Slide Pemeriksaan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB).pptx

rsabaraty 0 views 40 slides Sep 28, 2025
Slide 1
Slide 1 of 40
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40

About This Presentation

Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB)
Suatu keadaaan dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC


Slide Content

MODUL 3 PEMERIKSAAN INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS (ILTB) 1

Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran umum Peserta memiliki pemahaman mengenai Diagnosis ILTB Tujuan pembelajaran khusus Peserta memiliki pemahaman mengenai dan Alur Pemeriksaan ILTB Peserta memiliki pemahaman mengenai TST Peserta memiliki pemahaman mengenai IGRA Peserta memiliki pemahaman mengenai perbedaan penggunaan TST dan IGRA 2

P endahu l uan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) Suatu keadaaan dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC Orang dengan ILTB Tuberculin Skin Test (TST) atau Interferon Gamma-Release Assay (IGRA) positif Foto toraks normal Pemeriksaan dahak dan Xpert MTB/Rif® negatif 3

P endahu l uan Risiko ILTB menjadi TBC aktif 5-10% ILTB dalam 5 tahun pertama akan menjadi TBC aktif sejak terinfeksi 24,4 – 69,2% anak < 15 th kontak dengan TB aktif sebanyak 3,3- 5,5% akan menjadi TBC aktif Faktor risiko: Kekebalan tubuh lemah ODHIV Malnutrisi Sedang pengobatan kanker Sedang menjalani hemodialisis Sedang menggunakan steroid jangka panjang TPT mengurangi risiko TBC aktif 4

Kontak erat dengan pasien TB 60 – 70% TERINFEKSI TBC TIDAK TERINFEKSI TBC 30 – 40 % SAKIT TBC INFEKSI TB LATEN REAKTIVASI TDK DIOBATI 50% MENINGGAL DGN TETAP MENULAR DIOBATI 95% SEMBUH 5 – 10% 90 - 95% INFEKSI L AT EN TB 5% 95% 5

Perbedaan TB Laten dan TBC aktif TB laten TBC aktif Tidak ada gejala Memiliki salah satu gejala berikut: demam, batuk, nyeri dada, berat badan turun, keringat malam, hemoptisis, lemah, dan penurunan nafsu makan Uji tuberculin atau IGRA positif Uji tuberculin atau IGRA positif Foto toraks normal Foto toraks abnormal tetapi bisa normal pada orang imunokompromis atau TB ekstraparu Hasil pemeriksaan mikrobiologi negative (BTA, kultur, dan TCM) Hasil pemeriksaan mikrobiologi dapat positif ataupun negatif, termasuk pada kasus TB ekstraparu Tidak dapat menularkan Tb ke orang lain Dapat menularkan kuman TB ke orang lain Perlu terapi pencegahan pada kondisi tertentu Perlu pengobatan sesuai standar terapi TB 6

Sasaran TPT pada ILTB Orang dengan HIV (ODHIV) Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis : Anak usia <5 tahun Anak usia 5-14 tahun Remaja dan dewasa (usia ≥15 tahun) Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif Pasien immunokompromais lainnya (Pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll). Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik. 7

Apa syarat pemberian TPT ? Kelompok risiko tinggi Tidak sakit TBC Infeksi laten TBC* Tidak ada kontra indikasi pemberian TPT Kecuali pasien HIV dan anak kontak usia < 5 tahun (akan dijelaskan kemudian) 8

Bagaimana menentukan seseorang tidak sakit TB dan terindikasi pemberian TPT ? 9

Bagaimana menentukan seseorang tidak sakit TBC dan terindikasi pemberian TPT ? Gejala Pastikan ada gejala TBC atau tidak: batuk Demam BB turun atau tidak naik Lesu Keringat malam Test infeksi TBC Foto Rontgen dada Tes cepat molekular Pada ODHIV dan anak kontak usia di bawah 5 tahun pemberian TPT dapat dilakukan dengan skrining gejala TBC tanpa harus dilakukan pemeriksaan TST atau IGRA. Bayi <1 tahun dengan HIV tanpa g ej a l a T B C h a n y a d i b eri T P T jik a kontak serumah dengan pasien TBC 10

