Cough Batuk tidak selalu merupakan gejala klinis yang abnormal. Ini adalah hembusan eksplosif untuk mempertahankan paru-paru dengan meningkatkan sekresi dan pembersihan partikel dari saluran pernapasan . Batuk diperlukan untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir dan sekresi ( sekitar 20-30 ml per hari ) dan jumlah sekresi pernapasan tergantung pada paparan harian terhadap iritasi . Hal ini untuk melindungi saluran pernapasan dari masuknya bahan asing yang terjadi karena aspirasi atau inhalasi partikel tertentu , patogen , akumulasi cairan , tetesan postnasal, peradangan , dan mediator yang terkait dengan peradangan (Bakhtiar, 2020). Mekanisme perlindungan yang membantu membersihkan sekresi berlebih dan benda- benda asing (mucus) dari salura n pernafasan (trakea, laring, bronkus, paru)
Klasifikasi Mengklasifikasikan batuk berdasarkan durasinya dapat membantu mengarahkan diagnosis , sedangkan lamanya batuk dapat membantu menentukan spektrum penyebabnya (Ikawati, 2008) .
Dry Cough Tidak berdahak Tenggorokan gatal, nyeri Sulit untuk menelan makanan Dema m (it could be) Sebaiknya batuk ditekan Productive Cough Batuk berdahak, terjadi mekanisme pengeluaran secret/benda asing/mucus dari saluran nafas Dahak encer sebagai tanda kongesti dada/ infeksi Batuk JANGAN ditekan → retensi sputum yang berbahaya → obstruksi saluran nafas, penyebaran infeksi
´ (1) Stimulation of a complex reflex arc (2) Receptors respond through the activation of ion channels (3) A cough center in the medulla receives signals via afferent fibers in the vagus nerve (4) Voluntary inhibition or production of cough is possible because of the influence of higher cortical centers on this cough center (5) Efferent signals are then sent to the muscles
Non- F armakologi terhadap Batuk akut dan sub akut , umumnya bersifat limiting disease sehingga hanya perlu menghindari pemicu terjadinya batuk seperti asap rokok atau asap lainnya. Konsumsi air putih secukupnya (batuk akut dan sub akut). Terapi non farmakologi dilakukan dengan cara: menghindari pemicu/perangsang batuk yang dapat dikenali, seperti merokok, makan makanan berminyak Batuk kronis diketahui dan dapat dihindarkan, → jika penyebabnya maka dilakukan penghindaran penyebabnya. Misalnya, batuk yang disebabkan penggunaan obat golongan inhibitor ACE, dapat oleh diatasi dengan penghentian atau penggantian obat tersebut. (Ikawati, Z., 2011)
TERAPI FARMAKOLOGI
FORNAS
JENIS OBAT BATUK ANTITUSSIVE EKSPEKTORAN MUKOLITIK BATUK KERING BATUK DAHAK
1. ANTITUSSIVE PUSAT PERIFER PUSAT BATUK DI OTAK MENINGKATKAN AMBANG BATUK UJUNG SARAF PERIFER MENGHAMBAT IMPULS SARAF PERIFER SEBAGAI AGEN DEMULCENT (MUKOPROTEKTIF MENGURANGI NYERI DAN INFLAMASI PADA MEMBRAN MUKOSA Penggunaan antitusif untuk batuk yang mengganggu tidur. Antitusif dapat menyebabkan retensi sputum mungkin membahayakan bagi pasien bronkitis kronis dan bronkiektasis .
Antitussive Pusat KODEIN DMP ( dextrometrophan )
Kodein Merupakan G OLONGAN OPIOID ADIKTIF, efek analgesik. Kontraindikasi : batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan pernafasan ESO : Mual, muntah, konstipasi, mengantuk, konstriksi pupil, hipotensi. Overdosis menekan saraf pusat ( syok sirkulasi, henti nafas ) Farmakokinetika Kodein Onset : oral 0,5-1 jam, Durasi : 4-6 jam Absorpsi di saluran cerna cukup lengkap, Tmax 1-1,5 jam Distribusi : melewati plasenta dan ASI. I katan protein plasma 7-25%. Metabolisme : di hepar menjadi metabolit aktif (morfin), norcodeine , normorphine dan hydrocodone Ekskresi : melalui urin . T1/2 : 3-4 jam
Dosis Kodein Antitusif Dewasa & anak >12 thn: 10-20 mg tiap 4-6 jam, Tidak melebihi 120 mg/hari. Anak 2-6 tahun: 0.5-1 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam maksimal 30 mg/hari. 6 - < 12 thn: 5-10 mg, atau 0.5-1.5 mg/kg bb tiap 4-6 jam maksimal 60 mg/hari Tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai antitusif pada anak < 2 tahun
Sediaan
Dextromethorphan (DMP) Merupakan D-isomer codein Potensi antitusif hampir sama dengan kodein, tapi tidak adiktif dan tidak memiliki efek analgesik Pada dosis terapi tidak menimbulkan hambatan aktivitas siliar bronkus. ESO : Mengantuk, mual, pusing, konstipasi, mulut kering. Overdosis menekan saraf pusat Farmakokinetika DMP Oral : onset 30 menit Durasi kerja 5-6 jam Absorbsi secara cepat di saluran cerna Metabolisme di hepar Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh
DOSIS DMP Dosis dewasa: 10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8 jam maksimal 120 mg/hari Dosis anak : 1 mg/kg bb/hari dibagi dalam 3-4 dosis
Antitusif Perifer Levodropropizine mengaktivasi serabut sensori aferen C-fiber yang kemudian menghambat batuk secara reflek . Levodropropizine sangat aktif ( supresi 75%) menurunkan batuk pada pasien bronchitis akut dan kronis . Moguisteine efektif untuk terapi batuk pada COPD, juga batuk pada ISPA ( terbatas pada batuk saat malam hari , kekuatan supresi terbatas ).
