Transformasi SDM dan Kepemimpinan Nasional menuju Indonesia Emas

DadangSolihin 2 views 28 slides Oct 12, 2025
Slide 1
Slide 1 of 28
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28

About This Presentation

Transformasi SDM dan kepemimpinan nasional sebagaimana diarahkan Bab 4 RPJPN 2025–2045 menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan dan penentu keberhasilan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. SDM unggul tidak hanya dipahami sebagai tenaga kerja produktif, tetapi sebagai kekuatan strategis bang...


Slide Content

1

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Transformasi SDM dan Kepemimpinan Nasional menuju Indonesia Emas
oleh
Dr. Dadang Solihin, SE, MA
Taprof Bidang Sosial Budaya Lemhannas RI
Tulisan 2 dari 10

1. SDM Unggul sebagai Pilar Geopolitik Indonesia
Indonesia Emas 2045 adalah cita-cita kolektif yang hanya dapat diwujudkan dengan
menempatkan sumber daya manusia sebagai pusat pembangunan. Di tengah percepatan
perubahan global akibat revolusi teknologi, pergeseran geopolitik, dan krisis ekologi, SDM
unggul menjadi pilar strategis yang memastikan Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi
memimpin dalam dinamika dunia. Bonus demografi yang kini dimiliki bangsa harus diarahkan
secara tepat agar menghasilkan generasi produktif, adaptif terhadap teknologi, dan berakar
pada Pancasila. SDM unggul bukan semata tenaga kerja, melainkan kekuatan kepemimpinan
dan daya saing bangsa yang menentukan posisi Indonesia di kancah global.
Dalam geopolitik, keberadaan SDM unggul menjadikan Indonesia mampu berperan sebagai
penengah konflik, pelopor diplomasi perdamaian, serta pusat pertumbuhan ekonomi
maritim. Kehadiran tenaga ahli strategis di bidang pertahanan, diplomasi, dan keamanan
internasional memperkokoh kemampuan Indonesia menghadapi tantangan global. Lebih
jauh, SDM unggul menjadi faktor penentu dalam menjaga kedaulatan negara, membangun
pertahanan berdaya gentar kawasan, serta memastikan kepentingan nasional terakomodasi
secara bermartabat dalam forum multilateral. Dengan kata lain, investasi pada manusia
adalah investasi geopolitik yang paling bernilai untuk mengukuhkan kepemimpinan nasional.

2

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Ketahanan nasional pun tidak dapat dipisahkan dari kualitas manusia. SDM unggul berfungsi
sebagai benteng ideologis, sosial, ekonomi, dan budaya dalam menghadapi ancaman lintas
batas, mulai dari radikalisme hingga kejahatan siber. Transformasi sosial yang dicanangkan
dalam RPJPN 2025–2045 menegaskan bahwa manusia adalah tujuan sekaligus pelaku
pembangunan. Oleh sebab itu, pendidikan karakter yang berlandaskan nilai Pancasila,
penghormatan HAM, serta wawasan kebangsaan mutlak ditanamkan sejak dini. Dengan
begitu, generasi Emas Indonesia tumbuh bukan hanya cerdas, tetapi juga berintegritas dan
berjiwa kebangsaan.
Dari perspektif kepemimpinan nasional, SDM unggul adalah rahim tempat lahirnya pemimpin
visioner dan inklusif. Kepemimpinan nasional abad ke-21 tidak lagi cukup hanya berorientasi
pada administrasi pemerintahan, tetapi harus mampu membaca dinamika geopolitik,
merespons perubahan teknologi, dan mengelola krisis global. Karena itu, institusi strategis
seperti Lemhannas RI memikul tanggung jawab besar dalam menyiapkan calon-calon
pemimpin bangsa dengan kapasitas analitis, integritas moral, dan keberanian mengambil
keputusan yang adil serta berorientasi pada masa depan. Kepemimpinan semacam ini hanya
lahir dari SDM yang ditempa dengan disiplin kebangsaan sekaligus keterampilan global.
Empat Konsensus Dasar bangsa—Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—
adalah fondasi bagi SDM unggul agar tidak tercerabut dari akar nilai kebangsaan.
Implementasi Pancasila dalam pendidikan menumbuhkan karakter berkeadilan sosial; UUD
1945 menjadi kompas pembangunan SDM yang menjamin hak dasar setiap warga negara;
NKRI sebagai ruang belajar menuntut pemerataan akses pendidikan di seluruh wilayah;
sementara Bhinneka Tunggal Ika membentuk kapasitas generasi muda untuk mengelola
keberagaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Dengan demikian, SDM unggul tidak hanya
memiliki kecakapan global, tetapi juga keteguhan identitas nasional.
Lebih jauh, keberhasilan pembangunan SDM unggul juga ditentukan oleh kemampuan bangsa
dalam membaca lingkungan strategis. Tantangan perubahan iklim, urbanisasi global, dan
revolusi digital membutuhkan generasi adaptif yang mampu berinovasi. Pendidikan dan
pelatihan harus diarahkan pada penguasaan sains, teknologi, dan keterampilan baru yang
berorientasi pada solusi. Misalnya, inovasi energi terbarukan, teknologi maritim, serta
pertanian presisi adalah contoh bidang di mana SDM Indonesia dapat mengambil peran
kepeloporan. Dengan demikian, lingkungan strategis tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan
peluang untuk memperkuat posisi Indonesia di panggung dunia.
Wawasan Nusantara menegaskan pentingnya identitas maritim dalam membentuk SDM
unggul. Kesadaran sebagai negara kepulauan terbesar di dunia harus tercermin dalam
kurikulum pendidikan, riset, dan inovasi. Generasi muda Indonesia perlu dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan sumber daya laut, keamanan maritim,
serta ekonomi biru. Dengan posisi strategis di jalur perdagangan internasional, Indonesia
berpotensi menjadi poros maritim dunia, asalkan memiliki SDM unggul yang sadar geopolitik
maritim dan mampu menjadikannya instrumen kekuatan nasional.
Selain itu, kewaspadaan nasional menjadi dimensi penting dalam membentuk SDM unggul.
Generasi yang resilien harus mampu menghadapi ancaman narkoba, radikalisme,
disinformasi, dan kejahatan siber. Pendidikan kewaspadaan nasional adalah kunci agar bangsa
tidak lengah dalam menghadapi ancaman yang bersifat asimetris. Dengan bekal wawasan
kebangsaan dan literasi digital, SDM Indonesia dapat melindungi diri sekaligus membentengi

3

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
kedaulatan bangsa. Dengan demikian, SDM unggul menjadi perisai bangsa sekaligus tombak
untuk meraih kejayaan.
Transformasi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 sebagaimana diamanatkan dalam UU
No. 59/2024 adalah kerja besar yang menuntut orkestrasi ketahanan nasional dan
kepemimpinan global. Tanpa SDM unggul, transformasi ekonomi tidak akan berdaya tahan,
transformasi sosial tidak akan inklusif, dan transformasi tata kelola tidak akan efektif.
Sebaliknya, dengan SDM unggul, Indonesia tidak hanya dapat keluar dari jebakan negara
berpendapatan menengah, tetapi juga tampil sebagai negara maju dengan pengaruh global
yang disegani. Oleh karena itu, keberpihakan kebijakan negara pada pembangunan manusia
harus menjadi prioritas mutlak dalam setiap tahap pembangunan nasional.
Pada akhirnya, SDM unggul adalah manifestasi dari mimpi kolektif bangsa Indonesia untuk
berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa besar dunia. Di balik kemajuan teknologi, kekuatan
ekonomi, dan dinamika politik global, manusia tetaplah faktor penentu. Indonesia akan
berdaulat, berdikari, dan berkepribadian hanya jika memiliki generasi yang tangguh, cerdas,
dan berkarakter kebangsaan. Maka, pembangunan SDM unggul bukanlah pilihan, melainkan
jalan satu-satunya untuk memastikan Indonesia Emas 2045 benar-benar terwujud.
Tabel
Indikator Capaian SDM Unggul sebagai Pilar Geopolitik Indonesia
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Geopolitik Peran Indonesia di
kancah global
Jumlah tenaga ahli
strategis geopolitik &
diplomasi meningkat;
kontribusi aktif pada
misi perdamaian
Penguatan diplomasi total
& pertahanan berdaya
gentar kawasan

2. Ketahanan
Nasional
Daya juang
generasi Emas
Penurunan stunting
<5%; usia harapan hidup
≥80 tahun; indeks
ketahanan sosial budaya
meningkat
Pendidikan karakter,
penguatan kesehatan, dan
sistem perlindungan sosial
adaptif

3. Kepemimpinan
Nasional
Lahirnya
pemimpin
visioner, inklusif,
berakar Pancasila
Proporsi pemimpin
publik dengan
kompetensi strategis
meningkat; indeks
meritokrasi ASN >90
Penguatan kurikulum
kepemimpinan nasional &
institusi strategis (misalnya
Lemhannas)
4. Konsensus
Dasar Bangsa
Implementasi
Pancasila, UUD
1945, NKRI,
Bhinneka Tunggal
Ika
Indeks karakter
kebangsaan meningkat;
indeks toleransi >80;
APS wajib belajar 13
tahun tercapai
Integrasi konsensus dasar
ke dalam pendidikan &
pembangunan manusia

5. Lingkungan
Strategis
Adaptasi terhadap
perubahan global
Lulusan STEAM 30% dari
angkatan kerja; jumlah
paten domestik
meningkat 10 kali;
indeks digital >90
Pengembangan riset,
teknologi, dan inovasi
hijau; pendidikan vokasi
adaptif

4

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
6. Wawasan
Nusantara &
Kewaspadaan
Kesadaran
maritim &
resiliensi nasional
Jumlah SDM maritim
tersertifikasi meningkat;
indeks keamanan
maritim >85; indeks
keamanan siber >80
Pendidikan wawasan
nusantara, bela negara,
dan literasi digital sejak
dini
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah

2. Ketahanan Nasional dan Daya Juang Generasi Emas
Ketahanan nasional adalah napas kehidupan sebuah bangsa. Ia bukan semata jargon militer
atau politik, melainkan fondasi yang menopang segala sendi pembangunan. Dalam konteks
Indonesia, ketahanan nasional adalah refleksi dari kualitas manusia yang tangguh, sehat,
cerdas, berkarakter, dan berdaya saing, yang mampu menghadapi ancaman lintas batas dan
mengubah tantangan menjadi peluang. Generasi Emas 2045 sebagai outcome pembangunan
jangka panjang adalah manifestasi dari daya juang kolektif yang terbangun secara sistematis
melalui pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, dan penanaman nilai-nilai kebangsaan.
Tanpa manusia unggul, seluruh strategi ekonomi, tata kelola, maupun geopolitik hanya akan
berhenti sebagai cita-cita di atas kertas.
Di era yang ditandai dengan percepatan perubahan global, ancaman terhadap bangsa tidak
lagi hadir dalam bentuk konvensional semata. Pandemi global, perubahan iklim, disrupsi
teknologi, hingga konflik geopolitik membentuk lanskap baru yang menuntut kesiapan
mental, moral, dan intelektual generasi penerus. Oleh karena itu, ketahanan nasional bukan
lagi sekadar kapasitas pertahanan militer, tetapi mencakup resiliensi sosial, budaya, ekonomi,
dan ekologi. Generasi Emas harus ditempa dengan disiplin untuk mampu hidup produktif,
integritas agar dapat dipercaya, serta keunggulan intelektual untuk menjadi motor penggerak
bangsa di panggung internasional.
RPJPN 2025–2045 menegaskan bahwa transformasi sosial merupakan kunci pembangunan
jangka panjang, di mana manusia menjadi pusat sekaligus tujuan pembangunan. Pemenuhan
gizi, pendidikan berkualitas, kesehatan universal, serta perlindungan sosial yang adaptif
menjadi prasyarat mutlak lahirnya generasi tangguh. Penurunan prevalensi stunting di bawah
5 persen, peningkatan usia harapan hidup hingga lebih dari 80 tahun, serta literasi dan
numerasi yang melampaui rata-rata global adalah target yang jelas. Semua ini bukan sekadar
angka, melainkan simbol dari bangsa yang berhasil membangun daya juang generasinya.
Pendidikan karakter berbasis Pancasila adalah benteng ideologis yang mengukuhkan
ketahanan nasional. Generasi muda tidak boleh tercerabut dari akar kebangsaan, meski
mereka hidup dalam dunia global yang tanpa batas. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
demokrasi, dan keadilan sosial harus hidup dalam diri setiap anak bangsa. Pendidikan
kebangsaan tidak boleh berhenti pada hafalan teks, tetapi harus diwujudkan dalam sikap
toleransi, gotong royong, dan cinta tanah air. Generasi yang berakar kuat pada Pancasila akan
memiliki daya tahan menghadapi penetrasi ideologi transnasional, arus radikalisme, serta
penetrasi budaya asing yang menggerus jati diri bangsa.
Ketahanan nasional juga menyangkut ketahanan ekologi. Manusia Indonesia masa depan
harus memiliki kesadaran ekologis, yakni kemampuan menjaga keseimbangan antara