Anak < 10 tahun dengan salah satu gejala (batuk, demam, atau penurunan BB yang dilaporkan atau terkonfirmasi > 5% sejak kunjungan terakhir atau kurva pertumbuhan datar atau BB untuk usia <-2 Z-skor ) Batuk, demam, keringat di malam hari, batuk darah, nyeri dada, sesak napas, lemah dan lesu, atau penurunan BB (misal anak <5 tahun tidak terdapat anoreksia/ nafsu makan normal meskipun sudah diberikan perbaikan gizi tetapi berat badan tetap tidak naik/gagal tumbuh). Lesu atau anak kurang aktif bermain, keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TBC pada anak apabila tidak disertai gejala umum lainnya. Alur Pemeriksaan ILTB Sebelumya Juknis ILTB kemenkes RI, 2020. 11

Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif Pasien immunokompromais lainnya (pasien yang menjalani pengobatan kanker, mendapat perawatan dialisis, kortikosteroid jangka panjang, sedang persiapan transplantasi organ, dll) langsung diperiksa dengan TST atau IGRA (tanpa harus melihat ada tidaknya gejala TBC). Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik. 6. Rontgen thorax atau chest X-ray (CXR) dapat dilakukan diawal sebagai bagian dari penemuan kasus intensif. Jika gambaran rontgen dada mendukung TBC (abnormal) maka orang tersebut terdiagnosis klinis. Alur Pemeriksaan ILTB sebelumnya 12

Bisa diakses pada link: bit.ly/inimateriTBCkolaborasilaten dalam folder ILTB > Surat Edaran ALUR PEMERIKSAAN ILTB BERDASARKAN SURAT EDARAN NOMOR 2175 TENTANG PERUBAHAN PELAKSANAAN INVESTIGASI KONTAK DAN ALUR PEMERIKSAAN INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS (ILTB) SERTA PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT) DI INDONESIA 13

Update Kebijakan ILTB Saat ini, terdapat perubahan alur pemeriksaan ILTB dan pemberian TPT dari alur yang berada pada petunjuk teknis penanganan ILTB tahun 2020. Perubahan ini mengakomodir agar tidak ada pasien TBC yang diberikan TPT sehingga penegakan diagnosis TBC (TCM dan atau rontgen) untuk menyingkirkan ada tidaknya infeksi perlu ditegakan dengan tepat. serta manfaat penambahan Etambutol pada TPT anak belum jelas dan dikaitkan dengan adanya peningkatan efek samping pengobatan. Perubahan alur ini akan tertuang pada Surat Edaran Nomor 2175 tentang Perubahan Pelaksanaan Investigasi Kontak dan Alur Pemeriksaan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) serta Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) di Indonesia. Perubahan alur yang dimaksud berkaitan dengan: Alur akan dipecah permasing-masing 3 kelompok sasaran yaitu ODHIV, kontak serumah, dan kelompok risiko lain. Sebagai catatan bahwa urutan sasaran yang terdapat pada SE ini, tidak mempengaruhi skala prioritas sasaran pemberian TPT sesuai dengann poin 4 bahwa ketiga sasaran tersebut merupakan sasaran dalam pemberian TPT. Pada ODHIV, penegakan diagnosis TBC melalui TCM dan atau rontgen toraks dan atau diagnosis dari tenaga klinisi . diarahkan untuk diberikan TPT jika dikatakan sebagai bukan TBC dari penegakan diagnosis TBC atau tidak memiliki gejala TBC. Pada Kontak serumah , tidak bergejala TBC tidak dilakukan pemeriksaan TST/IGRA langsung, namun dilakukan pemeriksaan rontgen toraks . Diarahkan untuk diberikan TPT jika pada anak usia <5 tahun tidak bergejala, ≥ 5 tahun tidak memiliki gejala atau bergejala dengan hasil akhir diagnosis dikatakan sebagai bukan TBC dan dilanjutkan pemeriksaan TST/IGRA positif. 4. Pada semua kelompok risiko lain, dilakukan pemeriksaan skrining gejala TBC dahulu sehingga tidak dilakukan pemeriksaan TST/IGRA secara langsung. Diarahkan untuk diberikan TPT jika TST/IGRA positif. 14

