalam Sunnah tidak
ditemukan?” Muʻaz menjawab: “Aku berijtihad dengan
pemikiranku”. Rasulullah saw. bersabda: “Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan petunjuk bagi utusan
Rasulullah saw.” (At-Tirmidzi, Juz III, tt.: 616).
Apabila ditelaah secara teliti, hadis di atas memiliki
nilai- nilai bimbingan yang menuju kepada pencapaian“
tujuan pembelajaran intelektual(‘ aqliyyah).” Ada pula
penanaman nilai- nilai bimbingan yang berorientasi ke tujuan
pembelajaran‘ aqliyyah pada isi hadis di atas merupakan
selaku berikut:
1. Rasulullah saw. sangat‘ arif dalam memilah calon qadhi
yang hendak diutus berikan fatwa seputar hukum syar’ i
di negara Yaman. Dari sekian banyak jumlah teman yang
mempunyai kecakapan, Rasul memilah Mu‘ az ibn Jabal
buat diutus jadi qadhi. Aksi Rasul memilah Mu‘ az sangat

Tujuan Pendidikan Menurut Hadist 76 77
objektif sebab pemilihan itu bersumber pada standarisasi
mutu. Mu‘ az di golongan teman diketahui selaku tokoh
yang mempunyai kecerdasan serta kapasitas intelektual
yang sangat baik. Dalam kaitannya dengan konteks
pembelajaran dikala ini, hingga nilai tarbiyah yang bisa
dipetik dari kejadian di atas, bisa dikemukakan selaku
berikut:
■■ Untuk pengelola pembelajaran, baik pimpinan
yayasan ataupun kepala sekolah, hendaklah memilah
guru serta pegawai/ tenaga kependidikan secara
objektif bersumber pada latar balik legalitas resmi
pembelajaran, mutu serta kapasitas intelektualnya,
bukan sekedar bersumber pada kepentingan kroni
serta prinsip nepotis, sehingga tenaga pendidik yang
dipekerjakan betul- betul profesional serta mantap
guna pencapaian optimalisasi tujuan pembelajaran.
■■ Untuk guru/ tenaga pendidik; hendaklah memilah
serta menempatkan siswa yang sangat bermutu
buat diberi penghargaan. Siswa yang mempunyai
mutu intelektual yang amat baik inilah selayaknya
diutus buat menjajaki kegiatan- kegiatan sayembara
ataupun olipimpiade siswa, bukan dilatarbelakangi
oleh pertimbangan orang tua siswa yang pejabat,
berkedudukan, ikatan kekeluargaan, serta
sebagainya.
2. Rasulullah saw. sangat selektif saat sebelum memutuskan
Mu‘ az ibn Jabal selaku pengemban jabatan qadhi di
Yaman. Walaupun Rasulullah sudah mengenali kalau Mu‘
az merupakan pemuda yang pintar secara intelektual,
tetapi Rasul mau mengukur tingkatan ketajaman berpikir
Mu‘ az, sehingga dicoba penyeleksian lewat pertanyaan-

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 78 79
pertanyaan lisan. Nyatanya Mu‘ az bisa menanggapi
pertanyaan- pertanyaan itu cocok dengan yang diharapkan
Rasulullah saw., setelah itu Rasul membagikan pujian
atas kecerdasannya. Kesimpulannya Rasul mengutus Mu‘
az buat jadi qadhi di Yaman. Berkenaan dengan konteks
pembelajaran dikala ini, hingga nilai tarbiyah yang bisa
dipetik dari kejadian diartikan merupakan:
■■ Untuk pengelola pembelajaran, baik pimpinan
yayasan ataupun kepala sekolah, hendaklah
melaksanakan pilih yang adil serta objektif dalam
perekrutan calon guru, sehabis dikenal legalitas
resmi pembelajaran calon guru tersebut. Guru yang
diseleksi wajib berlatarbelakang akademik( ijazah)
cocok dengan bidang ajar yang dilamarnya, serta
mutu dan kapasitas intelektualnya wajib mempunyai
predikat baik cocok dengan ijazah yang dimilikinya.
■■ Bagi Untuk guru/ tenaga pendidik; saat sebelum
membagikan evaluasi terhadap siswa, guru butuh
melaksanakan penilaian ataupun penyeleksian,
baik secara lisan ataupun tulisan. Paling utama
buat memperhitungkan keahlian‘ aqliyyah siswa,
penilaian lisan maupun tulisan sangat dibutuhkan.
Perihal ini sangat beralasan, sebab keahlian siswa
yang hendak diukur pada aspek ini menyangkut
ranah kognitif. Ranah ini tidak bisa diukur lewat
perilaku serta perbuatan.
3. Rasulullah saw. membagikan pendidikan intelektual
dengan menggiring Mu’az buat mempraktikkan
problem solving. Tata cara ini ditatap sangat pas buat
membawakan partisipan didik hingga pada tujuan
pembelajaran‘ aqliyyah. Lewat problem solving partisipan

Tujuan Pendidikan Menurut Hadist 78 79
didik hendak dilatih serta dibiasakan mengidentifikasi,
mengklasifikasi, serta menghalangi permasalahan
sekalian sanggup mencari serta menciptakan pemecahan
dari permasalahan yang didiskusikan. Dengan demikian,
tujuan pembelajaran intelektual hendak tercapai dalam
pembelajaran Islam, ialah membawakan partisipan
didik mempunyai kecerdasan dalam berpikir, sanggup
menggagas, menciptakan, mengimplementasikan, serta
menginovasi iptek buat kemakmuran umat manusia.
Kesimpulan
Tujuan akhir pembelajaran merupakan terjadinya profil
karakter manusia paripurna yang umum diucap Insan Kamil.
Buat menggapai tujuan itu, pembelajaran Islam wajib sanggup
meningkatkan dan memusatkan potensi- potensi bawah(
fitrah) yang dipunyai tiap orang ke arah pembuatan karakter
yang paripurna. Pembelajaran tiga ukuran (iman, islam,
serta ihsan) ditunjukan pada tujuan membentuk manusia
mempunyai karakter yang terintegrasi dengan pengamalan
nilai- nilai akidah, syari’ ah, serta akhlak, sehingga terwujud
kepribadian karakter paripurna serta utuh, tidak cuma
taat kepada ketentuan si khalik saja, namun pula sanggup
mewujudkan kemaslahatan untuk umat manusia.
Pembelajaran ibadah ditunjukan pada tujuan membentuk
manusia buat jadi‘ abd yang termotivasi beribadah, baik yang
bertabiat mahdhah ataupun ghair mahdhah dengan bawah
kecintaan yang tulus kepada Allah swt.( si khaliq), sehingga
menjadikan ibadah selaku kebutuhan emosional serta
spiritual, bukan hanya melaksanakan kewajiban belaka.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 80 81

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 80 81
Bab 6
Hadits Tentang Motivasi
Pendidikan
Pengertian Motivasi
Akar kata motivasi adalah dari bahasa Latin yaitu
“movore”, yang artinya adalah gerak atau dorongan untuk
bergerak. Sementara itu, dalam bahasa Inggris, motivasi
dikenal dengan sebutan “motive” yang artinya daya gerak
atau alasan. Dalam Bahasa Indonesia, asal kata motivasi
adalah “motif”, yang artinya daya upaya yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu. Motif menjadi dasar dari kata
motivasi yang bisa diartikan sebagai daya penggerak yang
telah aktif. Maka dari itu, dengan kata lain pengertian motivasi
adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku
yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi
kebutuhan.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 82 83
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pengertian motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sementara itu, dalam
psikologi, pengertian motivasi adalah usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.
Pengertian Motivasi Menurut Ahli
1. Weiner. Menurut Weiner (1990), pengertian motivasi
adalah kondisi internal yang membangkitkan kita untuk
bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu,
dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.
2. John W Santrock. Pengertian motivasi adalah proses
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah, dan bertahan lama.
3. Abraham Maslow. Pengertian motivasi adalah sesuatu
yang bersifat konstan (tetap), tidak pernah berakhir,
berfluktuasi dan bersifat kompleks, dan hal itu kebanyakan
merupakan karakteristik universal pada setiap kegiatan
organisme.
4. Uno. Menurut Uno (2007), pengertian motivasi adalah
dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang
diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat, dorongan
dan kebutuhan, harapan dan cita-cita, penghargaan, dan
penghormatan.

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 82 83
5. Thomas M. Risk. Pengertian motivasi adalah usaha yang
disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif
pada diri siswa yang menunjang ke arah tujuan-tujuan
belajar.
6. Mc.Donald. Pengertian motivasi adalah perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
7. A.W Bernard. Pengertian motivasi adalah fenomena yang
dilibatkan dalam perangsangan tindakan kearah tujuan
tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan
kearah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi merupakan
usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk
mencapai tujuan tertentu.
8. Chaplin. Pengertian motivasi adalah variable penyelang
yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor
tertentu didalam membangkitkan, mengelola,
mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju
suatu sasaran.
9. Tabrani Rusyan. Pengertian motivasi adalah kekuatan
yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan.
10. Imron (1966). Imron menjelaskan bahwa motivasi berasal
dari bahasa Inggris “motivation” yang berarti dorongan
atau pengalasan untuk melakukan suatu aktivitas hingga
mencapai tujuan.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 84 85
Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
suatu kegiatan, yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan
dari kegiatan tersebut. Dimana motivasi merupakan
pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.
Menurut Sardiman (2018:25), fungsi motivasi ada 3 yaitu:
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuan.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Selanjutnya, Sukmadinata (2011:62), mengatakan bahwa
motivasi memiliki 2 fungsi, yaitu:
a) Mengarahkan (directional function). Dalam mengarahkan
kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau
menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai.
Apabila sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang
diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan
mendekatkan. Sedangkan bila sasaran tidak diinginkan
oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 84 85
b) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating
and energizing function). Suatu perbuatan atau kegiatan
yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan
dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah
dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat, maka
akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah dan
penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil
lebihbesar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan dan mencapai prestasi.
Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka seseorang yang melakukan kegiatan
itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan sasaran
akan tercapai.
Macam-Macam Motivasi
Motivasi banyak sekali macamnya, karena dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Namun penulis hanya akan
membahas dari dua macam sudut pandang yaitu motivasi
yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa disebut
motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar pribadi
seseorang yang biasa disebut motivasi ekstrinsik. Menurut
Tambunan (2015:196), motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik merupakan jenis motivasi berdasarkan sumbernya.
Adapun motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik tersebut
yaitu:

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 86 87
a) Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang ditimbulkan
dari diri seseorang. Motivasi ini biasanya timbul karena
adanya harapan, tujuan dan keinginan seseorang
terhadap sesuatu sehingga dia memiliki semangat untuk
mencapai itu.
b) Motivasi ekstrinsik, adalah sesuatu yang diharapkan akan
diperoleh dari luar diri seseorang. Motivasi ini biasanya
dalam bentuk nilai dari suatu materi, misalnya imbalan
dalam bentuk uang atau intensif lainnya yang diperoleh
atas suatu upaya yang telah dilakukan.
Adapun menurut Sardiman (2018:89), mengatakan
bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah sebagai
berikut:
a) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.
b) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar.
Menurut pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar yang ada pada diri siswa diantaranya
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. motivasi intrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri,
tanpa adanya rangsangan dari luar, sebaliknya motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang dimbul akibat adanya
rangsangan dari luar diri siswa.

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 86 87
Pengertian Motivasi Dalam Islam
Banyak ahli menegaskan, bahwa istilah motifasi berasal
dari kata motif, yang dapat dimaknai sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat
diambil secara langsung, tatapi dapat di interprestasikan
dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Disisi lain, sumardi suryabrata lebih menekankan motifasi
terhadap sesuatu yang terdapat dalam diri pribadi orang yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu
guna mencapai tujuan. Oleh karena itu, bagi penulis motif itu
adalah potensi internal individu (al-fithrat al-dakhiliyyat al-
fardhiyyat), yang telah tercipta ketika ruh di tiupkan kedalam
jasad, yang mendorongnya untuk melakukan suatu aktifitas.
Sifat abstrak, namun sangat menentukan terhadap sikap dan
perbuatan individu.
Kata “motif”, diartikan sebagai upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Islam tidak saja membatasi pada anjuran supaya belajar,
bahkan menghendaki supaya seseorang itu terus-menerus
melakukan pembahasan dan studi. Rasulullah bersabda :
َ
مِــل
َ
ع
ْ
د
َ
ق
ُ
هــ
َّ
ن
َ
أ
َّ
ن
َ
ظ ا
َ
ذِإ
َ
ف
َ
م
ْ
لِع
ْ
لا
َ
ب
َ
ل
َ
ط ا
َ
م ا
ً
مِل
َ
ع
ُ
ء
ْ
ر
َ
م
ْ
لا
ُ
لا
َ
ز
َ
ي
َ
ل

َ
لـــِه
َ
ج
ْ
د
َ
ق
َ
ف

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 88 89
“seseorang itu dapat dianggap seorang yang alim
dan berilmu, selama ia masih terus belajar. Apabila
ia menyangka bahwa ia sudah serba tahu, maka ia
sesungguhnya seorang jahil”.
Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat
tempat yang baik apabila orang-orang Islam tidak mempunyai
pengetahuan yang matang dan fikiran yang sehat. Oleh
karena itu pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa)
bagi manusia. Dalam belajar (menuntut ilmu), Islam tidak
membedakan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana
sabdanya:
ٍمِل
ْ
س
ُ
م ِ
ُّ
ك
ََ
ع
ٌ
ة
َ
ضي
ِ
ر
َ
ف ِم
ْ
لِع
ْ
لا
ُ
ب
َ
ل
َ
ط
“Dari Anas ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim”
(HR. Baihaqi)
Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap
insan yang beriman kepada Allah, dan orang Islam yang
menuntut ilmu berarti ia telah mentaati perintah Allah dan
Rasul-Nya, karena Allah memerintahkan kepada setiap
mukmin untuk menuntut ilmu. Tanpa ada pembedaan,
agama Islam menganjurkan setiap lelaki dan perempuan
belajar serta menggunakan ilmu yang dimilikinya, juga
untuk mengembangkan dan menyebarkan ilmunya. Islam
tidak saja membatasi pada anjuran supaya belajar, bahkan
menghendaki supaya seseorang itu terus menerus melakukan
pembahasan, mencari dan belajar.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 88 89
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini,
terkandung tiga elemen penting, diantaranya yaitu:
1. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga
dalam diri seseorang
Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan
energi pada setiap individu manusia. Perkembangan motivasi
akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem
“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.
Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun
motivasi itu muncul dalam diri manusia), penampakannya
akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi itu Ditandai oleh Dorongan Afektif
Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”,
afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat
menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi Ditandai oleh Reaksi-reaksi Mencapai Tujuan
Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi
motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari
suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam
diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/
terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Dengan ke tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan
bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi
akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang
ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut (bersangkut

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 90 91
paut) dengan persolan gejala kejiwaan, perasaan dan juga
emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau
keinginan.
Hakekat Motivasi
Banyak ahli menegaskan, bahwa istilah motivasi berasal
dari kata motif, yang dapat dimaknai sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat
diambil secara langsung, tatapi dapat di interprestasikan
dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Disisi lain, sumardi suryabrata lebih menekankan motivasi
terhadap sesuatu yang terdapat dalam diri pribadi orang yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu
guna mencapai tujuan. Oleh karena itu, menurut Prof. Dr. H.
Samsul Nizar, M.A. motif itu adalah potensi internal individu
(al-fithrat al-dakhiliyyat al-fardhiyyat), yang telah tercipta
ketika ruh di tiupkan kedalam jasad, yang mendorongnya
untuk melakukan suatu aktifitas. Sifatnya abstrak, namun
sangat menentukan terhadap sikap perbuatan individu.
Sama halnya dengan motif, pandangan ahli tentang
motivasi bervariasi, Mc Donal memandang motivasi sebagai
perubahan energi didalam energi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Asnawir, lebih menekankan motivasi
kepada penggerak dalam diri manusia untuk berbuat serta
memberikan arah kepada perbuatan tersebut.

