1. LK KESPRO MIOMA UTERI DI RSI KOTA MAGELANGdocx

RITA424760 20 views 36 slides Dec 14, 2024
Slide 1
Slide 1 of 36
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36

About This Presentation

LAPORAN KASUS


Slide Content

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI
MIOMA UTERI
DI RSI KOTA MAGELANG
Disusun Oleh :
Rita Yuniati
P 1337424823411
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2024

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Kesehatan Reproduksi Myoma Uteri ini telah disahkan dan disetujui
oleh Pembimbing Lahan dan Institusi Prodi Pendidikan Profesi Bidan Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang untuk memenuhi Laporan Praktik
Stage Kespro di RSI Kota Magelang pada :
Hari : …………………………
Tanggal : …………………………
Magelang , 2024
Pembimbing Klinik Praktikan
Ririn Susanti, Amd. Keb
NIK. 110.01.10.05
Rita Yuniati
NIM. P1337424823411
Mengetahui
Pembimbing Institusi
Dewi Andang Prastika, S.ST. Bdn , M.Kes
NIP 19910225 201801 2 001

BAB I
PENDAHULUAN
A.TINJAUAN TEORI MEDIS
1.Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya
sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikatnya dominan dan lunak,
karena otot rahimnya dominan(Manuaba & Ida, 2016). Mioma uteri merupakan
jenis tumor uterus yang paling sering. Disangka bahwa 20% dari wanita berumur
35 tahun menderita mioma uteri walaupun tidak disertai gejala (Wiknjosastro,
2009).
Mioma uterus, yang disebut leiomioma atau fibroid adalah tumor jinak
yang paling umum pada sistem reproduksi wanita. Penderita mioma uteri biasanya
tidak menunjukkan tanda-tanda awal yang jelas, namun penuaan dapat
menyebabkan perdarahan uterus yang tidak normal, gejala panggul dan gangguan
kesuburan, tanda yang paling khas adalah perdarahan vagina (Fatahillah et al.
2024). Faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko berkembangnya
mioma uteri adalah usia, ras, indeks massa genetika, faktor reproduksi, hormon
seks, gaya hidup, faktor lingkungan atau lainnya (Lubis, 2020). Laparatomi
merupakan salah satu prosedur mayor, dengan melakukan penyayatan pada
lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian-bagian organ
abdomen yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi).
Laparatomi juga dilakukan pada kasus-kasus digestif dan kandungan seperti
apendiksitis, kolelitis, dan peritonitis (Rahmayati, Hardiansyah & Nurhayati,
2018).
2.Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus dan hanya 1-3%,
sisanya adalah dari korpus uterus. Berdasarkan pembagian menurut letaknya sebagai
berikut :

a.Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke
dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi
polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks dan dipanggil
myomgeburt
b.Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium
c.Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum
dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum
atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga
disebut wandering/parasitic fibroid. (Anwar et al., 2018)
3.Etiologi
Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada
di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah
uterus. Apapun asalnya tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat
kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi
progresif (bertahun-tahun) dalam hitungan bulan di bawah pengaruh
estrogen. Berdasarkan penelitian dari (Salim & Finurina, 2015) terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma, disamping faktor
predisposisi genetik, adalah beberapa hormon seperti estrogen, progesteron,
dan human growth hormon. Dengan adanya stimulasi estrogen,
menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus, sehingga menyebabkan
perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium, sehingga terjadilah
pertumbuhan mioma.
4.Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium
mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua
mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi
mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma dapat menonjol kedepan
sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya pemberian
darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika
terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi
anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh
lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu

dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang
mengalami kekurangan volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Dan jika
dilakukan operasi atau pembedahan maka akan terjadi perlukaan sehingga
dapat menimbulkan kerusakan jaringan integritas kulit (Price, 2012).
Pada post operasi mioma uteri akan terjadi terputusnya integritas
jaringan kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri
akut. Terputusnya integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi
dan pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan
jaringan mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi
resiko tinggi infeksi. Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi
yang mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran
sehingga pola nafas tidak efektif (Anwar et al., 2018).
5.Manifestasi Klinik
Menurut (Anwar et al., 2018) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :
a.Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia.
Disebabkan oleh :
1)Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
2)Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
3)Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.
4)Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
b.Nyeri
Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar miom
menekan struktur di daerah panggul. Pada mioma submukosum yang
dilahirkan dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga
menimbulkan dismenore.
c.Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra
menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
d.Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih
belum jelas, 27- 40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas.
6.Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma, yaitu :

a.Umur
Mioma Uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45
tahun.
b.Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas
menyebabkan Mioma Uteri atau sebaliknya Mioma Uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
c.Faktor ras dan genetic
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadian Mioma Uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian
tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang
menderita mioma.
d.Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana Mioma Uteri muncul setelah
menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause.
e.Menarche
Usia menarche mempertinggi kejadian mioma uteri. Wanita dengan
usia menarche dini mempunyai risiko 2 kali lebih besar mengalami
mioma submukosum dibandingkan dengan wanita usia menarche
normal (Yosi Apriyani, 2013).
Berdasarkan penelitian dari (Lubis, 2020) terdapat beberapa faktor
risiko penyebab mioma uteri, seperti :
a.Gaya Hidup
Gaya hidup sedentary menjadi faktor risiko karena peningkatan
risiko obesitas dan pengaruhnya terhadap disregulasi hormonal.
b.Diet
Makanan indeks glikemik tinggi dan tinggi asam lemak omega-3
terutama marine fatty acid (MFA) akan meningkatkan kejadian
tumor melalui jalur induksi hormonal akibat penumpukan lemak.
Studi klinis mengaitkan pertumbuhan sel tumor dengan konsumsi
kafein dan alkohol, karena kedua zat akan mempengaruhi kadar
hormon namun perlu pembuktian lebih lanjut dengan variasi
demografi.

