Silicosis: from Pathogenesis
to Therapeutics
JOURNAL READING
Rima Cahyati Kusumadewi (H4A02420104)
SPV: dr. Suryani Padua Fatrullah, Sp.P(K), FISR
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
OUTLINE
PRESENTASI
Identitas Jurnal
Abstrak
Pendahuluan
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
Toksisitas Debu Silika
Patogenesis Silikosis
Terapi Silikosis
Kesimpulan
Analisis Jurnal
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
Judul jurnal Silicosis: from Pathogenesis to Therapeutics
Nama penulis Bijun Yang, Xiaoman Liu, Cheng Peng, Xiangjing Meng, Qiang Jia
Penerbit Frontiers
Jenis artikel Tinjauan literatur
Tahun terbit 2025
Volume 16
Halaman 13 halaman
DOI 10.3389/fphar.2025.1516200
IDENTITAS JURNAL
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
IDENTITAS JURNAL
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Silikosis merupakan penyakit paru kerja yang serius yang disebabkan oleh paparan partikel debu
silika kristalin yang terhirup, dengan manifestasi klinis mulai dari tidak bergejala hingga gagal napas.
Proses patologis utama melibatkan kerusakan parenkim paru, inflamasi, dan fibrosis jaringan paru,
namun patogenesis yang tepat masih belum jelas. Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang efektif
untuk silikosis karena patogenesis yang kompleks dan fibrosis paru yang ireversibel. Dalam tinjauan ini,
kami merangkum perkembangan dalam patogenesis dan pengobatan silikosis serta mengeksplorasi
keilmuan saat ini tentang mekanisme molekuler yang terlibat dalam inisiasi dan perkembangan silikosis
serta target terapeutik yang potensial.
Kata kunci: silikosis, patogenesis, terapeutik, fibrosis paru, mekanisme molekuler
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
DEFINISI
PENDAHULUAN
Silikosis adalah penyakit paru fibrotik akibat
paparan jangka panjang terhadap debu
mengandung SiO₂ dalam pekerjaan.
Penyakit paru kerja utama di negara
berkembang, mengalami peningkatan di
negara maju.
EPIDEMIOLOGI
Estimasi jumlah pekerja yang terpapar
debu silika:
Eropa: 3 juta pekerja
Amerika Serikat: 1,7 juta pekerja
China: 171.291 kasus silikosis (78,58% dari
kasus pneumokoniosis) hingga tahun 2021
KLASIFIKASI
Akut
minggu-tahun pasca
paparan SiO2 konsentrasi
tinggi
manifestasi silikoproteinosis
Akselerasi
5-10 tahun pasca
paparan awal
Kronis
Berdasarkan rontgen thorax, 2 tipe:
simple
complicated (fibrosis makro
progresif): kalsifikasi & fibrosis
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
MANIESTASI KLINIS & KOMPLIKASI
PENDAHULUAN
Inflamasi persisten & fibrosis progresif
Sesak napas
Gagal napas
Kematian
TUJUAN TERAPI
Menghambat faktor fibrosis
Mengurangi inflamasi
Menghambat proliferasi sel interstitial
Mengatur sintesis/degradasi matriks ekstraseluler (ECM)
TERAPI
Farmakologi
pirfenidone
poly-2-vinylpyridine-N-oxide (PVNO)
nintedanib
tetrandrine
Non-Farmakologi
bronkoalveolar lavage (BAL)
whole lung lavage (WLL)
transplantasi paru
sel punca
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
FAKTOR
TOKSISITAS DEBU SILIKA
sifat fisik/kimia → struktur
waktu/lama paparan
intensitas paparan
batu sintetis ⬆ risiko silikosis
(Italia, Spanyol, Israel, AS)
kristalin
pola geometris atom S & O tetap
karsinogen kelompok A (IARC)
non-kristalin (amorf)
kurang toksik daripada kristalin
⬆ dispersi partikel debu silika
⬆ proporsi partikel halus
⬆ debu silika masuk ke sal.
napas dalam
⬆ kandungan SiO2
dalam debu
⬆ toksisitas
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
TOKSISITAS DEBU SILIKA
partikel silika <3,2 mikron “nearly free silanol” silika
protein membran lisosom
sekunder makrofag
⬆ permeabilitas membran
induksi ROS pada AM
pelepasan sitokin
⬇imunitas
H
⬆ permeabilitas membran
⬆ fluiditas
lisis membran
penumpukan debu silika⬆
silikosis
paparan berulang
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
PATOGENESIS SILIKOSIS
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
PATOGENESIS SILIKOSIS
1.KERUSAKAN PARENKIM PARU
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
PATOGENESIS SILIKOSIS
2. RESPONS INFLAMASI
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
PATOGENESIS SILIKOSIS
3. PERUBAHAN FIBROTIK PARU
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
PATOGENESIS SILIKOSIS
3. PERUBAHAN FIBROTIK PARU
Terjadi interaksi dinamis antara matriks
ekstraseluler (ECM) paru dan sel-sel
residen, dengan TGF-β1 sebagai pusat
regulasi.