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 90 91
Bagi penulis, motivasi segala sesuatu (kullu al-syaiy), baik
eksternal (al-kharajiyyat) maupun internal (al-dakhilyyat)
yang menggerakkan jiwa (al-tahriq al-nafs) dan raga (al-
jism) individu untuk melakukan sesuatu, yang menghasilkan
tindakan baik (al-akhlaq al-munjiyyat) dan tindakan buruk
(al-akhlaq-almajmumat).
Peningkatan Motivasi dalam Hadis
Tanpa mengulang pemaknaan dan peranan motivasi,
baik yang dikemukakan para ahli, maupun penulis sendiri.
Jelas, dalam konteks pendidikan islam, peningkatan motivasi
dapat difahami sebagai semua hal yang dapat meningkatkan
keinginan individu untuk mencapai prestasibelajar mengajar.
Hal lain yang penting dalam peningkatan motivasi adalah
keteladanan rasulullah SAW dalam perkataan, perbuatan dan
penetapan. Ketiga model peningkatan motivasi tersebut,
dapat diulas dan analisis sebagai berikut:
1. Penanaman Aqidah-Tauhid ( zar’u al-‘qidat-al-tauhid )
Pendidikan pada fase makkah materi utamanya adalah
aqidah-tauhid. Ayat-ayat yang turunpun, banyak berbicara
masalah tauhid. Misalnya, ayat yang membicarakan tentang
keesaan allah. Allah zat yang disembah dan meminta
pertolongan, allah zat yang tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Dengan tuntutan aqidah-tauhid berdasarkan
firman ilahi tersebut, keimanan sahabat makin mantap, dan
mempengaruhi seluruh aktifitas mereka.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 92 93
Dalam catatan sejarah islam, umumnya umat islam, tidak
ada yang membantah atas statemen; bahwa generasi yang
hidup pada masa rasulullah SAW adalah generasi terbaik, yang
dilahirkan ke muka bumi. Hal tersebut, dibuktikan dengan
semangat para sahabat dalam beramal, berjuang dan belajar.
Misalnya, Mush’ab bin ‘Umair seorang yang tampan gagah
perkasa, rela mati syahid menjadi tameng rasulullah SAW
pada saat perang uhud. Abu hurairat, ahli hadits, memiliki
semangat luar biasa mengikuti majlis-majlis rasulullah,
bahkan menghibahkan dirinya belajar hadits, dengan selalu
mendampingi dan selalu mengikuti jejak rasulullah SAW.
Dalam pendidikan islam, konsep peningkatan motivasi
yang ditawarkan adalah motivasi internal-eksternal, vertikal-
horizontal. Etos kerja yang bermotifkan ibadah. Dalam
perspektif islam, karakter manusia banyak dipengaruhi oleh
sikapnya. Sedangkan sikap seseorang amat di pengaruhi oleh
nilai-nilai yang ia yakini. Islam jelas mengajarkan bahwa nilai
setiap amal atau kerja manusia ditentukan oleh niat atau
motif pelakunya. Adapun nilai terpenting yang mutlaq harus
ada pada orang islam, ialah nilai yang bersumber pada aqidah
dan tauhid.
2. Motivasi Melalui Metode Uswat hasanat
Allah SWT sebagai pendidik hakiki, menjadikan prinsip
keteladanan, yang di operasionalkan melalui tindakan
rasulullah SAW, dalam upaya peningkatan motivasi manusia
untuk beretos kerja tinggi. Al-Maraghi menjelaskan kata
uswat hasanat dalam QS. AL-Ahzab : 21 sebagai berikut, 
ََّ
للا و
ُ
ج
ْ
ر
َ
ي
َ
ن
َ
ك
ْ
ن
َ
مِل
ٌ
ة
َ
ن
َ
س
َ
ح
ٌ
ة
َ
و
ْ
س
ُ
أ ِ
َّ
للا ِلو
ُ
س
َ
ر ِف
ْ
م
ُ
ك
َ
ل
َ
ن
َ
ك
ْ
د
َ
ق
َ
ل

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 92 93
ا
ً
يرِث
َ
ك
ََّ
للا
َ
ر
َ
ك
َ
ذ
َ
و
َ
رِخ
ْ
لا
َ
م
ْ
و
َ
ْ
لا
َ
و
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.( QS. AL-Ahzab
: 21).
Setelah nabi wafat, sebagai pewaris nabi adalah
pendidik (ulama’:orang banyak ilmunya). Tidak dipungkiri,
murid-murid cenderung meneladani pendidiknya. Dengan
memberikan keteladanan yang baik, seorang pendidik
akan lebih mudah meningkatkan motivasi belajar terhadap
peserta didik. Dengan keteladanan, seorang manager akan
dapat meningkatkan motivasi kerja, manager dan pimpinan
yang bekerja terlebih dahulu sebelum menyuruh akan
lebih di hargai dan di hormati. Menceritakan kisah-kisah
teladan yang ada didalam al-qur’an, menjelaskan pemikiran,
usaha, sikap, prinsip dan prestasi tokoh-tokoh dunia yang
berpengaruh. Kisah keteladanan tokoh-tokoh tersebut akan
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. Metode Targhib dan Tarhib 
Targhib adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan
akhirat yang disertai bujukan. Tarhib adalah ancaman karena
dosa yang dilakukan. Targhib bertujuan agar ornag mematuhi
aturan allah, tarhib demikian juga. Akan tetapi tekanannya
ialah targhib agar melakukan kebaikan, tarhib agar menjauhi
kejahatan.
Model ini dilandaskat atas fitrah (sifat kejiwaan) manusia,
yang sifat keingininan kepada kesenangan, keselamatan dan

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 94 95
tidak meningkatkan kepedihan, kesengsaraan. Perbedaan itu
mempunyai implikasi yang penting, diantaranya :
1. Targhib dan tarhib lebih tegur karena akarnya transendent
(ketuhanan-ukhrawiy) sedangkan teori hukuman dan
ganjaran hukumnya berdasarkan sesuatu yang duniawi.
2. Targhib dan tarhib mengandung aspek iman
3. Secara operasional, Targhib dan tarhib lebih mudah
dilaksanakan dari pada hukuman dengan ganjaran karena
materi Targhib dan tarhib sudah ada dalah al-qur’an dan
hadits nabi, sedangkan hukuman dan ganjaran dalam
metode barat harus ditemukan sendirin oleh guru.
4. Targhib dan tarhib lebih universal, dapat digunakan siapa
saja dan dimana saja. Sedangkan jenis hukuman dan
ganjaran dalam metode barat harus disesuaikan dengan
orang tertentu dan tempat tertentu.
5. Targhib dan tarhib lebih lemah dari pada ganjaran dan
hukuman, karena hukuman dan ganjaran lebih nyata dan
langsung waktu itu juga, sedangkan Targhib dan tarhib
kebanyakan ghaib dan diterima di akhirat.
Rasulullah SAW juga memberikan support, motivasi
terhadap umatnya agar rajin mengajarkan ilmu. Sebagaimana
dalam sabdanya sebagai berikut :
,ءاجر نب ةملس انبرخأ نىاعنصلا علىلأا دبع نب دممح انثدح
نع,نحمرلا دبع وبأ مساقلا انبرخا ليجم نب دليولا انبرخا
امهدحا نلاجر ﷺ للها ل وسرل
َ
رك
ُ
ذ لاق ّ
ِ
ليهالبا ةمامأ بىا
دباعلا على ملاعلا لضف ﷺ للها ل وسر لاقف
ٌ
مل
َ
ع
ُ
رخلااو
ٌ
دبع

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 94 95
هتكئلامو للها نا ﷺ للها ل وسر لاق
ّ
مث مكاندا على ليضفك
تولحا تىحو اهرحج فى ةلملنا تىح ينضرلااو تاومسلا لهاو
)ىذمترلا هاور( .يرلخا  سالنا ملعم على نولصلي
"menceritakan kepada kami Muhammad ibn ‘Abdul
A’la al-Sana’ani, memberitakan kepada kami salamat
ibn raja’, memberitakan kepada kami walid ibn Jamil,
memberitakan kepada kami Qasim ibn ‘Abdurrahman,
dari amanah al-Bahili, berkata “ disebutkan bagi
Rasulullah SAW ada dua orang laki-laki, satu orang
ahli ibadah dan satu lagi orang ahli ilmu. Maka berkata
Rasulullah SAW, “keutamaan seorang ahli ilmu atas
orang ahli ibadah seperti keutamaan antara saya sengan
yang paling rendah diantara kamu, kemudian berkata
Rasulullah SAW, sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya,
penduduk langit dan bumi, sampai semut yang berada
pada batu dan ikan, mereka bershalawat kepada
seorang pendidik yang mengajarkan kebaikan.” (HR. At-
Tirmidzi).
Pendidik harus mengamalkan sikap-sikap terpuji, seperti
dermawan. Orang yang bodoh dermawan lebih utama
dibandingkan orang yang berilmu, akan tetapi bakhil (kikir).
Isi langit dan bumi memohonkan ampun bagi orang-orang
yang berilmu. Manusia paling utama ialah mukmin yang
berilmu, dija diperlukan umat, ia berguna, dan kalau tidak, ia
berguna bagi dirinya sendiri.
Tinta para ulama’ di hari akhirat ditimbang dengan
darah orang-orang syahid. Orang yang mengajarkan kepada
umat sebanyak 40 hadits sampai hafal, diberi syafaat oleh

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 96 97
rasulullah. Orang yang faham tentang agama allah, niscaya
di cukupkan allah kepentingannya dan di beri rizqi tanpa
diduganya semula.
Dari beberapa kutipan Al-Qur’an dan hadits diatas,
terlihat bahwa islam memberikan motivasi yang luar biasa
untuk menuntut ilmu dan beramal. Dengan demikian,
metode targhib dan tarhib merupakan metode yang tepat dan
ekselen dalam peningkatan motivasi seorang untuk memiliki
etos kerja islam. Pendidikan islam yang dasar utamanya al-
Qur’an dan hadits, sesungguhnya mencakup konsep-konsep
psikologi, terutama dalam meningkatkan motivasi etos
kerja. Hanya saja, dibutuhkan kerja keras dari cendekia dan
intelektual muslim. 
Pendidik harus mengamalkan sikap-sikap terpuji, seperti
dermawan. Orang yang bodoh dermawan lebih utama
dibandingkan orang yang berilmu, akan tetapi bakhil (kikir).
Isi langit dan bumi memohonkan ampun bagi orang-orang
yang berilmu. Manusia paling utama ialah mukmin yang
berilmu, dija diperlukan umat, ia berguna, dan kalau tidak, ia
berguna bagi dirinya sendiri.
Tinta para ulama’ di hari akhirat ditimbang dengan
darah ornag-ornag syahid. Orang yang mengajarkan kepada
umat sebanyak 40 hadits sampai hafal, diberi syafaat oleh
rasulullah. Orang yang faham tentang agama allah, niscaya
di cukupkan allah kepentingannya dan di beri rizqi tanpa
diduganya semula. Dari beberapa kutipan Al-Qur’an dan
hadits diatas, terlihat bahwa islam memberikan motifasi yang
luar biasa untuk menuntut ilmu dan beramal.