c.Nulipara
Wanita yang belum pernah hamil berisiko terkena mioma uteri;
dikaitkan dengan pengaruh paparan hormon seks, estrogen, dan
progesteron.
d.Kontrasepsi Hormonal
Prevalensi mioma uteri akan meningkat pada penggunaan
kontrasepsi hormonal mengandung hormon estrogen baik estrogen
murni maupun kombinasi.
e.Penyakit komorbid
Hipertensi, polycystic ovary syndrome (PCOS), dan diabetes
merupakan tiga penyakit yang umumnya berasosiasi dengan
kejadian mioma. Peningkatan insulin dan IGF-I serta hiperandrogen
menjadi faktor pemicu PCOS dan diabetes, pada hipertensi terjadi
pelepasan sitokin yang merangsang proliferasi jaringan tumor.
f.Infeksi/ iritasi
Infeksi, iritasi, atau cedera rahim akan meningkatkan risiko mioma
uteri melalui induksi growth factor.
g.Stres
Pada stres terjadi pelepasan kortisol dan perangsangan
hypothalamo- pituitary adrenal gland axis yang akan menyebabkan
peningkatan estrogen dan progesterone.
h.Overweight/ obesitas
Setiap pertambahan berat badan sebesar 10 kg, akan meningkatkan
risiko mioma uteri sebesar 21%. Penumpukan jaringan lemak >30%
juga menjadi pemicu karena peningkatan konversi androgen
menjadi estrogen dan penurunan sex hormone binding globulin
(SHBG).
7.Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan
menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
a.Intramural Mioma Uteri
Myoma ini terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium
sehingga dapat menyebabkan pembesaran uterus.
b.Submukosa Mioma Uteri
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus,
myoma ini kadang-kadang dapat tumbuh terus dalam cavum uterus
dan berhubungan dengan dinding uterus dengan tangkai sebagai
polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks dan sebagian

kecil atau besar memasuki vagina yang disebut Myomgeburt.
c.Subserosa Mioma Uteri
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.
d.Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan
diri dari uterus sehingga disebut wondering/parasitic fibroid. Jarang
sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma
pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga
ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma
dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos
dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar
yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini (Marmi, 2015).
8.Perubahan Pada Mioma Uteri
Menurut (Anwar et al., 2018) Bila terjadi perubahan pasokan darah
selama pertumbuhannya, maka mioma dapt mengalami perubahan sekunder
atau degeneratif sebagai berikut :
a.Degenerasi jinak
b.Atrofi
Ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah
persalinan atau menopause.
c.Hialin
Terjadi pada mioma yang telah matang atau tua di mana bagian
yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan
pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan,
melunak atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda
terjadinya degenerasi hialin.
d.Kistik
Setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairan
gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya
kompresi atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat
menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum
peritoneum, atau retroperitonium.
e.Kalsifikasi
Disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai

mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi
yang dapat menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan
fosfat di dalam tumor.
f.Septik
Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis
di bagian tebgah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang
ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut, dan demam akut.
g.Kaneus
Disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh trombosis
yanh diikuti dengan terjadinya bendungan vena dan perdarahan
sehingga menyebabkan perubahan warna mioma.
h.Miksomatosa
Disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses
degenerasi hialin dan kistik. Degenrasi ini sangat jarang dan
umumnya asimtomatik.
i.Degenerasi ganas
j.Transformasi ke arah keganasan
Terjadi pada 0,1%-0,5% penderita mioma uuteri.
9.Diagnosa Banding
Diagnosa banding yang perlu dipikirkan adalah tumor abdomen di
bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma
intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma,
karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri (Anwar et al., 2018).
Menurut penelitian dari (Lubis, 2020) terdapat diagnosis banding
mioma uteri, diantaranya :
a.Kehamilan ektopik
b.Adenomiosis
c.Polip endometrium
d.Endometriosis
e.Karsinoma endometrium
10.Diagnosa Potensial
a.Infeksi
b.Perdarahan
c.Degenerasi uterus (keganasan uterus)
d.Torsi (putaran tungkai) pada gangguan sirkulasi darah
(Manuaba et al., 2010)
11.Komplikasi

a.Perdarahan pervaginam yang dapat menyebabkan anemia
b.Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan sulit
BAB (konstipasi) atau hemoroid
c.Uterus robek (rupture) dan perdarahan uterus
d.Perforasi saat mengerjakan operasi dapat terjadi sehingga perlu
diatasi dengan jahitan
e.Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 –
0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50 – 75% dari semuai
sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam monopause.
f.Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan
demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi
perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya
dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang
mioma dalam rongga peritoneum (Anwar et al., 2018)
12.Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan ultrasonograsi untuk mengkaji ukuran, jumlah dan
lokasi tumor secara akurat
b.MRI (membedakan adenomyoma dari mioma)
c.CT scan
d.Histerosalpingogram
e.Histerosonogram atau endoskopi
f.Jika terjadi perdarahan abnormal pada wanita yang menderita
ademiosis, biopsy endometrium dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan hyperplasia endometrium yang terjadi pada pasien
yang berusia leboh dari 35 tahun.
13. Diagnosa Mioma Uteri
Menurut penelitian dari (Surya & Muzakkar, 2017) Diagnosis mioma
uteri sering didapatkan pada pemeriksaan panggul berupa pembesaran uterus
dan atau permukaan ireguler. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
mendapatkan variasi hipo- hingga hiperekoik berdasarkan rasio otot polos
dan jaringan ikat. Color flow Doppler dapat membedakan mioma dengan
massa pelvis lain dengan adanya pola vaskular yang meningkat.
Histerosalpingografi (HSG) juga dapat menunjukkan kelainan lapisan

endometrium. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan jika
pencitraan lain sulit, dapat menilai secara akurat ukuran, jumlah, dan lokasi
mioma.
14.Penatalaksanaan Medis
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif,
tindakan operatif yang dilakukan antara lain :
a.Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Miomektomi dilakukan pada wanita yang
ingin mempertahankan fungsi reproduksinya. Tindakan ini dapat
dikerjakan misalnya pada mioma submukosum dengan cara
ekstirpasi lewat vagina (Anwar et al., 2018).
b.Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan
perabdomen atau pervaginam. Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma
serviks uteri (Anwar et al., 2018). Tindakan ini terbaik untuk wanita
berumur lebih dari 40 tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau
tumor yang lebih besar dari kehamilan 12 minggu disertai adanya
gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar.
c.Kuretase
d.Miolisis (prosedur laparoskopi) untuk menangani tumor fibroid
tanpa histerektomi atau tindakan bedah mayor yang dilakukan di
klinik rawat jalan (one day surgery) untuk mengupayakan koagulasi
fibroid dengan mempertahankan uterus serta kemampuan pasien
unutk mengandung (Kowalak et al., 2011). Menurut penelitian
(Lubis, 2020) dari Miolisis atau ablasi tumor merupakan bekerja
langsung menghancurkan sel tumor dengan media radiofrekuensi,
laser, atau Magnetic Resonance Guided Focused Ultrasound
Surgery (MRgFUS). Metode terakhir menggunakan gelombang
ultasonik intensitas tinggi yang diarahkan langsung ke sel tumor.
Gelombang ini akan menembus jaringan lunak dan menyebabkan
denaturasi protein, iskemia, dan nekrosis koagulatif. Teknik ini
tidak direkomendasikan pada mioma uteri saat kehamilan.
e.Emboli arterina uterine (prosedur radiologi) untuk menyu,bat arteri
uterine dengan menggunakan potongan kecil polivinil klorida

(Kowalak et al., 2011). Menurut penelitian (Lubis, 2020) dari
Metode ini dilakukan dengan embolisasi melalui arteri femoral
komunis untuk menghambat aliran darah ke rahim. Efek yang
diharapkan adalah iskemia dan nekrosis yang secara perlahan
membuat sel mengecil. Teknik ini direkomendasikan pada pasien
yang menginginkan anak dan menolak transfusi, memiliki penyakit
komorbid, atau terdapat kontraindikasi operasi. Di sisi lain, teknik
ini dikontraindikasikan pada kehamilan, jika terdapat infeksi arteri
atau adneksa dan alergi terhadap bahan kontras.

