tugas makalah geofisika eksplorasiiii.doc

fasedanproses 16 views 37 slides Feb 04, 2025
Slide 1
Slide 1 of 37
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37

About This Presentation

makalah geofisika


Slide Content

METODE GEOLISTRIK (RESISTIVITAS)
I.PENDAHULUAN
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik
di dalam batuan. Pendeteksian di atas permukaan bumi meliputi pengukuran medan potensial,
arus dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus
kedalam bumi. Metode geolistrik yang terkenal antara lain : metode potensial diri (SP), arus
telluric, magnetotelluric, elektromagnetik, IP (Induced Polarization), dan resistivitas (tahanan
jenis). Dalam makalah ini pembahasan dikhususkan pada metode geolistrik tahanan jenis
(Resistivitas).
Pada metode geolistrik tahanan jenis (resistivitas), arus listrik diinjeksikan ke dalam
bumi melalui dua elektroda arus (terletak diluar konfigurasi). Beda potensial yang terjadi
diukur melalui dua elektroda potensial yang berada di dalam konfigurasi. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan
variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan dibawah titik ukur (titik sounding).
Umumnya metode tahanan jenis (resistivitas) ini hanya baik untuk eksplorasi dangkal,
sekitar 100 m. Jika kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut, informasi yang diperoleh
kurang akurat, hal ini disebabkan melemahnya arus listrik untuk jarak bentangan yang
semakin besar. Karena itu, metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi dalam. Sebagai
contoh eksplorasi minyak. Metode resistivitas ini lebih banyak digunakan dalam bidang
engineering geology (seperti penentuan kedalaman batuan dasar), pencarian reservoir air,
pendeteksian intrusi air laut, dan pencarian lading geothermal.
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda potensial dan elektroda arus, dikenal beberapa
jenis konfigurasi metode tahanan jenis (resistivitas) yaitu :
1.Konfigurasi Schlumberger
2.Konfigurasi Wenner
3.Konfigurasi Double Dipole
4.Konfigurasi Pole-Dipole (Three Point)
5.Konfigurasi Pole-pole
1

Sedangkan teknik pengambilan (Akusisi) data dalam metode tahanan jenis (resistivitas)
dibagi atas :
1.Vertikal Sounding
2.Lateral Mapping
3.Mise-a-la-masse
Metode geolistrik banyak digunakan dalam eskplorasi mineral, sumber air tanah
(groundwater), panas bumi serta penentuan struktur geologi bawah permukaan. Metode ini
dapat pula dilakukan untuk survey daerah potensi longsor, khususnya untuk menentukan
ketebalan lapisan yang berpotensi lapisan, kedalam batuan dasar serta litologi perlapisan
batuan bawah permukaan. Metode geolistrik dapat digunakan untuk penyelidikan kondisi
geologi di bawah permukaan tanpa melalui pengeboran dan untuk mendeteksi serta
memetakan formasi bawah permukaan.
II. LANDASAN TEORI
1. Hukum Ohm
Seorang ilmuwan Jerman yang bernama George Simon Ohm pada tahun 1877
menyatakan bahwa arus listrik I (Ampere) didalam kawat adalah sebanding dengan perbedaan
potensial V dengan satuan Volt (Lowrie, 1997). Hubungan linear tersebut dinyatakan dalam
persamaan
(1)
dengan R merupakan resistansi ().
Pada kawat yang berbeda dari material yang sama ditunjukkan bahwa kawat panjang
mempunyai resistan yang besar daripada kawat pendek, dan kawat tipis mempunyai resistansi
yang besar daripada kawat tebal. Resistansi berbanding lurus dengan panjang L (m) dan
berbanding terbalik dengan luas penampang A (m
2
).
Hubungan tersebut ditunjukkan dalam persamaan
(2)
dengan adalah resistivitas dan inversi dari disebut konduktivitas dari material.
Jika kita substitusikan persamaan (2) untuk R ke dalam persamaan (1) maka
diperoleh :
2