TGF-β1 aktif (berwarna merah) terikat
pada ECM.
Aktivasi reseptor TGF-β1 → fosforilasi
SMAD2/3 → translokasi ke nukleus →
diferensiasi sel menjadi myofibroblas.
Terdapat hubungan siklik: aktivasi TGF-
β1 oleh myofibroblas → mendorong
lebih banyak diferensiasi menjadi
myofibroblas.
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
PATOGENESIS SILIKOSIS
3. PERUBAHAN FIBROTIK PARU
Progresi silikosis dikendalikan oleh
berbagai jalur pensinyalan yang saling
berinteraksi secara kompleks.
Jalur seperti TGF-β, Wnt, MAPK, dan
Notch saling berhubungan (interaksi
silang) dan bersama-sama mengatur
perkembangan fibrosis paru akibat debu
silika.
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
PATOGENESIS SILIKOSIS
Kerusakan sel dan jaringan akibat silika
merupakan tahap awal yang krusial
dalam patogenesis silikosis.
Banyak protein dan gen terlibat dalam
proses patologis ini.
Debu silika mengaktifkan jalur
pensinyalan apoptosis pada makrofag
alveolar (AM) dan memicu apoptosis sel.
Debu silika juga mempengaruhi sel epitel
alveolar, menyebabkan degenerasi,
edema, dan pelepasan sel alveolar tipe I
(ATI).
Akibatnya, struktur alveolar menjadi
tidak utuh.
Protein dan gen berperan dalam semua
tahap di atas.
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
TERAPI SILIKOSIS
Farmakologi Bedah Sel punca
Bronchoalveolar
Lavage
(BAL)
Transplantasi
Paru
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
Terapi yang telah digunakan
PVNO: efektif di model hewan, mengurangi radikal bebas dan memperlambat perkembangan
silikosis, namun kurang efektif pada manusia.
Nintedanib: inhibitor tirosin kinase, menghambat proliferasi fibroblas dan transformasi menjadi
myofibroblas; disetujui untuk IPF, berpotensi untuk silikosis.
Pirfenidone: menghambat fibroblas, ECM, dan stres oksidatif; menunjukkan efek anti-fibrotik dan
tolerabilitas baik pada pasien fibrosis paru.
TERAPI SILIKOSIS
FARMAKOLOGI
Drug repurposing
Metformin (obat diabetes tipe 2): menunjukkan efek anti-fibrotik dan anti-silikosis pada model
hewan, melalui aktivasi AMPK dan penghambatan mTOR.
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
Obat Tradisional Tiongkok
N2FBR: meningkatkan autofagi melalui GSK-3β/mTOR.
Xiaochaihu: menurunkan kolagen dan ekspresi TGF-β1, PDGF.
Fuzheng Huayu: menghambat jalur PI3K dan ekspresi Smads.
Curcumin: menekan EMT dan inflamasi via TLR4/NF-κB dan PI3K/AKT.
Anluo Huaxian Pills & Salidroside: menurunkan ekspresi kolagen dan sitokin inflamasi (IL-1β, IL-6, TNF-α),
serta menghambat TLR4/NF-κB dan MAPK.
Ginsenoside Rg1, baicalin, emodin juga menunjukkan efek anti-fibrotik dan memperbaiki fungsi paru dalam
studi in vivo dan in vitro.
Pengobatan tradisional Tiongkok memberikan manfaat tambahan: efek samping minimal, peningkatan
kualitas hidup, dan berpotensi sebagai terapi tambahan bersama pengobatan barat.
TERAPI SILIKOSIS
FARMAKOLOGI
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
Bronchoalveolar Lavage
Bronchoalveolar lavage (BAL) digunakan untuk mengurangi partikel debu di paru-paru dan meningkatkan
fungsi ventilasi.
Irigasi alveolar dengan larutan garam 37°C efektif menghilangkan partikel silika dan makrofag dari alveoli
serta memperlambat progresi silikosis.
Prosedur ini meningkatkan refleks batuk, pengeluaran benda asing, serta memperbaiki obstruksi trakea
dan fungsi paru.
Bronkoskopi lokal dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas obat dan mengurangi inflamasi.
Berdasarkan volume cairan, BAL terbagi menjadi WLL (whole lung lavage) dan small volume lung lavage
(untuk pasien silikosis lanjut).
Risiko trauma tinggi, dan efektivitas jangka panjang masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
TERAPI SILIKOSIS
BEDAH
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
Transplantasi Paru
Transplantasi paru merupakan pilihan pengobatan untuk penyakit paru lanjut yang tidak responsif
terhadap terapi konservatif.
Prosedur ini meningkatkan kualitas hidup, namun tidak memperpanjang harapan hidup.