B.TINJAUAN TEORI KEBIDANAN
1.PENGKAJIAN
Tanggal : ...................... Waktu :................... Tempat :.........................
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien.
Pengkajian data wanita hamil terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang (Hani et al., 2011).
a.Identitas pasien
1)Nama
Mengetahui nama klien berguna untuk memperlancar
komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih
akrab (Marmi, 2015).
2)Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi kista ovarium (Marmi, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari et al., 2021)
menemukan bahwa mioma uteri di RSUD Wangaya Denpasar
paling banyak terjadi pada usia 41-50 tahun (58,3%) dan
terendah pada usia 20-30 tahun (2.1%). Angka kejadian mioma
uteri paling tinggi terjadi pada rentang usia 35–50 tahun dan
jarang pada usia di bawah 20 tahun, dikarenakan pada usia
sebelum menarche kadar estrogen rendah, meningkat pada usia
reproduksi, serta turun pada usia menopause. Kadar esterogen
yang tinggi inilah yang menjadi faktor risiko peningkatan
kejadian mioma uteri pada usia tersebut.
3)Agama
Untuk menentukan bagaimana memberikan dukungan kepada
ibu selama memberikan asuhan (Marmi, 2015).
4)Pendidikan
Dikaji untuk menyesuaikan dalam memberi pengetahuan sesuai
dengan tingkat pendidikannya.Tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan seseorang
(Handayani & Mulyati, 2017).

5)Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan social
ekonomi penderita agar nasehat yang diberikan sesuai
(Handayani & Mulyati, 2017). Pekerjaan ibu yang berat bisa
mengakibatkan ibu kelelahan. Secara tidak langsung dapat
memperberat atau memperparah kondisi ibu.
6)Suku bangsa
Untuk menentukan adat istiadat atau budayanya (Marmi, 2015).
7)Alamat
Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal
(Marmi, 2015).
b.Data mengenai suami/penanggung jawab
Hal ini akan memberikan jaminan jika ibu mengalami
kegawatdaruratan maka bidan sudah tahu harus dengan siapa bidan
berunding.
2.DATA SUBYEKTIF
a.Alasan datang
Dikaji untuk mengetahui alasan wanita datang ke tempat bidan/
klinik/rumah sakit, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri.
Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan diagnosis mengenai
keluhan atau kondisinya saat ini, menentukan status kesehatan ibu
dan bayinya, menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan
lainnya (Walyani, 2017).
b.Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien sehingga dapat
menentukan diagnosa yang sesuai kebutuhan dan masalahnya. Para
penderita mioma uteri sering merasakan adanya perdarahan yang
dapat berupa hipermenorea, menorhagia, ataupun metrorhagia,
anoreksia, sesak, nyeri perut bagian bawah, nyeri setelah bekerja
berat dan saat berhubungan seksual. gangguan BAK (polikisuria,
disuria, dan retensi urine), gangguan BAB (konstipasi) (Anwar et al.,
2018).
c.Riwayat Kesehatan
1)Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan mioma uteri (Walyani,
2017).

2)Riwayat Kesehatan yang Lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit
akut, kronis seperti : jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma
yang dapat mempengaruhi mioma uteri (Walyani, 2017).
d.Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menular seperti : AIDS, Hepatitis, TBC, dan penyakit
menurun seperti : Asma, Jantung, DM, maupun keturunan kembar,
kista ovarium, mioma, kanker (Anwar et al., 2018).
e.Riwayat obstetric
1)Riwayat haid
Dalam kasus kista ovarium sering ditemukan adanya
hipermenorhea, menorhagia, dan disertai dengan dysmenorhea
yang hebat. Harus diwaspadai terjadinya kista pada ibu dengan
riwayat tersebut dan kapan HPHT untuk mengetahui siklus
haid/hamil dengan perdarahan abortus (Anwar et al., 2018).
a)Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita haid pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun. Hal
ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa,
lingkungan, iklim dan keadaan umum (Walyani, 2017).
Penilitan yang dilakukan oleh (Rudiyanti & Imron, 2016)
menyatakan bahwa responden yang mengalami menarche
pada usia dini mempunyai presiko 4,148 kali menderita
mioma uteri dibandingkan dengan responden yang
mengalami menarche pada usia normal.
b)Siklus Haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan
hais berikutnya, dalam hitungan hari. Siklus normal haid
biasanya 28 hari (Walyani, 2017).
c)Lamanya
Lamanya haid yang normal adalah kurang lebih 7 hari.
Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan
kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi (Walyani, 2017).

d)Volume/Banyaknya
Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila
darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukkan
gejala kelainan banyaknya darah haid (Walyani, 2017).
e)Dismenorea
Nyeri haid ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
menderita atau tidak ditiap haidnya. Nyeri haid juga menjadi
tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu hebat sehingga
menimbulkan nyeri haid (Walyani, 2017).
f)Leukhorea
Leukhorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari
liang senggama secara berlebihan. Leukhorea abnormal
dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (Walyani,
2017).
2)Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu (Walyani, 2017).
Kemungkinan dapat menurunkan fertilitas, pengaruh mioma
uteri pada kehamilan yang harus diwaspadai pada ibu dengan
riwayat kehamilan yang sering abortus, kelainan letak plasenta
previa dan pada riwayat persalinan lama karena pengaruh kista.
f.Riwayat KB
KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan
pencetus terjadinya mioma uteri karena estrogen lebih tinggi
kadarnya daripada wanita yang menggunakan KB hormonal
(Hartanto, 2012).
g.Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1)Nutrisi
Pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun, rasa
sesak dan lain-lain (Anwar et al., 2018).
2)Eliminasi
Pola kebiasaan sehari-hari terutama pola eliminasi mengalami
perubahan. Perubahan pola BAK dapat berupa polakisuria,
dysuria, dan kadang terjadi retensio urine, perubahan pola BAB
dapat berupa konstipasi (Anwar et al., 2018).