Bromhe x in Derivat sintetis dari vasicine (zat aktif dari tanaman Adhatoda vasica) MEKANISME KERJA Menurunkan viskositas sputum Aktivasi silia epitel ( mucocilliary clearance)
DOSIS DAN SEDIAAN BROMHEXIN Dosis dewasa 3 x 8 -16 m g per hari Dosis anak 2-5 tahun 2x 4 mg; 6-11 tahun 3x 8 mg atau 1 m g / k g bb /hari dibagi 3 dosis.
Farmakokinetik Bromhexin Absorpsi di saluran cerna cepat dan lengkap Bioavaibiitas 20%, Tmax 1 jam Distribusi : Luas, menembus blood brain barrier dan plasenta dalam jumlah kecil . Ikatan protein 95% Metabolisme : mengalami metabolisme lintas pertama ekstensif metabolit aktif ( ambroxol ) Ekskresi : melalui urin (85-90% dalam bentuk metabolit ). Waktu paruh 13-40 jam
Ambroxol Mekanisme Kerja Mucocilliary clearance Mukokinetik : menurunkan tegangan permukaan sehingga adesi mukus pada bronkus menurun Merangsang produksi surfaktan Antioksidan Aktivitas anestesi Farmakokinetika : Absorpsi di saluran cerna cepat dan lengkap Bioavaibiitas dan Tmax : 79% (immediate-release, Tmax 1-2,5 jam), 95% (slow release, Tmax 6,5 jam) Distribusi : cepat , terutama ke dalam darah dan paru . Menembus blood brain barrier dan plasenta . Ikatan protein 90% Metabolisme : mengalami metabolisme lintas pertama 30%. Ekskresi : melalui urin . Waktu paruh 10 jam Dosis dewasa : 2x 30-60 mg Dosis anak : <6 bulan 2x 3 mg; 7 bln s/d <1 th 2x6-7,5 mg; 1-2 tahun 2x 7,5 mg atau 1 mg Ambroxol HCI / kgbb /kali
SEDIAAN AMBROXOL
N- Acetylcysteine Mekanisme Kerja Menurunkan viskositas sputum dengan cara membuka ikatan disulfida pada mucoprotein. Prekursor pada sintesis glutation digunakan sebagai terapi pada keracunan parasetamol Farmakokinetika Absorpsi di saluran cerna cepat dan lengkap Bioavaibiitas 4-10 % (oral) Tmax 1-2 jam (oral solution); 1-3,5 jam (effervescent tablet) Distribusi : menembus plasenta . Ikatan protein 66-87 % Metabolisme : mengalami metabolisme di hepar dan di saluran cerna membentuk cysteine dan disulfides. Cystein dimetabolisem untuk membentuk gluthathione . Mengalami metabolism lintas pertama ekstensif . Ekskresi : melalui urin (13-38%) Waktu paruh 6 jam (oral) Kehamilan : Kategori B Dosis Mukolitik Oral powder, dosis dewasa : 3x 200 mg, max 600 mg/ hari dosis anak : 2-6 tahun 2-4 x 100 mg; > 6 tahun 2-3x 200 mg. Effervescent tablet 1x 600 mg. dilarutkan dalam air Inhalasi :3-4 x 6-10 mL solution 10%; 3-4 x 3-5 mL solution 20% ( dosis anak sama ). Larutan 20% dilarutkan dengan NaCl 0,9% atau water for injection
Sediaan Acetylcysteine
C arbocisteine Mekanisme kerja Memutuskan ikatan disulfida pada mukus Menurunkan hyperplasia sel goblet pada kelainan respirasi yang ditandai dengan sekresi mucus kental dan berlebihan yang abnormal Farmakokinetika Absorpsi di saluran cerna cepat dan baik Bioavaibilyas < 10%. Tmax : 2 jam Distribusi : penetrasi ke jaringan paru dan mucus saluran nafas Metabolisme : mengalami metabolism lintas pertama melalui asetilasi , dekarboksilasi dan sulfosidasi Ekskresi : melalui urin dalam bentuk utuh dan metabolit . Waktu paruh : 2 jam
Dosis C arbocysteine Dosis dewasa : awal 2,25 gr/ hari dibagi dalam 3-4 dosis , selanjutnya diturunakan menjadi 1,5 gr/ hari dalam dosis terbagi Dosis anak : 2-5 tahun 250-500 mg/ hari dibagi dalam 3-4 dosis ; 6-12 tahun 750 mg/ hari dosis terbagi