(3)
sehingga
(4)
dengan adalah medan listrik (Volt/meter) dan adalah densitas arus (Ampere/m
2
).
2. Teori Tahanan Jenis
Resistivitas adalah besaran atau parameter yang menunjukkan tingkat hambatannya
terhadap arus listrik. Jadi metode resistivitas adalah salah satu metode geofisika untuk
menyelidiki struktur bawah permukaan tanah berdasarkan perbedaan resistivitas batuan
(Waluyo, 2004). Arus listrik (pergerakan partikel-partikel bermuatan) menjalar di dalam
medium bumi melalui tiga jenis konduksi yaitu :
1. Konduksi ohmik, dimana elektron-elektron menjalar melalui struktur kristalin atau
metal yang memiliki nilai ohmik yang kecil.
2. Konduksi elektrolit, dimana partikel-pertikel bermuatan dapat menjalar melalui
airtanah (pada pori-pori batuan yang permeabel), sedimen lepas ataupun batu-batuan.
3. Konduksi dielektrik, yaitu adanya medan listrik bolak-balik menyebabkan ion-ion
dalam medium bergerak melingkar sehingga menimbulkan medan magnet dan
munculnya medan elektrik sekunder. Dengan demikian konduksi dielektrik ini dapat
terjadi walaupun pada medium yang kurang dapat mengalirkan partikel-partikel
bermuatan.
3. Resistivitas Semu
Dalam metode tahanan jenis (resistivitas) diasumsikan bahwa bumi mempunyai sifat
homogen isotropik. Dengan asumsi tersebut, resistivitas yang terukur merupakan resistivitas
sebenarnya. Akan tetapi karena sifat bumi yang pada umumnya berlapis (terutama didekat
permukaan) maka diandaikan bahwa mediumnya adalah homogen tidak terpenuhi.
Resistivitas yang terukur tersebut dikenal sebagai resistivitas semu atau apparent resistivity (
). Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang
ekivalen dengan medium berlapis yang ditinjau.
Didalam medium berlapis, harga resistivitas semu ini akan merupakan fungsi jarak
bentangan (jarak antar elektroda arus). Untuk jarak antar elektroda arus kecil akan
3

memberikan yang harganya mendekati batuan didekat permukaan. Sedangkan untuk
jarak bentangan yang besar, yang diperoleh akan melewati harga batuan yang lebih
dalam (Waluyo, 2004).
4. Konfigurasi Elektroda
Susunan elektroda yang digunakan dalam survei juga mempunyai peranan yang sangat
penting. Ada beberapa susunan elektroda yang digunakan pada penelitian yang berkaitan
dengan resisitivitas :

a. Susunan Elektroda Wenner
Konfigurasi ini terdapat empat elektroda yang terdiri dari dua elektroda arus dan dua
elektroda potensial, yang jaraknya sama yaitu a. Susunan ini digunakan untuk mengetahui
kontak batuan (kontras resistivitas) secara lateral. Dalam susunan ini sedangkan
, sehingga dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1. Konfigurasi Wenner
Berdasarkan tata letak elektrodanya, faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah :
(5)
sehingga
(6)
Keunggulan dari metode konfigurasi wenner adalah ketelitian pembacaan
tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN
4

yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan
impedansi yang relatif lebih kecil. 
Kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat
permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
b. Susunan Elektroda Dipole-dipole
Susunan elektroda dipole-dipole adalah jarak elektroda arus AB sama dengan jarak elektroda
potensial MN. Dalam susunan ini sedangkan dan , sehingga
dapat digambarkan sebagai berikut :
A B M N
a na a
Gambar 2. Konfigurasi dipol-dipol
Faktor geometri susunan Dipole-dipole adalah
(7)
Sehingga :
(8)
c. Susunan Elektroda Schlumberger
Konfigurasi schlumberger, jarak titik tengah a terhadap elektroda arus A sama dengan
jarak titik tengah ke elektroda B, sepanjang L. Sedangkan elektroda potensial M dan N
terletak didalam kedua elektroda arus dan masing-masing elektroda tersebut berjarak b dari
titik tengah a.
5