3)Istirahat Tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang (Surtinah et al.,
2019).
4)Aktifitas
Pola aktifitas biasanya terganggu akibat rasa nyeri yang timbul
(Surtinah et al., 2019).
5)Personal Hygiene
Selain kebersihan diri seperti mandi, gosok gigi dan keramas,
yang perlu diperhatikan adalah kebersihan alat genetalia. Dikaji
untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan pada
daerah genetalia (Surtinah et al., 2019).
6)Pola Seksual
Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan seksual
karena pada penderita mioma uetri mengalami nyeri saat
senggama (Surtinah et al., 2019).
h.Data spiritual-psikososial
Ibu mengalami kecemasan disebabkan karena dampak/gejala yang
ditimbulkan oleh adanya penyakit seperti perdarahan, ada benjolan,
perdarahan yang terus-menerus dan lama (Anwar et al., 2018).
Ibu merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan gejala lain dari
penyakitnya, terutama bagi pasien yang beragama Islam, tidak
dapat/terganggu dalam melaksanakan ibadah.
3.DATA OBYEKTIF
a.Pemeriksaan umum
1)Keadaan umum
Untuk mengetahui hal ini cukup dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan.
2)Kesadaraan
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Handayani &
Mulyati, 2017). Kesadaran

pasien dapat composmentis sampai dengan somnolen karena
adanya perdarahan yang dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan cairan.
3)Tanda-tanda vital
a)Tekanan darah
Normalnya sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80 mmHg.
b)Nadi
Nadi normalnya 80-100 x/menit, pada pasien dengan
perdarahan biasanya nadi teraba cepat namun lemah.
c)Respirasi
Respirasi rate normalnya 16-24 x/menit.
d)Suhu
Suhu normalnya 36,4
o
C sampai 37,4
o
C, pada pasien dengan
infeksi suhu akan naik
(Marmi, 2015).
b.Status present
1)Kepala : warna rambut, kebersihan, rambut mudah rontok atau
tidak Jika warna rambut kemerahan berarti biasanya menderita
kekurangan darah, begitu pula jika tidak kuat atau mudah
dicabut.
2)Mata : oedem tidak, konjungtiva merah muda atau pucat, sklera
putih atau tidak. Normal warna sklera adalah putih, terdapat
gambaran tipis pembuluh darah, sclera berwarna coklat
kemungkinan perokok, sklera kuning (ikterik) kemungkinan
terjadi kelainan hepar, dan jika sklera berwarna merah
kemungkinan infeksi. Normal warna kongjungtiva adalah merah
muda, jika berwarna putih (pucat) kemungkinan anemia.
Apabila warna kornea tampak keruh kemungkinan terdapat
radang. Warna putih pada pupil menunjukkan adanya katarak.
3)Leher : kelenjar tiroid dan limfe ada pembesaran atau tidak.
Jika ada bendungan/benjolan abnormal kemungkinan terjadi
kelainan/gangguan kelenjar limfe/ tiroid.
4)Dada : irama jantung teratur tidak, ada ronkhi atau tidak, ada
wheezing atau tidak
5)Abdomen : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran hati,
adakah tumor atau benjolan, ada nyeri atau tidak, ada luka
bekas operasi atau tidak. Pada kasus mioma uteri terdapat nyeri
perut bagian bawah .

6)Ekstremitas : bagaimana keadaannya oedema atau tidak,
varices atau tidak, reflek patella (+) atau (-).
7)Genetalia : Adanya perdarahan pervaginam atau tidak, oedem
atau tidaak.
8)Anus : untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak serta
kebersihannya. (Marmi, 2015)
c.Status obstetrik
1)Muka : oedem atau tidak
a.Mammae : simetris atau tidak, terdapat pembengkakan atau
tidak, nyeri tekan atau tidak, dan massa abnormal atau tidak.
b.Abdomen : teraba adanya massa pada perut bagian bawah
konsisten keras/kenyal, tidak teratur, gerakan, tidak sakit, tetapi
kadang-kadang ditemui nyeri (Anwar et al., 2018).
c.Genetalia : untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda –
tanda infeksi, ada tidaknya kemerahan, varises, nyeri,
pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan. Pada kasus
mioma uteri biasanya terdapat perdarahan (Anwar et al., 2018).
d.Pemeriksaan Ginekologi
1)Inspekulo : pemeriksaan dalam yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan portio / serviks dan pengeluaran
pervaginam .
2)Bimanual : dikaji untuk mengetahui kondisi vagina uretra,
dinding vagina, portio, orifisium uretra eksterna, korpus
uteri, pengeluaran dan discharge.
(Anwar et al., 2018)
e.Pemeriksaan Penunjang
1)USG
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang yang paling
direkomendasikan untuk diagnosis mioma uteri. USG abdominal
dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan
klinis. USG abdominal dan transvaginal digunakan untuk
memantau apakah kista tadi bertambah besar atau tidak (Anwar
et al., 2018). Dibanding USG abdominal, USG transvaginal
lebih sensitif namun kurang direkomendasikan jika pasien
belum menikah dan mengalami mioma submukosa.

2)Pemeriksaan Hb
Hb wanita normal 11 gram %/dL
3)Golongan Darah
Untuk transfusi darah apabila terjadi komplikasi (Marmi, 2015)
4)Biopsi
Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk
mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ
sebelum melakukan transplantasi organ. Risiko yang dapat
ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan
pendarahan (Anwar et al., 2018).
5)Patologi Anatomi (PA)
Laporan patologi berperan penting dalam menentukan diagnosis
dan tahapan (staging) kanker. Tahap persebaran kanker inilah
yang kemudian menentukan perawatan yang tepat. Laporan
patologi ini juga kemudian menjadi dasar untuk menentukan
penanganan selanjutnya (Anwar et al., 2018).
4.ANALISA
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan maslah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data – data yang telah dikumpulkan. Dalam
langkah ini data yang telah dikumpulkan kemudian diinterpretasikan
menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Ketiganya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam
rencana asuhan terhadap pasien (Surtinah et al., 2019).
a.Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai diagnosa (Surtinah et al., 2019).
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah Nn/Ny... usia
tahun
G..P..A dengan mioma uteri.
1)Paritas
Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan
untuk berkembangnya mioma uteri dibandingkan dengan
wanita yang tidak

pernah hamil atau hanya sekali hamil. Statistik menunjukkan
60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah
hamil atau hanya sekali hamil .
2)Abortus
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya dapat
menyebabkan infertilitas, risiko terjadinya abortus spontan yang
bertambah karena distorsi rongga uterus.
3)Umur
Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita berumur 20 tahun,
paling banyak diumur 35-45 tahun.
(Anwar et al., 2018)
b.Masalah
Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa
sesuai dengan keadaan pasien (Surtinah et al., 2019).
Pada kasus miom uteri masalah yang dihadapi pasien yaitu pasien
merasakan nyeri pada perut dan merasa cemas sebelum dilakukan
pengangkatan mioma uteri.
c.Diagnosa Potensial
Digunakan untuk menentukan diagnosa dan masalah potensial yang
mungkin terjadi diagnosa dan masalah yang telah ditentukan. Selain
itu juga menentukan tindakan untuk mengantisipasi terjadinya
masalah atau mencegah jika memungkinkan.
Ada beberapa diagnosa potensial pada mioma uteri diantaranya :
1)Perdarahan
2)Anemia
3)Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan
BAB (konstipasi) atau hemoroid
4)Uterus robek (rupture) dalam keadaan hamil atau plasenta
akreta
5)Mioma rekuren yaitu memperhatikan pertumbuhannya yang
dipicu oleh perimbangan estrogen dan progesterone
6)Infeksi
7)Degenerasi ganas (Anwar et al., 2018)