Efektif untuk fibrosis paru stadium akhir, tetapi penggunaannya terbatas karena:
Kekurangan donor paru,
Tingginya komplikasi bedah,
Risiko graft-versus-host disease,
Biaya medis yang tinggi.
Oleh karena itu, transplantasi paru tidak dianjurkan sebagai terapi rutin untuk silikosis, seperti halnya
lavage bronkoalveolar.
TERAPI SILIKOSIS
BEDAH
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
Sel Punca
Mesenchymal Stem Cells (MSC) atau sel punca mesenkimal adalah terapi eksperimental inovatif,
berasal dari sumsum tulang, lemak, tali pusat, dan plasenta. MSC bersifat multipoten dan dapat
berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, termasuk sel paru.
Tantangan:
Regulasi & prosedur manufaktur yang aman.
Pengujian genetik dan monitoring donor jangka panjang.
Standarisasi uji klinis (dosis, metode, frekuensi, waktu transplantasi).
TERAPI SILIKOSIS
SEL PUNCA
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
Bone Marrow MSC
Merangsang regenerasi, memiliki efek
imunomodulator & anti-fibrotik.
Memperbaiki histologi paru, menurunkan
sitokin proinflamasi & kolagen.
Menghambat jalur Wnt/β-catenin (efek anti-
silikotik).
TERAPI SILIKOSIS
SEL PUNCA
Umbilical Cord MSC
Non-invasif, regenerasi cepat, menurunkan
inflamasi dan fibrosis.
Mengatur TGF-β1, IL-6, dan hidroksiprolin.
Mengurangi apoptosis, autofagi makrofag,
dan mempercepat pemulihan.
Sox9+ Embryonic SC
Kapasitas regeneratif tinggi, penting untuk
perkembangan paru.
Mampu berdiferensiasi menjadi sel alveolar
(ATI, ATII), endotel, dan mesenkimal.
Terbukti memperbaiki struktur dan fungsi
paru pada model hewan dan uji klinis.
Adipose-Derived MSC
Mudah diperoleh, minim nyeri, potensi
diferensiasi luas.
Regenerasi jaringan paru, memperbaiki
kondisi IPF, dan menghambat silikosis.
Mengatur peradangan dan apoptosis.
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
KESIMPULAN
Etiologi silikosis sudah dipahami dengan jelas, tetapi patogenesisnya masih belum sepenuhnya
dipahami karena melibatkan interaksi kompleks antar sel, molekul, jalur pensinyalan, dan sitokin.
Beberapa jalur dan mediator potensial telah diusulkan sebagai target terapi, efektivitas klinis dari
terapi bedah dan senyawa kimia masih belum pasti dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Diagnosis dini dan pemantauan tepat waktu sangat penting, tetapi metode yang tersedia saat ini
(rontgen, CT scan, tes fungsi paru) hanya mendeteksi perubahan di tingkat organ, bukan tahap awal
penyakit.
Biomarker silikosis telah diusulkan, namun belum ada yang terbukti andal dan sensitif untuk
diagnosis dini.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi biomarker yang valid, melalui pendekatan
in vitro yang dikombinasikan dengan data epidemiologi dan sampel biologis (darah, air liur/dahak,
urine).
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
Kelebihan
struktur yang sistematis mulai dari pendahuluan,
isi, dan kesimpulan.
subbab yang jelas sehingga mudah dalam pencarian
subtopik.
terdapat skema dan diagram jalur molekuler yang
meringkas dan mempermudah dalam memahami
proses patologis silikosis.
referensi/rujukan dari banyak sumber yang
terpercaya.
membahas patogenesis dan pendekatan terapi
silikosis secara detail, mulai dari terapi
farmakologis, bedah, dan sel punca. Selain itu,
disertakan juga mengenai beberapa kelebihan dan
kekurangan dari terapi.
pernyataan yang menyatakan bahwa penulisan
artikel tidak dibantu dengan artificial intelligent (AI).
ANALISIS JURNAL
Kekurangan
tidak dijelaskan secara eksplisit mengenai detail
metode dan proses seleksi literatur dilakukan.
tidak disertakan tabel ringkasan mengenai dosis
dan perbandingan efektivitas terapi silikosis.
sebagian besar bukti yang digunakan pada
artikel masih bersifat eksperimental atau
preklinis. Tidak disertakan bukti uji klinis pada
manusia berskala besar yang dibahas secara
spesifik terkait terapi silikosis.
pembahasan mengenai efek samping dan
komplikasi terapi tidak disertakan dalam
tinjauan literatur. Pada bagian yang
menjelaskan mengenai efek dari pengobatan
tradisional Tiongkok, efektivitas pengobatan
terkesan terlalu ditekankan tanpa menyertakan
efek sampingnya.
FKIK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MATARAM
DAFTAR PUSTAKA
Yang B, Liu X, Peng C, Meng X and Jia Q (2025) Silicosis: from pathogenesis to therapeutics. Front. Pharmacol.
16:1516200. doi: 10.3389/fphar.2025.1516200.