5

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
pembangunan dan pelestarian lingkungan. Kualitas hidup yang baik tidak akan tercapai jika
lingkungan rusak. Oleh karena itu, ketahanan ekologi—mulai dari ketahanan pangan, air,
energi, hingga biodiversitas—harus menjadi bagian dari pendidikan dan pembentukan
karakter generasi emas. Anak-anak Indonesia tidak hanya harus cerdas secara akademis,
tetapi juga peka terhadap isu lingkungan, memiliki keterampilan beradaptasi terhadap
perubahan iklim, dan mampu menciptakan solusi berkelanjutan.
Daya juang generasi emas adalah kemampuan kolektif bangsa untuk bertahan, bangkit, dan
melangkah maju meski menghadapi krisis. Disiplin adalah prasyarat yang melatih generasi
untuk tidak mudah menyerah. Integritas adalah benteng moral agar mereka tidak terjerumus
dalam korupsi, kolusi, atau penyalahgunaan kekuasaan. Keunggulan intelektual adalah modal
untuk berkompetisi dalam dunia yang semakin kompetitif. Semua kualitas ini harus dipupuk
melalui sistem pendidikan nasional yang inklusif, tata kelola yang adil, serta lingkungan sosial
yang kondusif.
Sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa daya juang kolektif selalu menjadi kunci
keberhasilan. Dari perjuangan kemerdekaan hingga menjaga persatuan di tengah
keberagaman, bangsa ini selalu bertumpu pada kekuatan rakyatnya. Kini, tantangan generasi
emas berbeda, tetapi esensinya sama: menjaga kedaulatan bangsa dan martabat manusia
Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan SDM unggul adalah strategi ketahanan nasional
paling penting di abad ke-21.
Empat Konsensus Dasar—Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—adalah pilar
ideologis yang menjamin daya juang bangsa tetap kokoh. Pancasila sebagai dasar negara
memandu arah pendidikan karakter. UUD 1945 sebagai konstitusi menjamin hak dasar setiap
warga untuk hidup sehat, berpendidikan, dan terlindungi. NKRI menuntut pemerataan
pembangunan manusia dari Sabang sampai Merauke, memastikan tidak ada satu pun anak
bangsa yang tertinggal. Bhinneka Tunggal Ika membentuk kesadaran bahwa keberagaman
adalah kekuatan, bukan kelemahan. Keempat konsensus ini harus menjadi suluh penerang
bagi setiap kebijakan pembangunan manusia, agar ketahanan nasional tidak hanya bersifat
struktural, tetapi juga kultural dan spiritual.
Lingkungan strategis global yang ditandai dengan ketidakpastian geopolitik, perang dagang,
hingga ancaman bencana alam mengajarkan bahwa bangsa dengan SDM unggul akan mampu
bertahan dan beradaptasi. Indonesia harus menyiapkan generasi emas yang tidak hanya siap
bekerja di dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing di pasar global. Lulusan dengan
kemampuan STEAM, keterampilan digital, dan kapasitas kewirausahaan akan menjadi tulang
punggung produktivitas nasional. Mereka adalah motor yang tidak hanya menggerakkan
ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di panggung dunia.
Ketahanan nasional dan daya juang generasi emas adalah amanat sejarah. Ia bukan hanya
tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab seluruh bangsa. Orang tua, guru, tokoh
agama, dunia usaha, dan komunitas masyarakat harus bergandengan tangan menyiapkan
generasi emas. Hanya dengan sinergi lintas sektor, Indonesia dapat memastikan bahwa
transformasi menuju 2045 tidak menyisakan kelompok tertinggal, melainkan benar-benar
menjadi lompatan kolektif seluruh rakyat Indonesia.
Pada akhirnya, ketahanan nasional bukanlah benteng yang statis, melainkan energi dinamis
yang terus diperbaharui oleh semangat generasi penerus. Generasi emas 2045 harus menjadi
simbol kebangkitan bangsa, generasi yang tidak gentar menghadapi badai, tetapi
menjadikannya momentum untuk berlayar lebih jauh. Dengan disiplin, integritas, dan

6

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
keunggulan intelektual, mereka akan menjaga kemerdekaan, mengisi pembangunan, dan
membawa Indonesia berdiri tegak sejajar dengan bangsa-bangsa maju. Inilah wajah Indonesia
tangguh, inilah wajah Indonesia berdaya juang, inilah wajah Indonesia Emas 2045.
Tabel
Indikator Capaian Ketahanan Nasional dan Daya Juang Generasi Emas
No. Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Kesehatan
Nasional
Pemenuhan gizi &
kesehatan
universal
Prevalensi stunting <5%;
usia harapan hidup ≥80
tahun
Penguatan pelayanan
kesehatan, gizi 1000 HPK,
dan pemerataan fasilitas
kesehatan
2. Pendidikan
& Literasi
Pembentukan
generasi cerdas &
berkarakter
Tingkat literasi &
numerasi di atas rata-rata
global
Kurikulum berbasis
Pancasila, pendidikan
karakter, wajib belajar 13
tahun
3. Sosial-
Budaya
Kohesi sosial &
resiliensi budaya
Indeks ketahanan sosial-
budaya meningkat
signifikan
Penguatan nilai gotong
royong, toleransi, dan
kebudayaan nasional
4. Ekologi &
Lingkungan
Ketahanan ekologi
& kesadaran
berkelanjutan
Indeks ketahanan ekologi
meningkat; kesadaran
lingkungan pada
kurikulum nasional
Pendidikan ekologi,
transisi energi, dan
ekonomi hijau
berkelanjutan
5. Moral &
Integritas
Generasi
berintegritas
sebagai benteng
ideologis
Penurunan kasus korupsi
& radikalisme;
meningkatnya indeks
integritas nasional
Pendidikan antikorupsi,
bela negara, dan
internalisasi Empat
Konsensus Dasar
6. Daya Saing
Global
Generasi siap
menghadapi
kompetisi global
Proporsi lulusan STEAM
meningkat 30%; jumlah
paten domestik naik 10
kali
Penguatan riset, inovasi,
kewirausahaan, dan
pelatihan vokasi adaptif
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah

3. Kepemimpinan Nasional Visioner dan Inklusif
Kepemimpinan nasional visioner dan inklusif adalah kunci utama dalam mewujudkan cita-cita
besar Indonesia Emas 2045. Kepemimpinan yang dimaksud bukan hanya sekadar memimpin
secara administratif, melainkan juga mampu membaca arah perubahan global, memahami
dinamika geopolitik, serta mengelola transformasi nasional dengan berlandaskan nilai-nilai
kebangsaan. SDM unggul menjadi fondasi dari kepemimpinan ini, karena hanya dengan
manusia yang cerdas, berintegritas, dan berkarakter kuat, bangsa ini dapat melahirkan
pemimpin-pemimpin yang mampu menavigasi Indonesia di tengah arus perubahan dunia.
Lemhannas RI bersama institusi strategis lainnya telah menegaskan perannya sebagai kawah
candradimuka dalam menyiapkan pemimpin yang tidak hanya menguasai manajemen krisis,
geopolitik, dan inovasi kebijakan, tetapi juga menjadikan nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika sebagai kompas moral yang tidak tergoyahkan.

7

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang berpikir jauh ke depan, menyusun
strategi bukan hanya untuk satu periode pemerintahan, tetapi untuk kesinambungan bangsa
lintas generasi. Seorang pemimpin visioner dituntut untuk mampu membayangkan Indonesia
pada tahun 2045 sebagai negara maju dan berdaulat, kemudian menurunkan visi itu ke dalam
langkah-langkah konkret yang bisa dieksekusi hari ini. Visi ini mencakup bukan hanya
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga keadilan sosial, kesejahteraan kolektif, ketahanan nasional,
serta kontribusi Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia.
Sementara itu, kepemimpinan inklusif menuntut seorang pemimpin untuk merangkul semua
lapisan masyarakat, menghargai keberagaman, serta memastikan tidak ada satu pun warga
negara yang tertinggal. Indonesia dengan kekayaan budaya, agama, dan etnis memerlukan
pemimpin yang bisa menjadikan keberagaman sebagai kekuatan, bukan sebagai titik
perpecahan. Kepemimpinan inklusif akan tercermin dalam kebijakan publik yang adil,
partisipatif, dan berorientasi pada kepentingan rakyat secara menyeluruh. Dengan inklusivitas,
pemimpin bangsa tidak hanya mengayomi, tetapi juga memberdayakan seluruh elemen
bangsa, termasuk perempuan, pemuda, dan kelompok marjinal, agar turut berkontribusi
dalam pembangunan nasional.
Sejalan dengan RPJPN 2025–2045, transformasi tata kelola pemerintahan diarahkan untuk
melahirkan sistem kepemimpinan yang meritokratis dan berintegritas. Pemimpin nasional di
masa depan harus terlahir dari proses seleksi yang adil, transparan, dan berbasis kompetensi,
bukan karena kedekatan politik atau hubungan kekerabatan. Indeks meritokrasi aparatur sipil
negara yang ditargetkan lebih dari 90 adalah tolok ukur penting dalam memastikan birokrasi
dipimpin oleh orang-orang terbaik bangsa. Kepemimpinan nasional visioner dan inklusif hanya
mungkin lahir bila sistem yang menopangnya juga adil, bersih, dan berbasis pada prestasi.
Lemhannas RI sebagai kawah candradimuka pemimpin bangsa berperan vital dalam
menanamkan nilai strategis kepada calon pemimpin. Melalui kurikulum yang berfokus pada
manajemen krisis, geopolitik, pertahanan, diplomasi, serta inovasi kebijakan, lembaga ini
membentuk pemimpin yang tidak hanya mampu mengatasi tantangan domestik, tetapi juga
siap memainkan peran dalam percaturan global. Pendidikan kepemimpinan di Lemhannas
tidak berhenti pada aspek teknis, melainkan juga pada pembentukan karakter moral yang
berlandaskan Pancasila. Pemimpin masa depan harus menjadi teladan dalam kejujuran,
pengabdian, dan pengorbanan demi bangsa.
Generasi pemimpin Indonesia Emas harus menampilkan daya juang dan keberanian dalam
menghadapi krisis. Kepemimpinan mereka akan diuji dalam berbagai situasi, mulai dari
ancaman keamanan non-tradisional, krisis energi, perubahan iklim, hingga disrupsi teknologi.
Oleh karena itu, kemampuan manajemen krisis menjadi kompetensi yang wajib dimiliki.
Pemimpin visioner bukanlah mereka yang hanya hadir ketika situasi stabil, melainkan mereka
yang bisa berdiri tegak dan mengambil keputusan tepat ketika bangsa menghadapi badai.
Keberanian moral untuk mengambil keputusan yang sulit namun adil adalah karakter
kepemimpinan yang akan menjaga keutuhan NKRI.
Inklusivitas kepemimpinan juga akan tampak dari meningkatnya keterwakilan perempuan dan
pemuda dalam posisi strategis. Perempuan dan pemuda bukan hanya simbol keterwakilan,
tetapi juga sumber energi baru dalam pembangunan bangsa. Dengan keterlibatan mereka,
kebijakan publik akan lebih responsif terhadap kebutuhan seluruh lapisan masyarakat, dan
kepemimpinan nasional akan lebih mencerminkan semangat zaman. Target peningkatan
keterwakilan perempuan dan pemuda dalam kepemimpinan sebagaimana tercantum dalam