d.Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Konsultasi, Dan Kolaborasi
Kebutuhanadalahhal–halyangdibutuhkanpasien
sebelum teridentifikasi dalam diagnosa atau masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Pada kasus
mioma uteri kebutuhan yang diberikan yaitu beri dukungan moral
dan spiritual sehingga pasien lebih tenang, serta tindakan segera
yang dilakukan yaitu tindakan bedah oleh dokter spesialis (Anwar
et al., 2018).
5.PENATALAKSANAAN
Menurut penelitian dari (Rahayu & Mediastuti, 2021) bidan berwenang
dalam pada proses konseling seperti pemberian informasi tentang
kesehatan reproduksi dan KB. Dalam hal ini bidan juga melakukan
asuhan luka pasca operasi, dan penanganan dini pencegahan infeksi
terhadap pasien. Pemberian tindakan dalam kasus mioma uteri ini
merupakan wewenang dari dokter baik itu dalam pemberian obat-obatan
maupun tindakan pembedahan. Disini bidan dapat memberikan tindakan
pre operasi maupun pasca operasi. pada tindakan pre operasi maupu
pasca operasi bidan menjalankan advis yang diberikan oleh dokter
spesialis kandungan dan ginekologi.
Tindakan pasca operasi :
a.Setelah tindakan pembedahan, pasien dirawat di ruang pemulihan
selama kurang lebih 4-6 jam. Selama di ruang pulih pasien diamati :
1)tekanan darah,
2)pernapasan,
3)nadi
4)rasa nyeri yang mungkin timbul
5)perdarahan dari luka
6)suhu badan.
b.Pemberian analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat diberikan setiap 3 jam
untuk menghilangkan rasa nyeri. Selain diberikan obat-obatan
secara farmakologik pemberian analgetik dapat diberikan secara
non- farmakologis yaitu dengan pemberian teknik distraksi dan
relaksasi. Menurut penelitian (Fitriyanti & Machmudah, 2020)
menyebutkan bahwa Teknik relaksasi dan distraksi dapat mengatasi
nyeri, karena mampu merangsang peningkatan hormon endorfin
kemudian merangsang substansi sejenis morfin yang disuplai oleh
tubuh, pada saat neuron

perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron
perifer dan neuron yang menuju otak tempat substansi P
menghantarkan impuls. Sehingga endorfin memblokir transmisi
impuls nyeri di medulla spinalis, sehingga sensasi nyeri menjadi
berkurang.
c.Dua jam setelah operasi pasien diijinkan minum dan makan lunak.
d.Pearwatan luka
e.Ambulasi

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA Ny. S USIA 33 TAHUN P1A0 DENGAN MIOMA UTERI
DI RSI KOTA MAGELANG
A.PENGKAJIAN:
Hari/Tanggal: Rabu, 9 Oktober 2024
Jam : 18.50 WIB
Tempat : RSI Kota Magelanga
B.IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab (Suami)
Nama : Ny. S Nama : Tn. M
Umur : 48 thn Umur : 55 thn
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa: Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan: IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Derso, Dawung, Tegalrejo
C.DATA SUBYEKTIF
a.Alasan Datang:
Ibu datang atas rujukan Dokter SpOG setelah periksa dan dilakukan USG
didapatkan hasil terdapat mioma uteri 5,5 cm.
b.Keluhan Utama:
Ibu mengtakan keluar darah dari jalan lahir dan merasakan sakit pada perut
bagian bawah haid tidak teratur teraba benjolan diperut bagian bawah.
c.Riwayat kesehatan:
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
(1)Ibu mengatakan tidak menderita penyakit Hipertensi, Diabetes, Asma,
Ginjal, Jantung, Hepatitis, Batuk > 1 bulan, dan PMS, serta tidak
memiliki alergi. Namun Ibu pernah dirawat di RS dengan mioma uteri
dan sudah dilakukan operasi pengangkatan mioma uteri.
(2)Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular,
menurun seperti Jantung, Diabetes Melitus, Asma, Batuk > 1 bulan,
Ginjal, Alergi, IMS, HIV/AIDS.

d.Riwayat Haid:
Menarche : haid pertama kali usia 11 tahun
HPHT : 15 April 2024
Nyeri Haid : nyeri saat haid ( Disminorea)
Siklus : siklus haid 30 hari
Lama : 7- 8 hari
Warna darah : merah terang - kecoklatan
Leukhorea : tidak berbau, lendir
bening
Banyaknya : 3 - 4 kali ganti pembalut dalam sehari
e.Riwayat Perkawian
Status perkawinan: Ibu sudah menikah selama 24 tahun
Umur waktu menikah : 23 tahun
Pernikahan ini yang ke - 1
Hubungan dengan suami :
harmonis
f.Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
g.Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Ana
k ke
TahunKehamilanJK BBL
PB
PersalinanKondisi
saat ini
I 2002 Aterm ♀ 3200 gr
49 cm
Normal
Bidan
Sehat
II 2007 Aterm ♂ 3000 gr
48 cm
Normal
Bidan
Sehat
h.Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
1)Nutrisi
a)Makan
Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
Komposisi
(1)Nasi : 3 x @ 1 piring sedang
(2)Lauk : 2 x @2 potong sedang Jenisnya Ikan, ayam, tahu, tempe
(3)Sayuran : 2 x @ 1 mangkuk sayur Jenis sayuran kangkung,
bayam, sawi, daun singkong, daun papaya
(4)Buah : Sering, Jenis pisang, papaya, jeruk, pir, semangka,
(5)Camilan: Jarang, Jenis makanan ringan/ciki
(6)Pantangan : tidak ada pantangan makanan
b)Minum
Jumlah total <8 gelas perhari : jenis air putih
Jumlah 3 - 4x seminggu : Jenis air putih dan teh

