TGS_Hubungan Stress Dengan Kesehatan Gigi_Ulfa Zuliantari_123_STRRPL.1.pptx

Ulfatari 12 views 11 slides Sep 20, 2025
Slide 1
Slide 1 of 11
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11

About This Presentation

Materi tentang hubungan stress dengan kesehatan gigi pada kasus stomatitis aftosa rekuren


Slide Content

Hubungan Stress dengan Kesehatan Gigi Pada Kasus SAR Presented By: STR RPL TERAPIS GIGI POLTEKKES KEMENKES KESEHATAN SURABYA ULFA ZULIANTARI (P27825125123)

Latar Belakang Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stres memiliki hubungan yang erat dengan masalah kesehatan gigi dan mulut . Stres dapat memicu terjadinya stomatitis aftosan rekuren (SAR) , Kondisi ini terjadi karena stres memengaruhi sistem hormonal, terutama peningkatan hormon kortisol , yang berdampak pada penurunan daya tahan tubuh sehingga lebih rentan terhadap infeksi pada jaringan mulut . Selain itu , individu yang mengalami stres cenderung mengabaikan kebiasaan menjaga kebersihan gigi , seperti menyikat gigi secara teratur dan memilih makanan sehat , sehingga meningkatkan risiko karies gigi (YP Wowor, H Munayang , A Supit , 2022).

B. Rumusan Masalah? Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu “ Bagaimana Hubungan Stres Dengan Kesehatan Gigi Pada Kasus SAR ?” C. Tujuan a. Tujuan Umum Diketahuinya Hubungan Stres Dengan Kesehatan Gigi Pada Kasus SAR

b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengertian stres 2. Mengetahui pengertian kesehatan gigi dan mulut 3. Mengetahui pengertian Stomatitis Atrosa Rekuren (SAR) 4. Mengetahui hubungan stress dengan kesehatan gigi pada kasus SAR 5. Mengetahui peran psikologi untuk mengatasi stres dalam Kesehatan gigi pada kasus SAR D. Manfaat Menambah wawasan pembaca mengenai , menambah wawasan penulis untuk menyusun dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan hubungan stres dengan kesehatan gigi terutama kasus SAR dan menambah pengetahuan penulis mengenai hal-hal menyangkut hubungan stres dengan kesehatan gigi .

A . A pa Itu Stress? Stres merupakan sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Orang-orang yang mengalami stres menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis sehingga mereka sering menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif. Penyebab stres yang bersifat organisasi, salah satunya adalah struktur organisasi yang terbentuk melalui desain organisasi yang ada, misalnya melalui formalisasi, konflik dalam hubungan antar karyawan, spesialisasi, serta lingkungan yang kurang mendukung (Sartika, 2023).

B. Apa Itu Kesehatan Gigi dan Mulut ? Menurut WHO, kesehatan mulut didefinisikan sebagai kondisi mulut, gigi, dan struktur orofasial yang memungkinkan individu menjalankan fungsi penting seperti mengunyah, bernapas, dan berbicara, serta mencakup dimensi psikososial seperti rasa percaya diri, kesejahteraan, dan kemampuan untuk bersosialisasi dan bekerja tanpa rasa sakit, ketidaknyamanan, atau rasa malu.

C. Pengertian SAR Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau yang biasa dikenal dengan sariawan , merupakan penyakit mulut yang paling sering ditemukan di masyarakat. SAR ditandai oleh ulser berbentuk oval atau bulat yang nyeri pada mukosa mulut, terjadi secara rekuren (berulang) Etiologi SAR belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya SAR, yaitu : Genetik Trauma (luka) Alergi Hormonal Defisiensi Nutrisi

D. Hubungan stress dengan Kesehatan Gigi Pada Kasus SAR (Stomatitis Atrosa Rekuren ) Hubungan stres dengan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) terjadi karena stres dapat memengaruhi sistem imun dan keseimbangan fisiologis tubuh. Saat seseorang mengalami stres, kadar hormon kortisol dan katekolamin meningkat sehingga menekan sistem imun seluler, khususnya aktivitas limfosit T yang berperan dalam pertahanan mukosa mulut. Akibatnya, jaringan mukosa menjadi lebih rentan terhadap kerusakan dan ulserasi . Stres juga dapat menurunkan produksi saliva yang berfungsi sebagai pelindung alami rongga mulut, sehingga mulut menjadi kering dan mudah teriritasi. Selain itu, kondisi stres sering memicu perilaku parafungsional seperti menggigit bibir atau pipi yang menimbulkan trauma ringan pada mukosa, sehingga memperbesar kemungkinan timbulnya lesi aftosa . Oleh karena itu, meskipun stres bukan penyebab langsung, ia menjadi salah satu faktor pencetus penting yang dapat meningkatkan frekuensi dan keparahan kekambuhan SAR, terutama pada individu yang sudah memiliki kecendrungan genetik atau faktor risiko lain seperti defisiensi nutrisi dan trauma mekanis.

E. Peran Psikologi mengatasi stress dalam kesehatan gigi Psikologi memiliki peran penting dalam mengatasi stres yang berdampak negatif terhadap kesehatan gigi dan mulut. Stres yang tidak terkendali dapat memicu berbagai gangguan, seperti bruxism, gangguan sendi temporomandibular (TMD), sariawan berulang, serta perburukan penyakit periodontal akibat melemahnya sistem imun. 5 Pendekatan psikologis, seperti terapi kognitif-perilaku (Cognitive Behavioral Therapy/CBT), teknik relaksasi, meditasi, dan manajemen stres, terbukti efektif menurunkan tingkat stres sehingga mencegah dampak buruk terhadap kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk mengubah pola pikir negatif menjadi lebih adaptif sehingga tingkat stres dapat dikendalikan (Hofmann et al., 2012). Selain itu, teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, dan mindfulness juga terbukti efektif mengurangi kecemasan dan menurunkan aktivitas saraf simpatis yang berhubungan dengan stres (Gupta et al., 2020). Edukasi psikologis kepada pasien mengenai hubungan antara stres dan kesehatan mulut juga sangat diperlukan, karena dapat meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan gigi serta menghindari kebiasaan buruk seperti menggigit kuku atau menggemeretakkan gigi.

A. KESIMPULAN Stres merupakan salah satu faktor psikologis yang berpengaruh besar terhadap kesehatan gigi dan mulut. Kondisi stres yang tidak terkendali dapat memicu berbagai gangguan, salah satunya SAR Mekanisme ini terjadi karena peningkatan hormon stres seperti kortisol yang memengaruhi sistem imun dan keseimbangan mikrobiota rongga mulut. Selain itu, stres juga dapat memengaruhi perilaku individu, seperti mengabaikan kebersihan mulut dan melakukan kebiasaan buruk. Oleh karena itu, pengelolaan stres melalui pendekatan psikologis, seperti terapi kognitif-perilaku, teknik relaksasi, dan dukungan sosial, sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dengan penanganan yang holistik, melibatkan tenaga kesehatan gigi dan profesional psikologi, dampak buruk stres terhadap kesehatan mulut dapat diminimalkan. . B. SARAN Setelah menyusun makalah terkait Hubungan Stres dalam Kesehatan Gigi, penulis berharap agar kedepannya para tenaga kesehatan terutama terapis gigi dan mulut atau dokter gigi dapat lebih memperhatikan dan memberikan pelayanan dan lakukan pendekatan konseling dukungan psikologis dan manajemen stress pada terkait permasalaha gigi dan mulut khususnya kasus SAR

TERIMAKASI
Tags