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 96 97
Manfaat Motivasi Dalam Pendidikan Islam
Motivasi merupakan hal yang esensial dalam belajar atau
menuntut ilmu. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada
motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin
berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senang tiasa
menentukan intensitas usaha belajar. Sehubungan dengan
hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi, seagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini motivasi
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang
hendak dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
pebuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai, guna
mencapai tujuan, dengan menyisikan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
4. Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha
dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik
dalam belajar atau menuntut ilmu akan menuntukkan
hasil yang baik pula
Hadis Motivasi Pendidikan
Imam Syafi’i pernah berkata, “Ta’allam falaisal mar’u
yuuladu ‘aaliman. Belajarlah karena tidak ada orang yang
terlahir dalam keadaan berilmu. Setiap insan lahir dalam
keadaan sama, suci dari dosa dan tak berilmu. Akan tetapi,

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 98 99
manusia sudah dibekali insting belajar, dari mulai belajar
berjalan, berbicara, mengetahui nama-nama benda, hingga
mengenal tuhan. Maka, belajar adalah sifat alamiah manusia
yang perlu terus diasah dan dikembangkan. Nah, beberapa
hadis ini dapat membuat kita makin semangat belajar:
1. Orang yang belajar dimudahkan jalan menuju surga
Allah Swt akan memudahkan jalan menuju surga untuk
hambanya yang senantiasa mencari ilmu. Sebagaimana
potongan hadis riwayat Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw
bersabda:
َ
لِإ ا
ً
قي
ِ
ر
َ
ط ِهِب
ُ
َ
ل
َُّ
للا
َ
ل
َّ
ه
َ
س ا
ً
م
ْ
لِع ِهيِف
ُ
سِم
َ
ت
ْ
ل
َ
ي ا
ً
قي
ِ
ر
َ
ط
َ
ك
َ
ل
َ
س
ْ
ن
َ
م

ِة
َّ
ن
َ
ْ
لا
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya.”
(HR. Muslim)
Abdurrauf Al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengatakan,
orang yang dimudahkan menuju surga adalah mereka yang
mencari ilmu karena ikhlas mengharap ridha Allah Swt,
bukan karena riya. Melalui ilmu yang dimilikinya, Allah akan
memudahkannya melakukan amal saleh. Sedangkan amal
saleh adalah wasilah bagi seorang hamba dimasukkan ke
surga
2. Semua makhluk di bumi mendoakan penuntut ilmu
Tak hanya orang tua yang selalu mendoakan anaknya,
seluruh makhluk yang ada di bumi ini bahkan ikut mendoakan
orang yang giat mencari ilmu. Rasulullah Saw bersabda:

Hadits Tentang Motivasi Pendidikan 98 99
َ
مِلا
َ
ع
ْ
لا
َّ
نوَإِ ،ِم
ْ
لِع
ْ
لا ِبِلا
َ
طِل ا
ً
ضِر ا
َ
ه
َ
ت
َ
حِن
ْ
ج
َ
أ
ُ
ع
َ
ض
َ
َ
ل
َ
ة
َ
كِئ
َ
ل
َ
م
ْ
لا
َّ
نوَإِ
ِف
ُ
نا
َ
تيِ
ْ
لا
َ
و ،ِض
ْ
ر
َْ
لا ِف
ْ
ن
َ
م
َ
و ،ِتا
َ
و
َ
م
َّ
سلا ِف
ْ
ن
َ
م
ُ
َ
ل
ُ
رِف
ْ
غ
َ
ت
ْ
س
َ
ي
َ
ل
ِءا
َ
م
ْ
لا ِف
ْ
و
َ
ج
“Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya
sebagai keridaan kepada penuntut ilmu. Orang yang
berilmu akan dimintai ampunan oleh penduduk langit
dan bumi, bahkan hingga ikan yang ada di dasar
laut.”(HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
3. Menuntut ilmu adalah jihad
Siapa bilang berjihad melulu harus mengangkat senjata.
Ada banyak cara jihad, salah satunya dengan menuntut ilmu. 
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda:
َ
عِج
ْ
ر
َ
ي
َّ
ت
َ
ح ِ
َّ
للا
ِ
ليِب
َ
س ِف
َ
و
ُ
ه
َ
ف ِم
ْ
لِع
ْ
لا ِب
َ
ل
َ
ط ِف
َ
ج
َ
ر
َ
خ
ْ
ن
َ
م
“Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu,
maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali.”
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin mengutip
perkataan Abu Darda, “Siapa yang tak menganggap bahwa
menuntut ilmu bukan bagian dari jihad, maka berkuranglah
akalnya
Kesimpulan
Pendidikan sangat penting bagi manusia dan dalam
pendidikan dibutuhkan motivasi, Motivasi akan mendorong
kita untuk melakukan tindakan. Dengan adanya motivasi

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 100 101
belajar, Manusia akan senantiasa semangat untuk terus
belajar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.Berdasarkan
riwayat diatas, dapat disimpulkan, bahwa rasulullah SAW
adalah motifator ulung yang berhasil menggerakkan
semangat umat untuk gemar belajar dan mengkaji ilmu
pengetahuan dan mengembangkannya.
Peningkatan motivasi yang diterapkan Rasulullah SAW,
dengan berbagai macam metode dan pendekatan, yaitu
dengan cara penanaman aqidah dan tauhid yang kokoh,
prinsip metode dan keteladanan serta metode al-targhib dan
al-tarhib.

Pendidikan Islam Generasi Millenial 100 101
Bab 7
Pendidikan Islam
Generasi Millenial
Pengertian Dasar Pendidikan Islam
Memahami pendidikan Islam dapat ditelusuri melalui
keseluruhan sejarah kemunculan Islam itu sendiri. Tentu saja
untuk memahaminya, tidaklah dipahami sebagai sebuah
sistem pendidikan yang sudah mapan dan sistematis,
melainkan proses pendidikan lebih banyak terjadi secara
insidental bahkan mungkin lebih banyak yang bersifat jawaban
dari berbagai problematika yang berkembang pada masa itu.
Pendidikan dalam Islam, secara bahasa memiliki terma yang
sangat varian. Perbedaan ini tidak terlepas dari banyaknya
istilah yang muncul dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai
sumber rujukan utama pendidikan Islam yang menyebutkan
kata (kalimah) yang memiliki konotasi pendidikan atau
pengajaran. Setidaknya, ada empat istilah yang digunakan

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 102 103
untuk menyebutkan makna pendidikan, misalnya tarbiyah,
ta’dib, ta’lim dan riyadhah. Tiga dari empat istilah tersebut
pernah direkomendasikan oleh Konfrensi Internasional
I tentang Pendidikan Islam di Mekkah pada tahun 1977.
Masing-masing terma tersebut, jelas memiliki aksentuasi
dan implikasi yang berbeda. Berikut akan dijelaskan masing-
masing istilah tersebut.
1. At Tarbiyah
Menurut Abdurrahman Al Nahlawi, kata tarbiyah secara
bahasa merupakan kata yang berasal tiga 3 akar kata, yakni,
pertama raba yarbu, yang berarti bertambah atau bertumbuh.
Pengertian ini dapat dilihat dalam QS.Al-Rum, ayat 39.
ِ
ّٰ
للا
َ
د
ْ
نِع ا
ْ
و
ُ
ب
ْ
ر
َ
ي
َ
ل
َ
ف ِسا
َّ
لنا ِلا
َ
و
ْ
م
َ
ا
ْٓ
ِف
۠
ا
َ
و
ُ
ب
َْ
ي
ّ
ِل ا
ً
ب
ّ
ِر
ْ
نِ
ّ
م
ْ
م
ُ
ت
ْ
ي
َ
ت
ٰ
ا
ٓ
ا
َ
م
َ
و
َ
ن
ْ
و
ُ
فِع
ْ
ض
ُ
م
ْ
لا
ُ
م
ُ
ه
َ
كِٕىۤ
ٰ
لو
ُ
ا
َ
ف ِ
ّٰ
للا
َ
ه
ْ
ج
َ
و
َ
ن
ْ
و
ُ
د
ْ
ي
ِ
ر
ُ
ت ٍةو
ٰ
ك
َ
ز
ْ
ن
ّ
ِم
ْ
م
ُ
ت
ْ
ي
َ
ت
ٰ
ا
ٓ
ا
َ
م
َ
وۚ
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
harta manusia bertambah, maka tidak bertambah
dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh
keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya). Qs: Al-Rum Ayat 39
Kedua, berasal dari “rabiya yarba, yang berarti menjadi
dasar, ketiga, rabba yarubbu, yang berarti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntut, menjaga dan memelihara.
Pengertian ini dapat dilihat pada Qs.Al-Isra, ayat 24.

Pendidikan Islam Generasi Millenial 102 103
ا
َ
م
َ
ك ا
َ
م
ُ
ه
َْ
ح
ْ
را ِ
ّ
ب
َّ
ر
ْ
ل
ُ
ق
َ
و ِة
َْ
ح
َّ
رلا
َ
نِم ِ
ّ
ل
ُّ
لذا
َ
حا
َ
ن
َ
ج ا
َ
م
ُ
ه
َ
ل
ْ
ضِف
ْ
خا
َ
و
ۗا
ًْ
يِ غ
َ
ص
ْ
ِ
ن
ٰ
ي
َّ
ب
َ
ر
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan
penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku!
Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil.” Qs: Al-Isra : 24
2. Al Ta’dib
Kata Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba,
yang berarti pengenalan dan pengakuan yang secara bertahap
ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan
sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan
dan pengakuan Kekuasaan dan Keagungan Tuhan di dalam
tatanan wujud dan keberadaannya. Pengertian ini didasarkan
pada Hadits Rasulullah saw. yang mengatakan “addabani
rabbi fa ahsana ta’dibi” (Tuhanku telah mendidikku, sehingga
menjadikan baik pendidikanku). Kata Ta’dib ini menurut
Naquib Al-Attas
3. At Ta’lim
Menurut Abdul Fattah Jalal dalam buku Minal Ushul
al- Tarbawiyah fi al-Islam, istilah Ta’lim diartikan dengan
proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir
untuk melakukan pembinaan pengetahuan, pemahaman,
pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah Batasan
pengertian ini dipahami lebih luas cakupannya dibandingkan
dengan istilah Al- Tarbiyah, terutama dalam konteks
sequency (cakupan dan wilayah) subjek atau objek didiknya.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 104 105
Sementara menurut Athiyah Al-Abrasy, ta’lim diartikan
dengan upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada
aspek-aspek tertentu saja. Al- Ta’lim merupakan bagian kecil
dari al-tarbiyah alaqliyah, yang hanya mencakup domaik
kognitif saja dan tidak menyentuh aspek (domain) afektif dan
psikomotorik.
4. Riyadhah
Istilah riyadhah merupakan istilah pendidikan yang
digunakan dan dikembangkan oleh Imam Al-Ghazali untuk
menyebutkan istilah pelatihan terhadap pribadi individu pada
fase anak-anak, atau yang dikenal dengan riyadhatusshibyan.
Imam Al- Ghazali dalam mendidik anak, lebih menekankan
pada domain afektif dan psikomotor dibandingkan penguasan
dan pengisian domain kognitif (intelektual).
Dalam praksisnya, para pakar berbeda pendapat
mengenai definisi pendidikan Islam itu sendiri. Berikut
beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam dalam
mendefinisikan istilah Pendidikan Islam
Prinsip pendidikan Milenial
Generasi adalah sekumpulan orang-orang pada suatu
waktu yang diklasifikasikan dengan berdasarkan pada usia,
tahun kelahiran dan kejadian tertentu yang berpengaruh
terhadap perkembangan dan kebiasaan hidup. Definisi lain
dikemukakan oleh Parry dan Urwin generasi adalah sebuah
perangkat peristiwa sejarah dan fenomena yang dapat
menciptakan kesenjangan generasi yang berbeda.Sedangkan

Pendidikan Islam Generasi Millenial 104 105
menurut Mannheim dalam Padayachee menyebutkan teori
generasi merupakan jenis identitas lokal tertentu yang
berhubungan dengan kelompok umur yang ada pada proses
sosial histori pok umur yang ada pada proses sosial histori.
Generasi milenial atau generasi Z menurut Salleh Dkk
generasi ini lahir disaat tekhnologi sudah berkembang
dengan pesat dan pada saat dunia mulai diguncang dengan
isu terorisme, ketidakstabilan politik, perubahan iklim yang
ekstrim hingga isu kesehatan dunia seperti virus mematikan.
Generasi ini melihat dan membaca langsung dari tekhnologi
yang mereka pakai inilah yang menjadikan generasi ini yang
tidak suka mengambil resiko atau bahasa sederhana nya
generasi mencari janni generasi yang tidak suka mengambil
resiko atau bahasa sederhananya generasi mencari jalan
aman.Yang menarik dari generasi ini adalah kecenderungan
dan reaksi mereka terhadap isu global,secara umum generasi
ini cenderung toleran jika dibandingkan dengan generasi
sebelumnnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Rothman dikutip oleh
Cilliers mengenai generasi ini ada ada perbedaan struktural
antara generasi ini dengan sebelumnya hal ini tidak
disebabkan oleh genetik namun oleh faktor otak yang dimiliki
oleh generasi ini seolah-olah seperti kabel yang canggih dan
memiliki citra visual yang kompleks Jika dihubungkan dengan
pembelajaran, generasi ini lebih menyukai pembelajaran
dalam bentuk visual karena bagian otak yang mengatur
bagian ini dikembangkan lebih baik daripada bagian yang
lainnya. Menurut Hampton dan Key generasi ini digambarkan
sebagai pribadi yang memiliki pengetahuan yang luas tentang
perbedaan, mereka memang terlahir disituasi yang memiliki

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 106 107
banyak perbedaan diantaranya suku, ras, budaya bahasa dan
yang lainnya. Ini yang melatar belakangi generasi ini yang
tinggi akan nilai toleransinya. Adapun mengenai karakteristik
generasi ini dikemukakan oleh Grail yang dikutip oleh Hariadi
dan Sudamaningtyas diantaranya:
1. Sangat nyaman dan bebas dalam menggunakan
tekhnologi
2. Multitasking terhadap berbagai produk daring dan
peralatan canggih tekhnologi
3. Memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi dengan
banyaknya informasi yang diakses
4. Selalu terhubung dengan media sosial lintas negara dan
budaya
5. Sangat nyaman dan bebas dalam menggunakan
tekhnologi
6. Multitasking terhadap berbagai produk daring dan
peralatan canggih tekhnologi
7. Memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi dengan
banyaknya informasi yang diakses
8. Selalu terhubung dengan media sosial lintas negara dan
budaya
Dasar-dasar Pendidikan Islam Menurut Al
Quran
Dasar ilmu pendidikan Islam tentu saja didasarkan pada
falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada
falsafah hidup suatu negara, tanpa dibatasi oleh ruang

