Cacingan atau infeksi cacing usus merupakan masalah kesehatan yang masih banyak dijumpai di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh kelompok cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylo...
Tatalaksana Cacingan
Cacingan atau infeksi cacing usus merupakan masalah kesehatan yang masih banyak dijumpai di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh kelompok cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus). Penularannya terjadi melalui tanah yang terkontaminasi telur atau larva cacing, sehingga sering disebut soil-transmitted helminth (STH). Cacingan berdampak pada gangguan tumbuh kembang anak, penurunan konsentrasi belajar, anemia, hingga penurunan produktivitas pada orang dewasa. Oleh karena itu, penatalaksanaan cacingan penting dilakukan secara komprehensif.
1. Tatalaksana Medis Individual
Pengobatan utama cacingan adalah dengan pemberian obat anthelmintik yang efektif dan aman. Obat lini pertama adalah albendazole (400 mg dosis tunggal) atau mebendazole (500 mg dosis tunggal, atau 100 mg dua kali sehari selama 3 hari). Kedua obat ini bekerja dengan menghambat metabolisme energi cacing sehingga cacing mati. Untuk cacing tambang dengan infeksi berat, pengobatan dapat memerlukan regimen berulang. Pirantel pamoat juga dapat digunakan, terutama pada anak, dengan dosis 10 mg/kgBB sekali minum.
Selain pemberian obat, penting juga menangani komplikasi akibat cacingan. Misalnya, pada infeksi cacing tambang yang menimbulkan anemia, penderita memerlukan suplementasi zat besi. Pada anak dengan gizi buruk akibat infestasi cacing berat, dibutuhkan perbaikan nutrisi.
2. Tatalaksana Komunitas (Pemberian Obat Massal Pencegahan/POMP)
Karena cacingan sangat erat kaitannya dengan perilaku dan lingkungan, strategi pengendaliannya tidak cukup hanya mengobati individu yang sakit, tetapi juga harus melibatkan pendekatan komunitas. WHO dan Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan pemberian obat cacing massal kepada kelompok berisiko tinggi, terutama anak usia sekolah. Program ini dilaksanakan minimal dua kali setahun di daerah endemis, menggunakan obat albendazole atau mebendazole dosis tunggal. Tujuannya adalah menurunkan prevalensi dan intensitas infeksi cacing di masyarakat sehingga dampaknya terhadap kesehatan dapat diminimalisir.
3. Perbaikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pengobatan cacing tanpa disertai perubahan perilaku akan menyebabkan reinfeksi berulang. Oleh karena itu, edukasi masyarakat sangat penting, seperti kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, memotong kuku secara teratur, menggunakan alas kaki untuk mencegah masuknya larva cacing tambang, serta menghindari kebiasaan buang air besar sembarangan.
4. Perbaikan Lingkungan
Lingkungan yang sehat akan memutus rantai penularan cacing. Hal ini meliputi penyediaan air bersih, pembangunan jamban sehat, serta pengelolaan limbah manusia yang benar. Tanpa perbaikan sanitasi, program pengobatan massal hanya akan memberi efek sementara.
Kesimpulan
Tatalaksana cacingan mencakup tiga aspek besar: pengobatan medis dengan obat anthelmintik, pemberian obat massal kepada kelo
Size: 14.49 MB
Language: none
Added: Sep 04, 2025
Slides: 20 pages
Slide Content
Tata Laksana Kasus Cacingan Tim Kerja Negleted Disease, Direktorat P2PM
PENANGGULANGAN CACINGAN DI INDONESIA Cacingan merupakan salah satu diantara 8 penyakit menular tropik terabaikan (NTDs) yang ada di Indonesia M erupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing dalam tubuh manusia yang ditularkan melalui tanah ( soil transmitted helminths /STH) , yaitu cacing yang dalam siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif Menimbulkan anemia, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan Dapat m enurunkan kwalitas SDM dan menimbulkan kerugian ekonom i P en an g gulang an Cacingan di Indonesia dimulai sejak era tahun 1970-an Pemerintah bertekad mewujudkan Indonesia Reduksi Cacingan 2019 melalui POPM Cacingan yang t erintegrasi dgn Bulan Vitamin A dan UKS setiap bulan Agustus Keberhasilan terwujudnya Indonesia Reduksi Cacingan tahun 2019 ditentukan oleh dukungan semua pihak baik dijajaran pemerintah maupun seluruh masyarakat , termasuk kalangan swasta dan dunia
Soil Transmitted Helminth M erupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing dalam tubuh manusia yang ditularkan melalui tanah ( soil transmitted helminths /STH) , yaitu cacing yang dalam siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif Cacing Gelang Ascaris lumbricoides Cacing Cambuk Trichuris trichiura Necator americanus Ancylostoma duodenale
SIKLUS PENULARAN Kebiasaan BAB Sembarangan 1 Terinfeksi cacingan kronis mengakibatkan kekurangan gizi dan protein, pertumbuhan terganggu Bermain tanpa alas kaki berisiko meningkatkan terinfeksi cacing dari tanah langsung Infeksi cacing bisa beredar sampai saluran nafas , bahkan bisa keluar lewat hidung atau mulut 2 3 4
Faktor Resiko Cacingan
Tanda dan Gejala Cacingan Lemas, lesu dan mudah sakit Sakit Perut Tidak nafsu Makan Stunting
Ascaris Lumbricoides Dapat menghinggapi semua umur tetapi paling banyak pada anak balita Cacing hidup di rongga usus halus Ukuran : - Cacing jantan : 10 – 30 cm - Cacing betina : 22 – 35 cm Jumlah telur : 100.000-200.000/ hari
Gejala Klinis Cacing di dalam usus - ringan ( jumlah cacing sedikit ): mual , tidak napsu makan , diare berat ( jumlah cacing banyak ): k urang gizi , sulit konsentrasi , kecerdasan menurun , pertumbuhan terhambat. Usus tersumbat operasi Cacing masuk saluran empedu dan usus buntu harus dioperasi jika tidak meninggal Obat cacing pirantel pamoat 10 mg/ kgBB atau mebendazol 500 mg atau albendazol 400 mg dosis tunggal ( hanya sekali minum ) Pengobatan
SIKLUS PENULARAN PowerPoint Presentation Di dalam usus, cacing bertelur telur keluar bersama tinja jika telur kontak dengan tanah , telur menjadi matang /inf jika manusia kontak dg tanah yang tercemar atau telur terbawa angin dan hinggap di makanan telur tertelan manusia larva tertelan masuk usus dan menetap lalu menjadi cacing menetas di usus halus larva menembus dinding usus halus masuk peredaran darah paru trakea tenggorokan batuk 1. 2. 3. 4.
