SOSIALISASI PEMERIKSAAN G6PD, 17-OHP, DAN KERTAS SARING SESUAI STANDAR SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL
LATAR BELAKANG UU No.17 Tahun 2007 Tentang RPJP-N ( Mewujudkan SDM Berkualitas ) Program Kemenkes Yaitu Skrining Bayi Baru Lahir Dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan SDM berkualitas dan berdaya saing , maka kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga / masyarakat adalah tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Salah satu upaya mendapatkan generasi yang lebih baiksalah satunya yaitu dengan deteksi dini kelainan bawaan melalui skrining bayi lahir (SBBL). Di Indonesia diantara penyakit-penyakit yang bisa dideteksi dengan skrining pada bayi baru lahir , yang paling banyak ditemui yaitu Hipotiroid kongenital . Hipotiroid Kongenital (HK) jarang memperlihatkan gejala klinis pada awal kehidupan , namun pada kasus keterlambatan penemuan dan pengobatan dini anak akan mengalami keterbelakangan mental dengan kemampuan IQ di bawah 70. Maka Kementerian Kesehatan menetapkan kebijakan program untuk pelaksanaan SHK dalam rangka mempersiapkan anak menjadi generasi penerus yang sehat dan berkualitas dan pada tahun 2025 Kemenkes mencanangkan program skrining Hiperplasia Adrenal Kongenital (S-HAK) dan skrining defisiensi G6PD secara nasional .
REKAP DATA PEMERIKSAAN SHK per JANUARI- 25 JUNI 2025 Kabupaten /Kota Diterima Direject Diperiksa % Reject Kota Samarinda 5976 256 5720 4,28 Kota Balikpapan 5152 82 5070 1,59 Kota Bontang 535 535 0,00 Berau 1746 20 1726 1,15 Kutai Kartanegara 3017 36 2981 1,19 Paser 1389 75 1314 5,40 Penajam Paser Utara 975 65 910 6,67 Kutai Barat 947 60 887 6,34 Kutai Timur 2501 86 2415 3,44 Mahakam Ulu 4 4 0,00
PENYEBAB REJECT DARI KAB/KOTA KAB. Kutai Barat
PENYEBAB REJECT DARI KAB/KOTA KAB. Kutai Timur
PENYEBAB REJECT DARI KAB/KOTA Kota Balikpapan
PENYEBAB REJECT DARI KAB/KOTA KAB. Berau
PENYEBAB REJECT DARI KAB/KOTA KAB. Paser
PENYEBAB REJECT DARI KAB/KOTA KAB. Penajam Paser Utara
PENYEBAB REJECT DARI KAB/KOTA Kota Bontang
PENYEBAB REJECT DARI KAB/KOTA KAB. Kutai Timur
PENYEBAB REJECT DARI KAB/KOTA Kota Samarinda
Pengambilan Sampel SHK, S-HAK, S-G6PD “Screening yang baik dimulai dari pengambilan darah yang benar ” Pengambilan Darah Bayi Pengiriman dan Penyimpanan Sampel Pengambilan Darah Bayi Pengeringan Sampel Pengiriman dan Pengiriman Sampel
WAKTU PENGAMBILAN SAMPEL Kadar TSH masih tinggi ( positif palsu ) Keadaan tertentu ( beri catatan ) Waktu Ideal Usia masih dalam program SHK Diluar program SHK ( tes diagnostik ) 0 Jam 24 Jam 48 Jam 72 Jam 14 Hari 30 Hari
WAKTU PENGAMBILAN SAMPEL Waktu Pengambilan spesimen S-HAK dan S-G6PD • Pengambilan sampel usia bayi utk S-HAK dan S-G6PD SETELAH 24-72 jam pasca kelahiran . • Bila bayi akan dipulangkan → 24-48 jam pasca kelahiran . • Sebaiknya darah tidak diambil dalam 24 jam pertama → ada kemungkinan kadar 17-OHP masih tinggi → Positif Palsu . • Pengambilan spesimen dapat dilakukan oleh Bidan, Perawat , ATLM dan Dokter. • Bila bayi dipulangkan sebelum 24 jam, maka pengambilan spesimen dilakukan saat kunjungan rumah atau ibu diminta membawa bayinya kembali keesokan harinya ke Fasyankes .