Update Alur Pemeriksaan ILTB dan Pemberiaan TPT pada ODHIV 15

Penjelasan Alur Pemeriksaan ILTB dan Pemberiaan TPT pada ODHIV ODHIV dilakukan skrining gejala TBC seperti batuk atau demam atau berkeringat di malam hari atau riwayat kontak dengan orang TBC aktif atau mengalami penurunan berat badan. Jika tidak memiliki gejala TBC dan tidak memiliki kontraindikasi TPT dapat diberikan TPT. Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan jika tersedia di fasyankes tersebut namun jika tidak tersedia atau sulitnya akses terhadap layanan pemeriksaan foto toraks maka dapat menggunakan alur foto toraks tidak tersedia. Bagi faskes yang memiliki layanan foto toraks dapat melakukan pemeriksaan TCM dan foto toraks pada hari yang sama agar tidak ada kunjungan berulang untuk pemeriksaan (ini berlaku juga untuk sasaran kontak serumah dan kelompok risiko lain). Diagnosis dan tindak lanjut ditentukan oleh dokter berdasarkan pertimbangan klinis pasien. Rekomendasi dokter dapat berupa pemantauan dengan pemberian terapi non spesifik atau dikatakan sebagai TBC klinis jika terdapat tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk dapat diberikan OAT atau dikatakan sebagai Bukan TBC jika tidak terdapat tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk dipertimbangkan diberikan TPT. Kontraindikasi pemberian TPT yaitu adanya hepatitis akut atau kronis, neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol biasa atau berat. Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan merupakan kontraindikasi. Paduan TPT untuk ODHIV sama jenisnya dengan paduan TPT untuk kontak serumah dengan pasien TBC SO, kecuali jika ODHIV tersebut memiliki kontak serumah dengan pasien TBC RO maka paduan TPT yang diberikan adalah paduan TPT untuk kontak serumah TBC RO. Pada pasien koinfeksi TB-HIV yang telah menyelesaikan pengobatan OAT dan dinyatakan sembuh/ pengobatan lengkap, pasien tersebut masih diperlukan pemberian TPT (TPT Sekunder), adapun jenis paduan TPT sekunder yang diberikan sesuai dengan tipe TBC yang pernah dideritanya (SO/RO). 16

Update Alur Pemeriksaan ILTB dan Pemberiaan TPT pada Kontak serumah 17

Penjelasan Alur Pemeriksaan ILTB dan Pemberiaan TPT pada Kontak serumah Kontak serumah dilakukan skrining gejala TBC, Jika kontak serumah dengan pasien TBC SO/RO memiliki salah satu gejala TBC seperti adanya batuk atau demam atau keringat di malam hari atau batuk darah atau nyeri dada atau sesak napas atau lemah dan lesu atau penurunan berat badan. maka kontak serumah tersebut harus dilakukan penegakan diagnosis lebih lanjut dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) Pemeriksaan Foto toraks dapat dilakukan jika tersedia di fasyankes tersebut, namun jika tidak tersedia atau sulitnya akses terhadap layanan foto toraks maka dapat menggunakan alur foto toraks tidak tersedia. Diagnosis dan tindak lanjut ditentukan oleh dokter berdasarkan pertimbangan klinis pasien. Rekomendasi dokter dapat berupa pemantauan dengan pemberian terapi non spesifik atau dikatakan sebagai TBC klinis jika terdapat tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk dapat diberikan OAT atau dikatakan sebagai Bukan TBC jika tidak terdapat tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk dilakukan pemeriksaan TST/IGRA. Pemberian TPT dapat dilakukan jika tidak ada kontraindikasi pemberian TPT. Adapun kontraindikasi pemberian TPT antara lain hepatitis akut atau kronis, neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol biasa atau berat. Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan merupakan kontraindikasi, kecuali Rifapentin hingga saat ini belum direkomendasikan pada ibu hamil dan ibu menyusui. Pada kontak serumah <5 tahun tidak perlu dilakukan pemeriksaan TST/IGRA untuk membuktikan ada tidaknya infeksi karena pada studi menunjukkan bahwa pemberian TPT tanpa pemeriksaan TST/IGRA pada usia tersebut cost-effective (hemat biaya). Paduan TPT yang diberikan untuk kontak serumah tergantung pada tipe kasus indeksnya (SO/RO). Obeservasi yang dimaksud adalah pemantauan selama jangka waktu tertentu jika sewaktu-waktu timbul gejala TBC maka dapat dilakukan skrining gejala TBC mengikuti alur yang awal 18