Bentuk seperti cambuk Ukuran cacing betina 5 cm, jantan 4 cm Jumlah telur 3000 - 10.000 per hari keluar bersama tinja kontak dengan tanah tertelan masuk ke usus hidup di usus besar Trichuris Trichiura ( Cacing Cambuk ) Mebendazol - 100 mg dua kali sehari selama tiga hari Albendazol - 400 mg satu kali sehari selama tiga hari t idak dapat diobati dengan obat cacing yang ada di pasaran ( pirantel pamoat ) Pengobatan Gejala Klinis : Prolapsus Recti
MORFOLOG I Cacing betina : 1 cm Cacing jantan : 0 , 8 cm N.americanus : menyerupai huruf S A.duodenale : menyerupai huruf C mempunyai 2 pasang gigi Cacing tambang dalam siklus penularannya memerlukan tanah berpasir yang gembur , tercampur humus, dan terlindung dari sinar matahari langsung . Telur cacing tambang menetas menjadi larva rhabditiform dalam waktu 24 – 36 jam untuk kemudian pada hari ke 5 – 8 menjadi bentuk filariform yang infektif . Suhu optimum bagi N.americanus adalah 28o – 32oC dan untuk A.duodenale sedikit lebih rendah yaitu 23o – 25oC sehingga N.americanus lebih banyak ditemukan di Indonesia dari pada A.duodenale . Larva filariform dapat bertahan 7 – 8 minggu di tanah - Cacing Tambang Necator Americanus Ancylostoma Duodenale SIKLUS HIDUP
Akibat Larva: Kulit : gatal hebat infeksi sekunder - P aru : batuk , sesak napas, radang paru bronkhitis Akibat cacing : Gejala tergantung jumlah cacing , status gizi - Gastroenteritis: 6 minggu setelah infeksi mual , muntah , nyeri epigastrium, diare , melena, anemia PENGOBATAN pirantel pamoat 10 mg/kg bb selama 3 hari mebendazol 2x100 mg, selama 3 hari albendazol 400 mg dosis tunggal Atasi anemia Gejala Klinis
Pencegahan Cacingan BAB di tempatnya Mencuci Tangan Memakai Alas Kaki, Memotong Kuku Memasak Makanan / merebus Air
46 juta Target Program Pencegahan dan Pengendalian Cacingan adalah menurunkan prevalensi Cacingan <10% di setiap Kab /Kota KECACINGAN 2017 2018 2019 2020 35,97 juta 37,87 juta Cakupan POPM Cacingan 36,9 juta POPM pada anak usia 1-12 tahun Tantangan Program : PHBS dan Sanitasi yang masih kurang baik , situasi pandemi yang mengakibatkan terkendalanya pelaksanaan POPM dan penyediaan obat 2021
POPM CACINGAN Sasaran POPM 1-12 tahun POPM menggunakan Albendazol 400 mg, atau 200 mg untuk anak < 2tahun POPM di seluruh kab / kota 1 kali setahun , khusus Kab /Kota Stunting POPM 2 kali setahun Integrasi Mekanisme Pelayanan Integrasi Waktu pelaksanaan dengan POPM Filariasis , pemberian vitamin A, UKS, program gizi lainnya Integrasi Distribusi Logistik
Jenis Obat & Frekuensi Pemberian Obat Cacing Obat yang digunakan : Albendazole tablet kunyah dosis tunggal Frekuensi POPM Cacingan : Non Lokus Stunting: 1 kali/ tahun Lokus Stunting : 2 kali/tahun Dosis obat : 12 – 23 bulan : 200 mg atau ½ tablet 2 – 12 tahun : 400 mg atau 1 tablet
Tahapan POPM Cacingan You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal to your Presentations. Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. Your Text Here Penyusunan rencana Kerja Penyiapan Logisik Advokasi dan Sosialisasi Mobilisasi Masyar a kat
POMP Persiapan Sosialisasis Advokasi Organsasi Logistik Tenaga Pelatihan Sasaran Skrining Pemantauan pelaksanaan Monitoring KIPPOMP Pelaporan Penangangan kasus Investigasi kasus Rujukan Albendazol
Thanks! Do you have any questions? Filschisto@yahoo .com Please keep this slide for attribution