263
asumsi-asumsi…."
127
Di antaranya: "Begitu juga pembenaran yang pasti
apabila telah berlangsung dalam hati, maka diikuti oleh aktivitas di antara
aktivitas hati. Sehingga mustahil aktivitas itu akan terlepas darinya, bahkan
diikuti oleh aktivitas-aktivitas lahir. Apabila pembenaran itu tidak diikuti
oleh aktivitas hati, maka ketahuilah itu bukan pembenaran yang pasti,
sehingga ia bukan iman. Namun pembenaran yang pasti terkadang tidak
diikuti oleh aktivitas hati dengan sempurna karena masih bercokolnya
hawa nafsu, seperti sombong, dengki dan lainnya di antara hawa nafsu.
Akan tetapi pada dasarnya bahwa pembenaran itu diikuti oleh rasa cinta.
Apabila rasa cinta mengalami kemunduran, maka itu terjadi karena
lemahnya pembenaran yang menharuskan adanya rasa cinta. Oleh karena
itu para sahabat berkata: Setiap orang yang bermaksiat kepada Allah
adalah bodoh…."
128
Di antaranya: "Sesungguhnya iman yang diakui syara' adalah
pembenaran hati yang pasti kepada sesuatu yang diyakini dengan tegas
dibawa Rasul dari Allah secara terperinci, seperti masalah ketuhanan dan
kenabian, atau secara global, seperti nabi-nabi terdahulu dan sifat-sifat
qadim yang disebutkan oleh al-Qur'an".
129
Pendapat yang sama juga
diceritakan oleh pengarang kitab al-Mawaqif dari Imam al-Haramain dan
Abu Hamid al-Ghazali.
130
Dan hal senada juga dikemukakan oleh sejumlah
ulama selain dari mereka.
131
Saya malah bertanya-tanya apabila pembenaran itu tidak dibagi
kepada pembenaran yang pasti ( jazim) dan yang tidak pasti ( ghair jazim ).
Mengapa Rasulullah diutus dengan disertai beragam mu'jizat, dan mengapa
tidak cukup bahwa pada dasarnya para Rasul adalah orang-orang yang
terbaik di tengah-tengah kaumnya, mereka dikenal sebagai orang-orang
yang memiliki sifat-sifat terpuji. Kaum Quraisy, misalnya, menyebut
________________________
127
Al-Isyarat wa at-Tanbihat , Abi Ali Ibnu Sina, diteliti oleh: DR. Sulaiman Dunya, Dar al-Ma'arif, Kaero,
cet. III, 1983 M., hlm. 342.
128
Syarah al-Aqidah al-Asfahaniyah , Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah, diteliti oleh: Ibrahin Su'aida,
Maktabah ar-Rasyd, Riyadh, cet. I, 1415 H., hlm. 180.
129
Aqawil ats-Tsiqat fi Ta'wil al-Asma wa ash-Shifat wa al-Ayat al-Muhkamat , Mar'iy bin Yusuf al-Maqdisi,
diteliti oleh: Syuaib Arnauth, Muassasah ar-Risalah, Beirut, cet. I, 1406 H., hlm. 29.
130
Lihat: Kitab al-Mawaqif , Adhuddin Abdurrahman al-Iji, diteliti oleh: Abdurrahman Umairah, Dar al-
Jail, Beirut, cet. I, 1997 M., vol. I, hlm. 51; dan Ihya' Ulum ad-Din , al-Imam Abu Hamid al-Ghazali,
Dar al-Ma'rifah, Beirut, tanpa tahun, vol. I, hlm. 72-75.
131
Lihat: Raudhah an-Nazir wa Jannah al-Manazir , Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al-Maqdisi, diteliti
oleh: DR. Adbul Aziz Abdurrahman as-Said, Jami'ah Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, cet. III,
1399H., hlm. 21, 22; Ijtima' al-Juyusy al-Islamiyah ala Ghazwi al-Mu'aththalah wa al-Jahmiyah , Muhammad
bin Abu Bakar az-Zar'iy yang dikenal dengan Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
Beirut, cet. I, 1404 H./1984 M., hlm. 33; Irsyad al-Fukhul , Muhammad bin Muhammad bin Ali asy-
Syaukani, diteliti oleh: Muhammad said al-Badri, Dar al-Fikr, Beirut, cet. I, 1412 H./1992 M., hlm.
17 dan sesudahnya; dan Hasyiyah al-Alamah al-Banani ala Syarah al-Jalal al-Mahalli ala Jam'i al-Jawami' ,
karya al-Imam bin as-Subuki, al-Mathba'ah al-Khairiyah, Mesir, cet. I, 1308 H., vol. I, hlm. 80.
Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir 200