Update Alur Pemeriksaan ILTB dan Pemberiaan TPT pada Kelompok risiko lain 19

Penjelasan Alur Pemeriksaan ILTB dan Pemberiaan TPT pada Kelompok risiko lain Kelompok risiko lain yang dimaksud adalah orang dengan HIV negatif. Semua kelompok risiko lain dilakukan skrining gejala TBC . Jika Kelompok risiko lain dengan memiliki salah satu gejala TBC seperti adanya batuk atau demam atau keringat di malam hari atau batuk darah atau nyeri dada atau sesak napas atau lemah dan lesu atau penurunan berat badan maka kelompok risiko lain tersebut harus dilakukan penegakan dengan TCM . Pemeriksaan Foto toraks dapat dilakukan jika tersedia di fasyankes tersebut, namun jika tidak tersedia atau sulitnya akses terhadap layanan foto toraks maka dapat menggunakan alur foto toraks tidak tersedia. Diagnosis dan tindak lanjut ditentukan oleh dokter berdasarkan pertimbangan klinis pasien . Rekomendasi dokter dapat berupa pemantauan dengan pemberian terapi non spesifik atau dikatakan sebagai TBC klinis jika terdapat tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk dapat diberikan OAT atau dikatakan sebagai Bukan TBC jika tidak terdapat tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk dilakukan pemeriksaan TST/IGRA. Pemberian TPT dapat dilakukan jika tidak ada kontraindikasi pemberian TPT. Adapun kontraindikasi pemberian TPT antara lain hepatitis akut atau kronis, neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol biasa atau berat. Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan merupakan kontraindikasi, kecuali Rifapentin hingga saat ini belum direkomendasikan pada ibu hamil dan ibu menyusui. Paduan TPT untuk kelompok risiko lain sama jenisnya dengan paduan TPT untuk kontak dengan pasien TBC SO, kecuali jika kelompok risiko lain tersebut memiliki kontak dengan pasien TBC RO maka paduan TPT yang diberikan adalah paduan TPT untuk kontak TBC RO. Obeservasi yang dimaksud adalah pemantauan selama jangka waktu tertentu jika sewaktu-waktu timbul gejala TBC maka dapat dilakukan skrining gejala TBC mengikuti alur yang awal 20

TARGET PRIORITAS PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN TBC Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) Kontak serumah dg pasien TBC paru terkonfirmasi bakteriologis Anak usia di bawah 5 tahun Dewasa, remaja dan anak usia di atas 5 tahun Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif Pasien immunokompromais lainnya (keganasan, hemodialisis, mendapat kortikosteroid jangka panjang, persiapan transplantasi organ, dll). Warga Binaan Pemasyarakatan petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik. 21