8

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
RPJPN adalah bukti bahwa Indonesia mengakui pentingnya regenerasi kepemimpinan serta
keadilan gender sebagai bagian dari ketahanan nasional.
Kepemimpinan nasional visioner dan inklusif tidak dapat dilepaskan dari aspek moralitas.
Pemimpin harus menjadi teladan yang menginspirasi, bukan sekadar administrator.
Keteladanan moral inilah yang akan membangun kepercayaan rakyat. Tanpa kepercayaan,
kepemimpinan kehilangan legitimasinya. Oleh karena itu, integritas dan etika publik harus
menjadi bagian dari pendidikan kepemimpinan. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan
transformasi tata kelola yang menekankan pembinaan etika kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Indonesia Emas 2045 hanya dapat diraih jika kepemimpinan nasional dijalankan oleh orang-
orang yang memiliki visi besar, komitmen kebangsaan, dan kemampuan inklusif untuk
mengelola keberagaman. Dalam percaturan geopolitik dunia, kepemimpinan nasional
Indonesia harus mampu menjadi jembatan antara kepentingan domestik dan global.
Pemimpin bangsa tidak hanya bekerja untuk rakyatnya, tetapi juga untuk memberikan
kontribusi bagi perdamaian dan keadilan global. Dengan kepemimpinan visioner, Indonesia
akan menegaskan dirinya sebagai negara yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian,
sekaligus berpengaruh di kawasan dan dunia.
Ketahanan nasional, transformasi sosial, ekonomi, dan tata kelola semuanya akan bergantung
pada kualitas kepemimpinan. Pemimpin yang visioner akan mampu menggerakkan sumber
daya bangsa menuju arah yang tepat, sementara pemimpin yang inklusif akan memastikan
semua warga negara merasakan manfaat pembangunan. Kombinasi keduanya adalah syarat
mutlak untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, pembinaan kepemimpinan
nasional harus dipandang sebagai investasi strategis jangka panjang, sama pentingnya dengan
pembangunan infrastruktur fisik atau penguatan ekonomi.
Dengan kepemimpinan nasional visioner dan inklusif, bangsa Indonesia akan mampu
menghadapi setiap krisis dengan keteguhan, mengubah tantangan menjadi peluang, dan
menjadikan keberagaman sebagai kekuatan. Pemimpin bangsa adalah simbol daya juang,
harapan, dan kebanggaan rakyat. Di bawah kepemimpinan seperti itu, Indonesia akan berdiri
tegak sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, dan disegani, serta akan mewariskan kepada
generasi mendatang sebuah negeri yang kokoh, makmur, dan bermartabat.
Tabel
Indikator Capaian Kepemimpinan Nasional Visioner dan Inklusif
No. Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Kompetensi
Strategis
Pemimpin publik
berkapasitas global
& nasional
Proporsi pemimpin
publik dengan
kompetensi strategis
meningkat
Pendidikan
kepemimpinan strategis
berbasis Lemhannas &
institusi tinggi
2. Meritokrasi
ASN
Sistem birokrasi adil
& berbasis prestasi
Indeks meritokrasi ASN
>90
Reformasi ASN berbasis
kompetensi, integritas,
dan kinerja
3. Inklusivitas
Gender
Peningkatan peran
perempuan dalam
kepemimpinan
Keterwakilan
perempuan dalam
posisi strategis
meningkat
Kebijakan afirmatif
gender &
pengarusutamaan
gender di lembaga publik

9

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No. Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
4. Inklusivitas
Pemuda
Regenerasi
kepemimpinan
berbasis talenta
Keterwakilan pemuda
dalam kepemimpinan
meningkat
Program kepemimpinan
pemuda & partisipasi
politik generasi muda
5. Efektivitas
Pemerintahan
Kepemimpinan
responsif &
berorientasi hasil
Indeks efektivitas
pemerintahan >75
Penguatan tata kelola,
transparansi, dan
akuntabilitas
6. Etika & Teladan
Moral
Kepemimpinan
berintegritas &
inspiratif
Indeks integritas
nasional meningkat;
kasus korupsi dalam
kepemimpinan
menurun
Pendidikan etika publik,
pengawasan, dan
pembinaan nilai
Pancasila
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah

4. Implementasi Nilai Pancasila dalam Pendidikan SDM
Implementasi nilai Pancasila dalam pendidikan sumber daya manusia adalah fondasi utama
yang menjamin bahwa transformasi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 tidak kehilangan
arah moral, jati diri kebangsaan, dan karakter kolektif. Pancasila sebagai dasar negara bukan
sekadar teks ideologis yang dihafalkan, melainkan harus diinternalisasi dalam setiap proses
pendidikan. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial perlu
menjadi roh yang hidup di ruang kelas, kampus, lingkungan keluarga, dan masyarakat. Dengan
demikian, pembangunan manusia tidak hanya menghasilkan generasi yang cerdas dan
berdaya saing global, tetapi juga generasi yang kokoh dalam karakter kebangsaan. Pendidikan
berbasis Pancasila adalah upaya sadar untuk mencetak manusia Indonesia seutuhnya:
beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, inovatif, produktif, serta
berintegritas.
Dalam konteks geopolitik global yang sarat dengan kompetisi nilai, implementasi Pancasila
dalam pendidikan SDM menjadi tameng sekaligus kompas. Di tengah penetrasi ideologi
transnasional, derasnya arus globalisasi budaya, dan tantangan radikalisme digital, Pancasila
memberikan arah agar bangsa ini tidak tercerabut dari akar kebangsaan. Generasi muda yang
dibekali dengan Pancasila sejak dini akan memiliki daya tahan ideologis, mampu menolak nilai
asing yang bertentangan dengan kepribadian bangsa, dan tetap terbuka terhadap hal-hal baru
yang bermanfaat. Dengan cara ini, pendidikan berbasis Pancasila tidak menutup diri dari
dunia, melainkan memperkuat kapasitas bangsa untuk tampil percaya diri dalam kompetisi
global.
Pendidikan Pancasila juga menjadi instrumen ketahanan nasional. Ketahanan tidak hanya
dibangun melalui kekuatan militer atau ekonomi, tetapi juga dari kekuatan karakter bangsa.
Generasi yang berakar kuat pada Pancasila tidak mudah terprovokasi oleh isu SARA, tidak
mudah terpecah belah oleh politik identitas, serta mampu menjaga kohesi sosial di tengah
keberagaman. Dengan menanamkan nilai gotong royong, solidaritas, dan toleransi,
pendidikan berbasis Pancasila memperkuat ikatan kebangsaan dan mencegah fragmentasi
sosial. Indeks toleransi yang tinggi dan meningkatnya partisipasi generasi muda dalam gerakan
kebangsaan merupakan indikator nyata dari keberhasilan implementasi ini.

10

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Lebih dari itu, Pancasila adalah kunci dalam membentuk kepemimpinan nasional masa depan.
Pemimpin yang lahir dari sistem pendidikan berbasis Pancasila akan memiliki visi moral dan
etika publik yang kuat. Mereka tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mampu
menjadi teladan, adil, dan menjunjung tinggi kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi
atau kelompok. Hal ini selaras dengan arah RPJPN 2025–2045 yang menekankan pentingnya
pembangunan manusia seutuhnya sebagai pusat transformasi nasional. Pendidikan Pancasila
memastikan bahwa pemimpin masa depan bukan hanya administrator, melainkan negarawan
yang mengutamakan kepentingan rakyat dan mampu menghadirkan keadilan sosial bagi
seluruh Indonesia.
Implementasi nilai Pancasila juga harus diintegrasikan dalam kurikulum semua jenjang
pendidikan. RPJPN menargetkan 100 persen sekolah mengajarkan Pendidikan Pancasila,
bukan sekadar sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai pendekatan holistik yang meresap
dalam semua bidang pembelajaran. Misalnya, nilai persatuan dan kerja sama ditanamkan
dalam pembelajaran sains melalui proyek kolaboratif, nilai keadilan sosial ditanamkan dalam
pendidikan ekonomi dengan pendekatan inklusif, sementara nilai kemanusiaan diintegrasikan
dalam pendidikan teknologi melalui etika digital. Dengan cara ini, Pancasila tidak diposisikan
sebagai pelajaran tambahan, tetapi sebagai landasan filosofis seluruh proses pembelajaran.
Partisipasi generasi muda dalam gerakan kebangsaan dan gotong royong juga merupakan
wujud konkret implementasi Pancasila. Pendidikan harus mengarahkan mereka untuk aktif
dalam kegiatan sosial, lingkungan, dan kemanusiaan. Melalui partisipasi ini, nilai-nilai
Pancasila tidak berhenti pada teori, tetapi menjadi laku hidup sehari-hari. Semakin banyak
generasi muda yang terlibat dalam kerja kolektif, semakin kokoh pula jati diri bangsa. Gerakan
kebangsaan yang digerakkan oleh anak muda akan menjadi energi baru bagi ketahanan
nasional sekaligus menginspirasi dunia bahwa Indonesia memiliki kekuatan moral yang khas.
Dalam konteks NKRI, implementasi nilai Pancasila dalam pendidikan SDM juga berarti
pemerataan kesempatan. Pendidikan berbasis Pancasila tidak boleh hanya dinikmati oleh
mereka yang berada di perkotaan atau di pusat ekonomi, tetapi harus menjangkau daerah
tertinggal, terdepan, dan terluar. Pancasila menuntut keadilan sosial, yang berarti semua anak
bangsa berhak mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa diskriminasi. Dengan pemerataan
ini, Pancasila benar-benar menjadi perekat kebangsaan sekaligus instrumen mobilitas sosial
yang adil.
Implementasi nilai Pancasila dalam pendidikan juga memperkuat daya juang bangsa di tingkat
internasional. Generasi muda yang berkarakter Pancasila dapat menjadi duta Indonesia dalam
diplomasi global, membawa pesan perdamaian, solidaritas, dan keadilan sosial. Mereka dapat
menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bukan hanya negara dengan penduduk besar,
tetapi juga bangsa dengan visi moral yang jelas. Kehadiran Indonesia dalam forum
internasional akan semakin dihormati jika diwakili oleh generasi yang tidak hanya cakap
bernegosiasi, tetapi juga teguh pada nilai Pancasila sebagai identitas bangsa.
Lebih jauh, pendidikan berbasis Pancasila juga dapat menjadi inspirasi global. Di tengah dunia
yang kerap dilanda konflik ideologi, ekstremisme, dan polarisasi sosial, Pancasila menawarkan
jalan tengah yang berkeadilan. Generasi muda Indonesia yang dididik dengan nilai Pancasila
dapat menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman dapat menjadi sumber kekuatan,
bukan sumber perpecahan. Dengan demikian, implementasi Pancasila dalam pendidikan SDM
tidak hanya berkontribusi pada ketahanan nasional, tetapi juga pada perdamaian dunia.