Gambar 3. Konfigurasi Schlumberger
Kelemahan dari metode Schlumberger adalah pembacaan tegangan pada elektroda
MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat
ukur multimeter yang mempunyai karakteristik 'high impedance' dengan akurasi tinggi yaitu
yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan
cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang
sangat tinggi.
Sedangkan keunggulannya adalahkemampuan untuk mendeteksi adanya non-
homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas
semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Sedangkan harga faktor geometri untuk susunan Schlumberger adalah :
(9)
sehingga
(10)
6

III. INSTRUMEN DAN DESAIN PENGUKURAN
Pada pengukuran geolistrik tahanan jenis (resistivitas) pada umumnya instrumen atau
peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.Alat
-Resistivity Meter
-Multi Meter
-Sumber daya (Accu)
-Kabel potensial dan arus ( masing-masing 1 pasang)
-Meteran
-Elektroda potensial dan arus (masing-masing 1 pasang)
-Palu Geologi
-GPS ( Global Position Sistem)
-HT (Handy Talky)
2.Bahan
-Kertas Bilogaritmik
-Tabel data pengukuran
-Kurva Utama (standar)
-Kurva Bantu
-Peta Geologi dan Peta Lapangan
3. Desain Pengukuran
Gambar 4. Desain Alat Peneltian
7

Dimana :
AB = Elektroda Arus
MN = Elektroda Potensial
O = Titik Sounding (Pusat)
IV. PENGAMBILAN DATA LAPANGAN
Proses pengambilan data pada metode geolistrik tahanan jenis (resistivitas) umumnya melalui
beberapa tahap yaitu :
1.Tahap I menentukan titik sounding pada peta lapangan
Tahap ini adalah tahapan awal yaitu dengan mempelajari peta lapangan yang akan
disurvei untuk menentukan titik-titik sounding secara tepat dengan memperhatikan
faktor-faktor yang dipakai sebagai dasar dalam menetukan posisi titik-titik sounding
antara lain : faktor geologi dan faktor topografi lapangan. Faktor-faktor ini sangat
berpengaruh pada data yang dihasilkan nanti.
2.Tahap II Penetapan titik sounding di lapangan
Pada tahapan ini, titik sounding yang telah ditentukan di peta lapangan dicari
posisinya secara tepat di lapangan.
3.Tahap III Pengambilan Data
Diawali dengan menentukan arah bentangan elektroda arus dan potensial yaitu dengan
membentangkan pita pengukur jarak (meteran) sesuai dengan arah bentangan,
pengaturan peralatan pengukuran yang digunakan sehingga mempermudah
pelaksanaan pengukuran atau pengambilan data arah bentangan yang diambil yaitu
mendatar secara bujur, lintang dan silang.
8

V. AKUSISI DATA LAPANGAN
Ada tiga macam cara pengukuran resistivitas yang biasanya dilakukan dalam akusisi data di
lapangan. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, ketiga cara tersebut yaitu Lateral
Mapping, Vertikal Sounding, dan Mise-a-la-masse. Namun pada tulisan ini hanya akan
membahas tentang metode Lateral Mapping dan Vertikal Sounding, (Gambar 6).
Gambar 5. Pengukuran Resistivitas Lateral Mapping dan Vertikal Sounding
a. Lateral Mapping (2D)
Cara ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di suatu area
tertentu secara lateral. Setiap titik akan dilalui berupa titik pengukuran. Konfigurasi yang
biasa digunakan antara lain : Pole-pole, Dipole-dipole, dan Wenner. Prosedur pengukuran
resistivitas mapping adalah sebagai berikut :
1.Ditentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda satuan yang digunakan
2.Ditentukan satu lintasan pengukuran
3.Pengukuran dilakukan pada satu titik dalam lintasan
4.Seluruh konfigurasi elektroda dipindahkan untuk pengukuran pada titik berikutnya
5.Plot resistivitas semu sebagai fungsi posisi titik ukur (jarak lintasan)
Ilustrasi resistivitas mapping dapat dilihat pada gambar berikut ini :
9

Sebagai contoh konfigurasi Wenner :
10
(a)
(b)
(c)
(d)