2)Eliminasi
a)Buang Air Kecil :
Frekuensi perhari : 4-6 x warna kuning jernih
Keluhan/masalah : tidak ada keluhan/masalah
b)Buang Air Besar :
Frekuensi perhari :1 x ; warna kecoklatan konsistensi lembek.
Keluhan/masalah : tidak ada keluhan/masalah
3)Personal hygiene
a)Mandi 2 x sehari
b)Keramas 2 x seminggu
c)Gosok gigi 2 x sehari
d)Ganti pakaian 2 x sehari; celana dalam 3x sehari
4)Istirahat/tidur
a)Tidur malam: 6 jam
b)Tidur siang: kadang-kadang 1 jam
c)Keluhan/masalah : pasien mengatakan tidak ada masalah
5)Aktivitas fisik dan olah raga
a)Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Ibu mengatakan melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci piring,
menyetrika, memasak.
b)Olah raga : ibu mengatakan tidak pernah melakukan kegiatan olahraga.
6)Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, suami dan keluarga tidak ada
yang merokok, minum-minuman beralkohol, tidak pernah
mengkomsumsi obat- obatan.
7)Riwayat Psikososial- spiritual
a)Riwayat perkawinan
Ibu sudah menikah selama 24 tahun, usia waktu menikah 29 tahun,
pernikahan ke-1.
b)Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) dalam keluarga : Ibu
selalu mendiskusikan masalah dengan orang terdekat yaitu suaminya
c)Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suaminya
d)Pengambilan keputusan utama adalah Suami, dalam keadaan darurat
Ibu dapat mengambil keputusan sendiri.
e)Orang terdekat Ibu adalah suami
f)Yang menemani Ibu untuk pemeriksaan adalah suami
g)Penghasilan perbulan : Ibu mengatakan penghasilannya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hariannya

h)Keyakinan Ibu tentang pelayanan kesehatan: Ibu dapat menerima
segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh nakes wanita
maupun pria
i)Tingkat Pengetahuan
Hal-hal yang sudah diketahui : ibu menetahui bahwa darah yang
keluar dari jalan lahir dan disertai dengan nyeri perut yang ia alami
bukanlah hal yang normal
Hal-hal yang belum diketahui: Ibu mengatakan belum mengetahui
akibat nyeri perut yang ia alami
Hal-hal yang ingin diketahui : Ibu mengatakan ingin mengetahui
penyebab perdarahan dan nyeri perut yang dialami dan tindakan
untuk mengatasi masalah tersebut.
D.DATA OBYEKTIF
1.PEMERIKSAAN FISIK:
a.Pemeriksaan Umum:
1)Keadaan umum : Baik
2)Kesadaran : Composmentis
3)Tensi : 140/90 mmHg
4)Suhu : 36,4
o
C
5)Nadi : 94 kali/menit
6)RR : 22 kali/menit
7)SpO2 : 98%
8)Berat Badan : 54 kg
9)Tinggi Badan : 157 cm
b.Status present
Kepala: bersih, simetris, rambut tidak rontok
Muka : pucat, simetris, tidak ada luka, tidak edema
Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera putih
Hidung: bersih, tidak ada polip
Mulut : bibir pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada caries igi
Telinga: simetris, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid, dan vena
ugularis Ketiak: teraba lemas, tidak ada massa dan pembengkakkan
kelenjar Dada : tidak ada retraksi dinding dada, suara nafas
vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
Abdomen : ada nyeri tekan

Ekstremitas : simetris, tidak odema pada kedua tangan dan kaki, tidak ada
kelainan, turgor kulit kembali ≥ 2 detik saat ditekan
Punggung : tidak ada kelainan
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Genetalia : terdapat pengeluaran pervagina berupa darah disertai stolsel,
banyaknya 1 pembalut penuh ± 30 cc.
c.Pemeriksaan penunjuang :
1)pemeriksaan darah
lengkap: HB: 10,3 gr/dl
GOLDAR: O+
HbSAg: negative
GDS: 102 mg/dl
2)USG abdomen :
Terdapat massa berupa miom sebesar 5,5 cm x 3 cm x 1 cm.
E.ANALISA
1.Diagnosa Kebidanan
Ny S P0A0 umur 48 tahun dengan Mioma Uteri
2.Masalah
Ny. S merasa nyeri pada perut bagian bawah
3.Diagnosa Potensial Syok hipovolemik
4.Kebutuhan
Kolaborasi dengan dr.SpOG untuk tindakan histerektomi
F.PENATALAKSANAAN
Tanggal : 9 Oktober 2024 Jam: 19.30 WIB
1.Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada
ibu yaitu terdapat benjolan dapa perut bagian bawah merupakan mioma
uteri hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada
ibu dan harus dilakukan tindakan Histerektomi. HB ibu juga sangat
rendah dan harus dilakukan transfuse darah ssesuai dengan advis dokter
sebelum dilakukan tindakan miomektomi
Hasil : Ibu mengerti dengan yang dijelaskan oleh bidan dan ibu mampu
menerima keadaan ibu.

2.Memasang indus RL 20 tpm sesuai dengan advis dokter
Sp.OG Hasil: infus RL sudah terpasang pada tangan kiri ibu.
3.Memberikan terapi:
-Ceftriaxime 2 x 1gr - Cefrixime 2 x 200 mg
-Ketorolac 3 x 30mg - Parasetamol 3 x 1000 mg
-Ranitidin 3 x 50mg - Ibuprofen 3 x 500 mg
-Ondancentron 3x4 mg - Hemafort 1 x 1 tablet
-Kaltrofen sup 2 x 100 mg- Nifedipine 1 x 10 mg
Hasil: terapi sudah diberikan sesuai dengan dosis dan ketentuan dari
dokter Sp.OG
4.Mendokumentasikan tindakan
Hasil: tindakan sudah didokumentasikan pada rekam medis online RSI
Kota Magelang.
Magelang , 2024
Pembimbing Klinik Praktikan
Ririn Susanti, Amd. Keb
NIK. 110.01.10.05
Rita Yuniati
NIM. P1337424823411
Mengetahui
Pembimbing Institusi
Dewi Andang Prastika, S.ST. Bdn, M.Kes
NIP 19910225 201801 2 001

Inisial pasien : Ny. S
Usia : 48 th
Pemeriksa: Rita Yuniati
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ jam CATATAN PERKEMBANGAN I paraf
10-10-2024
20.00 WIB
Subyektif:
Ibu mengatakan nyeri pada perut sudah berkurang
Obyektif:
T: 110/70 mmHg
N: 78 x/mnt S: 36.5
o
C
Hb: 11,1 gr/dl
Analisa:
Ny. S usia 33 th P0A0 dengan mioma uteri
Penatalaksanaan:
1.Konsul dengan dokter Sp.OG terkait HB
Hasil: rencanakan operasi tanggal 11-10-2024
jam 07.30 WIB, terapi dilanjutkan.
2.Memberitahukan kepada ibu bahwa hb sudah
meningkat, dan akan dilakukan operasi
miomektomi tanggal 11-10-2024 jam 07.30 dan
mulai puasa jam 00.30 WIB.
Hasil: ibu mengerti dan bersedia mengikuti
anjuran.
3.Melakukan inform consent terkait tindakan
operasi miomektomi
Hasil: inform consent sudah dilakukan oleh Ny. S
4.Menghubungi dokter anestesi, pihak ruang operasi
untuk kontrak waktu pelaksanaan operasi
miomektomi
Hasil: dokter anestesi dan pihak raung operasi
sudah mengtahui dan bersedia melakukan
miomektomi pada tanggal 11-10-2024 jam 07.30
WIB.
5.Mendokumentasikan tindakan.
11-10-2024
J.07.00
Subyektif:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan sudah siap
dilakukan pengangkatan miom, pasien sudah