Tuberculin Skin Test (TST) Mengetahui ada atau tidaknya bakteri penyebab TBC pada tubuh. Cairan tuberculin purified protein derivative PPD RT-23 atau PPD-S 5 TU Disuntik 0,1 mL intrakutan pada bagian volar lengan bawah Hasil dibaca 48-72 jam setelah penyuntikan (pengukuran indurasi) Penyimpanan suhu 2 – 8 ◦C dan terlindung dari cahaya Setelah dibuka, suhu penyimpanan dijaga 2 – 8 ◦C dan sisa digunakan dalam maksimal 30 hari. 22

Interpretasi Hasil TST Indurasi ≥ 5mm d ia n gg ap po s i t if Indurasi ≥ 10mm dianggap positif Indurasi ≥ 15mm dianggap positif ODHIV Imigran (dalam waktu < 5 tahun) dari negara dengan prevalensi TBC yang tinggi Orang yang tidak diketahui faktor risiko TBC, meskipun demikian pemeriksaan TST seharusnya hanya dilakukan pada kelompok berisiko tinggi. Baru berkontak dengan pasien TBC Pengguna narkoba suntik Orang dengan perubahan bercak fibrosis pada rontgen dada Penduduk atau pekerja yang tinggal di tempat khusus dengan risiko tinggi Pasien dengan transplantasi organ Pasien immunosupresan dengan alasan apapun Staf laboratorium mikrobakteriologi Orang-orang dengan kondisi klinis khusus yang berisiko tinggi Anak < 5 tahun, atau anak dan remaja yang terpapar dengan orang dewasa yang masuk kedalam kategori risiko tinggi 23

Negatif Palsu Positif palsu Inadekuat respon sel T ( anergi/kekebalan tubuh lemah ) Riwayat vaksinasi BCG sebelumnya Riwayat infeksi tuberkulosis baru (dalam 8-10 minggu pajanan) Infeksi karena bakteri non tuberkulosis Infeksi tuberkulosis lama ( kronis ) Penyutikkan tidak sesuai Bayi usia < 6 bulan Kesalahan saat pembacaan hasil Infeksi virus (cacar air, campak, dll) Riwayat baru vaksinasi dengan virus hidup (cacar, campak) dalam waktu 4-6 minggu Penyutikkan tidak sesuai Kesalahan saat pembacaan hasil Interpretasi Uji Tuberkulin 24

Interferon Gamma- Release Assay (IGRA) Uji diagnosis in-vitro dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk mengukur pembentukan interferon-γ dalam darah pasien yang dikaitkan dengan infeksi M. tuberculosis. Rekomendasi WHO: QuantiFERON®-TB Gold In- Tube (QFT-GIT) dan T-SPOT® TB Sensitivitas QFT- GIT 70-83%, T-SPOT TB 62-84% Spesifisitas QFT- GIT 91-100%, T-SPOT TB 90-96% IGRA membedakan infeksi M. tuberculosis dan mycobacterium lainnya ( positif palsu TST ) 25

Perbedaan TST dan IGRA Kriteria TST IGRA Sensitivitas 68 – 71,5 % 80 – 84,5 % Spesifisitas 86 – 88,7 % 99 – 99,4 % Pengaruh vaksinasi BCG terhadap hasil Ada Tidak ada Pembacaan hasil 48-72 jam (2x kunjungan) Sekitar 2 hari (48 jam) (1x kunjungan) Tempat pemeriksaan Bisa di poli, Puskesmas, dll Di Laboratorium/ RS rujukan dengan fasilitas hematologi, centrifuge , dan CO 2 incubator Listrik Tidak perlu Perlu untuk centrifuge E-katalog Sudah ada Masih proses pendaftaran Izin edar Ada Ada Biaya Relatif lebih murah (Disediakan program, alur permintaan pada modul logistik) Relatif lebih mahal 800.000-1.500.000 26

TST dan IGRA Uji Tuberkulin 1 . Pe n g am bil an darah vena 2. Pencampuran da n i n k ubas i tube 3. Manual atau E L I S A o t o m a t is 4. Kalkulasi hasil dengan perangkat lunak Uji IGRA 27