Pada gambar a sampai dengan e disajikan skema akusisi data secara mapping (dalam hal
ini konfigurasi yang digunakan adalah konfigurasi Wenner).
Untuk group pertama (n=1), spasi yang dibuat bernilai a, setelah pengukuran pertama
dilakukan, elektroda selanjutnya digeser ke kanan sejauh a (A dipindahkan ke M, M
dipindahkan ke N, dan N ke B) sampai jarak maksimum yang diinginkan.
b. Vertical Sounding (1D)
Cara ini digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistivitas pada suatu titik target
sounding di bawah permukaan bumi sebagai fungsi kedalaman. Cara ini sering dinamakan
Sounding 1D sebab resolusi yang dihasilkan hanya bersifat vertikal. Konfigurasi yang
biasa digunakan adalah : Wenner dan Schlumberger.
Prosedur Resistivitas Sounding adalah sebagai berikut :
1.Tentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda satuan yang digunakan
2.Ditentukan satu lintasan pengukuran
3.Pengukuran dilakukan pada satu titik dalam lintasan
4.Jarak elektroda diubah untuk pengukuran pada titik yang sama
5.Plot resitivitas semu sebagai fungsi posisi titik ukur (jarak pada lintasan)
Ilustrasi resistivitas vertical sounding dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Sebagai contoh konfigurasi Schlumberger :
11
(e)

12
(a)
(b)
(c) & (d)
(e)

Contoh Data lapangan Sounding Schlumberger
Tabel 1. Pengambilan data sounding
No AB/2
(m)
MN/2
(m)
K
(m)
VRata-rata
(mV)
IRata-rata
(mA)
Rho
(Ohm.m)
1 1 0,2 7,541282 10 966,12
2 1,5 0,2 17,35 594 11 936,82
3 2 0,2 31,09304,2 10 945,64
4 2,5 0,2 48,75170,8 10 832,62
5 2,5 0,5 18,84 505 9 1057,13
6 3 0,5 27,48 942 16 1617,59
7 4 0,5 49,46176,4 15 581,59
8 5 0,5 77,7282,4 13 492,59
9 6 0,5112,26 55,6 16 390,09
10 6 1 54,9599,8 16 342,75
11 7 1 75,3656,1 15 281,85
12 8 1 98,9129,7 13 225,97
13 9 1125,60 17,6 12 184,21
14 10 1155,43 10,7 11 151,19
15 12 1224,51 5,4 11 110,21
16 15 1351,68 2,4 13 64,93
17 15 5 62,8016,6 14 74,46
18 20 5117,75 5,6 16 41,21
19 25 5188,40 3,1 19 30,74
20 30 5274,75 1,8 15 32,97
21 35 5376,80 2,2 28 29,61
22 40 5494,55 0,9 20 22,25
13