11

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Akhirnya, implementasi nilai Pancasila dalam pendidikan SDM adalah investasi jangka panjang
yang tidak dapat ditunda. Tanpa generasi yang berkarakter Pancasila, pembangunan ekonomi
bisa kehilangan arah, politik bisa kehilangan moral, dan kebudayaan bisa tercerabut dari akar.
Sebaliknya, dengan generasi yang menghidupi Pancasila, Indonesia akan memiliki ketahanan
ideologis, kohesi sosial yang kuat, kepemimpinan visioner, serta daya saing global yang
berkarakter. Inilah yang akan memastikan bahwa cita-cita Indonesia Emas 2045 benar-benar
dapat diwujudkan, bukan hanya sebagai slogan, melainkan sebagai realitas sejarah.
Tabel
Indikator Implementasi Nilai Pancasila dalam Pendidikan SDM
No. Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Karakter
Kebangsaan
Pembentukan
identitas nasional
yang kokoh
Indeks karakter
kebangsaan meningkat
signifikan
Pendidikan karakter
berbasis Pancasila di
semua jenjang
2. Integrasi
Kurikulum
Pendidikan
Pancasila di
seluruh sekolah
100% sekolah
mengintegrasikan
Pendidikan Pancasila
Implementasi kurikulum
merdeka berbasis nilai
kebangsaan
3. Partisipasi
Generasi
Muda
Gerakan
kebangsaan &
gotong royong
Partisipasi generasi muda
dalam gerakan sosial dan
kebangsaan meningkat
Pemberdayaan pemuda
melalui organisasi,
komunitas, dan program
bela negara
4. Toleransi &
Kohesi Sosial
Kehidupan damai
di tengah
keberagaman
Indeks toleransi >80 Pendidikan multikultural
& penguatan Bhinneka
Tunggal Ika
5. Pemerataan
Pendidikan
Akses adil bagi
semua anak
bangsa
Pendidikan Pancasila
menjangkau daerah 3T;
kesenjangan mutu
pendidikan menurun
Pemerataan sarana
pendidikan, digitalisasi,
dan penguatan tenaga
pendidik
6. Diplomasi
Kebudayaan
Pancasila sebagai
identitas global
Generasi muda
berkarakter Pancasila
tampil di forum
internasional; indeks soft
power meningkat
Pendidikan global
citizenship berbasis
Pancasila & diplomasi
budaya Indonesia
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah

5. UUD 1945 sebagai Kompas Pembangunan SDM
UUD 1945 adalah kompas fundamental yang mengarahkan perjalanan bangsa Indonesia
menuju cita-cita luhur bernegara. Di dalamnya terkandung mandat jelas bahwa mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan utama yang menjadi landasan setiap kebijakan
pembangunan nasional. Dalam konteks transformasi menuju Indonesia Emas 2045, amanat
konstitusi ini memperoleh relevansi baru: bahwa pembangunan sumber daya manusia tidak
hanya menjadi salah satu prioritas, tetapi juga inti dari seluruh agenda pembangunan. SDM
unggul tidak akan lahir tanpa jaminan akses yang adil terhadap pendidikan, kesehatan, dan
perlindungan sosial. Oleh karena itu, UUD 1945 harus dipandang bukan hanya sebagai teks

12

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
hukum, melainkan sebagai peta jalan moral, ideologis, dan praktis yang memastikan
pembangunan manusia berlangsung secara berkelanjutan dan inklusif.
Ketentuan konstitusional yang menegaskan hak warga negara atas pendidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan adalah instrumen vital untuk mengikat negara agar tidak melenceng dari jalur
utama. Pendidikan harus disediakan bagi semua, tanpa memandang latar belakang sosial
ekonomi, lokasi geografis, atau perbedaan identitas. Dengan angka partisipasi sekolah 100
persen untuk wajib belajar 13 tahun sebagaimana ditargetkan RPJPN 2025–2045, bangsa ini
berkomitmen melahirkan generasi emas yang siap bersaing di panggung global. Pendidikan
berbasis Pancasila dan berorientasi pada masa depan tidak hanya mencetak lulusan yang
kompeten secara akademis, tetapi juga berkarakter kebangsaan yang kuat.
Selain pendidikan, kesehatan adalah hak konstitusional yang harus dijamin oleh negara. UUD
1945 menegaskan bahwa setiap warga negara berhak hidup sejahtera lahir dan batin. Akses
jaminan kesehatan nasional universal menjadi indikator bahwa negara benar-benar hadir bagi
seluruh rakyatnya. Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, jaminan kesehatan bukan
sekadar fasilitas medis, tetapi wujud konkret keadilan sosial. Dengan kesehatan yang terjamin,
generasi emas dapat tumbuh optimal, memiliki produktivitas tinggi, dan berdaya saing global.
Kesehatan adalah prasyarat yang tak tergantikan untuk melahirkan SDM unggul yang mampu
menjawab tantangan era disrupsi teknologi, perubahan iklim, dan dinamika geopolitik.
Perlindungan sosial juga merupakan wujud nyata implementasi UUD 1945. Konstitusi
menegaskan bahwa negara harus melindungi segenap bangsa Indonesia. Perlindungan sosial
yang komprehensif bagi kelompok rentan bukan hanya kebijakan teknis, melainkan amanat
moral dan ideologis. Dengan perlindungan sosial yang inklusif, negara memastikan tidak ada
warga yang tertinggal dalam proses pembangunan. Hal ini berarti menghapuskan
kesenjangan, memberikan kesempatan setara, serta membangun keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dengan demikian, perlindungan sosial tidak hanya menolong yang lemah,
tetapi juga memperkuat kohesi nasional yang menjadi fondasi ketahanan bangsa.
Indeks kepuasan publik yang ditargetkan mencapai lebih dari 85 persen adalah bukti penting
dari legitimasi kepemimpinan nasional dalam menjalankan amanat konstitusi. Tingginya
tingkat kepuasan publik menunjukkan bahwa rakyat merasakan manfaat nyata dari
pembangunan, bahwa negara benar-benar bekerja untuk kesejahteraan mereka. Legitimasi
ini sekaligus memperkuat ikatan antara rakyat dan negara, menciptakan rasa saling percaya,
dan meneguhkan persatuan nasional.
Lebih jauh, UUD 1945 sebagai kompas pembangunan SDM juga memberikan arah bagi
lahirnya kepemimpinan nasional yang berintegritas. Pemimpin bangsa harus menyadari
bahwa amanat konstitusi bukanlah sekadar kewajiban administratif, tetapi sebuah tanggung
jawab moral yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan rakyat dan sejarah. Pemimpin
yang visioner adalah mereka yang mampu menurunkan amanat konstitusi ke dalam program
nyata yang menyentuh kehidupan rakyat sehari-hari. Dengan kata lain, kepemimpinan
nasional yang sejati adalah kepemimpinan yang berpijak pada UUD 1945, berorientasi pada
rakyat, dan menjadikan pembangunan manusia sebagai agenda utama.
UUD 1945 juga menuntut agar pembangunan SDM dilakukan secara adil dan merata di seluruh
wilayah Indonesia. Hal ini berarti bahwa akses pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial
harus menjangkau daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar. Tidak boleh ada
diskriminasi atau ketidakadilan dalam memperoleh hak konstitusional tersebut. Dengan
pemerataan pembangunan manusia, semangat NKRI harga mati benar-benar diwujudkan

13

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
dalam praktik nyata. Pemerataan ini bukan sekadar aspek teknis, tetapi merupakan
perwujudan dari sila kelima Pancasila: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan yang diamanatkan UUD 1945 harus mampu membentuk manusia Indonesia yang
paripurna: cerdas secara intelektual, matang secara emosional, sehat secara fisik, dan tangguh
secara spiritual. Hal ini membutuhkan kurikulum yang holistik, guru yang berkompeten,
sarana yang memadai, serta ekosistem pendidikan yang merangsang kreativitas dan inovasi.
Dengan fondasi pendidikan yang kuat, generasi emas akan memiliki daya juang untuk bersaing
secara global tanpa kehilangan identitas kebangsaan.
Kesehatan universal yang dijamin oleh negara tidak hanya akan memperpanjang usia harapan
hidup, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup. Generasi emas akan lahir dari ibu yang sehat,
tumbuh dengan gizi yang baik, serta berkembang dengan akses layanan kesehatan yang
merata. Kesehatan yang terjamin juga akan mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan
produktivitas ekonomi, serta memperkuat daya saing bangsa. Dengan demikian, kesehatan
bukan hanya urusan medis, tetapi juga strategi nasional untuk mewujudkan ketahanan
bangsa.
Perlindungan sosial yang kuat akan menjadi jaring pengaman yang melindungi rakyat dari
dampak krisis, baik ekonomi, politik, maupun ekologis. Dalam era yang penuh ketidakpastian,
perlindungan sosial yang inklusif adalah syarat mutlak agar bangsa ini tidak terjerumus dalam
ketimpangan yang merusak persatuan. Dengan perlindungan sosial, masyarakat merasa
aman, negara memperoleh kepercayaan, dan pembangunan dapat berjalan secara
berkesinambungan.
Implementasi UUD 1945 sebagai kompas pembangunan SDM bukan hanya soal pencapaian
indikator, tetapi juga soal menegakkan martabat bangsa. Bangsa yang menghargai hak
warganya untuk hidup sehat, berpendidikan, dan terlindungi adalah bangsa yang bermartabat
dan beradab. Inilah wajah Indonesia yang diimpikan dalam Indonesia Emas 2045: bangsa yang
maju secara ekonomi, kuat secara geopolitik, tangguh dalam ketahanan nasional, sekaligus
adil dalam kehidupan sosial.
Pada akhirnya, UUD 1945 adalah jaminan bahwa pembangunan manusia Indonesia bukanlah
pilihan, melainkan kewajiban negara. Kompas konstitusional ini memastikan bahwa Indonesia
tidak kehilangan arah dalam perjalanan panjang menuju 2045. Dengan menjadikan UUD 1945
sebagai pedoman, bangsa ini akan mampu melahirkan SDM unggul yang bukan hanya menjadi
kebanggaan nasional, tetapi juga aktor penting dalam membentuk peradaban dunia yang
lebih adil dan beradab. Dengan UUD 1945 sebagai kompas, Indonesia akan terus melangkah
pasti menuju cita-cita luhur Indonesia Emas 2045.
Tabel
Indikator UUD 1945 sebagai Kompas Pembangunan SDM
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Pendidikan
Universal
Mencerdaskan
kehidupan bangsa
Angka partisipasi
sekolah (APS) 100%
untuk wajib belajar 13
tahun
Pemerataan akses
pendidikan, kurikulum
merdeka, dan digitalisasi
sekolah
2. Kesehatan
Universal
Menjamin hak
hidup sehat
Akses jaminan
kesehatan nasional
universal
Penguatan JKN,
pemerataan fasilitas

14

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
kesehatan, layanan
primer terpadu
3. Perlindungan
Sosial
Melindungi
kelompok rentan
Cakupan perlindungan
sosial komprehensif
untuk seluruh
penduduk rentan
Sistem perlindungan
sosial adaptif, inklusif,
dan terintegrasi
4. Kepuasan Publik Legitimasi
konstitusional
pembangunan
Indeks kepuasan publik
>85%
Transparansi tata kelola,
partisipasi masyarakat,
akuntabilitas layanan
publik
5. Pemerataan
Wilayah
Mengurangi
kesenjangan
pembangunan
manusia
Akses pendidikan,
kesehatan, dan
perlindungan sosial di
daerah 3T meningkat
signifikan
Program afirmasi
wilayah tertinggal,
penguatan tenaga
pendidik dan kesehatan
6. Kepemimpinan
Berbasis
Konstitusi
Pemimpin
berorientasi pada
amanat UUD 1945
Pemimpin berfokus
pada pendidikan,
kesehatan, dan
kesejahteraan rakyat
Pendidikan
kepemimpinan nasional
berbasis konstitusi, etika
publik, dan integritas
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah

6. NKRI sebagai Ruang Belajar dan Berkarya
Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan hanya sebuah entitas geografis dan politik,
melainkan rumah bersama yang menyatukan lebih dari 17 ribu pulau, ratusan etnis, bahasa,
serta keragaman budaya yang luar biasa. Dalam kerangka transformasi menuju Indonesia
Emas 2045, NKRI harus dipandang sebagai ruang belajar dan ruang berkarya yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap anak bangsa untuk tumbuh,
berkembang, dan berkontribusi. Keutuhan wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke,
dari Miangas hingga Rote, adalah panggung besar di mana seluruh potensi bangsa harus
diberdayakan untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul yang siap bersaing di tingkat
global tanpa meninggalkan akar kebangsaan.
Sebagai ruang belajar, NKRI menuntut pemerataan pendidikan yang berkualitas hingga
pelosok negeri. Pendidikan tidak boleh menjadi privilese kelompok tertentu, melainkan hak
konstitusional semua warga negara. UUD 1945 telah menegaskan bahwa mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah kewajiban negara. Oleh karena itu, keadilan dalam akses pendidikan
menjadi prasyarat mutlak lahirnya generasi emas. RPJPN 2025–2045 menargetkan penurunan
kesenjangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antarwilayah hingga kurang dari 5 poin.
Target ini menggambarkan komitmen bahwa setiap provinsi, tanpa terkecuali, harus memiliki
kualitas pembangunan manusia yang relatif setara. Pemerataan IPM bukan hanya soal angka,
melainkan juga cerminan solidaritas nasional dan keadilan sosial.
NKRI sebagai ruang belajar juga berarti bahwa setiap daerah harus memiliki akses yang sama
terhadap pendidikan dasar, menengah, hingga tinggi, serta pelatihan vokasi yang relevan
dengan kebutuhan zaman. Pendidikan vokasi menjadi sangat penting karena ia

15

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
mempersiapkan tenaga kerja terampil yang dapat langsung berkontribusi pada pembangunan
ekonomi daerah maupun nasional. Pemerataan akses pelatihan vokasi di semua provinsi
adalah salah satu indikator penting untuk memastikan bahwa seluruh wilayah dapat
memanfaatkan bonus demografi dan mencegah kesenjangan produktivitas antarwilayah.
Keutuhan NKRI juga harus diwujudkan dalam bentuk akses teknologi dan digitalisasi. Dalam
era revolusi industri 4.0, akses internet dan infrastruktur digital merupakan kebutuhan dasar
yang tidak kalah penting dibandingkan pendidikan formal. RPJPN menargetkan 100 persen
akses internet dan infrastruktur digital di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Hal ini
bukan sekadar target teknis, tetapi strategi fundamental untuk menyatukan bangsa,
menghubungkan wilayah terpencil dengan pusat pertumbuhan, serta membuka ruang
kolaborasi tanpa batas. Internet dan digitalisasi menjadikan NKRI sebagai ruang belajar tanpa
sekat, di mana seorang anak di Papua bisa mengakses pengetahuan yang sama dengan anak
di Jakarta.
NKRI sebagai ruang berkarya berarti setiap warga negara berhak atas kesempatan yang setara
untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Kesempatan ini tidak boleh dibatasi oleh
latar belakang geografis, ekonomi, maupun sosial. Pemerataan kesempatan berkarya menjadi
wujud nyata keadilan sosial sebagaimana termaktub dalam sila kelima Pancasila. Dalam
kerangka pembangunan nasional, setiap daerah memiliki potensi unik yang dapat
dikembangkan untuk kesejahteraan kolektif bangsa. Sumatera dengan sumber daya alamnya,
Jawa dengan pusat industri dan pendidikan, Kalimantan dengan energi dan hutan tropisnya,
Sulawesi dengan potensi maritim, hingga Papua dengan kekayaan mineral dan
keanekaragaman hayati adalah laboratorium besar yang dapat melahirkan inovasi bangsa.
Pemerataan kesempatan berkarya akan memperkuat solidaritas nasional. Jika setiap anak
bangsa merasakan bahwa dirinya memiliki ruang untuk berkembang, maka rasa memiliki
terhadap NKRI akan semakin kokoh. Solidaritas ini menjadi kekuatan strategis untuk menjaga
keutuhan bangsa di tengah ancaman separatisme, radikalisme, dan ketidakadilan. NKRI bukan
hanya wilayah administratif, tetapi juga panggung perjuangan kolektif untuk mewujudkan
kesejahteraan bersama. Dengan menjadikan NKRI sebagai ruang berkarya, generasi emas
akan memiliki kesadaran bahwa keberhasilan individu adalah bagian dari keberhasilan bangsa.
Selain itu, NKRI sebagai ruang belajar dan berkarya juga harus dibangun di atas prinsip
inklusivitas. Pembangunan tidak boleh meninggalkan kelompok rentan seperti perempuan,
penyandang disabilitas, dan masyarakat adat. Inklusivitas ini sejalan dengan RPJPN yang
menekankan pentingnya pembangunan manusia yang merata, berkeadilan, dan menghormati
hak asasi manusia. Dengan menjadikan NKRI sebagai ruang yang ramah bagi semua, Indonesia
akan memiliki SDM unggul yang tidak hanya kompetitif secara global, tetapi juga berkarakter
humanis dan inklusif.
Implementasi NKRI sebagai ruang belajar dan berkarya juga harus melibatkan sinergi antara
pusat dan daerah. Pemerintah pusat harus memastikan adanya kebijakan afirmatif untuk
daerah-daerah 3T agar mereka tidak tertinggal dalam arus pembangunan. Sementara itu,
pemerintah daerah harus mampu mengoptimalkan potensi lokal untuk mendukung
pembangunan nasional. Sinergi ini hanya bisa terwujud jika ada kepemimpinan nasional yang
visioner dan kepemimpinan lokal yang partisipatif.
NKRI juga memberikan ruang bagi tumbuhnya inovasi berbasis kearifan lokal. Pendidikan dan
pelatihan vokasi harus mampu mengintegrasikan pengetahuan modern dengan nilai-nilai
tradisional yang dimiliki masyarakat setempat. Dengan demikian, pembangunan manusia

16

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
tidak hanya menghasilkan tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan global, tetapi juga
menjaga kelestarian budaya dan identitas bangsa. Hal ini sejalan dengan visi Wawasan
Nusantara yang menempatkan kebinekaan sebagai kekuatan bangsa.
Dengan NKRI sebagai ruang belajar dan berkarya, Indonesia akan mampu mencetak generasi
emas yang tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki rasa cinta tanah air yang
mendalam. Mereka akan menyadari bahwa setiap keberhasilan pribadi adalah bagian dari
keberhasilan kolektif, dan setiap kontribusi kecil bagi daerahnya adalah kontribusi besar bagi
bangsa. Generasi seperti inilah yang akan memastikan Indonesia Emas 2045 bukan sekadar
impian, tetapi kenyataan yang lahir dari usaha bersama.
Tabel
Indikator NKRI sebagai Ruang Belajar dan Berkarya
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Pemerataan
Pendidikan
Akses pendidikan
merata di seluruh
wilayah
Penurunan kesenjangan
IPM antarwilayah <5
poin
Pemerataan sarana,
tenaga pendidik, dan
kualitas pembelajaran
2. Pelatihan
Vokasi
Peningkatan
keterampilan tenaga
kerja daerah
Akses pendidikan &
pelatihan vokasi merata
di semua provinsi
Penguatan pendidikan
vokasi & link and match
dengan industri
3. Infrastruktur
Digital
Konektivitas wilayah
& akses ilmu
pengetahuan
Akses internet dan
infrastruktur digital
100% di wilayah 3T
Program digitalisasi
nasional & percepatan
transformasi digital
4. Solidaritas
Nasional
Kohesi sosial dan
rasa memiliki
terhadap NKRI
Partisipasi masyarakat
dalam pembangunan
meningkat
Penguatan gotong
royong, bela negara, dan
program pengabdian
masyarakat
5. Inklusivitas Kesetaraan bagi
kelompok rentan &
marjinal
Keterlibatan perempuan,
disabilitas, dan
masyarakat adat dalam
pembangunan
Kebijakan afirmatif &
perlindungan hak-hak
kelompok rentan
6. Sinergi Pusat-
Daerah
Keselarasan
pembangunan
manusia di seluruh
wilayah
Harmonisasi program
pembangunan pusat dan
daerah meningkat
Perencanaan
pembangunan terpadu
berbasis otonomi &
potensi lokal
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah

7. Bhinneka Tunggal Ika dan Keunggulan Sosial Budaya
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa yang bukan hanya berfungsi sebagai slogan
pemersatu, melainkan juga fondasi yang menguatkan jati diri Indonesia di tengah derasnya
arus globalisasi. Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, keberagaman bukanlah
tantangan, melainkan kekuatan strategis yang harus diinternalisasi oleh setiap sumber daya
manusia. SDM unggul harus mampu memandang perbedaan etnis, agama, bahasa, dan
budaya sebagai energi kolektif yang memperkuat kohesi sosial dan menciptakan kreativitas
berbasis budaya. Keunggulan sosial budaya yang lahir dari keberagaman ini akan menjadi

17

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
modal besar bagi Indonesia untuk berkontribusi dalam peradaban dunia, bukan hanya melalui
kekuatan ekonomi dan politik, tetapi juga melalui diplomasi budaya yang menginspirasi.
Pembangunan SDM unggul dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika menuntut adanya kesadaran
bahwa persatuan bangsa hanya dapat terwujud jika perbedaan dikelola dengan adil dan
bijaksana. Toleransi, gotong royong, dan solidaritas adalah nilai-nilai yang harus ditanamkan
sejak dini melalui pendidikan formal maupun nonformal. Indeks kerukunan umat beragama
yang ditargetkan lebih dari 85 adalah cerminan bahwa bangsa ini mampu menjaga harmoni
di tengah perbedaan keyakinan. Harmoni semacam ini menjadi bukti kepada dunia bahwa
Indonesia bukan hanya mampu hidup berdampingan secara damai, tetapi juga menjadikan
keberagaman sebagai identitas kebangsaan yang kuat.
Selain memperkuat kohesi sosial, Bhinneka Tunggal Ika juga menjadi sumber kreativitas dan
inovasi yang dapat didorong untuk meningkatkan kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB
nasional. Dengan target kontribusi ekonomi kreatif lebih dari 10 persen, Indonesia menjadikan
budaya sebagai kekuatan ekonomi baru. Musik, film, kuliner, fesyen, seni rupa, hingga
kerajinan tradisional memiliki potensi besar untuk dipasarkan secara global. SDM unggul yang
menginternalisasi nilai keberagaman akan mampu memadukan tradisi dengan inovasi,
menciptakan karya yang tidak hanya bernilai estetis, tetapi juga bernilai ekonomi tinggi.
Kreativitas berbasis budaya inilah yang akan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok
global sekaligus menjaga kelestarian warisan budaya.
Keunggulan sosial budaya Indonesia juga memiliki dimensi diplomasi internasional. Dengan
ribuan kekayaan budaya, Indonesia berpotensi memperkuat soft power-nya dalam percaturan
global. Diplomasi budaya melalui karya seni, festival, dan pertukaran budaya akan
memperluas pengaruh Indonesia di dunia internasional. Jumlah karya budaya dan industri
kreatif Indonesia yang mendunia harus terus ditingkatkan sebagai bukti bahwa bangsa ini
tidak hanya dikenal karena sumber daya alamnya, tetapi juga karena keunggulan
peradabannya. Keberhasilan dalam menampilkan budaya Indonesia di panggung
internasional akan memperkuat posisi bangsa sebagai salah satu pusat kebudayaan dunia.
Implementasi Bhinneka Tunggal Ika dalam pembangunan SDM juga harus diwujudkan melalui
peningkatan partisipasi lintas identitas dalam pendidikan. Pendidikan inklusif yang menjamin
partisipasi semua kelompok, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, gender, atau
kondisi sosial-ekonomi, adalah wujud nyata dari semboyan kebangsaan ini. Dengan
pendidikan inklusif, setiap anak bangsa memiliki kesempatan yang sama untuk
mengembangkan potensi dirinya. Partisipasi lintas identitas dalam pendidikan bukan hanya
soal angka, tetapi juga cerminan keadilan sosial dan penghargaan terhadap martabat
manusia.
Lebih jauh, Bhinneka Tunggal Ika adalah strategi ketahanan nasional. Kohesi sosial yang kuat
akan menjadi benteng menghadapi ancaman radikalisme, intoleransi, dan disintegrasi bangsa.
SDM unggul yang memahami dan menginternalisasi nilai keberagaman tidak akan mudah
terprovokasi oleh isu yang dapat memecah belah bangsa. Mereka akan menjadi agen
persatuan yang mengedepankan dialog, menghormati perbedaan, dan mengutamakan
kepentingan nasional di atas kepentingan kelompok. Dengan demikian, Bhinneka Tunggal Ika
bukan hanya semboyan simbolis, tetapi juga instrumen praktis yang memastikan stabilitas
bangsa.
Bhinneka Tunggal Ika juga mendorong lahirnya kreativitas yang berpijak pada kearifan lokal.
Setiap daerah di Indonesia memiliki potensi budaya yang unik, mulai dari tarian tradisional,

