الْاُمُوْرُ بِمَقَاصِدِهَا Artinya segala sesuatu tergantung dari niatnya ini adalah kaidah pertama dalam ushul fikih yang pengertian luasnya “ segala sesuatu baik ucapan maupun perbuatan seseorang hubungannya dengan Allah Swt atau sesama makhluk , maka nilainya ditentukan oleh niat atau tujuan melakukannya ”. Dalam hal beribadah kepada Allah Swt misalnya , niat menjadi rukun yang menentukan sah atau tidaknya suatu amal , sedangkan dalam mu’amalah ( interaksi sosial ) yang berhubungan dengan sesama makhluk seperti diskusi kelompok , gotong-royong , menjaga kelestarian alam , menjaga persatuan , saling menghormati , jual beli , sewa menyewa , tolong menolong , dan sebagainya niat baik atau niat tidak baik di hati seseorang menjadi sebuah penentu , apakah perbuatan-perbuatan tersebut mempunyai nilai ibadah ataukah tidak bernilai ibadah sama sekali ? Itu semua tergantung niatnya .
الْاُمُوْرُبِمَقَاصِدِهَا إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ MENGHASILKAN
“ Semua amal perbuatan seseorang itu tergantung ( berbanding lurus ) dengan orinetasinya ( niatnya ) dan seseorang hanya akan memperoleh sebatas apa yang ia niatkan . Barangsiapa yang hijrahnya ( ke Madinah ) semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya , maka ( nilai ) hijrahnya itu kembali kepada Allah dan Rasul-Nya . Barangsiapa hijrahnya karena ( niatnya semata-mata menginginkan ) dunia atau karena seorang wanita yang ia ingin menikahinya , maka hijrahnya ( dinilai ) sesuai dengan tujuan ia hijrah kepadanya .” ( Muttafaqun ` Alaih )
TEMPAT NIAT HATI UCAPAN X HATI + UCAPAN
APA PENTINGNYA NIAT DAHULU BARU BERAMAL ?
KAIDAH KEDUA الْيَقِيْنُ لَا يُزَالُ بِالشَّكِّ Apapun yang kamu yakini benar maka lakukanlah tanpa ada keraguan , karena setiap orang memiliki keyakinan dan mungkin tidak dimengerti oleh orang lain. “ Keyakinan itu tidak dapat dihilangkan dengan keraguan ”
PENGERTIAN KAIDAH الْيَقِيْنُ لَا يُزَالُ بِالشَّكِّ Kalimat al yakin secara bahasa artinya sebuah pengetahuan yang tidak mengandung keraguan sama sekali di dalamnya , Kalimat la yuzalu artinya tidak bisa menggeser atau menghilangkan , K alimat asy-syak artinya segala sesuatu yang membingungkan , meragukan , membuat keresahan .
DASAR KAIDAH عن أبي هريرة -تقدم؛ هو عبدالرحمن بن صخر الدوسي - عن النبي عليه الصلاة والسلام قال: إذا وجد أحدُكم في بطنه شيئًا فأشكل عليه: أخرج منه شيء أم لا؟ فلا يخرجنَّ من المسجد حتى يسمعَ صوتًا أو يجد ريحًا (رواه مسلم) “ Jika seseorang di antaramu menemukan sesuatu dalam perutnya , lalu ia ragu , adakah sesuatu keluar darinya atau tidak ? Maka janganlah ia keluar dari masjid sampai ia mendengar atau menemukan baunya .”
Contoh Kaidah Kedua 4 ) ketika Rusdi telah ditetapkan mempunyai hutang kepada Ahmad , kemudian Rusdi menyatakan telah melunasi atau telah dibebaskan hutangnya oleh Ahmad. Menurut hukum dalam kasus ini yang dibenarkan adalah ucapan Ahmad, sebab hukum asalnya tidak ada pelunasan dan pembebasan .
KAIDAH KETIGA المَشَقَّةُ تَجْلِيْبُ التَّيْسِيْرَ “ Kesulitan Bisa Mendatangkan Kemudahan ”
Kaidah mayor yang ketiga di dalam ushul fikih adalah al Masyaqatu Tajlibut Taysir , artinya kesulitan mendatangkan kemudahan ( dispensasi ) . Kaidah ketiga ini memberikan pemahaman kepada umat Islam dengan membangun kerangka berfikir pentingnya menerapkan dispensasi ( kemudahan ) kepada siapapun yang kadang kala terjadi baik ketika menjalankan ibadah maupun interaksi sosial ( muamalah ) untuk meminimalisir kesulitan .
DASAR KAIDAH ي ُ ريدُ الله بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيْدُ بِكُمُ الْ عُ سْرَ “ Sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan kepada kalian, dan Allah tidak menghendaki kepada kalian kesulitan ”
Allah telah memberikan banyak kemudahan untuk umat Islam, agar tidak menimbulkan penderitaan dan kesulitan : Takhfif I sqat ( menggugurkan ) Takhfif Taqdim wa Takhir ( mendahulukan dan mengakhirkan ) Takhfif T arkhis ( dimudahkan pelaksanaannya ) Takhfif Ibdal ( menggantinya ) Takhfif Takhyi r ( memilih ) BENTUK-BENTUK KEMUDAHAN (DISPENSASI) Takhfif Tanqis ( dikurangi ), seperti mengqashar shalat
Contoh Kaidah Ketiga Bolehnya seseorang untuk memakan bangkai atau daging babi dalam kondisi karena terpaksa . Bolehnya seseorang menjama ’ dan mengqashar shalat saat dalam perjalanan jika telah mencapai jarak 2 marhalah (82-84 km). Jika seseorang tidak mampu berdiri untuk melaksanakan shalat maka boleh mengerjakannya dengan duduk . Tayamum sebagai pengganti wudhu ’ bagi orang yang sakit atau tidak menemukan air.