Contoh data lapangan metode geolistrik konfigurasi Wenner
No C1 P1 P2 C2 a x k V (mV)I mA)ρa=KV / I (Ω m)
1 0 1 2 3 1 1.5 6.2834.20 7 30.68229
2 1 2 3 4 1 2.5 6.2864.0513 30.94108
3 2 3 4 5 1 3.5 6.2854.0211 30.8388
4 3 4 5 6 1 4.5 6.2868.1214 30.55489
5 4 5 6 7 1 5.5 6.2881.3217 30.03983
6 5 6 7 8 1 6.5 6.2872.0815 30.17749
7 6 7 8 9 1 7.5 6.28100.7621 30.13204
8 7 8 9 10 1 8.5 6.28110.3022 31.48564
9 8 9 10 11 1 9.5 6.2896.7219 31.96851
10 9 10 11 12 1 10.5 6.28122.0025 30.6464
111011 12 13 1 11.5 6.2878.3015 32.7816
121112 13 14 1 12.5 6.2879.7614 35.77806
131213 14 15 1 13.5 6.28117.6021 35.168
141314 15 16 1 14.5 6.2878.5611 44.85062
151415 16 17 1 15.5 6.2870.8510 44.4938
161516 17 18 1 16.5 6.2869.1511 39.47722
171617 18 19 1 17.5 6.2887.9414 39.44513
181718 19 20 1 18.5 6.2839.29 8 30.84265
191819 20 21 1 19.5 6.2849.1210 30.84485
201920 21 22 1 20.5 6.2888.7117 32.77126
212021 22 23 1 21.5 6.2873.9715 30.96794
222122 23 24 1 22.5 6.2836.99 7 33.18352
232223 24 25 1 23.5 6.2878.2614 35.1043
242324 25 26 1 24.5 6.2891.1519 30.1288
252425 26 27 1 25.5 6.2862.6213 30.24931
262526 27 28 1 26.5 6.2868.8714 30.89311
272627 28 29 1 27.5 6.2869.8514 31.33271
282728 29 30 1 28.5 6.2866.0313 31.89564
29 0 2 4 6 2 312.5636.44 9 50.85404
30 1 3 5 7 2 412.5660.5415 50.69216
31 2 4 6 8 2 512.5644.6011 50.92509
32 3 5 7 9 2 612.5651.8813 50.11923
33 4 6 8 10 2 712.5678.1319 51.6454
34 5 7 9 11 2 812.5668.7616 53.97582
35 6 8 10 12 2 912.56110.6026 53.42831
36 7 9 11 13 2 1012.5675.5017 55.78118
37 8 10 12 14 2 1112.5677.0617 56.93374
38 9 11 13 15 2 1212.56108.8321 65.0907
391012 14 16 2 1312.56155.7029 67.43421
401113 15 17 2 1412.5657.0911 65.1864
411214 16 18 2 1512.561.9122 1.091578
421315 17 19 2 1612.5667.8313 65.53325
431416 18 20 2 1712.5664.6713 62.48117
441517 19 21 2 1812.5676.1115 63.72944
14
Tabel 2. Pengambilan data Mapping

451618 20 22 2 1912.5649.6813 47.99649
461719 21 23 2 2012.5629.30 7 52.56719
471820 22 24 2 2112.5641.9910 52.73316
481921 23 25 2 2212.5653.5812 56.07935
492022 24 26 2 2312.5666.5816 52.26452
502123 25 27 2 2412.5633.72 8 52.93569
512224 26 28 2 2512.5664.4215 53.94101
522325 27 29 2 2612.5671.4718 49.87018
532426 28 30 2 2712.5643.4211 49.57775
54 0 3 6 9 3 4.518.8441.7213 60.46191
55 1 4 7 10 3 5.518.8444.8914 60.40911
56 2 5 8 11 3 6.518.8429.04 9 60.7904
57 3 6 9 12 3 7.518.8448.3915 60.77282
58 4 7 10 13 3 8.518.8452.3816 61.67745
59 5 8 11 14 3 9.518.8442.7913 62.01114
60 6 9 12 15 3 10.518.8473.2622 62.7372
61 7 10 13 16 3 11.518.8480.4123 65.86546
62 8 11 14 17 3 12.518.8468.9220 64.92264
63 9 12 15 18 3 13.518.8471.3920 67.24938
641013 16 19 3 14.518.8491.9822 78.76833
651114 17 20 3 15.518.8424.78 6 77.8092
661215 18 21 3 16.518.8451.9714 69.93543
671316 19 22 3 17.518.8445.7913 66.36028
681417 20 23 3 18.518.8433.5510 63.2082
691518 21 24 3 19.518.8452.0615 65.38108
701619 22 25 3 20.518.8438.7711 66.40244
711720 23 26 3 21.518.8424.23 7 65.21331
721821 24 27 3 22.518.8434.7010 65.3748
731922 25 28 3 23.518.8441.5312 65.19739
742023 26 29 3 24.518.8448.8014 65.66951
752124 27 30 3 25.518.8432.48 9 67.98728
76 0 4 8 12 4 625.1242.3515 70.92213
77 1 5 9 13 4 725.1233.4712 70.06387
78 2 6 10 14 4 825.1230.9511 70.67626
79 3 7 11 15 4 925.1233.9712 71.10216
80 4 8 12 16 4 1025.1260.3021 72.12789
81 5 9 13 17 4 1125.1256.1219 74.19655
82 6 10 14 18 4 1225.1253.8218 75.1088
83 7 11 15 19 4 1325.1264.9221 77.6531
84 8 12 16 20 4 1425.1246.2315 77.41482
VI. PENGOLAHAN DATA
1. Teknik Sounding
15

