TUGAS_EBM_dr.Zulharman__Deni ahmad salsila_Pulmonologi[1].pptx
zikriihakiimdr
18 views
13 slides
Sep 13, 2025
Slide 1 of 13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
About This Presentation
12
Size: 7.71 MB
Language: none
Added: Sep 13, 2025
Slides: 13 pages
Slide Content
TUGAS EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) dr. Deni ahmad salsila PRODI PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU 2025
STEP 1 MERUMUSKAN PERTANYAAN KLINIS PROBLEM/PATIENT Anak dengan asma akut (moderate-to-severe exacerbation), usia 1–18 tahun , yang tidak membaik dengan terapi standar awal (bronchodilator, kortikosteroid ). INTERVENTION Pemberian Magnesium Sulfat ( MgSO ₄) baik secara intravena (IV) maupun nebulisasi , sebagai monoterapi atau adjuvan . COMPARISON Standar terapi (salbutamol, ipratropium, kortikosteroid ) atau plasebo . OUTCOME - Primer: Perubahan skor keparahan asma (severity score). - Sekunder : Angka hospitalisasi , lama rawat inap , kebutuhan ICU, mortalitas , efek samping . Rumusan Pertanyaan Klinis: Apakah pemberian magnesium sulfat , baik intravena maupun nebulisasi , efektif dan aman sebagai terapi tambahan pada anak dengan asma akut sedang – berat dalam menurunkan skor keparahan , angka hospitalisasi , lama rawat , kebutuhan ICU, dan efek samping ?
Step 2: Mencari Sumber Bukti Metodologi Pencarian umber utama : artikel MDPI (2025) — yang menjadi basis jurnal tugas kamu.Pendukung : review Kumar et al. (2024) menambah sudut pandang khusus rute nebulisasi.Penguat historis : Shan et al. (2013) dan Swaminathan (REBEL EM, 2018) menguatkan temuan bahwa IV lebih efektif ketimbang nebulisasi.Tambahan terbaru : Ambrożej (2024) dan Mega (2023) memperkaya bukti terbaru .
Step 3: Critical Appraisal Evidence Ya, pengambilan pasien dalam penelitian dilakukan secara random, karena seluruh studi yang dianalisis adalah RCT, dan mayoritas memiliki validitas internal baik dalam aspek randomisasi .
Ya, kedua kelompok sama pada awal penelitian . Hal ini dibuktikan dari deskripsi karakteristik populasi dan tabel baseline studies, yang menunjukkan kelompok intervensi ( MgSO ₄) dan kontrol memiliki usia , diagnosis, dan derajat keparahan asma yang sebanding sejak awal .
Ya, selain intervensi MgSO ₄, kedua kelompok diperlakukan sama : semua tetap menerima terapi standar asma (bronchodilator + kortikosteroid ), dengan kontrol berupa placebo/nebulized saline atau obat pembanding . Blinding yang baik memastikan tidak ada perbedaan perlakuan lain antar kelompok .
Ya, sebagian besar pasien yang masuk penelitian dapat dipertanggungjawabkan . Mayoritas studi melaporkan drop-out dengan baik , dan analisis tetap dilakukan sesuai kelompok random (intention-to-treat). Tidak ada studi yang dikategorikan high risk dalam hal ini .
Ya, pengukuran dilakukan secara objektif , dengan blinding pada pasien , dokter , dan penilai outcome di sebagian besar studi (79%). Hal ini memperkuat validitas internal penelitian . .
Efek terbesar dari MgSO ₄ adalah menurunkan risiko hospitalisasi sebesar 21% (RR 0.79; 95% CI 0.67–0.94). Untuk luaran lain ( skor keparahan , lama rawat inap , kebutuhan ICU) hasilnya tidak signifikan .
Ya, jika pasien anak usia 2–18 tahun dengan asma sedang – berat yang gagal terapi standar . Tidak berlaku untuk pasien dewasa , bayi , atau dengan komorbid berat . Ya, jika tersedia MgSO ₄ IV/ nebulisasi + standar terapi asma (salbutamol, ipratropium, steroid). Praktis dan aman digunakan di RS dengan fasilitas dasar . Ya, karena MgSO ₄ menurunkan hospitalisasi (21% risk reduction) dengan efek samping ringan dan self-limiting. Manfaat > risiko .
TERIMA KASIH Evidence-Based Medicine membantu kita membuat keputusan klinis yang lebih baik berdasarkan bukti terbaik yang tersedia