KAIDAH KE-EMPAT الضَّرَرُ يُزَالُ
PRA-WACANA Kaidah keempat adalah al dhararu yuzal , artinya bahaya itu harus dihilangkan . Kaidah keempat ini memberikan pemahaman kepada umat Islam dengan membangun kerangka berfikir bahwa kemudharatan ( emergency ) yang terjadi kepada hamba Allah, sebisa mungkin dihilangkan dengan mencari problem solver yang terbaik , baik dalam wilayah ibadah maupun interaksi sosial ( muamalah ).
PENGERTIAN Kalimat ad dhararu secara bahasa artinya segala sesuatu yang membahayakan , mengandung madharat ( efek tidak baik , mencelakakan baik diri sendiri atau orang lain) karena kondisi tertentu , kalimat yuzalu artinya dihilangkan , diminimalisir , dibuang . لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِه ) البقرة: ٢۳۳)
DASAR KAIDAH KEEMPAT
وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ سَرِّحُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ ۚ وَلَا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِتَعْتَدُوا ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ ۚ وَلَا تَتَّخِذُوا آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمَا أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ “ Apabila kamu mentalak isteri-isterimu , lalu mereka mendekati akhir iddahnya , maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf , atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan , karena dengan demikian kamu menganiaya mereka . Barangsiapa berbuat demikian , maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri .”
MACAM-MACAM KEMUDHARATAN Kemudharatan yang memang sejak awal diizinkan oleh syariat . Seperti praktek hudud , hukum qishash , dan hukuman ta’zir dari ulil amri ( pemerintah ), secara dzhahir semua ini adalah bentuk mudharat tetapi hakikatnya mendatangkan maslahat . Kemudharatan yang menimpa banyak orang dan susah dihindari Ta’ammu bihi balwa . Seperti , asap kendaraan dan bunyi klakson di jalan raya , ini merupakan kemudharatan yang dimaklumi bersama juga dimaafkan karena hampir tidak mungkin menghilangkannyasama sekali . Kemudharatan yang diharamkan , yaitu selain dari tiga jenis kemudharatan di atas . Seperti korupsi , menipu , mencelakakan orang lain, dan sebagainya .
Contoh Kaidah Keempat
العادة محكمة KAIDAH KE-LIMA “ Adat ( Kebiasaan ) Bisa Menjadi Hukum ”
Kaidah ushul fikih kelima adalah al ‘ adatu al muhakkamah , artinya dalam suatu kebiasaan , adat , culture, local wisdom bisa dijadikan pijakan untuk mencetuskan hukum selama tidak ada dalil dari syari ’ khusus untuk selain ibadah mahdhah (formal). Namun , tidak semua adat bisa dijadikan pijakan hukum . Rasullullah Saw sendiri pernah suatu ketika dalam keadaan tertentu menetapkan adat kebiasaan masyarakat setempat di madinah sebagai dasar untuk membuat kebijakan hukum khususnya dalam masalah mu’amalah ( interaksi sosial ) bukan masalah ibadah mahdhah (formal ). P rawacana
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ (الأعرف: ١٩٩) Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf , serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh . مارأه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن “ Apa yang dilihat oleh orang muslim sebagai kebaikan , maka di sisi Allah itu baik ” DASAR KAIDAH
Tidak bertentangan dengan syariat Tidak menyebabkan mafsadah ( membuka aurat ) Sudah berlaku umum di kalangan umat muslim ( seserahan ) Tidak berlaku dalam ibadah mahdhah ( mendahulukan orang lain pada shaf awal ) Kebiasaan tersebut sudah memasyarakat saat akan ditetapkan sebagai hukum ( pra nikah ) Syarat-syarat ‘ Urf ( Adat ) yang Bisa Dijadikan Pijakan Hukum
Batasan usia kedewasaan ( baligh ) bagi laki-laki ketika sudah mimpi basah , sedangkan bagi perempuan adalah sudah mengalami menstruasi Batasan nifas atau monopose , ini disandarkan atas kebiasaan yang berlaku secara umum bagi perempuan Batasan jarak waktu antara khutbah dengan pelaksanaan shalat jum’at disesuaikan dengan adat istiadat setempat Standar upah minimun kota atau kabupaten (UMK), kebijakannya disesuaikan dengan dengan kondisi daerah masing-masing Standar ukuran jual beli baik on line maupun off line, kebijakannya disesuaikan dengan adat dan istiadat setempat Masalah yang berhubungan dengan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) kebijakannya disesuaikan dengan adat dan istiadat setempat C ontoh K aidah
Ada seorang siswa yang pergi ke sekolah niatnya untuk mendapatkan ijazah , bagaimana tanggapanmu jikadikaitkan dengan Qowaidul Khomsah ? Bagaimana hukumnya seorang astronot yang menjalakan shalat di planet Mars tanpa mengetahui arah kiblat yang pasti ! Jika ada seseorang ketika berwudhu bimbang , antara apakah wudhunya batal atau tidak ! Seorang pelayar Muslim di Eropa yang meminum khmar untuk menghatkan tubuhnya ! Seorang dokter yang memeriksa pasiennya dengan membuka bajunya ( melihat auratnya ) ! Seorang wanitayang ingin langsing tapi tidakmakan selamatigahari kecuali hanya minum air putih saja !