menggunakan baju operasi, masker dan penutup kepala
Obyektif:
T: 115/78 mmHg N:
80 x/mnt
S: 36.5
RR: 20 x/mnt
Sudah terpasang DC
Analisa:
Ny. S usia 33 th P0A0 dengan Mioma uteri
Penatalaksanaan:
1.Memberitahu ibu bahwa stelah ini ibu akan
dilakukan tindakan operasi dengan dilakukan
anestesi spinal
Hasi: ibu mnegrti dan bersedia dilakukan operasi
2.Menghubungi ambulan untuk transfer pasien
menuju ruang operasi
Hasil: pasien udah ditransfer keruang operasi
3.Penyerahan berkas pasien pada pihak ruang
operasi
Hasil: tindakan sudah dilakukan
4.Dilakukan tindakan mimektomi dengan dokter
Sp.OG
Hasil: pasien sudah dilakukan tindakan
miomektomi
5.Menjemput pasien dari ruang operasi dan
mengatarkan ke bangsal
Hasil: pasien sudah berada di wisma basukarna
dengan kondisi keadaan umum baik, ibu
mengatakan tidak mual dan pusing
6.Melakukan TTV post operasi miomektomi
Hasil: TTV ibu dalam batas normal, T: 117/78
mmHg. N: 80 X/mnt, SPO2: 98%, RR: 20x/mnt.
7.Mendokumentasikan tindakan

BAB III
PEMBAHASAN

Ny. S datang ke RSI Kota Magelang dengan alasan Ibu datang atas rujukan Dokter
SpOG setelah periksa dan dilakukan USG didapatkan hasil terdapat mioma uteri 5,5 cm.
Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir dan merasakan sakit pada perut bagian bawah.
Pasien ganti pembalut 4-5 kali/hari. Darah yang dikeluarkan disertai gumpalan darah. Ny. S
berumur 48 tahun yang berarti ibu masih dalam usia reproduksi sehat. Sesuai dengan teori
Sulistyawati (2013) yaitu wanita dengan usia reproduktif sehat adalah antara 20 sampai 35
tahun.
Kasus Mioma Uteri berdasarkan Jenis Usia Penderita. Jumlah kasus terbanyak
menderita mioma uteri memiliki persentase 61.40% atau sebanyak 70 responden pada usia
40-50 tahun, sedangkan usia paling sedikit menderita mioma uteri memiliki persentase
0.88% atau sebanyak 1 responden pada usia >60 tahun. Pada usia 30-39 tahun dan 51-60
tahun memiliki persentase 17.54% atau rata rata sebanyak 20 responden. Pada usia 19-29
tahun memiliki persentase 2.63% atau sebanyak 2.63%. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang pernah dijalankan di India (Departement of Obstetric and Gynecology, Kasturba
Medical College and Hospital) bahwa kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok
umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun sebanyak 51% Hal ini disebabkan
karena telah terjadi perubahan-perubahan hormonal pada usia tersebut. Frekuensi kejadian
mioma uteri paling tinggi antara usia 35 – 50 tahun yang mendekati angka 40%, jarang
ditemukan pada usia di bawah 20 tahun (Wiknjosastro H et al., 2008). Karena pada usia
sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi serta akan
turun pada usia menopause. Senada dengan pernyataan di atas bahwa pertumbuhan mioma
uteri disebabkan oleh stimulasi hormon estrogen. Hormon estrogen disekresi oleh ovarium
mulai saat pubertas berangsur-angsur meningkat dan akan mengalami penurunan bahkan
tidak berproduksi lagi setelah usia menopause (Stoppler, Melissa Conrad, 2006)
Menurut Varney (2013) riwayat kesehatan dikaji untuk membantu bidan
mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi kehamilan atau bayi baru
lahir. Riwayat kesehatan meliputi penyakit menular (TBC, Hepatitis, Malaria, HIV/AIDS),
penyakit menurun (Jantung, Hipertensi, diabetes Mellitus, Asma) dan riwayat kesehatan
atau penyakit keluarga. Dalam kasus Ny. S memiliki kondisi kesehatan yang baik dan tidak
menderita penyakit menular maupun menurun. Dalam kasus Ny. S ditemukan HPHT pada
15 September 2024 sehingga ibu tidak sedang dalam kondisi hamil.
Pada data objektif dilakukan pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan tersebut untuk mengetahui seberapa jauh kondisi ibu, penegakan diagnose
serta untuk menentukan tindakan segera yang akan dilakukan. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan pada bagian perut dan selebihnya normal. Pada
pemeriksaan obstetric didapatkan hasil pada bagian vulva terdapat terdapat pengeluaran
pervagina berupa darah disertai stolsel, banyaknya 1 pembalut penuh ± 30 cc. Dan setelah
dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil terdapat pembukaan serviks sebesar 1 cm

dan teraba stolsel. Menurut Estephan, 2018 pendarahan akibat perdarahan uterus abnormal
anovulasi diduga merupakan hasil dari perubahan konsentrasi prostaglandin, peningkatan
respons endometrium terhadap vasodilatasi prostaglandin, dan perubahan struktur
pembuluh darah endometrium. Pada perdarahan uterus disfungsional ovulasi, perdarahan
terjadi secara siklikal, dan menoragia diduga berasal dari defek pada mekanisme kontrol
menstruasi.
Kejadian mioma uteri juga menimbulkan gelaja atau keluhan yang berbeda beda
tergantung pada jenis, ukuran, lokasi, mioma uteri. Pada penelitian ini bahwa keluhan
utama penderita mioma uteri di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo adalah berupa
pendarahan dengan persentase terbanyak 50.03% atau sebanyak 57 kasus. Kemudian
keluhan berupa gangguan miksi dengan persentase 16.67% atau sebanyak 19 kasus,
dilanjutkan dengan keluhan berupa benjolan perut bagian bawah dengan persentase 12.28%
atau sebanyak 14 kasus, kemudian keluhan berupa gangguan defekasi dengan persentase
6.65% atau sebanyak 11 kasus. Keluhan berupa nyeri perut dan pinggang memiliki
persentase 6.14% atau sebanyak 7 kasus. dengan keluhan disminore memiliki persentase
3.51% atau sebanyak 4 kasus dan keluhan terendah hanya memiliki persentase 1.75% atau
sebanyak 2 kasus berupa keluhan infertilitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang mengemukakan bahwa 44,1%
keluhan utama penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginaan (Ran Ok L, Gyung Il
P, Jong Chul K, 2007) Teori yang menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri
menyatakan terjadinya perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium yang
menyebabkan terjadinya venule ectasia. Growth factor merangsang stimulasi angiogenesis
atau relaksasi tonus vaskuler dan memiliki reseptor pada mioma uteri dapat menyebabkan
perdarahan uterus abnormal. Perdarahan pervaginaan yang terjadi dapat menyebabkan
sebagian besar penderita mioma uteri mengalami penurunan kadar hemoglobin. Pada
penelitian ini diketahui bahwa keluhan utama penderita mioma uteri di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo adalah berupa pendarahan dengan persentase terbanyak 50.03% atau
sebanyak 57 kasus. Perdarahan abnormal yang hebat merupakan salah satu penyebab umum
kekurangan zat besi dalam tubuh yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Penurunan kadar hemoglobin ini disebabkan oleh perdarahan pervaginam yang sering
dikeluhkan oleh penderita
Selain pemeriksaan fisik, obstetric dan pemeriksaan dalam dilakukan pula
pemeriksaan laboratorium. Dimana didapatkan hasil pemeriksan yaitu Hb 10,3 gr/dl.
Menurut Manuaba (2017) kadar hemoglobin normal pada wanita yaitu 11 gr/dl. Sedangkan
menurut Kemenkes RI (2020) anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin
dalam sel darah merah lebih rendah dari standar yang seharusnya. Wanita hamil dikatakan
anemia apabila kandungan Hb <11 gr/dl sedangkan pada wanita yang tidak sedang hamil
yaitu <12 gr/dl. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ny. S dalam kondisi anemia dan
membutuhkan transfusi.