18

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
musik etnik, cerita rakyat, hingga kuliner khas. SDM unggul harus mampu mengembangkan
dan memodernisasi warisan budaya tersebut agar relevan dengan perkembangan zaman
tanpa kehilangan esensi aslinya. Dengan cara ini, pembangunan manusia tidak hanya
menyiapkan tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan global, tetapi juga memastikan
kelestarian budaya bangsa.
Solidaritas yang lahir dari internalisasi Bhinneka Tunggal Ika juga akan memperkuat semangat
gotong royong dalam pembangunan. Generasi muda yang memahami nilai kebangsaan ini
akan memiliki kesadaran bahwa pembangunan tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi harus
dilaksanakan bersama-sama. Gotong royong yang dipadukan dengan kreativitas akan
melahirkan inovasi sosial yang dapat mengatasi berbagai masalah bangsa, mulai dari
kemiskinan, pengangguran, hingga kerusakan lingkungan. Dengan demikian, Bhinneka
Tunggal Ika menjadi kekuatan yang mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan nasional.
Dalam konteks global, internalisasi Bhinneka Tunggal Ika dalam SDM unggul akan menjadikan
Indonesia contoh bagi dunia tentang bagaimana mengelola keberagaman. Di saat banyak
negara terjebak dalam konflik identitas, Indonesia dapat menunjukkan bahwa perbedaan
dapat menjadi sumber kekuatan. Generasi emas yang lahir dari pendidikan berbasis Bhinneka
Tunggal Ika akan mampu membawa pesan perdamaian, solidaritas, dan harmoni kepada
dunia. Mereka akan menjadi duta bangsa yang tidak hanya membanggakan Indonesia, tetapi
juga menginspirasi dunia untuk membangun peradaban yang lebih damai dan berkeadilan.
Dengan demikian, Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya warisan leluhur, melainkan juga visi
masa depan. SDM unggul yang menginternalisasi nilai ini akan menjadi pilar penting dalam
mewujudkan Indonesia Emas 2045. Mereka akan menjaga persatuan bangsa, memperkuat
kohesi sosial, mengembangkan kreativitas berbasis budaya, serta memperluas pengaruh
Indonesia di kancah global. Inilah wajah Indonesia yang tangguh, kreatif, dan berkarakter:
bangsa yang tidak hanya mampu bertahan di tengah persaingan global, tetapi juga mampu
memimpin dengan kekuatan budayanya.
Tabel
Indikator Bhinneka Tunggal Ika dan Keunggulan Sosial Budaya
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Kohesi Sosial Harmoni di tengah
keberagaman
Indeks kerukunan umat
beragama >85
Pendidikan multikultural,
dialog lintas agama,
penguatan moderasi
beragama
2. Ekonomi
Kreatif
Pemanfaatan budaya
sebagai kekuatan
ekonomi
Kontribusi ekonomi
kreatif terhadap PDB
>10%
Dukungan UMKM kreatif,
insentif industri kreatif,
penguatan hak kekayaan
intelektual
3. Diplomasi
Budaya
Peningkatan
pengaruh Indonesia
di dunia
Jumlah karya
budaya/industri kreatif
mendunia meningkat
Festival budaya
internasional, diplomasi
kreatif, promosi seni &
kuliner nusantara

19

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
4. Pendidikan
Inklusif
Kesetaraan akses
pendidikan lintas
identitas
Partisipasi lintas
identitas dalam
pendidikan meningkat
Pendidikan inklusif,
afirmasi untuk kelompok
rentan, kurikulum
berkeadilan
5. Kreativitas
Lokal
Modernisasi kearifan
lokal
Jumlah inovasi berbasis
budaya lokal meningkat
Integrasi budaya dalam
pendidikan & ekonomi
kreatif daerah
6. Solidaritas &
Gotong
Royong
Peningkatan
partisipasi generasi
muda dalam
pembangunan
Partisipasi generasi
muda dalam gerakan
kebangsaan dan gotong
royong meningkat
Gerakan sosial berbasis
pemuda, komunitas
kreatif, dan bela negara
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah

8. Lingkungan Strategis dan Adaptasi SDM
Lingkungan strategis global yang penuh ketidakpastian menuntut bangsa Indonesia
menyiapkan generasi yang adaptif, kreatif, dan tangguh. Perubahan iklim, revolusi teknologi
digital, serta dinamika geopolitik menghadirkan tantangan sekaligus peluang yang harus
dijawab dengan cerdas. SDM unggul menjadi faktor penentu apakah Indonesia akan mampu
mengubah ancaman menjadi peluang atau justru menjadi korban dari arus globalisasi yang
tanpa kompromi. Generasi emas yang lahir pada periode transformasi menuju Indonesia Emas
2045 harus dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, bukan sekadar penonton. Mereka
harus memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta berakar pada nilai-nilai kebangsaan yang memberi arah moral pada setiap inovasi.
Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia, dan Indonesia
berada di garis depan. Sebagai negara kepulauan tropis dengan kekayaan biodiversitas luar
biasa, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, mulai dari naiknya
permukaan laut, bencana hidrometeorologi, hingga ancaman terhadap ketahanan pangan.
Generasi emas harus dididik dengan kesadaran ekologis yang kuat, memahami pentingnya
pembangunan berkelanjutan, serta mampu menciptakan solusi inovatif melalui energi
terbarukan, teknologi ramah lingkungan, dan pertanian berkelanjutan. Target kontribusi
energi baru terbarukan sebesar 70 persen pada 2045 bukan hanya ambisi teknis, tetapi juga
strategi kedaulatan energi dan komitmen moral bagi generasi mendatang.
Selain krisis iklim, revolusi teknologi menjadi tantangan sekaligus peluang yang besar. Era
digital menghadirkan peluang percepatan pembangunan, namun juga mengandung risiko
besar seperti ketimpangan digital, kejahatan siber, dan disrupsi lapangan kerja. Oleh karena
itu, SDM Indonesia harus memiliki kesiapan digital dengan indeks di atas 90, sebagaimana
ditargetkan dalam RPJPN. Kesiapan digital bukan sekadar kemampuan mengoperasikan
perangkat, melainkan kompetensi untuk menguasai teknologi informasi, kecerdasan buatan,
big data, blockchain, hingga keamanan siber. Dengan kesiapan ini, generasi emas dapat
menguasai ekosistem digital global dan tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pencipta
teknologi.

20

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Geopolitik dunia juga mengalami pergeseran signifikan. Ketegangan antarnegara besar, konflik
sumber daya, hingga perang teknologi akan menentukan peta kekuatan global di masa depan.
Dalam konteks ini, SDM unggul Indonesia harus dibekali dengan kemampuan analisis
geopolitik, keterampilan diplomasi, dan strategi pertahanan yang modern. Mereka harus
mampu menjaga kedaulatan bangsa di tengah perebutan pengaruh global, sekaligus
memainkan peran sebagai penengah konflik dan promotor perdamaian. Pendidikan
geopolitik, diplomasi multilateral, dan wawasan nusantara harus diintegrasikan dalam
kurikulum kepemimpinan nasional agar generasi emas siap menghadapi dinamika
internasional yang kompleks.
Peningkatan jumlah lulusan di bidang STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and
Mathematics) hingga 30 persen dari total angkatan kerja pada 2045 adalah indikator penting
dalam adaptasi terhadap lingkungan strategis. Lulusan STEAM adalah motor penggerak
inovasi, penelitian, dan pengembangan teknologi yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan global. Namun, pendidikan STEAM harus dipadukan dengan nilai-nilai seni dan
humaniora agar inovasi yang lahir tidak tercerabut dari akar budaya dan identitas bangsa.
Dengan cara ini, generasi emas Indonesia akan menghasilkan teknologi yang tidak hanya
canggih, tetapi juga humanis, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan selaras dengan nilai
kebangsaan.
Jumlah paten domestik yang ditargetkan meningkat sepuluh kali lipat pada 2045 juga menjadi
tolok ukur keberhasilan bangsa dalam menciptakan inovasi. Paten adalah simbol dari
produktivitas intelektual suatu bangsa. Semakin banyak paten yang dihasilkan, semakin kuat
posisi Indonesia dalam rantai pasok global berbasis inovasi. Namun, capaian ini hanya
mungkin terwujud bila negara secara konsisten membangun ekosistem riset yang sehat,
memberikan insentif bagi peneliti dan inovator, serta mendorong kolaborasi antara
universitas, industri, dan pemerintah. Dengan demikian, generasi emas Indonesia akan
tumbuh sebagai generasi inovator, bukan hanya konsumen teknologi asing.
Adaptasi terhadap lingkungan strategis juga memerlukan pembangunan sistem pendidikan
yang fleksibel, responsif, dan berorientasi masa depan. Pendidikan harus mampu menyiapkan
peserta didik menghadapi profesi yang belum ada saat ini, menguasai keterampilan abad ke-
21 seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Selain itu, kemampuan
belajar sepanjang hayat harus ditanamkan agar SDM Indonesia tidak tertinggal oleh cepatnya
perubahan. Dengan pendidikan adaptif, Indonesia dapat mencetak generasi emas yang siap
menghadapi segala bentuk disrupsi global.
Dalam kerangka ketahanan nasional, adaptasi SDM terhadap lingkungan strategis bukan
hanya urusan teknis, melainkan juga strategi geopolitik. Generasi emas harus disiapkan untuk
mengelola potensi maritim Indonesia yang luar biasa, mengembangkan teknologi kelautan,
dan memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Teknologi maritim dan energi
biru akan menjadi sektor penting yang tidak hanya meningkatkan daya saing ekonomi, tetapi
juga memperkuat kedaulatan bangsa. Dengan kesadaran maritim yang tinggi, generasi emas
akan mampu menjaga wilayah laut Indonesia dari ancaman perompakan, eksploitasi ilegal,
dan perebutan sumber daya.
Adaptasi SDM juga menyangkut kesiapan menghadapi krisis global. Pandemi Covid-19 telah
menjadi pelajaran berharga bahwa krisis dapat datang secara tiba-tiba dan berdampak luas.
Generasi emas harus memiliki mental resilien, disiplin, dan kemampuan manajemen krisis.
Pendidikan bela negara, pelatihan mitigasi bencana, serta kesadaran kesehatan masyarakat

21

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
harus diperkuat untuk membentuk generasi yang tangguh menghadapi segala bentuk
ancaman. Dengan begitu, bangsa ini tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga bangkit lebih
kuat dari setiap krisis.
Pada akhirnya, adaptasi SDM terhadap lingkungan strategis adalah penentu apakah Indonesia
akan berhasil mencapai cita-cita besar Indonesia Emas 2045. Generasi emas yang adaptif,
inovatif, dan berkarakter kebangsaan akan mampu menjawab tantangan iklim, teknologi, dan
geopolitik sekaligus menciptakan solusi yang menginspirasi dunia. Dengan investasi yang
konsisten pada pendidikan, riset, dan pembangunan manusia, bangsa Indonesia akan mampu
berdiri sejajar dengan negara-negara maju, bahkan menjadi pelopor dalam menciptakan
peradaban baru yang berkelanjutan, adil, dan bermartabat.
Tabel
Indikator Lingkungan Strategis dan Adaptasi SDM
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Adaptasi
Iklim
Kesadaran ekologis
& transisi energi
Kontribusi energi baru
terbarukan (EBT) 70%
pada 2045
Transisi energi hijau,
pembangunan ekonomi
berkelanjutan, ketahanan
pangan
2. Revolusi
Digital
Peningkatan
kesiapan digital
Indeks kesiapan digital
>90
Transformasi digital
nasional, literasi digital,
keamanan siber