Pendidikan Islam Generasi Millenial 106 107
dan waktu. Ajaran itu bersumber dari al-Qur`an, sunnah
Rasulullah saw, (selanjutnya disebut Sunnah), dan ra`yu (
hasil pikir manusia).
Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis. Al-
Qur`an harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau
penjelasan tidak ditemukan di dalam al-Qur`an, maka harus
dicari di dalam sunnah, apabila tidak ditemukan juga dalam
sunnah, barulah digunakan ra`yu. Sunnah tidak bertentangan
dengan al-Qur`an , dan ra`yu tidak boleh bertentangan
dengan al-Qur`an dan sunnah. Pada dasarnya semua dasar
agama Islam akan kembali kepada kedua sumber utama yaitu
al- Quran dan as- Sunnah.
Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah agar umat Islam
tidak tersesat dalam menjalani hidupnya, Al-Qur`an adalah
kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad saw
dalam bahasa Arab yang terang, guna menjelaskan jalan
hidup yang bermaslahat bagi umat manusia baik di dunia
maupun di akhirat. Terjemahan al-Qur`an kedalam bahasa
lain dan tafsirannya bukanlah al-Qur`an, dan karenanya
bukan nash yang qath`i dan sah dijadikan rujukan dalam
menarik kesimpulan ajarannya
َ
ن
ْ
يِ
َّ
لا
َْ
يِنِم
ْ
ؤ
ُ
م
ْ
لا
ُ
ِ
ّ
ش
َ
ب
ُ
ي
َ
و
ُ
م
َ
و
ْ
ق
َ
ا
َ
ِه
ْ
ِ
ت
َّ
لِل
ْ
يِد
ْ
ه
َ
ي
َ
ن
ٰ
ا
ْ
ر
ُ
ق
ْ
لا ا
َ
ذ
ٰ
ه
َّ
نِا
ۙا
ًْ
يِب
َ
ك ا
ً
ر
ْ
ج
َ
ا
ْ
م
ُ
ه
َ
ل
َّ
ن
َ
ا ِت
ٰ
حِل
ّٰ
صلا
َ
ن
ْ
و
ُ
ل
َ
م
ْ
ع
َ
ي
Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang
paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang
mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka
akan mendapat pahala yang besar, Qs: Al-Isra Ayat 9

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 108 109
Petunjuk al-Qur`an sebagaimana di kemukakan Mahmud
Syaltut di kelompokkan menjadi tiga pokok yang disebutnya
sebagai maksud-maksud al-Qur`an, yaitu: pertama, Petunjuk
tentang aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh
manusia dan tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan
serta kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
Kedua, Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan
menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang
harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan. Ketiga, Petunjuk
mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam
hubugannya dengan tuhan dan sesamanya.Pengelompokan
tersebut dapat disederhanakan menjadi dua, yaitu petunjuk
tentang akidah dan petunjuk tentang syari`ah.
Dalam menyajikan maksud-maksud tersebut, al-
Qur`an menggunakan metode-metode sebagai berikut:
Mengajak manusia untuk memperhatikan dan mengkaji
segala ciptaan Allah, Menceritakan kisah umat terdahulu
kepada orang-orang yang mengerjakan kebaikan maupun
yang mengadakan kerusakan, sehingga dari kisah itu
manusia dapat mengambil pelajaran tentang hukum sosial
yang diberlakukan Allah terhadap mereka., Menghidupkan
kepekaan bathin manusia yang mendorongnya untuk
bertanya dan berfikir tentang awal dan materi kejadiannya,
kehidupannya dan kesudahannya,sehingga insyaf akan
Tuhan yang menciptakan segala kekuatan, dan Memberi
kabar gembira dan janji serta peringatan dan ancaman.
Menurut M. Quraish Shihab hubungan al-Qur`an dan
ilmu tidak di lihat dari adakah suatu teori tercantum di dalam
al-Qur`an, tetapi adakah jiwa ayat-ayatnya. menghalangi

Pendidikan Islam Generasi Millenial 108 109
kemajuan ilmu atau sebaliknya, serta adakah satu ayat al-
Qur`an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah
yang telah mapan. Kemajuan ilmu tidak hanya dinilai dengan
apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi
juga diukur terciptanya suatu iklim yang dapat mendorong
kemajuan ilmu itu. Dalam hal ini para ulama` sering
mengemukakan perintah Allah.
Dasar Dasar Pendidikan islam Generasi
Milenial
Al-Qur’an menyebut pemuda dengan beberapa
terminologi. Misalnya dapat ditemukan ‘fata’, yang menunjuk
makna pemuda atau anak muda pada beberapa ayat dalam
bentuk derivasi, baik mufrad (tunggal) mutsanna (dua orang)
dan jamak tersebut terulang sebanyak tujuh kali dalam tujuh
ayat, yaitu:
1. Fata, artinya: seorang pemuda, terdapat dalam QS. Yusuf
[12]: 30, al-Kahfi
2. Fatayani, artinya: dua orang pemuda (bentuk tatsniyah)
terdapat QS. Yusuf [12]: 36
3. al-Fityatu, artinya: para pemuda, terdapat pada QS. al-
Kahfi [18]: 13)
4. Fityan, artinya: para pemuda, terdapat pada QS. Yusuf
[12]: 62)
5. Fatayat, artinya: para pemudi, terdapat pada QS. al-Nisa’
[4]: 25) Ayat-ayat sebagaimana disebut di atas memiliki
konteks yang berbeda-beda, tetapi fokusnya satu yaitu

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 110 111
tentang sosok pemuda. Kecuali term yang disebut
terakhir (fatayat) meskipun diartikan pemudi, tetapi
konteks pembicaraannya adalah tentang perbudakan.
Penyebutan ‘pemuda’ dalam Al-Qur’an dengan fata
dan fityah, selalu merujuk kepada tokoh-tokoh dengan
karakter yang positif. Bahkan term fata sendiri digunakan
hanya tertuju kepada nama-nama Nabi, seperti Nabi
Ibrahim, Musa ,Yusuf, atau berkaitan dengan sosok
nabi seperti pemuda yang menjadi murid Nabi Musa.
Sementara term fityah ditujukan kepada ashabul kahfi,
yaitu pemuda-pemuda saleh yang bersembunyi ke dalam
sebuah gua karena ingin mempertahankan keyakinan
kepada Allah dari raja yang zalim ketika itu.
Menerapkan pendidikan Al-Qur’an dalam kehidupan
adalah hal yang mutlak bagi setiap muslim. Tidak terkecuali
para pemudanya. Apalagi masa muda adalah momen pecarian
jati diri, sementara mereka masih minim pengalaman hidup
di samping jiwa yang masih labil. Sehingga mereka sangat
perlu mendapat arahan dan bimbingan sesuai konsep Al-
Qur’an. Banyaknya permasalahan yang dihadapi kalangan
anak muda dalam kehidupannya dewasa ini, adalah akibat
tidak adanya perhatian dan bimbingan intensif yang mereka
dapatkan. Jika terjadi pembiaran secara terus menerus dalam
hal ini maka bukan tidak mungkin akan melahirkan generasi
tanpa arah.

Media Pendidikan 110 111
Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam
pendidikan Islam masalah metode mendapatkan perhatian
yang sangat besar. Alquran dan al- Hadits sebagai sumber
ajaran Islam berisi prinsip-prinsip dan petunjuk-petunjuk
yang dapat dipahami dan diinterpretasikan. menjadi konsep-
konsep tentang metode, selanjutnya tidak ada metode yang
tidak bisa digunakan dalam pembelajaran, namun lebih
tepatnya apabila kita bisa melihat dan merumuskan apa
metode yang efektif bagi peserta didik, berkembangnya
zaman dan berubahnya tingkah laku para peserta didik
akan menjadi bagian dinamika pendidikan itu sendiri. Oleh
karena itu seyogyanya kita sebagai praktisi pendidikan
harus bisa menempatkan pendidikan pada dasar dan tujuan
yang benar, yaitu dengan mengarahkan peserta didik kita
untuk selalu belajar sepanjang hayatnya, generasi millenial
adalah generasi yang banyak tantangan kaum muda yang
diharapkan mampu meneruskan langkah masa depan bangsa
dan agama, kita pupuk kita rawat dan arahkan kepada hakikat
pendidikan Islam dengan tuntunan Quran dan Sunnah nya.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 112 113

Media Pendidikan 112 113
Bab 8
Media Pendidikan
Media atau Alat Pendidikan
Zakiah Daradjat 1984:80 menyebutkan pengertian alat
pendidikan dan media pendidikan serta sarana pendidikan
adalah sama. Sedangkan dalam kepustakaan asing, media
berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari medium,
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan.
Banyak terdapat batasan rumusan para ahli tetang media:
seperti yang dikemukakan oleh Gagne (1970), media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Senada dengan pendapat
Gagne adalah Briggs yang mendefinisikan segala bentuk fisik
yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Dari dua definisi ini tampak pengertian media

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 114 115
mengacu pada penggunaan alat yang berupa benda untuk
membantu proses penyampaian pesan.
Sementara itu Asosiasi Pendidikan Nasional (Nation
Education Association NEA) memberikan batasan tentang
media yaitu bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun
audio visual serta bebagai peralatannya. Media hendaknya
dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.
Lebih jauh dari itu, Vernous, schagaimanan yang
dipopulerkan oleh Zakiah Deradjat menyebutkan bahwa
media pendidikan adalah sumber belajar dan dapat juga
diartikan dengan manusia, benda atau peristiwa yang
membuat kondisi siswa munkin memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap. Batasan yang dikemukakan oleh
Vernous lebih luas jangkauan pengertian. Ya ketimbang
batasan yang dikembangkan sebelumnya, disamping alat
yang berupa benda, yang di gunakan untuk menyalurkan
pesan dalam proses pendidikan, pendidikan sebagai figur
sentral atau model dalam proses interaksi edukatif merupakan
alat pendidikan yang juga harus di perhitungkan.
Nampaknya di beberapa litelatur antara alat dan media
pendidikan tidak di bedakan secara jelas, pada umumnya
banyak yang mengidetifikasikan bahwa antara alat dan media
itu tidak bisa dipisahkan dan di bedakan secara jelas, bahkan
lebih cendrung menyamakan kedua tema tersebut. Di satu sisi
kadang-kadang alat digolongkan kedalam media, disisi lain
media dimasukan kedalam golongan alat. Sementara penulis
cendrung tidak memberikan pengertian yang berbeda antara
media dan alat pendidikan.

Media Pendidikan 114 115
Jenis Media Pendidikan
Rudi Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media
menjadi tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Visual
sendiri di bedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line
grafhic) dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari
bentuk yang dapat di tangkap dengan indera penglihatan.
Disamping itu Bretz juga membedakan antara media siar
(telecommunication) dan media rekami frecording) sehingga
ada 8 klasifikasi media:
1. Media audio visual gerak
2. Media audio visual diam
3. Media audio semi gerak
4. Media visual gerak
5. Media visual diam
6. Media semi gerak
7. Media audio
8. Media cetak
Sementara menurut Gagne mengelompokan media
dalam 7 macam yaitu; benda untuk didemonstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar
gerak, film bersuara dan mesin belajar. Para ahli telah
mengklasifikasikan media pendidikan kepada dua bagian
yaitu alat pendidkan yang bersifat benda (materil) dan alat
pendidikan yang bukan benda (non materil)
Oemar Hamalik menyebutkan, secara umum alat
pendidikann materil terdiri dari: pertama, bahan-bahan
cetakan atau bacaan, dimana bahan-bahan ini: lebih

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 116 117
mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan
simbol-simbol kata dan visual. Kedua, alat-alat audio visual
yakni alat-alat yang dapat digolongkan pada:
1. Alat tanpa proyeksi seperti papan tulis dan diagram
2. Media pendidikan tiga dimensi, seperti benda asli, pena
3. Alat pendidikan yang menggunakan teknik seperti radio,
tape recorder, transparansi.
Ketiga, sumber-sumber masyarakat, seperti peninggalan
sejarah. Keempat, kumpulan benda-benda (material
collection), seperti denunan, benih, bati, dan sebagainya.
Disamping keempat kelompok diatas yang dipaparkan oleh
Oemar Hamalik dapat kita tambahkan alat pendidikan yang
bersifat benda yaitu media alain seperti pantai, gunung,
hutan , sungai dan lain-lain. Yang termasuk alat pendidikan
material menurut versi Arif s. Sadiman adalah media grafis,
dengan cara menuangkan pesan pengajaran kedalam symbol
simbol komunikasi visual. Yang termasuk kedalam media
grafis adalah: gambar, foto, sketsa, bagan, chart, diagram,
papan, poster dan kartun.
Sementara itu, Ronald H. Anderson menuturkan, yang
termasuk media dalam bentuk materil adalah media auditif,
dimana pesan-pesan pengajaran dituangkan dalam lambang-
lambang auditif, yang termasuk media auditif adalah tape
recorder dan radio. Disamping media visual dan media auditif,
media audio visual merupakan media yang berhubungan
dengan indera pendengaran dan indera penglihatan sekaligus.
Dengan menggunakan media ini pesan-pesan pengajaran
dapat disaksikan dan di dengarkan langsung pada saat yang
bersamaan, yang termasuk pada jenis ini adalah TV dan

Media Pendidikan 116 117
Vidio. Bagaimana TV sebagai media yang menarik dan dapat
menyajikan kejadian terakhir, atau peristiwa secara langsung.
Namun TV belum dapat menggantikan eksistensi guru di
depan kelas. Demikian halnya dengan video, walaupun dapat
diputar berulang-ulang, juga tidak mungkin menggantikan
keberadaan guru di kelas.
Selain media yang digambarkan diatas, media proyeksi
visual, dimana pesan yang akan disampaikan harus
diproyeksikan dengan proyektor, yang termasuk media ini
adalah film bingkai (sudah melai ditinggalkan), transparansi
(OHP). Sementara itu perkembangan terakhir yang media
yang dapat dirancang dan dioptimalkan secara efektif saat ini
berkembangnya komputer yang didesain dan dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran. Komputer merupakan media
yang sedang banyak di kembangkan untuk mendukung
pembelajaran baik itu pembelajaran individual (CAI),
kelompok (persentation) maupun pembelajaran jarak jauh
(internet). Perangkat-perangkat tersebut merupakan alat
atau media dalam pernbelajaran.
Secara umum tidak terdapat perbedaan yang berarti
tentang alat pembelajaran yang berbentuk benda,
perbedaannya hanya terletak pada pemakaian istilah dalam
memformulasikan. Namun yang jelas, alat pembelajaran
dalam bentuk benda perlu digunakan dalam proses
pembelajaran secara bervariasi sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada. Sebelum alat itu digunakan perlu diseleksi
untuk menentukan mana yang tepat dan sesuai dengan
tujuan pendidikan, materi dan sebagainya.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 118 119
Selain alat/ media yang berupa benda, terdapat pula alat
media yang bukan berupa benda. Diantaranya alat/ media
pengajaran yang bukan berupa benda adalah keteladanan,
perintah/ larangan, ganjaran dan hukuman. Alat media
pendidikan yang berupa non benda (non materil) ini merupakan
alat/ media yang lebih banyak untuk menyampaikan pesan
pada cana bertikir afektif (nilai-nilai).
Kegunaan Media Pendidikan
Dalam pembelajaran, alat atau media pendidikan jelas
diperlukan. Sebab alat media pembelajaran ini memiliki
peranan yang besar dan berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan pendidikan yang diinginkan. Kegunaan Media/ alat
pendidikan dalam proses belajar mengajar diantaranya;
1. Memperjelas penyajian pesan supaya tidak terlalu
verbalitas dalam bentuk kata-kata tertulis atau hanya
kata lisan)
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,
misalnya;
■■ Objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan
realita, gambar, film bingkai, film, atau model.
■■ Objek yang kecil - dibantu dengan proyektor mikro,
film bingkai, film, atau gambar. gerak yang terlalu
lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau high-speed photography.
■■ Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film