a. Teknik Pengolahan Secara Manual (Data Sounding)
Penentuan harga resistivitas masing-masing lapisan dengan menggunakan kurva
standard dan kurva bantu (Curve Maching Partial). Kurva standard untuk setiap metode
berbeda :
Gambar 7. Kurva Standard dan Kurva Bantu
Keterangan Kurva Bantu :
Tipe A: 1 < 2 < 3
Nilai rho () atau resistivitas dari perlapisan batuan mulai dari rendah hingga tinggi.
Tipe Q: 1 > 2 > 3
Nilai rho () atau resistivitas dari perlapisan batuan mulai dari yang tertinggi hingga
terendah.
Tipe K: 1 < 2 > 3
Nilai rho () atau resistivitas dari perlapisan batuan mulai dari yang rendah akan
mengalami kenaikkan kemudian akan turun kembali.
Tipe H: 1 > 2 < 3
Nilai rho () atau resistivitas dari perlapisan batuan mulai dari yang tinggi akan
mengalami penurunan kemudian akan naik kembali.
Cara penggunaan Kurva standard :
1. Cocokkan segmen kurva data pengukuran dengan kurva standard dua lapis. Setelah
cocok, kedudukan pusat koordinat kurva standard pada kurva data pengukuran akan
memberikan d1 (nilai ketebalan lapisan 1) dan r1 (nilai resistivitas lapisan pertama).
2. Cocokkan segmen kurva berikutnya dengan kurva standard dengan syarat pusat
koordinat kurva standard harus selalu berada pada tempat kedudukan d n-1 dan rn-1
(dimana n = lapisan yang akan diinterpretasikan) sehingga setelah cocok maka dn dan
pn dapat ditentukan.
3. Penentuan nilai rn dilihat pada kurva standard (lajur kanan) di mana rn = nilai kurva
standard x rn-1 sedangkan dn = nilai pada lajur bawah x d n-1
4. Ulang untuk mencocokkan nilai lapisan berikutnya pada kurva data pengukuran.
16

Pada tahapan akhir nilai resistivitas lapisan dan ketebalannya dapat kita interpretasikan jenis
batuannya berdasarkan tabel (Sherif, 1964) terlampir :
Tabel 3. Resistivity Range (Ohm.m)
b. Inversi
Harga resistivitas dan ketebalan lapisan dapat ditentukan dari resistivitas semu yang diperoleh
di lapangan dengan menggunakan teknik inversi (penyelesaian problem mundur atau reversed
problem). Dalam teknik inversi ini, pekerjaan dimulai dengan membuat model perlapisan
awal yang kira-kira sesuai dengan data lapangan. Kemudian dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan harga resistivitas semu teoritis berdasarkan model perlapisan awal tersebut
diatas (penyelesaian problem maju/forward problem solution, seperti yang telah disinggung
pada teknik kurva macthing). Setelah itu dilakukan pencocokan antara kurva resistivitas semu
terhitung dengan kurva resistivitas lapangan. Jika kedua kurva tersebut belum cocok
(berdasarkan kriteria tertentu), model awal diubah dan semua langkah terdahulu dilakukan
lagi (iterasi), sehingga akhirnya kurva resistivitas teoritis sama dengan kurva resistivitas
lapangan, dan model yang terakhir itulah hasil penyelesaian problem inversi tersebut diatas.
Pengolahan data sounding dengan teknik inversi yang biasanya menggunakan program
komputer antara lain : REXIS, PROGRESS 3.O, dll.
2. Teknik Mapping
17