3. Pendidikan
STEAM
Lulusan unggul di
bidang sains &
teknologi
Jumlah lulusan STEAM
meningkat hingga 30%
dari total angkatan kerja
Penguatan pendidikan
vokasi & riset inovasi,
integrasi seni & humaniora
4. Inovasi &
Paten
Produktivitas
intelektual bangsa
Jumlah paten domestik
meningkat 10 kali lipat
Insentif riset, ekosistem
inovasi, kolaborasi
perguruan tinggi–industri
5. Geopolitik &
Maritim
Kesadaran maritim
& daya saing global
Peningkatan teknologi
maritim & kontribusi
ekonomi biru terhadap
PDB
Penguatan poros maritim
dunia, pendidikan kelautan,
riset maritim modern
6. Resiliensi
Krisis
Ketangguhan
menghadapi krisis
global
Generasi dengan literasi
krisis & kemampuan
mitigasi meningkat
Pendidikan bela negara,
mitigasi bencana, sistem
kesehatan masyarakat
tangguh
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah

9. Wawasan Nusantara dan Identitas Maritim
Wawasan Nusantara adalah pandangan geopolitik khas Indonesia yang menegaskan bahwa
tanah air, laut, dan udara merupakan satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan. Pandangan
ini tidak hanya menegaskan kedaulatan, tetapi juga membentuk identitas bangsa yang
bercirikan maritim. Indonesia, dengan lebih dari 17 ribu pulau dan dua pertiga wilayahnya
berupa laut, memiliki modal geografis yang luar biasa untuk menjadi poros maritim dunia.
Namun, modal geografis itu tidak akan berarti tanpa sumber daya manusia unggul yang

22

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
mampu mengelola, menjaga, dan mengoptimalkan potensi laut secara berkelanjutan. Karena
itu, pembangunan SDM maritim adalah bagian integral dari transformasi menuju Indonesia
Emas 2045.
Kesadaran maritim harus ditanamkan sejak dini agar generasi muda memahami bahwa laut
bukan sekadar pemisah, melainkan pemersatu bangsa. Sejarah menunjukkan bahwa kejayaan
Nusantara pada masa lalu, seperti yang ditorehkan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, lahir
dari kekuatan maritim. Kini, di era modern, kesadaran itu harus dihidupkan kembali melalui
pendidikan, riset, dan kebijakan publik yang berpihak pada pembangunan maritim. Wawasan
Nusantara harus menjadi kompas pendidikan nasional, meneguhkan rasa memiliki seluruh
wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote. Dengan
kesadaran ini, SDM unggul akan mampu menjaga keutuhan NKRI sekaligus memanfaatkan laut
sebagai sumber kesejahteraan.
Identitas maritim tidak hanya sebatas kebanggaan sejarah atau geografi, melainkan juga
strategi masa depan. Dunia sedang bergerak menuju ekonomi biru, yaitu pemanfaatan
sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan mata
pencaharian, dan pelestarian ekosistem laut. Indonesia berpotensi besar menjadi pemimpin
dalam ekonomi biru, tetapi hal itu hanya mungkin jika memiliki SDM unggul yang
berkompetensi global. Jumlah SDM maritim tersertifikasi internasional harus terus
ditingkatkan agar Indonesia memiliki tenaga ahli yang mampu bersaing dengan negara-negara
maritim besar. Sertifikasi internasional bukan hanya pengakuan kompetensi, tetapi juga modal
untuk menempatkan SDM Indonesia di arena kerja global, sekaligus memperkuat daya saing
nasional.
Kontribusi ekonomi biru terhadap PDB ditargetkan lebih dari 12 persen pada 2045. Target ini
tidak hanya angka statistik, melainkan bukti komitmen bahwa laut adalah masa depan bangsa.
Untuk mencapainya, generasi emas Indonesia harus diarahkan pada pendidikan, pelatihan,
dan riset maritim yang terintegrasi. Bidang-bidang seperti perikanan berkelanjutan,
transportasi laut, energi terbarukan dari laut, serta pariwisata bahari harus menjadi prioritas
pengembangan SDM. Dengan demikian, laut akan menjadi sumber kesejahteraan sekaligus
pilar ketahanan nasional.
Jumlah pusat riset maritim bertaraf global yang bertambah adalah prasyarat penting untuk
mendukung visi poros maritim dunia. Riset adalah jantung dari inovasi, dan inovasi adalah
kunci untuk mengoptimalkan potensi laut tanpa merusak ekosistem. Pusat riset maritim harus
mampu menghasilkan teknologi modern untuk budidaya laut, eksplorasi energi, mitigasi
bencana pesisir, hingga pengelolaan limbah laut. Dengan riset bertaraf global, Indonesia tidak
hanya menjadi pengguna teknologi asing, tetapi juga pencipta inovasi yang dapat ditawarkan
kepada dunia. Hal ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara maritim yang
berpengaruh dalam percaturan ilmu pengetahuan dan teknologi global.
Indeks keamanan maritim nasional yang ditargetkan di atas 85 adalah indikator penting bahwa
laut Indonesia terjaga dari berbagai ancaman. Keamanan maritim bukan hanya urusan militer,
tetapi juga mencakup perlindungan terhadap perompakan, penyelundupan, pencurian ikan,
hingga eksploitasi ilegal. SDM unggul yang memiliki kompetensi di bidang hukum laut
internasional, pertahanan maritim, serta teknologi pemantauan laut menjadi garda depan
dalam menjaga kedaulatan maritim. Dengan penguasaan teknologi satelit, sistem radar, dan
kecerdasan buatan, generasi emas Indonesia dapat memastikan bahwa laut bukanlah ruang
kosong, melainkan wilayah yang terkelola dengan baik dan terlindungi.

23

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Wawasan Nusantara dan identitas maritim juga harus menjadi bagian dari pendidikan
kebangsaan. Generasi emas harus diajarkan bahwa menjaga laut berarti menjaga masa depan
bangsa. Kurikulum pendidikan perlu menekankan aspek maritim, baik dalam pelajaran
geografi, sejarah, maupun sains. Pendidikan vokasi dan perguruan tinggi harus membuka lebih
banyak program studi yang fokus pada teknologi maritim, kelautan, dan ekonomi biru. Dengan
demikian, SDM unggul akan lahir dari sistem pendidikan yang tidak hanya menekankan literasi
akademik, tetapi juga literasi maritim.
Lebih jauh, identitas maritim juga dapat memperkuat diplomasi Indonesia. Sebagai negara
kepulauan terbesar, Indonesia memiliki legitimasi moral untuk memimpin kerja sama maritim
internasional. Generasi emas Indonesia harus disiapkan menjadi diplomat maritim yang
mampu memperjuangkan kepentingan bangsa di forum internasional, baik dalam isu
keamanan laut, perdagangan maritim, maupun mitigasi perubahan iklim laut. Dengan
memanfaatkan identitas maritim, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai poros
maritim dunia yang tidak hanya berorientasi pada kepentingan nasional, tetapi juga
memberikan kontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan global.
Implementasi Wawasan Nusantara dalam pembangunan SDM juga menjadi instrumen
ketahanan nasional. Laut adalah sumber kehidupan sekaligus potensi konflik. Oleh karena itu,
kesadaran maritim harus ditanamkan bukan hanya pada kalangan ahli, tetapi juga seluruh
rakyat. Dengan kesadaran ini, masyarakat akan lebih peduli terhadap kelestarian laut, lebih
waspada terhadap ancaman, dan lebih siap mendukung kebijakan negara yang berorientasi
pada pembangunan maritim. Wawasan Nusantara memastikan bahwa setiap warga negara
merasa memiliki seluruh tanah air dan laut Indonesia, sehingga rasa cinta tanah air semakin
kokoh.
Pada akhirnya, Wawasan Nusantara dan identitas maritim adalah strategi untuk memastikan
bahwa Indonesia Emas 2045 bukan hanya bangsa yang maju, tetapi juga bangsa yang
berdaulat, berdikari, dan berkepribadian. Dengan SDM unggul yang memiliki kesadaran
maritim, Indonesia akan mampu mengelola laut sebagai sumber kesejahteraan, menjaga
keamanan maritim sebagai pilar kedaulatan, serta memperkuat diplomasi budaya dan politik
sebagai instrumen kepemimpinan global. Laut bukan hanya masa lalu kejayaan Nusantara,
tetapi juga masa depan kejayaan Indonesia.
Tabel
Indikator Wawasan Nusantara dan Identitas Maritim
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Pendidikan
Maritim
Literasi & kesadaran
maritim generasi
emas
Jumlah SDM maritim
tersertifikasi
internasional meningkat
Integrasi wawasan
nusantara & maritim
dalam kurikulum nasional
2. Ekonomi Biru Pemanfaatan laut
sebagai sumber
kesejahteraan
Kontribusi ekonomi biru
terhadap PDB >12%
Peningkatan perikanan
berkelanjutan, pariwisata
bahari, energi laut
3. Riset &
Inovasi
Maritim
Penguatan iptek
kelautan & inovasi
global
Jumlah pusat riset
maritim bertaraf global
bertambah
Pendirian pusat riset
unggulan, insentif
penelitian, kolaborasi
internasional

24

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
4. Keamanan
Maritim
Kedaulatan &
perlindungan laut
Indonesia
Indeks keamanan
maritim nasional >85
Penguatan armada laut,
sistem pemantauan
digital, penegakan hukum
laut
5. Diplomasi
Maritim
Peran global
Indonesia sebagai
poros maritim dunia
Peningkatan kontribusi
Indonesia dalam kerja
sama maritim
internasional
Diplomasi multilateral,
kerjasama ASEAN & PBB
di bidang kelautan
6. Partisipasi
Masyarakat
Kesadaran publik
menjaga laut
Meningkatnya gerakan
masyarakat peduli laut &
ekosistem
Pendidikan ekologi laut,
kampanye publik,
pelibatan masyarakat
pesisir
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah

10. Kewaspadaan Nasional dan Resiliensi SDM
Kewaspadaan nasional adalah fondasi yang menjaga bangsa ini tetap tegak di tengah
gelombang ancaman yang semakin kompleks, baik dari dalam maupun luar negeri. Ia adalah
sistem peringatan dini yang membuat Indonesia tidak lengah menghadapi bahaya narkoba,
radikalisme, dan disinformasi yang kerap menyelinap secara halus namun merusak dari dalam.
Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, kewaspadaan nasional bukan lagi pilihan,
melainkan kebutuhan mutlak agar seluruh proses transformasi dapat berjalan tanpa
terhantam krisis multidimensional. Kewaspadaan ini harus melekat pada setiap individu,
terutama generasi emas yang akan menjadi pilar utama dalam membangun ketangguhan
bangsa.
Ancaman narkoba telah terbukti menjadi senjata paling efektif dalam merusak kualitas
generasi muda. Lebih dari sekadar masalah kesehatan, narkoba adalah ancaman serius
terhadap ketahanan nasional. Ia melemahkan produktivitas, menghancurkan moralitas, dan
mencabut harapan masa depan. Karena itu, target menurunkan prevalensi penyalahgunaan
narkoba hingga di bawah satu persen adalah komitmen besar yang harus diwujudkan. Hal ini
hanya dapat dicapai dengan kombinasi strategi represif yang tegas, preventif yang konsisten,
dan rehabilitatif yang manusiawi. SDM unggul harus dibekali kesadaran sejak dini bahwa
menjauhi narkoba berarti menjaga masa depan bangsa.
Selain narkoba, radikalisme adalah ancaman laten yang dapat memecah belah persatuan.
Radikalisme tumbuh subur di ruang-ruang kosong yang ditinggalkan pendidikan kebangsaan,
serta termanfaatkan oleh kondisi sosial dan ekonomi yang timpang. Indeks kerentanan
radikalisme harus ditekan melalui pendidikan karakter berbasis Pancasila, penguatan
moderasi beragama, serta pemerataan kesejahteraan sosial. SDM unggul yang resilien akan
menjadi benteng ideologis yang menolak segala bentuk ekstremisme dan memilih jalan
kebangsaan sebagai kompasnya. Kesadaran ini sejalan dengan amanat konstitusi dan empat
konsensus dasar bangsa yang menjadi pilar NKRI.
Disinformasi dan propaganda digital adalah ancaman baru yang tidak kalah berbahaya. Di era
revolusi teknologi informasi, perang informasi sering kali lebih mematikan dibandingkan
perang fisik. Penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan manipulasi opini publik dapat