Merupakan prodrug dari erdotin Mekanisme kerja : Menghambat adesi bakteri pada sel epitel Memutus iaktan disulfida pada mukus Erdosteine Farmakokinetika Absorpsi di saluran cerna cepat . Tmax 1 jam Distribusi ke saluran bronkoalveolar . Ikatan protein 64,5 % Metabolisme mengalami metabolism lintas pertama menjadi metabolit aktifnya ( N - thiodiglycolyl -homocysteine) Ekskresi : terutama melalui urin dalam bentuk metabolit . Waktu apruj 1,46 jam ( erdosteine ) Kontraindikasi pada : peptic ulcer aktif , gangguan hepar ginjal berat
3. Ekspektoran Mekanisme kerja : Merangsang reflek batuk dengan cara meningkatkan volume sekresi saluran nafas dan menurunkan viskositas sekresi bronkial yang kental . Tidak mempengaruhi mucocilliary clearance Macam obat : Guaifenesin (Gliseril Guaikolat/GG) Saponin ( radix polygalae , radix primulae ) Amonium klorida, Kalium iodida Minyak atsiri (menthol, eukaliptus, thymi
Guaifenesin Farmakokinetik Absorpsi di saluran cerna baik . Tmax 15 menit Distribusi ke ASI dalam jumlah kecil Metabolisme di hepar melalui oksidasi dan demetilasi Eksresi terutam melalui urin . Waktu paruh 1 jam Dosis dewasa : 200-400 mg tiap 4 jam, extended release tab 600-1200 mg tiap 12 jam. Max 2400 mg per hari Dosis anak : 6-12 tahun 4x 100 mg. max 400 mg/ hari . maksimal durasi terapi 5 hari .
(Improve the ability to expectorate secretions) Increase the volume of airway secretion either by inducing mucus secretion or by increasing the transport of water into the airway Alter the biophysical properties of airway secretions making them easier to expectorate. Reduce mucus hypersecretion without affecting constitutive or basal secretion Reduce the adhesivity of secretions and thus their binding to the epithelium will make sputum easier to expectorate (surfactant) . MUCOACTIVE AGENT
MONITORING TERAPI Pasien perlu dipantau secara hati- hati dan sistemik terhadap beberapa indikator diagnostik spesifik, seperti radiografi dada atau uji fungsi paru dengan spirometri. Jika batuknya produktif disertai dengan dahak yang porulen, perlu dipertimbangkan adanya bronkiektasis. Pada pasien dengan batuk nonspesifik dan memiliki faktor r i siko asma , perlu dicoba penggunaan obat jangka pendek (short trial : 2- 4 minggu) misalnya dengan Beklometason atau Buudenosid. Jika batuk tidak sembuh pada waktu yang diharapkan, pengobatan dihentikan dan perlu dipertimbangkan diagnosa lain. Efek pengobatan pada batuk dapat dievaluasi dengan metode subjektif maupun objektif. Metode subjektif : CQLQ telah diuji dan cukup valid dan reliable untuk mengevaluasi batuk. Dalam penatalaksanaan batuk, terutama untuk batuk akut, farmasi berperan dalam pemilihan jenis obat batuk yang tepat dengan jenis batuknya . Untuk batuk kronis, pasien perlu direkomendasikan untuk pemeriksaan dokter lebih lanjut untuk memastikan etiologinya. (Ikawati, 2011)
MONITORING BATUK 1. Apabila dahak berubah kental, kecoklatan, atau kehijauan. Batuk berlangsung terus menerus selama lebih dari 2 minggu dan tidak membaik Batuk disertai gejala lain seperti bunyi mendesah, napas tersengal dan berbunyi, rasa sakit dan tertekan di dada (nyeri dada) Batuk berdahak dan disertai demam, dengan suhu tubuh Apabila dahak berwarna putih atau gelap. Dahak putih jernih berarti tidak ada penyakit berbahaya Dahak berwarna putih dan berbuih, akibat dari menghisap rokok dalam waktu yang lama Dahak berwarna hijau atau coklat, menunjukkan adanya infeksi paru- paru, seperti bronchitis dan pneumonia Dahak berwarna gelap atau bercampur darah, menunjukkan ada penyakit serius seperti kanker dan tbc Jenis Batuk → keparahan