Data resistivitas yang diperoleh di lapangan di plot dalam peta sesuai dengan tempat
pengukurannya. Berdasarkan data yang di plot di peta tersebut dibuat kontur yang
menghubungkan harga resistivitas yang sama (isoapparent resistivity). Interpretasi dilakukan
secara langsung dari pola kontur resistivitas yang ada.
3. Resistivity 2D ( Gabungan Mapping dan Sounding)
Teknik ini merupakan gabungan antar mapping dengan sounding. Dimana pengukuran
suonding (1D) dilakukan disetiap titik lintasan secara lateral atau lintasan mapping (2D)
dilakukan setiap kedalaman. Pengolahan data resistivitas semu dapat menggunakan software
Res2Dinv dimana pemodelan dengan teknik inversi juga digunakan dalam software ini.
Dalam makalah ini contoh hasil dari pengukuran Geolistrik baik untuk vertikal sounding (1D)
maupun lateral mapping (2D) dengan berbagai indikator yang dicari, ditampilkan atau
disajikan dalam bentuk jurnal-jurnal penelitian antara lain sebagai berikut :
Contoh Interpretasi salah satu data Sounding (1D) untuk mencari air tanah menggunakan Software
Progress 3.0
18

Contoh Interpretasi salah satu data Mapping untuk mencari air dan strukur pipa menggunakan
Software Res2Dinv
19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

VII. PENUTUP
Metode Geolistrik tahanan jenis (Resistivitas) merupakan salah satu Metode Geofisika
yang digunakan untuk mengetahui struktur lapisan bawah permukaan bumi baik secara
vertikal (1D) maupun lateral atau horisontal (2D) berdasarkan variasi nilai hambatan jenis
(resistivitas) batuan daerah kajian dengan memanfaatkan sumber arus listrik buatan yang
diinjeksikan ke dalam bumi dan mendeteksinya di permukaan bumi. Metode ini banyak
digunakan untuk eksplorasi air tanah (pemetaan sumber air tanah), pemetaan geologi,
pendugaan mineral, panas bumi, monitoring pencemaran air tanah dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Karmawan, M.I., 2007. Eksplorasi Air Tanah Di Daerah Rawan Air Bersih Dengan Metode
Wenner Schlumberger., Jurnal Iptek. Vol. 10, No1.
Lab. Fisika Bumi ITB. 2004. Modul Semester Break Fisika Bumi. Sucofindo.
Lowrie W. 1997. Fundamental of Geophysics. Cambridge University Press. USA.
Waluyo. 2004. Teori dan Aplikasi Metode Resistivitas dalam Buku Panduan Workshop
Geofisika Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Lab Geofisika Program Studi
Geofisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Lab. Fisika Bumi ITB. 2004. Modul Semester Break Fisika Bumi. Sucofindo.
Telford, W.M., and Geldart, L.P. 1976. Applied Geophysics. Cambridge University Pess.
www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol6(2)/Azhari.pdf-Mirip oleh JN Indonesia – 2004.
Diakses pada 10 Oktober 2010
35

Pertanyaan soal:
1.Dalam metode geolistrik resistivitas arus yang di gunakan adalah?
2.Apakah Perbedaan sounding dan mapping?
3.Bagaimana cara menentukan mengukur arus(I) dan tegangan (V) baik metode
sounding ataupun mapping?
4.Apa yang dimaksud dengan resistivitas semu?
5.Hal apa saja yang perlu di perhatikan dalam survey metode geolistrik resitivtas
tahanan jenis?
6.Bagaimana cara jika kabel yang digunakan ketika bocor ?
7.Bagaimana cara menentukan anomaly secara manual sebelum melakukan survey
resistivitas?
Jawaban
1.Arus yang digunakan adalah arus searah, namun pada prakteknya arus bolak-balik
dengan frekuensi yang kecil.
2.sounding= sejajar dengan strike
mapping=lateral tegak lurus tidak homogeny terhadap strike
3.sesuai dengan panjang bentangan terjauh yang tergantung dari target yang kita capai
4.resitivitas semu:resitivitas karena dalam bumi masihbercampur hal ini di karenakan
medium berlapis
5.- kabel yang panjang
-hujan
-petir
6.kabel yang bocor harus di tutupi atau di tambal dengan isolasi hal ini dikarenakan agar
arusnya tidak bocor
7.caranya dengan membuat datum point.seperti pada gambar bawah ini penentuan
datum point
36