Media Pendidikan 118 119
bingkai, atau foto
■■ Objek yang terlalu kompleks, dapat disajikan dengan
model, diagram atau melalui program komputer
animasi.
■■ Konsep yang terlalu luas (gempa burri, gunung berapi,
iklim, planet dan lain-lain) dapat divisualisasikan
dalam bentuk film, gambar dan lain-lain.
3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat
dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam
hal ini media pndidikan berguna untuk
■■ Menimbulkan motivasi belajar
■■ Memungkinkan interaksi langsung antara anak didik
dengan lingkungan secara seperti senyatanya.
■■ Memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai
dengan kemampuan dan minatnya.
4. Dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda
diantara peserta didik, sementara kurikulum dan materi
pelajaran di tentukan untuk semua peserta didik, hal ini
dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu:
■■Memberikan perangsang yang sama
■■Mempersamakan pengalaman
■■Menimbulkan persepsi yang sama
Sementara itu Abu Bakar Muhammad, berpendapat
bahwa kegunaan alat/ media itu antara lain adalah :
■■ Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan
memperjelas materi pelajaran yang sulit
■■ Mampu mempemudah pemahaman dan menjadikan
pelajaran lebih hidup dan menarik

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 120 121
■■ Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan
naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan
kemauan keras untuk mempelajarai sesuatu
■■ Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan
pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu
pelajaran serta
■■ Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan)
mempertajam indera, melatihnya, memperluas
perasaan dan kecepatan dalam belajar.
Kajian Al-Quran dan Hadis
1. Kajian Al-Qur’an
™™Q.S An-Nahl ayat 44
ْ
مِه
ْ
َ
لِا
َ
ل
ِ
ّ
ز
ُ
ن ا
َ
م ِسا
َّ
نلِل
َ
ِ
ّ
ي
َ
ب
ُ
ِل
َ
ر
ْ
كِ
ّ
لذا
َ
ك
ْ
َ
لِا
ٓ
ا
َ
ْ
ل
َ
ز
ْ
ن
َ
ا
َ
و ِۗ
ر
ُ
ب
ُّ
زلا
َ
و ِت
ٰ
نِ
ّ
ي
َ
ْ
لاِب
َ
ن
ْ
و
ُ
ر
َّ
ك
َ
ف
َ
ت
َ
ي
ْ
م
ُ
ه
َّ
ل
َ
ع
َ
ل
َ
و
Artinya : (Kami mengutus mereka) dengan (membawa)
bukti-bukti yang jelas (mukjizat) dan kitab-kitab.
Kami turunkan aż-Żikr (Al-Qur’an) kepadamu agar
engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.
Tafsir Q.S An-Nahl ayat 44 : Tafsir Al-Madinah Al-
Munawwarah / Markaz Ta’dzhim al-Qur’an di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor
fakultas al-Qur’an Universitas Islam Madinah 44. Para rasul
tersebut datang dengan berbagai mukjizat yang menakjubkan

Media Pendidikan 120 121
dan dengan kitab-kitab yang diturunkan dari Allah. Hai
Rasulallah, dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu agar
kamu menjelaskan kepada manusia hukum-hukum Allah dan
segala sesuatu yang membutuhkan penjelasan agar mereka
memahami pelajaran-pelajaran yang dikandungnya.
™™Q.S Al-Baqarah ayat 31
ِنو
ُ
ئِب
ْ
ن
َ
أ
َ
لا
َ
ق
َ
ف ِة
َ
كِئ
َ
ل
َ
م
ْ
لا
ََ
ع
ْ
م
ُ
ه
َ
ض
َ
ر
َ
ع
َّ
م
ُ
ث ا
َ
ه
َُّ
ك
َ
ءا
َ
م
ْ
س
َْ
لا
َ
م
َ
دآ
َ
م
َّ
ل
َ
ع
َ
و
31
َ
ينِقِدا
َ
ص
ْ
م
ُ
ت
ْ
ن
ُ
ك
ْ
نِإ ِء
َ
ل
ُ
ؤٰ
َ
ه ِ ءا
َ
م
ْ
س
َ
أِب
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-
nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”
Tafsir Q.S Al-Baqarah ayat 44: Berdasarkan ayat
tersebut, Allah mengajarkan kepada Nabi Adam A.S nama-
nama benda seluruhnya yang ada di bumi, Kemudian Allah
memerintahkan kepada malaikat untuk menyebutkan-nya,
yang sebenarnya belum diketahui oleh para malaikat. Benda-
benda yang disebutkan oleh Nabi Adam a.s. diperintahkan
oleh Allah Swt. tentunya telah diberikan gambaran
bentuknya oleh Allah Swt. Menurut penfasiran Quraish
Shihab, Setelah menciptakan Adam, lalu mengajarkannya
nama dan karakteristik benda agar ia dapat hidup dan
mengambil manfaat dari alam, Allah memperlihatkan benda-
benda itu kepada malaikat.“Sebutkanlahkepada-Ku nama
dan karakteristik benda-benda ini, jika kalian beranggapan
bahwa kalian lebih berhak atas kekhalifahan, dan tidak ada
yang lebih baik dari kalian karena ketaatan dan ibadah kalian

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 122 123
itu memang benar,” firman Allah kepada malaikat.
2. Kajian Hadis
™™Hadis Riwayat Al-Bukhari
سواط نب للها دبع نع بيهو انثدح لاق دسأ نب لىعم انثدح
لىص بيلنا لاق لاق امهنع للها ضير سابع نبا نع هيبأ نع
ةهبلجا على مظعأ ةعبس على دجسأ نأ ترمأ ملسو هيلع لله ا
لاو ينمدقلا فارطأو ينتبكرلاو نيدلياو هفنأ على هديب راشأو
رعشلاو بايلثا تفكن
Artinya : Dari Ibnu Abbas r.a ia berkata, “Nabi saw.
bersabda, “Aku diperintahkan untuk melaksanakan
sujud dengan tujuh tulang (anggota sujud): kening –
beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya
menunjuk hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut,
dan ujung jari dari kedua kaki, dan tidak boleh tertahan
rambut atau pakaian (sehingga menghalangi anggota
sujud).” (HR.Al-Bukhari)
Tafsir Hadis: Dalam mengajar sahabatnya Rasulullah.
saw menggunakan media hidung sebagai alat pengajaran,
dalam hadist ini juga Rasulullah menggunakan anggota
tubuh yang harus menyentuh lantai ketika bersujud dalam
shalat, ketika menyebut kening beliau menunjuk hidung
sebagai penekanan bahwa hidung itu juga harus menyentuh
lantai. Dalam hal ini, beliau telah menggunakan media
hidung sebagai media dalam pembelajaran terhadap para
sahabatnya.

Media Pendidikan 122 123
™™Hadis Riwayat Al-Bukhari
Artinya: Nabi saw membuat gambar persegi panjang,
ditengah-tengah ditarik suatu garis sampai keluar.
Kemudian beliau membuat garis pendek-pendek di
sebelah garis yang ditengah-tengah seraya bersabda:
“ini adalah manusia, dan persegi panjang yang
mengelilinginya adalah ajal. Garis yang di luar ini
adalah cita-citanya, serta garis yang pendek-pendek
adalah hambatan-hambatannya. Apabila ia dapat
menghadapi hambatan yang satu, maka ia akan
menghadapi hambatan yang lain. Dan apabila ia
dapat mengatasi hambatan yang lain, maka ia akan
menghadapi hambatan yang lain lagi.” (H.R Bukhari).
Tafsir Hadis: Beliau menjelaskan garis lurus yang terdapat
di dalam gambar adalah manusia, gambar empat persegi yang
melingkarinya adalah ajalnya, satu garis lurus yang keluar
melewati gambar merupakan harapan dan angan-angannya
sementara garis-garis kecil yang ada di sekitar garis lurus
dalam gambar adalah musibah yang selalu menghadang
manusia dalam kehidupannya di dunia.
Dalam gambar ini beliau menjelaskan tentang hakikat
kehidupan manusia yang memiliki harapan, angan-angan
dan cita-cita yang jauh ke depan untuk menggapai segala
yang ia inginkan di dalam kehidupan yang fana ini, dan ajal
yang mengelilinginya yang selalu mengintainya setiap saat
sehingga membuat manusia tidak mampu menghindar dari
lingkaran ajalnya, sementara itu dalam kehidupannya, manusia
selalu menghadapi berbagai musibah yang mengancam
eksistensinya, jika ia dapat terhindar dari satu musibah,

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 124 125
musibah lainnya siap menghadang dan membinasakannya
dan seandainya ia terhindar dari seluruh musibah, ajal yang
pasti datang suatu saat akan merenggutnya.
Hadis ini menunjukkan kepada kita bahwa Rasulullah
saw. seorang pendidik yang sangat memahami metode yang
baik dalam menyampaikan pengetahuan kepada manusia,
beliau menjelaskan suatu informasi melalui gambar agar
lebih mudah dipahami dan diserap oleh akal dan jiwa. Dari
penjelasan mengenai isi kandungan hadis di atas, dikisahkan
tentang Rasulullah saw. menggambar persegi empat dan
membuat garis-garis lurus ketika beliau menyampaikan
ajarannya kepada sahabat-sahabatnya. Hal ini berarti
Rasulullah saw. menggunakan sarana gambar-gambar
tersebut untuk memberi perumpamaan dan mempermudah
dalam menyampaikan isi materi yang diajarkannya. Jika
kita hubungkan dengan dunia pendidikan, hadis tersebut
berkaitan dengan salah satu komponen dalam pendidikan
yakni media pembelajaran. Pengertian media pembelajaran
itu sendiri adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai
sarana mempermudah dalam proses penyaluran ilmu
pengetahuan kepada peserta didik.
Mendesain Lingkungan Sebagai Media belajar
Kreatif
Dalam buku Quantum Teaching dinyatakan bahwa belajar
itu bertaraf ganda. Dengan kata lain, belajar baik secara sadar
maupun tidak sadar dalam waktu bersamaan akan terdapat
banyak informasi yang masuk melalui jaringan otak kita.

Media Pendidikan 124 125
Otak senantiasa dibanjiri stimulus, dan otak memilih fokus
tertentu saat demi saat. Misalnya, saat membaca secara
sadar melihat huruf, tata letak dan gambar dalam halaman
tersebut. Atau lingkungan kelas yang meliputi gambar, tata
letak kursi, warna dinding kelas merupakan media yang dapat
didesain untuk pembelajaran. Dengan kata lain lingkungan
dapat ditata sedemikian rupa untuk mendukung belajar.
Dalam buku Quantuin Teaching dikatakan semuanya yang
ada di sekitar kita berbicara dan dapat menjadi media yang
efektif untuk belajar.
Dhority (1991) mengatakan segala sesuatu dalam
lingkungan kelas menyampaikan pesan yang memacu atau
menghambat belajar. Jadi pengaturan lingkungan menjadi
penentu dalam mencapai keberhasilan belajar, pengaturan
lingkungan yang salah akan menghambat dalam mencapai
tujuan belajár sedangkan pengaturan lingkungan yang tepat
akan membuat suasana belajar menjadi nyaman, kondusif
dan pada akhirnya akan membuat belajar menjadi efektif.
Ketepatan dalam memilih media dan medesain
lingkungan belajar sesuai dengan materi yang diajarkan
akan membuat belajar menjadi lebih bermakna. mendesain
tingkungan seperti: pengaturan bangku, penggunaan alat
batu, warna, gambar bahkan pemberian musik. akan sangat
membantu tercapainya tujuan beliajar. Peter Kline dalam
buku revolusi belajar menyatakan bahwa belajar akan efektif
jika dilakukan dalam suasan yang menyenangkan. Akan tetapi
untuk menciptakan suasana yang menyenangkan diperlukan
kemahiran dalam merancang dan mendesain lingkungan
menjadi media/ alat belajar yang menyenangkan.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 126 127
Pengaturan dalam menjadikan lingkungan sebagai
media yang efektif dalam belajar itu sangat di pengaruhi oleh
kepiawaan guru dalam meramu pelajaran menjadi menarik.
Pemilihan alat bantu, pengaturan tempat duduk, pemberian
wama, dan gambar disekitar dinding kelas yang sesuai
dengan materi pelajaran akan mempermudah pendidik
dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik selain
dari itu akan membuat suasana belajar terasa bergairah dan
semangat. Tidak hanya itu lingkungan sekitar pun dapat
dijadikan media/alat dalam pembelajaran, seperti halaman
kelas, lapangan atau dibawah pohon.
Kesimpulan
Dengan demikian, ketepatan dalam memilih media dan
mendesain lingkungan belajar sesuai dengan materi yang
diajarkan akan membuat peserta didik dalam belajar menjadi
lebih nyaman dan membuat suasana belajar terasa lebih
bergairah dan bersemangat. lebih bermakna mendesain
lingkungan seperti: pengaturan bangku, penggunaan alat
batu, warna, gambar bahkan pemberian musik. akan sangat
membantu tercapainya tujuan belajar. apabila pembelajaran
memanfaatkan lingkungan sebagai media/alat dalam
proses belajar mengajar maka peserta didik akan memiliki
pemahaman yang bagus tentang materi yang didapatkan,
sehingga besar kemungkinan dengan memperhatikan alat/
media pengajaran itu tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan efektif dan efisien. Variasi dalam pembelajaran
dengan menjadikan lingkungan sebagai media belajar
menyenangakan akan mendukung pelajaran yang tidak
membosankan bahkan menjadikan belajar semakin efektif.