25

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
melemahkan legitimasi pemerintah, memecah belah masyarakat, dan mengganggu stabilitas
nasional. Karena itu, literasi digital harus dijadikan kurikulum wajib di seluruh sekolah dan
kampus. Generasi emas perlu dilatih untuk berpikir kritis, menyaring informasi, dan
menggunakan teknologi secara bertanggung jawab. Literasi digital juga harus dibarengi
dengan pendidikan bela negara, sehingga generasi muda tidak hanya cerdas dalam
menggunakan teknologi, tetapi juga sadar akan tanggung jawab kebangsaan dalam menjaga
persatuan.
Indeks keamanan siber nasional yang ditargetkan di atas 80 adalah tolok ukur penting dalam
memastikan bahwa ruang digital Indonesia aman dari serangan luar dan ancaman dalam
negeri. Keamanan siber harus menjadi prioritas strategis karena seluruh aspek kehidupan,
mulai dari ekonomi, pemerintahan, hingga pertahanan, kini terhubung secara digital. SDM
unggul di bidang teknologi informasi harus disiapkan untuk menjadi garda depan dalam
melindungi kedaulatan digital bangsa. Mereka tidak hanya bertugas sebagai teknisi, tetapi
juga sebagai penjaga integritas informasi, arsitek sistem keamanan, dan inovator yang mampu
menciptakan perangkat serta aplikasi lokal untuk memperkuat kemandirian bangsa di dunia
maya.
Resiliensi SDM tidak hanya berarti kemampuan bertahan menghadapi ancaman, tetapi juga
daya juang untuk bangkit lebih kuat setelah krisis. Generasi emas harus memiliki ketangguhan
mental, spiritual, dan sosial agar mampu menghadapi guncangan yang datang tiba-tiba, mulai
dari bencana alam, krisis kesehatan, hingga gejolak geopolitik. Pendidikan bela negara, latihan
kepemimpinan, serta program pembinaan karakter harus diarahkan untuk membentuk
mental baja yang tidak mudah menyerah. Resiliensi inilah yang akan memastikan bahwa
bangsa Indonesia tidak hanya selamat dari krisis, tetapi juga mampu menjadikannya batu
loncatan menuju kemajuan.
Kewaspadaan nasional juga berarti kemampuan bangsa dalam memprediksi dan mencegah
potensi ancaman sebelum menjadi krisis nyata. Sistem peringatan dini, baik dalam bidang
kesehatan, lingkungan, maupun politik, harus diperkuat dengan dukungan teknologi canggih
dan SDM kompeten. Generasi emas harus dilatih untuk berpikir analitis, cepat mengambil
keputusan, dan mampu bekerja dalam tim lintas sektor. Dengan sistem kewaspadaan yang
kuat, bangsa ini akan lebih siap menghadapi dinamika global yang penuh ketidakpastian.
Di tengah keberagaman Indonesia, kewaspadaan nasional juga menuntut kohesi sosial yang
kokoh. Ancaman perpecahan hanya dapat diatasi dengan membangun solidaritas antarsuku,
agama, dan golongan. Generasi emas harus tumbuh dengan kesadaran bahwa perbedaan
adalah kekuatan, bukan kelemahan. Mereka harus menjadi agen perdamaian yang
menyatukan, bukan memecah belah. Kohesi sosial ini akan memperkuat ketahanan nasional
dan menjadikan bangsa Indonesia lebih sulit digoyahkan oleh ancaman internal maupun
eksternal.
Implementasi kewaspadaan nasional dalam pembangunan SDM juga terkait erat dengan
diplomasi. Indonesia harus mampu membangun jejaring internasional dalam pencegahan
narkoba, penanggulangan radikalisme, dan keamanan siber. Generasi emas yang memiliki
kompetensi global akan menjadi duta bangsa dalam kerja sama internasional, memastikan
bahwa Indonesia tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi
pada keamanan dan perdamaian dunia. Dengan demikian, kewaspadaan nasional bukan
hanya urusan domestik, tetapi juga bagian dari tanggung jawab global.

26

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Akhirnya, kewaspadaan nasional dan resiliensi SDM adalah jaminan bahwa cita-cita Indonesia
Emas 2045 dapat terwujud. Tanpa kewaspadaan, bangsa akan mudah terperangkap dalam
krisis; tanpa resiliensi, bangsa akan rapuh menghadapi guncangan. Namun, dengan SDM
unggul yang waspada, cerdas, dan resilien, Indonesia akan memiliki benteng yang kokoh
sekaligus tombak yang tajam untuk meraih kejayaan. Generasi emas akan tumbuh sebagai
generasi yang siap menjaga kedaulatan, melawan segala bentuk ancaman, dan membawa
Indonesia berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa besar dunia. Inilah generasi yang akan
memastikan bahwa kemerdekaan yang diwariskan para pendiri bangsa tidak hanya
dipertahankan, tetapi juga dimaknai dengan pencapaian-pencapaian baru di panggung global.
Tabel
Indikator Kewaspadaan Nasional dan Resiliensi SDM
No Dimensi Fokus Utama Indikator Utama Arah Kebijakan Nasional
1. Pencegahan
Narkoba
Perlindungan generasi
dari penyalahgunaan
narkoba
Prevalensi narkoba
<1%
Penegakan hukum tegas,
edukasi preventif,
rehabilitasi komprehensif
2. Deradikalisasi Penurunan ancaman
ekstremisme &
intoleransi
Penurunan indeks
kerentanan
radikalisme
Pendidikan karakter
Pancasila, moderasi
beragama, pemerataan
kesejahteraan
3. Literasi Digital Pencegahan
disinformasi &
propaganda
100% sekolah &
kampus memiliki
kurikulum literasi
digital
Kurikulum literasi digital,
penguatan etika bermedia,
pemberdayaan komunitas
4. Bela Negara Keteguhan kebangsaan
& kesiapan
menghadapi ancaman
100% sekolah &
kampus memiliki
kurikulum bela
negara
Pendidikan bela negara,
latihan kepemimpinan,
program pengabdian
nasional
5. Keamanan
Siber
Perlindungan ruang
digital bangsa
Indeks keamanan
siber nasional >80
Penguatan infrastruktur
siber, SDM TI unggul,
inovasi teknologi lokal
6. Resiliensi Krisis Ketangguhan
menghadapi guncangan
multidimensi
Generasi resilien
dengan literasi
krisis meningkat
Sistem peringatan dini,
mitigasi bencana,
pendidikan ketangguhan
sosial
Sumber: RPJPN 2025-2045, diolah
Acemoglu, D., & Robinson, J. A. (2012). Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity,
and Poverty. Crown Business.
Alterman, E. (2004). When Presidents Lie: A History of Official Deception and Its
Consequences. Viking.
Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006). Transformational Leadership (2nd ed.). Lawrence Erlbaum
Associates.
Burns, J. M. (2010). Leadership. Harper Perennial Modern Thought.

27

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Butcher, J. G., & Elson, R. (2017). Sovereignty and the Sea: How Indonesia Became an
Archipelagic State. NUS Press.
Cornwell, P. (2020). Identity Unknown. HarperCollins.
Dalio, R. (2021). Principles for Dealing with the Changing World Order: Why Nations Succeed
and Fail. Simon & Schuster.
Diamond, J. (2005). Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed. Viking.
Fukuyama, F. (2018). Identity: The Demand for Dignity and the Politics of Resentment. Farrar,
Straus and Giroux.
Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A. (2013). Primal Leadership: Unleashing the Power of
Emotional Intelligence. Harvard Business Review Press.
Huntington, S. P. (1996). The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order. Simon
& Schuster.
Longstaffe, M. (2018). Joan of Arc and ‘The Great Pity of the Land of France’. Manchester
University Press.
Mearsheimer, J. J. (2011). Why Leaders Lie: The Truth About Lying in International Politics.
Oxford University Press.
Morgan, J. (2020). The Future Leader: 9 Skills and Mindsets to Succeed in the Next Decade.
Wiley.
Nye, J. S. (2011). The Future of Power. PublicAffairs.
Sachs, J. D. (2015). The Age of Sustainable Development. Columbia University Press.
Schwab, K. (2016). The Fourth Industrial Revolution. Crown Business.
Sen, A. (1999). Development as Freedom. Oxford University Press.
Stiglitz, J. E. (2019). People, Power, and Profits: Progressive Capitalism for an Age of
Discontent. W.W. Norton & Company.
Undang-Undang No. 59 Tahun 2024 RPJPN 2025-2045: Bab 4 Transformasi Indonesia Menuju
Indonesia Emas, https://www.slideshare.net/slideshow/undang-undang-no-59-
tahun-2024-rpjpn-2025-2045-bab-4-transformasi-indonesia-menuju-indonesia-
emas/283735056
Zegart, A. B. (2022). Spies, Lies, and Algorithms: The History and Future of American
Intelligence. Princeton University Press.

Jakarta, 13 Oktober 2025

Dadang Solihin

28

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Tentang Penulis

Sejak awal Januari 2022 Dadang Solihin memperkuat Lemhannas RI
sebagai Tenaga Ahli Profesional (Taprof). Wredatama ini menempuh
pendidikan S1 dan S2 pada Program Studi Ekonomi Pembangunan.
Gelar SE ia peroleh dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Parahyangan Bandung (1986), dan gelar MA ia peroleh dari University
of Colorado at Denver, USA (1996). Adapun gelar Doktor Ilmu
Pemerintahan ia peroleh dari FISIP Universitas Padjadjaran Bandung
(2011).
Kariernya sebagai PNS ia tekuni lebih dari 33 tahun. Dimulai dari
Bappenas sejak awal 1988, di mana ia pernah menjadi Direktur selama 7 tahun lebih. Atas
pengabdiannya ini, negara menganugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
melalui 3 Presiden RI, yaitu dari Presiden Gusdur (2020), Presiden SBY (2009) dan Presiden
Jokowi (2019).
Ia pernah menjadi Rektor PTS Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta Masa Bakti 2015-
2018, dan sempat mendirikan Batalyon Bushido Resimen Mahasiswa Jayakarta. Pangkat
Akademiknya adalah Associate Professor/Lektor Kepala TMT 1 Oktober 2004. Ia juga pernah
menjadi Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta Masa Bakti 2018-2022.
Jabatan terakhirnya sebagai PNS adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan
Pariwisata sampai memasuki usia pensiun sebagai PNS golongan IV.e TMT 1 Desember 2021.
Di dunia kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Senior citizen yang setiap hari menikmati perjalanan Bike to Work ini adalah Peserta Terbaik
Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXIX tahun 2010 yang diselenggarakan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Jakarta dan Peserta Terbaik Program Pendidikan
Reguler Angkatan (PPRA) XLIX tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI. Ia dinyatakan Lulus Dengan Pujian serta dianugerahi Penghargaan
Wibawa Seroja Nugraha.
Pada tahun 2019 Dadang Solihin mengikuti Pelatihan Jabatan Fungsional Perencana Tingkat
Utama yang diadakan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana
(Pusbindiklatren) Kementerian PPN/Bappenas RI bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM-FEB UI).
Ia dinyatakan lulus dengan memperoleh Nilai Terbaik dan Policy Papernya dijadikan standar
nasional dalam Penilaian Kinerja Jabatan Fungsional Perencana yang diatur dalam Peraturan
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2022.