I m uno l og i D i agnost i k T BC Andersen 2000 28 Mekanisme imunologi melibatkan sel T dan APC 28

S i m pu l an Infeksi Laten Tuberculosis (ILTB) menjadi tantangan dalam eradikasi tuberkulosis. Pemeriksaan diagnostik dapat dikerjakan sesuai dengan sasaran dan alur pemeriksaan. Sebisa mungkin eksklusi TBC paru aktif dan TBC ekstraparu sebelum memulai TPT ( jika fasilitas tersedia ) Perlu pendekatan, KIE menyeluruh dan inform consent sebelum melakukan pemeriksaan ILTB dan pemberian TPT 29

30

Tata Tertib Pengerjaan Studi Kasus Peserta duduk sesuai dengan provinsi masing-masing Latihan soal dapat dikerjakan bersama dengan peserta berasal dari wilayah yang sama pada kelompok tersebut. Peserta akan mendapatkan 7 soal studi kasus dan dikerjakan di power point. Jika sudah selesai dapat dikumpulkan bahannya pada link yang sudah disediakan panitia ( Rename nama file dengan Nama Provinsi_Modul Diagnosis ILTB) Peserta diberikan waktu: Diskusi: 30 menit Paparan diskusi: 30 menit (akan ada kelompok yang memberikan paparan hasil diskusi dan kelompok lain yang memberikan tanggapan) Bedah Studi Kasus oleh Narasumber: 20 menit Simpulan Fasilitator: 10 menit Setiap kelompok akan didampingi oleh fasilitator, tiap fasilitator akan membantu mengarahkan jalannya diskusi hingga selesai. 31

Studi Kasus Diagnosis ILTB Apa yang Anda ketahui tentang ILTB? Siapa saja sasaran ILTB? Bagaimana cara pemeriksaan ILTB? Jelaskan! Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan untuk pemeriksaan TST? Studi kasus 1: Seorang laki-laki 37 tahun dengan keluhan batuk darah, bb turun, nafsu makan turun dan keringat malam. Hasil pemeriksaan TCM sputum MTB Detected medium rifampicin resisten not detected. Pasien memiliki istri dan seorang anak usia 3 tahun sebagai kontak serumah.Apa yang sebaiknya dilakukan pada istri dan anak pasien sesuai alur pemeriksaan ILTB ? Studi kasus 2: Pasien laki-laki 60 tahun, adalah penderita kanker paru yang telah menjalani kemoterapi lini pertama. Saat ini pasien mengalami progressive disease dan akan menjalani kemoterapi lini kedua.pasien saat ini tidak ada keluhan respirasi dan tidak ada keluhan sistemik seperti demam, keringat malam. Pasien akan diskreening untuk ada tidaknya infeksi TBC sebelum menjalani kemoterapi berikutnya. tindakan apa yang dilakukan pada pasien ? Studi kasus 3: Seorang laki-laki 50 tahun terdiagnosis TBC paru kasus baru terkonfirmasi bakteriologis dan sudah memulai pengobatan OAT sejak 2 hari. Mereka tinggal di pegunungan daerah terpencil. Laki-laki itu tinggal bersama istrinya yang berusia 35 tahun dan cucunya yang berusia 14 tahun. Apa yang bisa dilakukan oleh puskesmas pada istri dan cucu pasien jika fasilitas kesehatan sangat terbatas dimana tidak tersedia foto thorax, tst/IGRA dan fasilitas TCM ? 32

33

Prosedur Uji Tuberkulin (TST) Alat dan Bahan : Kapas alcohol Larutan PPD RT 23 – 2 TU atau PPD-S 5 TU Disposable tuberculin syringe Jarum Suntik 26-27 G Medical disposal box Non-Medical disposal box Alcohol based hand rub Model tangan/pasien Penggaris transparan Pena 34