Evaluasi Pendidikan Dalam Hadist Islam 126 127
Bab 9
Evaluasi Pendidikan
Dalam Hadis Islam
Pengertian Evaluasi
Berasal dari bahasa inggris to evaluate, evaluasi
memiliki arti menilai. Dalam bahasa arab nilai disebut al-
Qiyamah. istilah nilai ini awalnya terkenal dikalangan para
filsuf. Salah satunya, Plato merupakan filsuf pertama yang
mengutarakannya. Nilai dibahas dan diperdalam secara
khusus pada kajian filsafat. Menurut filsuf nilai merupakan
idea of worth, yang hingga kini kata nilai menjadi terkenal.
Dengan demikian secara harfiyah, evaluasi pendidikan al-
Qiyamah bisa diartikan sebagai suatu penilaian di bidang
pendidikan.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun
pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja:

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 128 129
1) Oemar Hamalik, evaluasi sebagai suatu proses penaksiran
terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
peserta didik untuk tujuan pendidikan. 2) Suharsimi Arikunto,
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan. 3) Suharsimi, membedakan
antara istilah pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Menurutnya, pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan suatu ukuran. Pengukuran ini bersifat kuantitatif
sedangkan Penilaian ialah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk secara
kualitatif. Sedangkan evaluasi, mencakup pengukuran dan
penilaian secara kuantitatif.
Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa
evaluasi ialah suatu proses dan tindakan yang terencana
untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan,
pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap
tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya
yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan
Menurut Ramayulis, ketika menerapkan prinsip keadilan,
keobyektifan, dan keikhlasan evaluasi pendidikan berfungsi
sebagai: 1) Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi
tentang taraf berkembang atau kemajuan yang diraih murid
atau mahasiswa dalam upaya mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan dalam silabus dan kurikulum pendidikan. 2)

Evaluasi Pendidikan Dalam Hadist Islam 128 129
Melihat hasil belajar untuk menetapkan keputusan apakah
bahan pelajaran harus diulang atau mampu dilanjutkan.
Dengan begitu maka prinsip life long education benar-benar
berjalan secara berkelanjutan. 3) Mengetahui efektivitas
belajar dan mengajar apakah yang telah dilakukan benar-
benar tepat atau tidak, baik yang berkaitan dengan sikap
guru ataupun murid. 4) Mengetahui kelembagaan untuk
meyakinkan keputusan yang tepat dan mewujudkan
persaingan sehat, dalam rangka berjuang dalam prestasi. 5)
Mengetahui kurikulum sejauh mana telah dipenuhi dalam
proses kegiatan belajar mengajar. 6) Untuk melihat mana
murid yang terpandai dan belum mengerti di kelasnya. 7)
Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama
murid. 8) Untuk mengetahui tepat atau tidak guru dalam
memiliki bahan metode dan berbagai penyesuaian dalam
kelas. Ramayulis (1998:98-100).
Sedangkan menurut Mahyudin dalam buku tafsir tarbawi,
fungsi evaluasi pendidikan adalah: 1) Evaluasi pendidikan
memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi)
yang telah dicapai oleh peserta didik. 2) Evaluasi pendidikan
memberikan informasi yang sangat berguna untuk dapat
mengetahui porsi masing-masing peserta didik ditengah-
tengah kelompoknya. 3) Evaluasi pendidikan memberikan
bahan yang penting untuk menetapkan hasil belajar dan
prestasi yang telah dicapai oleh siswa dengan keterangan
lulusan atau tidak. 4) Evaluasi pendidikan memberikan bahan
pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi
peserta didik yang memang memerlukannya. 5) Evaluasi
pendidikan memberikan petunjuk tentang sejauh manakah
tingkat ketercapaian program pembelajaran yang telah
diberikan kepada peserta didik. Mahyudin (2018:269).

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 130 131
Pentingnya Evaluasi pendidikan
Menurut al-Qur’an evaluasi pendidikan sangat penting,
baik kognitif, afektif maupun psikomotorik tidak dapat
diterima sebelum diadakan evaluasi. Kadar M Yusuf (2013:142)
didalam al-Qur’an Allah swt berfirman:
َ
ن
ْ
و
ُ
نـ
َ
ت
ْ
ف
ُ
ي
َ
ل
ْ
م
ُ
ه
َ
و ا
َّ
ن
َ
م
ٰ
ا ا
ْ
و
ُ
ل
ْ
و
ُ
ق
َّ
ي
ْ
ن
َ
ا ا
ْ
و
ُ
ك
َْ
ت
ُّ
ي
ْ
ن
َ
ا
ُ
سا
َّ
لنا
َ
بِس
َ
ح
َ
ا
Artinya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka
akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah
beriman” dan mereka tidak diuji?” (QS. Al-’Ankabut 29:
Ayat 2)
Ayat tersebut dimulai dengan kata tanya, yaitu
apakah manusia mengira mereka dibiarkan hanya berkata
“kami beriman” sebelum diuji. Pertanyaan dalam ayat ini
termasuk dalam kategori “istifham ingkari”. Ungkapan
itu pada hakikatnya bukan bertanya tetapi mengingkari,
artinya “Sepantasnya manusia jangan menganggap bahwa
keberimannya cukup hanya berkata saya beriman padahal
ia belum diuji”. Keabsahan iman seseorang mati dapat
ditandai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu berupa
kesabaran atas apa saja yang menimpa dirinya. Allah telah
memberikan penilaian dan pengukuran terhadap iman orang-
orang terdahulu melalui cobaan atau ujian yang Dia berikan
kepada mereka.
Dengan pengukuran tersebut maka benar-benar dapat
diketahui dan dibedakan antara orang yang benar-benar
beriman dengan yang tidak. Allah telah mengajarkan kepada
manusia ajaran agama-Nya melalui Rasul, kemudian Dia

Evaluasi Pendidikan Dalam Hadist Islam 130 131
melakukan evaluasi terhadap manusia yang telah menerima
ajaran tersebut guna untuk membedakan antara orang yang
telah menghayati ajaran-Nya dengan yang tidak. Kadar M
Yusuf (2013:142-143). Jadi evaluasi dalam suatu pembelajaran
sangat penting diadakan. Dapat dipahami, bahwa manusia
yang paling banyak dan sulit ujian dan cobaannya adalah para
Nabi. Mereka banyak diuji karena mereka senang dengan
ujian itu sebagaimana orang lain senang dengan nikmat.
Apabila tidak diuji mereka meragukan kecintaan Tuhan
dan kesabarannya lemah menghadapi umat. Semakin kuat
ujian-Nya, mereka semakin tawadhu’ atau rendah hati dan
berharap kepada Allah swt.
Bentuk Evaluasi
Terdapat dua bentuk evaluasi Allah terhadap manusia: 1)
evaluasi yang sangat tidak menyenangkan para peserta didik,
yaitu manusia dan 2) evaluasi yang amat menyenangkan
mereka. Maka evaluasi pendidikan bisa disusun dalam
bentuk yang amat menyenangkan para peserta didik yang
mengikuti evaluasi tersebut, dan bisa pula diformat dengan
cara yang kurang menyenangkan. Maka evaluasi pendidikan
bisa disusun dalam bentuk yang amat menyenangkan para
peserta didik yang mengikuti evaluasi tersebut, dan bisa pula
diformat dengan cara yang kurang menyenangkan. Atau
dengan kata lain, berdasarkan analisis diatas bahwa evaluasi
pendidikan dalam perspektif al-Qur’an dapat dikategorikan
menjadi dua bentuk, sulit dan mudah.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 132 133
Evaluasi yang tidak menyenangkan (sulit) dalam al-
Qur’an digambarkan dalam bentuk perbuatan dan merasakan
suatu kejadian, seperti berjihad dijalan Allah. Kemudian
evaluasi yang menyenangkan (mudah atau tidak sulit dijalani)
merupakan kesenangan yang dialami manusia dalam hidup
ini. Banyak orang yang terpesona dengan kesenangan itu. Ia
tidak sadar, bahwa ia sedang menjalani evaluasi pendidikan
rabbani. Evaluasi model ini, walaupun mudah dijalani tetapi
banyak orang yang gagal dalam menempuhnya. Ia tidak
lulus atau tidak memperoleh nilai terbaik, malahan justru
sebaliknya. Kadar M Yusuf (2013:147)
Prinsip Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat
baik bagi peserta didik, pendidik ataupun pihak yang
berkepentingan, maka harus memperhatikan prinsip-prisip
sebagai berikut:
1. Valid: Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur
dengan menggunakan jenis tes yang terpercaya dan
shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur dengan fungsi
pengukuran dan sasaran pengukuran.
2. Berorientasi kepada kompetensi: Dengan berpijak
pada kompetensi, maka ukuran-ukuran keberhasilan
pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan
terarah.
3. Berkelanjutan/Berkesinambungan: Evaluasi harus
dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu
untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan

Evaluasi Pendidikan Dalam Hadist Islam 132 133
peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta
didik dapat dipantau melalui penilaian.
4. Menyeluruh: Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh,
meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman,
ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab,
dan sebagainya, atau dalam taksonomi Benjamin S.
Bloom lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
5. Adil dan objektif: Evaluasi harus mempertimbangkan
rasa keadilan bagi peserta didik dan objektif berdasarkan
kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi
oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional.
Jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan
evaluasi.
6. Bermakna: Evaluasi diharapkan mempunyai makna
yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu evaluasi
hendaknya mudah difahami dan dapat ditindaklanjuti
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
7. Terbuka: Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka
bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang
keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-
sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
8. Ikhlas: Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih,
dalam rangka efisiensi tercapainya tujuan pendidikan dan
bagi kepentingan peserta didik
9. Praktis: Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan
dilaksanakan dengan beberapa indikator, yaitu: hemat
waktu, biaya dan tenaga, mudah diadministrasikan,
mudah menskor dan mengolahnya dan mudah ditafsirkan.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 134 135
10. Dicatat dan akurat: Hasil dari setiap evaluasi prestasi
peserta didik harus secara sistematis dan komprehensif
dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat
dipergunakan.
Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Islam,
karena prinsip-prinsip tersebut dalam ajaran Islam termasuk
ke dalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak yang mulia
seseorang harus bersifat obyektif, jujur, mengatakan sesuatu
sesuai dengan apa adanya.Sejalan dengan sikap obyektif dan
jujur tersebut, maka seorang yang melakukan penilaian harus
benar-benar yakin terhadap hasil penilaiannya itu. Ia tidak
boleh menilai sesuatu yang belum diketahui dengan pasti
atau masih meragukan.
Kajian Al-Qur’an dan Hadits
Dalam Qs. Al-Ankabut Allah SWT. berfirman:
َ
ن
ْ
و
ُ
نـ
َ
ت
ْ
ف
ُ
ي
َ
ل
ْ
م
ُ
ه
َ
و ا
َّ
ن
َ
م
ٰ
ا ا
ْ
و
ُ
ل
ْ
و
ُ
ق
َّ
ي
ْ
ن
َ
ا ا
ْ
و
ُ
ك
َْ
ت
ُّ
ي
ْ
ن
َ
ا
ُ
سا
َّ
لنا
َ
بِس
َ
ح
َ
ا
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan, kami telah beriman sedang mereka
tidak diuji?” (QS. Al-’Ankabut 29: 2)
Ayat tersebut dimulai dengan kata tanya, yaitu
apakah manusia mengira mereka dibiarkan hanya berkata
“kami beriman” sebelum diuji. Pertanyaan dalam ayat ini
termasuk dalam kategori “istifham ingkari”. Ungkapan
itu pada hakikatnya bukan bertanya tetapi mengingkari,
artinya “Sepantasnya manusia jangan menganggap bahwa

