Tugas Pelatihan AK3 Muda Tentang Undang - Undang K3 dan Ketentuan - Ketentuannya

IvanaSiagian 0 views 4 slides Oct 26, 2025
Slide 1
Slide 1 of 4
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4

About This Presentation

Contoh Soal K3


Slide Content

Tugas Ahli Muda K3 Konstruksi Kelompok 2
Nama Anggota:
• Andi Rangga Permana
• Feriansyah
• Sonni Mirananta
• M. Fadli Al hadi
• Adi Nawan
• Afif Bahtiar
• Aisyah Fajriati
• Bima Brilian
• Dwi Handoko
• Ivana Siagian

1. Sebutkan dan jelaskan kualifikasi dan kewenangan operator pesawat angkat dan angkut
jenis crane/keran menurut Permenaker No. 08 Tahun 2020! Lengkap dengan pasal, ayat
dan bunyinya
Jawaban :
➢ Menurut Permenaker No. 08 Tahun 2020 Pasal 140
Ayat (2) : Personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Teknisi;
b. Operator;
c. Juru Ikat (rigger); dan
d. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
Ayat (3) : Kompetensi personel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dibuktikan dengan sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (4) : Kewenangan personel Teknisi, Operator, dan Juru Ikat (rigger)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c harus
dibuktikan dengan Lisensi K3.
Sehingga untuk kualifikasi operator pesawat angkat dan angkut jenis crane
mempunyai Surat Izin Operator (SIO), untuk operator alat angkut harus memiliki
Surat Izin Alat (SIA).

➢ Menurut Permenaker No. 08 Tahun 2020 Pasal 155
Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf c, Pasal 151 huruf d, dan
Pasal 152 ayat (2), harus memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMP atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 1 (satu) tahun membantu pelayanan di
bidangnya;
c. sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter;
d. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

➢ Menurut Permenaker No. 08 Tahun 2020 Pasal 155
Pasal 165
Ayat (1) Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (2) merupakan
Tenaga Kerja yang memiliki tugas:
a. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan K3 Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut;
b. melaksanakan identifikasi potensi bahaya pengoperasian Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut;
c. melaksanakan teknik dan syarat-syarat K3 pengoperasian Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut;
d. melakukan pengecekan terhadap kondisi atau kemampuan kerja Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut, Alat Pengaman, dan alat-alat perlengkapan
lainnya sebelum pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut; dan
e. bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut dalam keadaan aman.
Ayat (2) Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (2) berwenang
menghentikan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut jika Alat Pengaman atau
perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut tidak berfungsi dengan baik
atau rusak.
Ayat (3) Operator keran angkat kelas I selain berwenang melakukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) juga berwenang:
a. mengoperasikan keran menara tanpa batasan ketinggian;
b. mengoperasikan keran angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas lebih dari 100
(seratus) ton; dan
c. mengawasi dan membimbing kegiatan Operator kelas II dan/atau Operator
kelas III, apabila perlu didampingi oleh Operator kelas II dan/atau kelas III.
Ayat (4) Operator keran angkat kelas II selain berwenang melakukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) juga berwenang:
a. mengoperasikan keran angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas lebih dari 25
(dua puluh lima) ton sampai dengan 100 (seratus) ton atau tinggi menara
sampai dengan 60 m (enam puluh meter); dan
b. mengawasi dan membimbing kegiatan Operator kelas III, apabila perlu
didampingi oleh Operator kelas III.
Ayat (5) Operator keran angkat kelas III selain berwenang melakukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) juga berwenang mengoperasikan keran angkat sesuai
jenisnya dengan kapasitas sampai dengan 25 (dua puluh lima) ton atau tinggi
menara sampai dengan 40 m (empat puluh meter).

2. Sebutkan kewenangan Supervisi K3 Perancah & Teknisi K3 Perancah! Lengkap dengan
dasar hukum
Jawaban :
Supervisi K3 Perancah & Teknisi K3 Perancah :
- Melakukan inspeksi K3 pada pekerjaan perancah
- Melaksanakan pekerjaan pemasangan, pemeliharaan dan pembongkaran perancah
yang aman
- Mengidentifikasi dan mendeteksi bahaya perancah
- Melaksanakan perencanaan struktur perancah
- Melakukan dasar-dasar perhitungan konstruksi perancah
Dasar hukum yang berlaku diantaranya:
• UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. PER. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan &
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
• SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum no. Kep 174/MEN/1986
dan no. 104/KPTS/1986 Pedoman Pelaksanaan Tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
• KepDirjen No.20 Tahun 2004 Tentang Sertifikasi Kompetensi K3 Bidang Konstruksi
Bangunan

3. Sebutkan syarat – syarat pekerjaan pengecoran yang aman!
Jawaban :
Menurut Permenakertrans Nomor: PER 01/MEN/1980
- Dalam proses pengecoran, setiap pekerja harus memakai Alat Pelindung Diri (APD),
mulai dari safety boot, helm, sarung tangan, masker hingga pelindung mata. Selain
pemakaian APD yang sesuai prosedur, para profesional di proyek juga melakukan
pengecekan terhadap ukuran dan elevasi. Dengan demikian, perencanaan dan
ukuran zona pengecoran harus ditentukan dengan baik sejak awal.
- Sebelum proses pengecoran, pekerja juga harus memastikan bahwa bekisting telah
kuat. Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton
selama beton dituang sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Saat proses
pengecoran berlangsung, harus dipastikan bekisting dan tulangan tidak rusak atau
berubah.
- Durasi proses pengerasan dapat dipengaruhi cuaca panas atau angin yang kencang
dan kedua hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi proses pengeringan
beton. Dalam proses pengecoran, pekerja tidak dianjurkan menambahkan air pada
beton untuk memudahkan proses pengecoran. Jika dirasa harus menambahkan air,
maka bisa gunakan campuran air dan semen.

- Perlakuan dalam proses pengecoran juga bebeda tergantung pada kontur elemen
yang dicor. Pengecoran elemen vertikal umumnya dilakukan menggunakan alat
bantu Tower Crane (TC) dan bucket cor. Sedangkan elemen horizontal menggunakan
alat bantu concrete mixer. Sementara itu pada volume pekerjaan kecil digunakan
alat bantu TC dan Bucket cor. Untuk pengecoran pile cap yang berada pada elevasi
ground floor serta volume pengecoran yang kecil menggunakan cara pengecoran
langsung dari truk molen. Sementara untuk volume pengecoran yang besar akan
lebih efektif jika menggunakan concrete pump khusus pada pengecoran bored pile.
Pada permukaan yang miring, pengecoran dimulai dari level terendah dan
menggunakan corong untuk mendristribusikan beton.
- Proses pengecoran dimulai dari pojok bekisting sebagai tempat yang menjadi posisi
akhir beton. Pada saat pengecoran, kondisi beton perlu dipantau agar tidak terlalu
basah ataupun kering sehingga tidak terjadi segregasi, kemudian dilanjutkan dengan
proses pemadatan. Proses pemadatan dibagi menjadi 2 metode yaitu pemadatan
menggunakan vibrator eksternal dan internal dimana fungsi vibrator eksternal untuk
pemadatan dan vibrator internal untuk mengeluarkan udara yang terperangkap
dalam beton sehingga beton memadat memenuhi bekisting.