Prosedur Uji Tuberkulin (TST) PERSIAPAN Sapa orangtua pasien /pasien dan perkenalkan diri. Berikan penjelasan pada orangtua/ pasien apa yang akan dilakukan dan bila tidak jelas dapat mengajukan pertanyaan (informed consent) PROSEDUR Hand hygiene. Ambil 0.1 ml larutan PPD RT-23 2 TU solution atau PPD-S 5 TU ke dalam disposable tuberculin syringe Ganti jarum suntik dengan yang baru (ukuran 26-27 G) Apus daerah yang akan dilakukan penyuntikan (permukaan volar lengan bawah 5-10 cm dibawah lipat siku) dengan kapas yang dibasahi alkohol 70%. Pilih area kulit yang tidak ada kelainan. Regangkan permukaan kulit. Suntikan jarum dengan hati-hati secara intrakutan dengan bevel jarum menghadap keatas pada sudut 5-15°. Bevel jarum harus tampak di bawah permukaan kulit. Periksa tempat suntikan. Jika benar akan timbul wheal 6-10 mm pada tempat suntikan. Jika tidak, lakukan penyuntikan ulang di tempat lain dengan jarak minimal 5 cm dari tempat semula. Keluarkan jarum. Masukkan jarum dan syringe pada disposal box. Hand hygiene Catat waktu (tanggal dan jam) dan lokasi penyuntikan pada rekam medis Beri penjelasan kepada orangtua agar membawa kembali anak pada 48-72 jam setelah penyuntikan untuk pembacaan TST 35

Prosedur Uji Tuberkulin (TST) PEMBACAAN TST Metode palpasi : Palpasi/raba tepi lateral indurasi kemudian beri tanda dengan pena, atau Metode ballpoint : Tentukan tepi lateral indurasi dengan menggunakan pena Ukur diameter transversal indurasi dengan menggunakan pengaris transparan dalam millimeter Catat hasil pembacaan pada buku rekam medis. Jika tidak tedapat indurasi catat sebagai 0 mm INTERPRETASI HASIL TST Imunokompeten: positif bila indurasi ≥10 mm Imunokompromais: positif bila indurasi ≥5 mm 36

Pro sedur TST https:// www.cdc.gov/tb/publications/posters/images/Mantoux_wallchart.pdf 36 Tentukan dan asepsis lokasi injeksi Siapkan jarum suntik 2-4 cm di bawah lipat siku Pilih area kulit yang tidak ada kelainan Bersihkan kulit dengan swab alkohol Periksa tanggal kadaluarsa pada vial dan pastikan vial mengandung tuberculin Siapkan jarum suntik yang telah mengandung tuberculin 0,1 ml. 37

https:// www.cdc.gov/tb/publications/posters/images/Mantoux_wallchart.pdf 37 Injeksi Tuberkulin Suntikkan jarum dengan hati-hati secara intrakutan bevel jarum menhadap ke atas pada sudut 5-15° Bevel jarum dapat terlihat di bawah permukaan kulir Setelah injeksi, akan timbul wheal pada tempat suntikan Periksa uji kulit Diameter wheal sebaiknya 6-10 mm. Jika tidak, ulangi uji di tempat lain 2 cm dari tempat injeksi awal Pencatatan tindakan Catat waktu (tanggal dan jam) serta lokasi penyuntikkan pada rekam medis 38

Pembacaan Hasil TST https:// www.cdc.gov/tb/publications/posters/images/Mantoux_wallchart.pdf 38 Inspeksi lokasi injeksi Palpasi indurasi Tandai indurasi Pengukuran indurasi (bukan eritema) I n s p e ks i d i b awah p e n c a h a y aan y a n g b aik Eritema ((bagian kemerahan di kulit)- tidak diukur Indurasi – di ukur Gunakan ujung jari untuk memberi tanda indurasi G un a k a n u j un g j a ri / pu l p en s e b a g a i p e n a nda indurasi Ukur diameter transversal indurasi dengan penggaris transparan dalam milimeter 39

Terima Kasih 40