Evaluasi Pendidikan Dalam Hadist Islam 134 135
keberimannya cukup hanya berkata saya beriman padahal ia
belum diuji”.
Dalam Qs. Al-Baqarah Allah SWT. berfirman:
ا
ْ
و
َ
ل
َ
خ
َ
ن
ْ
يِ
َّ
لا
ُ
ل
َ
ث
َّ
م
ْ
م
ُ
كِت
ْ
أ
َ
ي ا
َّ
م
َ
ل
َ
و
َ
ة
َّ
نـ
َ
ْ
لا او
ُ
ل
ُ
خ
ْ
د
َ
ت
ْ
ن
َ
ا
ْ
م
ُ
ت
ْ
بِس
َ
ح
ْ
م
َ
ا
َ
ل
ْ
و
ُ
ق
َ
ي
ّٰ
ت
َ
ح ا
ْ
و
ُ
ل
ِ
ز
ْ
ل
ُ
ز
َ
و
ُ
ء
ٓ
ا
ََّّ
ضل ا
َ
و
ُ
ء
ٓ
ا
َ
س
ْ
أ
َ
ْ
لا
ُ
م
ُ
ه
ْ
ت
َّ
س
َ
م ۗ 
ْ
م
ُ
كِل
ْ
ب
َ
ق
ْ
نِم
ِ
ّٰ
للا
َْ
ص
َ
ن
َّ
نِا ۤ
َ
ل
َ
ا ۗ ِ
ّٰ
للا
ُْ
ص
َ
ن
ٰ
ت
َ
م
ٗ
ه
َ
ع
َ
م ا
ْ
و
ُ
ن
َ
م
ٰ
ا
َ
ن
ْ
يِ
َّ
ل ا
َ
و
ُ
ل
ْ
و
ُ
س
َّ
رلا
ٌ
ب
ْ
ي
ِ
ر
َ
ق
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan),
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-
macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-
orang yang beriman bersamanya. Bilakah datangnya
pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan
Allah itu amat dekat” (QS. Al-‘Baqarah 2: Ayat 214)
Dari ayat diatas, seseorang pelajar tidak layak mengklaim
telah menguasai materi pembelajaran dan telah mencapai
tujuan pembelajaran sebelum menempuh evaluasi. Demikian
pula guru atau dosen, ia tidak boleh puas dengan pengakuan
siswa sebelum mereka dites atau diuji dengan materi yang
telah disampaikan.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 136 137
Dalam Qs. Al-Zalzalah ayat 7-8 Allah SWT. berfirman:
ا
ًَّ
ش ٍة
َّ
ر
َ
ذ
َ
ل ا
َ
ق
ْ
ثِم
ْ
ل
َ
م
ْ
ع
َّ
ي
ْ
ن
َ
م
َ
و ه
َ
ر
َّ
ي ا
ًْ
ي
َ
خ ٍة
َّ
ر
َ
ذ
َ
ل ا
َ
ق
ْ
ثِم
ْ
ل
َ
م
ْ
ع
َّ
ي
ْ
ن
َ
م
َ
ف
ٗٗ
ه
َ
ر
َّ
ي
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat
zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan
barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya.”
Ayat diatas menerangkan bahwa setiap amal perbuatan
manusia walaupun sekecil jarah pun Allah akan menghitung
dan memberikan balasannya. Begitu juga sebaliknya setiap
perbuatan buruk sekecil jarahpun Allah akan menghitung dan
memberikan balasannya. Setiap perbuatan manusia di dunia
ini Allah selalu menghitung dan mengukurnya, dari hasil
hisab tersebut maka diketahui manakah manusia yang taat
kepada Allah dan manakah manusia yang tidak taat terhadap
perintah Allah. Begitu juga dalam pendidikan penilaian
dan pengukuran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik dalam memahami materi yang diberikan.
Dalam salah satu hadits dari Sa’ad meriwayatkan “Saya
bertanya kepada Rasulullah, siapa manusia yang mendapat
ujian yang paling berat?” Beliau menjawab, para Nabi, kemudian
yang sepertinya dan kemudian yang sepertinya. Seseorang diuji
sesuai dengan tingkat agamanya. Jika agamanya kuat, maka
ujian untuknya kuat pula. Sebaliknya, jika agamanya lemah,
maka ujiannya akan lemah pula. Ujian itu senantiasa diberikan
kepada manusia sampai ia tidak berbuat kesalahan lagi” (HR.
At-Tirmidzi). Hadits dikutip oleh Bukhari Umar, dalam buku
Hadits Tarbawi (2012:199).

Evaluasi Pendidikan Dalam Hadist Islam 136 137
Dapat dipahami, bahwa manusia yang paling banyak dan
sulit ujian dan cobaannya adalah para Nabi. Mereka banyak
diuji karena mereka senang dengan ujian itu sebagaimana
orang lain senang dengan nikmat. Apabila tidak diuji mereka
meragukan kecintaan Tuhan dan kesabarannya lemah
menghadapi umat. Semakin kuat ujian-Nya, mereka semakin
tawadhu’ atau rendah hati dan berharap kepada Allah swt.
Kesimpulan
Evaluasi dalam pembelajaran pendidikan  maka yang
dimaksudkan adalah ingin mengetahui, memahami dan
menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.Evaluasi merupakan penilaian
dari sebuah aktifitas termasuk pendidikan, evaluasi dapat
dilakukan ketika aktifitas itu berjalan dan aktifitas itu berakhir,
dengan adanya evaluasi atau penilaian semua kegiatan
termasuk kegiatan pendidikan akan terkontrol, terukur dan
teramati, dan ketika sudah diketahui hasilnya maka kegiatan
akan ditingkatkan, kekurangan akan diperbaiki dan ditambah,
dan disempurnakan untuk kegiatan selanjutnya.
Evaluasi pendidikan merupakan sebuah proses penilaian
yang mempermudah pendidik mengukur pencapaian tujuan
pendidikan Islam yang dilakukan, mempermudah peserta
didik mengetahui tingkat pencapaian pendidikan Islam
yang diikuti, bagi pengelola pendidikan dapat mengetahui
berbagai persoalan terkait pengelolaan pendidikan Islam
dan pengambilan kebijakan-kebijakan terkait pengelolaan
pendidikan Islam, seperti inilah seharusnya fungsi dari
evaluasi pendidikan Islam.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 138 139
Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan
atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses
belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan
tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang
diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan
dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau
kegiatan tersebut dinamakan hasil belaja

Metode Pembelajaran Dalam Perspektif Nabi Muhammad 138 139
Bab 10
Metode Pembelajaran Dalam
Perspektif Nabi Muhammad
Pengertian Metode
Metode ( method), secara harfiah berarti metode.
Tata cara ataupun metodik berasal dari bahasa Greeka,
metha( lewat ataupun melewati), serta hodos( jalur ataupun
metode), jadi tata cara dapat berarti jalur ataupun metode
yang wajib dilalui buat menggapai tujuan tertentu. Metode
merupakan metode ataupun prosedur yang ditempuh buat
menggapai tujuan tertentu. Kemudian terdapat satu sebutan
yang lain yang berkaitan dengan dua sebutan ini, ialah
metode merupakan metode yang khusus dalam pemecahan
permasalahan tertentu yang ditemui dalam penerapan
prosedur.

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 140 141
Secara universal ataupun secara luasnya penafsiran
tata cara ataupun metodik maksudnya merupakan ilmu
menimpa jalur yang wajib dilalui buat mengajar anak didik
supaya dapat tercapai tujuan belajar mengajar.Menurut Prof.
Dr.Winarno Surachmad mengatakan jika tata cara mengajar
ialah cara- cara penerapan dari pada siswa- siswa di sekolah.
Bagi Pasaribu serta Simanjutak mengatakan jika tata cara
merupakan metode sistematik yang dipakai buat mencapai
tujuan.
Pembelajaran 
Pembelajaran merupakan proses interaksi partisipan
didik dengan pendidik serta sumber belajar pada sesuatu area
belajar. Pendidikan ialah dorongan yang diberikan pendidik
supaya bisa terjalin proses perolehan ilmu serta pengetahuan,
kemampuan keahlian serta tabiat, dan pembuatan perilaku
serta keyakinan pada partisipan didik. Dengan kata lain,
pendidikan merupakan proses buat menolong partisipan
didik supaya bisa belajar dengan baik.
Salah satu penafsiran pembelajararan dikemukakan oleh
Gagne ialah pendidikan merupakan seperangkat kejadian-
peristiwa eksternal yang dirancang buat menunjang sebagian
proses belajar yang bertabiat internal. Lebih lanjut, Gagne
mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan berkata
kalau pendidikan dimaksudkan buat menciptakan belajar,
suasana eksternal wajib dirancang sedemikian rupa buat
mengaktifkan, menunjang, serta mempertahankan proses
internal yang ada dalam tiap kejadian belajar.

Metode Pembelajaran Dalam Perspektif Nabi Muhammad 140 141
Pembahasan
Muhammad Saw lahir di Mekkah pada tahun 570 M dari
seorang ayah yang bernama Abdullah dan Ibu bernama
Aminah. Beliau wafat di Madinah, pada tahun 632 M.1
Lahirnya Muhammad Saw. membawa dampak besar aas
berkembangnya perilaku manusia yang dulunya berada pada
zaman jahiliyah,dan saat ini berkembangnya zaman melalui
pendidikan yang di ajarkan beliau.
Awal dari pendidikan yang dijalankan oleh Nabi
Muhammad SAW adalah tatkala beliau menerima perintah
dari Allah SWT untuk menyeru dan memberi peringatan
kepada umat agar beriman dan menyembah kepada-Nya,
sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Mudatsir (1-
7) sebagai berikut:
ْ
ر
ّ
ِه
َ
ط
َ
ف
َ
ك
َ
بايِث
َ
و 3
ْ ّ
ِب
َ
ك
َ
ف
َ
ك
َّ
ب
َ
ر
َ
و 2
ْ
رِذ
ْ
ن
َ
أ
َ
ف
ْ
م
ُ
ق 1
ُ
ر
ّ
ِث
َّ
د
ُ
م
ْ
لا ا
َ
ه
ُّ
ي
َ
أ اي

7
ْ
ِب
ْ
صا
َ ف
َ
ك
ّ
ِب
َ
رِل
َ
و 6
ُ
ِث
ْ
ك
َ
ت
ْ
س
َ
ت
ُْ
ن
ْ
م
َ
ت لا
َ
و 5
ْ
ر
ُ
ج
ْ
ها
َ ف
َ
ز
ْ
ج
ُّ
رلا
َ
و 4
Artinya: “Hai orang yang berkemul (berselimut),
bangunlah, lalu berilah peringatan!, dan Tuhanmu
agungkanlah!, dan pakaianmu bersihkanlah, dan
perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang
lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah. (QS. Al-Mudatsir: 1-7)
Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah
SAW berdakwah. Mulanya dia melaksanakannya secara
diam- diam di area keluarganya sendiri. Awal dia mengajak
isterinya, Khadijah buat beriman serta menerima petunjuk-

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 142 143
petunjuk Allah SWT, setelah itu diiringi oleh sepupunya Ali
bin Abi Talib serta Zaid bin Haritsah dari golongan budak.
Kemudian dia mulai menyeru kepada teman- temannya ialah
Abu Bakar. Serta secara berangsur- angsur ajakan tersebut di
informasikan secara lebih meluas, namun masih di golongan
keluarga dekat dari suku Quraiys saja. Ajakan Rasulullah
antara lain buat mempercayai Allah Yang Maha Esa, tidak
syirik, berakhlak mulia, bisa dipercaya, jujur, sekalian berilmu.
Sehabis sebagian lama dakwah tersebut dilaksanakan secara
individual turunlah perintah supaya nabi melaksanakan
dakwah secara terbuka.
Buat menghasilkan atmosfer kondusif serta mengasyikkan
dalam mengajar serta mendidik para teman- temannya,
Rasulullah SAW memakai berbagai tata cara. Perihal ini
dicoba buat menghindarkan kebosanan serta kejenuhan.
Secara etimologi kata tata cara berasal dari bahasa Yunani
ialah meta yang berarti yang dilalui serta hodos yang berarti
jalur, ialah jalur yang wajib dilalui. Jadi secara harfiah tata
cara merupakan metode yang pas buat melaksanakan suatu.
Sebaliknya dalam bahasa Inggris, diucap dengan method
yang memiliki arti tata cara dalam bahasa Indonesia. Dalam
bahasa Arab, tata cara diucap dengan thariqah yang berarti
jalur ataupun metode. Tata cara pengajaran dimaksud selaku
metode yang digunakan guru dalam mengadakan ikatan
dengan siswa pada dikala berlangsungnya pengajaran.
Peranan tata cara mengajar selaku perlengkapan buat
menghasilkan proses mengajar serta belajar. Lewat tata cara
diharapkan berkembang bermacam aktivitas belajar siswa,
sehingga terbentuk interaksi edukatif. Oleh sebab itu tata
cara yang baik merupakan tata cara yang bisa meningkatkan
aktivitas belajar siswa.

Metode Pembelajaran Dalam Perspektif Nabi Muhammad 142 143
Menyampaikan ajaran Islam, sekalian mendidik serta
membina umatnya, Rasulullah SAW memakai bermacam tata
cara cocok kondisi, keahlian serta kebutuhan orang ataupun
umat yang dihadapinya. Bersumber pada perihal tersebut,
Nabi Muhammad SAW selaku teladan dan guru terbaik
untuk umatnya, dalam penyampaian modul ajar, mendidik
serta membina partisipan didiknya, dia mempraktikkan
sebagian tata cara pendidikan yang disesuaikan dengan
keadaan ataupun kondisi partisipan didiknya, keahlian serta
karakteristiknya, sampai disesuaikan pula dengan kebutuhan
partisipan didik yang tengah dihadapinya. Sehingga tata
cara pendidikan yang diterapkan bisa berjalan cocok dengan
tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan.
Metode Pembelajaran Dalam Perspektif Nabi
Muhammad SAW.
Ketika Allah memerintahkan Rasulullah buat mendidik
para pengikutnya, pada hakikatnya Allah sudah merendahkan
bersama perintah itu apa- apa yang wajib dicoba Rasulullah
dalam melaksanakan proses pendidikan- nya, ialah modul
yang wajib di informasikan, metode yang wajib digunakan,
serta tujuan yang mesti dicapai. Salah satu, firman Allah yang
berkaitan dengan metode mendidik umat adalah :
م
ُ
ه
ْ
لِدٰ
َ
ج
َ
و ۖ ِة
َ
ن
َ
س
َ
ْ
لٱ ِ ة
َ
ظِع
ْ
و
َ
م
ْ
لٱ
َ
و ِ ة
َ
م
ْ
كِ
ْ
لٱِب
َ
كِ
ّ
ب
َ
ر
ِ
ليِب
َ
س
ٰ
َ
لِإ
ُ
ع
ْ
دٱ
َ
و
ُ
ه
َ
و ۖ ۦِهِليِب
َ
س ن
َ
ع
َّ
ل
َ
ض ن
َ
مِب
ُ
م
َ
ل
ْ
ع
َ
أ
َ
و
ُ
ه
َ
ك
َّ
ب
َ
ر
َّ
نِإ ۚ
ُ
ن
َ
س
ْ
ح
َ
أ
َ
ِه
ِ
ت
َّ
لٱِب
َ
نيِد
َ
ت
ْ
ه
ُ
م
ْ
لٱِب
ُ
م
َ ل
ْ
ع
َ
أ

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 144 145
“Serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah,
pelajaran yang baik, dan bantahlah dengan cara baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang yang mendapat
petunjuk.”6 (QS: an-Nahl: 125).
Adapun beberapa metode yang digunakan Nabi
Muhammad SAW dalam menyampaikan materi pembelajaran
kepada peserta didik, ataupun para sahabat diantaranya
sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah tata cara yang simpel dengan
memakai bahasa lisan. Tata cara ini yang sempat dicoba
Nabi Muhammad SAW, kala dia menerima wahyu serta
diperintahkan buat berdakwah secara terang- terangan.
2. Metode Diskusi
Metode ini kerap digunakan Rasulullah SAW bersama
para teman paling utama buat mencari kata setuju. Nabi
Muhammad SAW kala mengalami serta membongkar
permasalahan serbuan orang- orang Quraisy Mekkah yang
lagi mengepung Madinah( Perang Uhud).
3. Metode Eksperimen
Metode eksperimen yakni metode pendidikan dengan
melaksanakan percobaan terhadap modul yang lagi dipelajari,
tiap proses serta hasil percobaan itu diamati dengan seksama.

Metode Pembelajaran Dalam Perspektif Nabi Muhammad 144 145
4. Metode Tanya Jawab
Metode ini salah satu tata cara yang bisa digunakan
selaku ditaksir secara universal, buat memperkirakan apakah
partisipan didik yang tengah di menemukan persoalan
telah menguasai modul yang di informasikan ataupun
kebalikannya.
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi yang diterapkan Rasulullah
SAW banyak nampak paling utama dalam menarangkan
permasalahan ibadah, semacam ibadah shalat, metode
berwudhu, manasik haji.
6. Metode Keteladanan
Metode keteladanan yakni menampilkan aksi terpuji
untuk partisipan didik, dengan harapan partisipan didik
supaya ingin menjajaki aksi terpuji tersebut. Tata cara ini
merupakan metode yang wajib jadi kerpibadian tiap guru.
7. Metode Kisah
Materi pelajaran yang di informasikan dengan tata cara
cerita ataupun cerita ini membekas kokoh dalam diri seorang.
Allah mengakuinya lewat firman- Nya,
ِۗبا
َ
ْ
ل
َْ
لا ِلو
ُ
ِ
ّ
ل
ٌ
ة
َْ
بِع
ْ
مِهِص
َ
ص
َ
ق
ْ
ِف
َ
ن
َ
ك
ْ
د
َ
ق
َ
ل
“Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka terdapat
pelajaran bagi UlulAlbab.” (Q.S. Yusuf: 111).
Metode kisah ialah metode dengan menggunakan cerita-
cerita yang dapat menghubungkan materi pelajaran dengan

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 146 147
kajian masa lampau, agar lebih dapat dan mudah dipahami
oleh peserta didik dalam alam yang lebih nyata.
8. Metode Mau’izhat dan Nasihat
Rasulullah SAW juga memakai tata cara nasehat dalam
mendidik umatnya.
9. Metode Hadiah dan Hukuman
Metode hadiah serta Hukuman Tata cara hadiah
serta hukuman merupakan tata cara yang efisien selaku
perlengkapan buat tingkatkan pemahaman serta kehati-
hatian partisipan didik, supaya senantiasa dalam jalan- Nya.
Cuma saja, dalam tata cara ini wajib dicermati metode serta
pendekatan yang pas. Metode serta pendekatan yang salah,
bisa menyebabkan tata cara tersebut tidak berikan khasiat
ataupun hasil apapun.
10. Metode Kinayat
Kinayat maksudnya sindiran, kiasan, berkata suatu
dengan perkataan yang lain, memperhalus kata- kata
bertujuan untuk menghindarkan rasa malu. Modul ini
umumnya digunakan Rasulullah SAW kepada teman wanita,
dalam menerangkan hal- hal Yang sifatnya.
Relevansi Metode Pendidikan Rasulullah
Dalam Konteks Pendidikan Modern
Dalam proses pembelajaran, tata cara memiliki peran
yang sangat signifikan buat menggapai tujuan. Apalagi selaku
seni dalam menstransfer ilmu pengetahuan/ modul pelajaran

Metode Pembelajaran Dalam Perspektif Nabi Muhammad 146 147
kepada partisipan didik, tata cara dikira lebih signifikan
dibandingkan dengan modul itu sendiri. Suatu adigium
berkata kalau“ al- Thariqat ahamm min al- maddah”( tata
cara lebih berarti dibandingkan modul). Memanglah tidak
bisa dipungkiri kalau metode penyampaian yang komunikatif
lebih disenangi oleh partisipan didik meski sesungguhnya
modul yang di informasikan sebetulnya tidak sangat menarik,
demikian kebalikannya. Oleh sebab itu pelaksanaan tata cara
yang pas sangat pengaruhi pencapaian keberhasilan dalam
proses belajar mengajar..
Metode.selaku jalur buat mengarah tujuan pembelajaran
hendaklah diaplikasikan cocok peruntukannya. Pelaksanaan
tata cara secara pas memerlukan guru yang mempunyai
kemampuan, kecakapan, serta keahlian, sebagaimana
dikatakan Gilbert Highet kalau“ teaching is an art”. Abdullah
Sigit juga melaporkan perihal senada kalau mengajar
merupakan sesuatu“ seni” ialah“ seni mengajar Buat itu,
dalam pelaksanaan tata cara pendidikan dibutuhkan sudut
pandang yang komprehensip pada bermacam komponen
pendidikan, semacam modul pelajaran, media pendidikan,
partisipan didik, serta tujuan pendidikan.
Dan Serta Relevansi tata cara pendidikan dalam perspektif
Nabi Muhammad SAW dengan tata cara pendidikan dikala ini
ialah tata cara pendidikan pada masa saat ini ini pada biasanya
didasari dengan tata cara pendidikan yang bersumber dari
Nabi Muhammad SAW yang setelah itu pada masa saat ini
ada sedikit modifikasi serta lebih dibesarkan lagi. Cocok
dengan yang sempat diterapkan Nabi Muhammad SAW ialah
membiasakan dengan kondisi area serta partisipan didik yang
diajarkannya

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 148 149
Kesimpulan
Metode Perihal tersebut sebab dia tetap mengantarkan
modul ajar dengan memilah metode pendidikan yang sangat
pas, yang disesuaikan serta bersumber pada keadaan serta
suatu ciri partisipan didik. Ada pula metode pendidikan
Nabi Muhammad SAW antara lain ialah: metode Ceramah,
metode Dialog, metode Eksperimen, metode Tanya Jawab,
metode Demonstrasi, metode Keteladanan, metode
Pembiasaan, metode Mau‟izat serta Nasihat, metode
Cerita, metode Perumpamaan, metode Hadiah serta
Hukuman, metode Gradual( bertahap/ berangsur), metode
Perbandingan, metode Kinayat, serta metode memakai Foto.
Serta Relevansi tata cara pendidikan dalam perspektif Nabi
Muhammad SAW dengan tata cara pendidikan dikala ini ialah
tata cara pendidikan pada masa saat ini ini pada biasanya
didasari dengan tata cara pendidikan yang bersumber dari
Nabi Muhammad SAW yang setelah itu pada masa saat ini
ada sedikit modifikasi serta lebih dibesarkan lagi.
Cocok dengan yang sempat diterapkan Nabi Muhammad
SAW ialah membiasakan dengan kondisi area serta partisipan
didik yang diajarkannya.pembelajaran pendidikan dalam
perspektif Nabi Muhammad SAW ialah metode yang simpel,
tetapi metode ini sanggup membagikan uraian yang sangat
mendalam.

Daftar Pustaka 148 149
Daftar Pustaka
Abdurrahman Jamal. 2013. Islamic Parenting Pendidikan
Anak Metode Nabi. (Solo: Aqwa).
Ahmad bin hanbal, Abu `Abd Allah, Musnad Ahmad bin
hanbal. Beirut: al Maktabah al-Islami, 1978.
Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan,
Yogyakarta: Aditya Media, 1992,
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, Membangun
Kerangka Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Praktik
Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2008)
Al-Ghazali Rifa’i Pendidikan Berbasis Ajaran Agama Dan
Kebudayaan Masyarakat
Alim Muhammad Pendidikan Agama Islam: Upaya
Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006 Bahri Syaiful
Djamarah,
al-mujtama, Abdurrahman Al-nahlawi ushul al-tarbiyah al-
islamiyah fi al-bait wal madrasah wal. (2009, hlm 108).

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 150 151
An-Nahlawi Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metoda
Pendidikan Islam Dalam Keluarga, di Sekolah, dan di
Masyarakat, alih bahasa, Herry Noer Ali, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1996),
Arifin Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009),
Armai Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam (Jakarta: Ciputat Pers)
Aziz Erwati. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam. (Surakarta: PT
Tiga Serangkai, 2013)
Cornelia Debora Risambessy, Generasi Millennial (Makalah
Ilmu Budaya
D. Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan,
(Bandung: PT alMa’arif, 1998)
Daradjat,Zakiah.2008.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Bumi
Aksara
Dasar,jurusan Psikologi Universitas Gunadarma,2017 Daud
Ali. Muhammad
Daud Ali, Mohammad.2002.Pendidikan Agama Islam.
Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
De Porter Bobbi dkk, Quantum Teaching, Bandung; Kaifa
2000
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,2007)
Dryden gordon & Vos Jeannette, Revolusi cara Belajar ;
bandung: Kaifa 2000
Fauziyah, Lilis,dkk.2009. Kebenaran Al-Quran dan Hadis.

Daftar Pustaka 150 151
Solo:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka cipta, 2000)
Hamalik Oemar, Media Pendidikan Bandung: citra aditya
bakti, 1989
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tazkiya/article/
download/452/397
http://pta-jambi.go.id/2-beritapta/4961-belajar-al-qur-an-
dan-mengajarkannya-kultum-abd-rahman-usman,
Belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya kultum Abd.
rahman Usman,2018, Rovel, 12 Januari 2022
http://repositori.unsil.ac.id/618/4/BAB%20II.pdf
http://sekolahdasarmaju.blogspot.com/2017/12/makalah-
motivasi-pendidikan-dalam-hadist.html?m=1
http://www.smkn1perhentianraja.sch.id/read/5/pengertian-
pendidikan-menurut-ahli
https://akmalsulaiman.com/2021/09/06/evaluasi-pendidikan-
islam-perspektif-hadits/
https://azzukhrufi.blogspot.com/2019/02/motivasi-dalam-
hadis.html
https://docplayer.info/46229565-Bab-ii-kajian-pustaka.html
https://hasbyeducation.blogspot.com/2017/01/evaluasi-
pendidikan-islam-perspektif.html
https://hot.liputan6.com/read/4681419/pengertian-motivasi-
menurut-para-ahli-dan-jenis-jenisnya-yang-perlu-
dikenali

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 152 153
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ilmu,ilmu,2021,12 Januari 22.
https://industrial.uii.ac.id/mengajar-sebagai-ladang-amal-
sebuah-auto-kritik/, Mengajar sebagai "Ladang amal"
sebuah auto kritik,2018,Qurtubi,12 Januari 2022.
https://jurnal.literasikitaindonesia.com/index.php/
literasiologi/article/download/103/124
https://m.oase.id/read/YwN9ER-3-hadis-ini-bikin-kamu-
semangat-belajar
https://metopenkomp.blogspot.com/2017/11/perbedaan-
pengertian-metode-dan.html
https://rezalubis.id/evaluasi/pengertian-evaluasi-
pembelajaran/
https://ridhaljunior23.blogspot.com/2016/10/evaluasi-
pendidikan-islam.html
https://unida.ac.id/pembelajaran/artikel/apa-itu-
pembelajaran.html
https://www.google.com/amp/s/news.detik.com/
berita/d-4899811/keutamaan-ilmu-dalam-islam-dan-
dalilnya-dalam-al-quran/amp,Keutamaan Ilmu dalam
Islam dan Dalilnya dalam Al Qur'an,2020,Lusiana
Mustinda,12 Januari 2022.
https://www.ruangguru.com/blog/cara-meningkatkan-
motivasi-belajar-siswa
https://www.tahsin.id/2021/02/tajwid-surat-al-ankabut-
ayat-1-5.html/
https://m.kumparan.com/berita-hari-ini/hadist-menuntut-
ilmu-perintah-dan-keutamaannya-bagi-umat-islam-

Daftar Pustaka 152 153
1ughI7xmK2J/3
https://www.kompasiana.com/marthalinaazzahra/600936
8fd541df4c23793302/kebutuhan-manusia-terhadap-
agama
Indonesia Dalam Menghadapi Arus Global, EJurnal.UPI.edu
2018 Asy’ari
Jennah, Rodhatul, Media Pembelajaran, Ct. ke-1, Banjarmasin:
Antasari Pers, 2009.
Lilis Fauziyah dan Andi Setyawan,Kebenaran Al-Quran dan
Hadis,Solo,PT Tiga
Louis Ma'luf, a.-M. f.-L.-A.-U., & al-Matba'ah alKatsulikiyyah,
t. h. (hlm 526).
M.Kholil Metode Pendidikan Islam, Jurnal Qothruna Vol 1
No.1 2014 Arifin, HM. Ilmu
Muhammad Athiyyah al-Abrasyi, R. a.-T.-T. (2008, hlm 30).
Muhammad bin Yazid al-Qazwiny Ibn Majah, Sunan Ibn
Majah, vol. 1 (Bandung: Maktabah Dakhlan, T.Th), 81.
(t.thn.).
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT Bina Ilmu, 2004,
hal.48.
Nana Sudjana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
(Bandung: Sinar Baru Algesindo). https://abdulghofur91.
wordpress.com/2017/10/10/metode-pembelajaran-
pada-masa-nabi-muhammad-saw/
pemanfaatan), Jakarta: Pustekom dikbud dan Pr raja grafindo
persada cetakan ke 6 2003
Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.1998

Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadist 154 155
Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi
Aksara, edisi I, 1991)
Ramayulis, Ilmu Penddikan Islam, Jakarta: Kalam mulia 2002
Sadiman. Arief S dkk, Media Pendidikan (pengertian
pemngembangan dan
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam: Membangun Konsep
Pendidikan Yang Islami (Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2011)
Samsul Nizar & Zainal Efendi. 2011. file:///C:/Users/ASUS/
Downloads/414-901-1-SM%20(2).pdf
Samsul Nizar, P. D.-d., & Jakarta: Gaya Media Pratama, 2. h.
(2001, hlm.86).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, K. B., & Jakarta: Balai Pustaka, 1. h. (t.thn.).
Tori, 2011, Jurnal Keutamaan Ilmu dan Ulama Perspektif
Hadits, UIN Syarif Hidayatullah.
Zuhairini, et.al. 1993. Metodologi Pendidikan Agama (Solo:
PT. Ramadhani).

Daftar Pustaka 154 155