Maka dari itu diagnose kebidanan yang ditegakkan pada Ny. S yaitu Mioma Uteri
dengan Anemia Sedang. Sehingga tindakan segera yang harus dilakukan yaitu kolaborasi
dengan dokter Sp. OG untuk pemberian terapi dan tindakan selanjutnya. Dan telah
didapatkan hasil advise dari dokter Sp.OG bahwasannya pasien diminta untuk opname di
bangsal, dilakukan pemasangan infus RL 20 tpm IV, transfuse darah 3 kolf, dan terapi
dexamethasone 5 mg secara IV.
Berdasarkan jenis mioma uteri yang banyak dialami oleh penderita mioma uteri
maka jenis terapi yang diberikanpun berbeda beda. Berdasakan hasil penelitian di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo banyumas sebagai cara penanganan dari mioma uteri adalah
jenis abdominal histerektomi dengan persentase 70.18% atau sebanyak 80 kasus.
Kemudian jenis terapi miomektomi dengan persentase 24.56% atau sebanyak 28 kasus,
kemudian tindakan jenis supracelvikal histerektomi dengan persentase 5.26% atau
sebanyak 6 kasus, histerektomi adalah bedah pengangkatan Rahim (uterus) yang sangat
umum dilakukan. Biasanya histerektomi merupakan terapi pilihan pada wanita tua, wanita
yang tidak ingin memiliki keturunan lagi dan pasien yang mengalami perdarahan haid
berlebihan atau gejala penekanan oleh massa tumor (Derek LJ. 2008)
Untuk semua hasil tindakan yang telah dilakukan dicatat dalam Rekam medis
sebagai bentuk pendokumentasian hasil dan yang sudah diberikan pada pasien.

BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Telah diuraikan kasus wanita 48 tahun, sudah menikah dengan keluhan Ibu datang
atas rujukan Dokter SpOG setelah periksa dan dilakukan USG didapatkan hasil
terdapat mioma uteri 5,5 cm.
Mioma uteri adalah Daging tumbuh non-kanker dalam rahim yang dapat muncul
selama tahun-tahun masa subur seorang wanita dan dapat terjadi pada setiap umur
antara menarche dan menopause.
Evaluasi dalam kasus ini adalah mioma uteri yang dialami Ny. S dapat diatasi
dengan baik, ditandai dengan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, vital sign
dalam batas normal dan perdarahan berhenti.
Pada kasus ini, bidan melakukan rencana asuhan menyeluruh yang mengacu pada
perencanaan. Setiap rencana dapat dilakukan dengan baik. Hal ini didukung oleh
adanya kerja sama yang baik antara pasien, keluarga pasien, bidan maupun tenaga
kesehatan yang lain. Dalam tahap ini, penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan kasus nyata.
B. Saran
1.Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan pengetahuan dan
sebagai bahan evaluasi untuk penatalaksanaan kasus mioma uteri di tempat
pelayanan kesehatan (yaitu di rumah sakit) sehingga penatalaksanaan selanjutnya
dapat dilaksanakan dengan tepat.
2.Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan hendaknya selalu mengingkatkan pembelajaran
tentang kasus gangguan reproduksi pada wanita premenopause seperti pada kasus
mioma uteri sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan skill mahasiswa calon
bidan dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. (2018). Ilmu Kandungan (A. Baziad & R. P. Prabowo (eds.)). PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, R. P. (2018). ILMU KANDUNGAN (ke-3).
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Aspiani. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA,
NIC dan NOC. Trans Info Media.
Fitriyanti, F., & Machmudah, M. (2020). Penurunan Intensitas Nyeri pada
Pasien Mioma Uteri menggunakan Teknik Relaksasi dan Distraksi. Ners
Muda, 1(1), 40. https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5502
Handayani, S. R., & Mulyati, T. S. (2017). Buku Ajar Kebidanan Dokumentasi
Kebidanan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Hani, U., Kusbandiyah, J., & Ulifah, R. Y. (2011). Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan Fisiologis. Salemba Medika.
Hartanto. (2012). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar
Harapan. Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar
Patofisiologi. EGC. Lubis, P. N. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Mioma
Uteri. Cermin Dunia
Kedokteran, 47(3), 196–200.
Manuaba, Ayu, I., & 2010. (2010). Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi.
TIM. Marmi. (2015). Kesehatan Reproduksi (Edisi ke-3). Pustaka Pelajar.
Price, S. A. (2012). Patofisiologi
 : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
(Edisi
6 Vo). Jakarta Buku Kedokteran EGC.
Rahayu, E. N., & Mediastuti, F. (2021). Strengthening of Midwives in
Reproductive Health Services and Family Planning During the Pandemic
Covid-19 Penguatan Bidan Dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi Dan
Keluarga. 2(2), 35–42.
Rudiyanti, N., & Imron, R. (2016). Hubungan Usia Menarche Dan Paritas
Dengan Mioma Uteri. Jurnal Keperawatan, 12(2), 233–239.
https://www.poltekkes- tjk.ac.id/ejurnal/index.php/JKEP/article/view/604
Salim, I. A., & Finurina, I. (2015). Karakteristik Mioma Uteri di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Banyumas. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan,
13(3), 9.
Surtinah, N., Sulikah, & Nuryani. (2019). Buku Ajar Dokumemtasi
Kebidanan
(Pertama). Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Surya, E., & Muzakkar, M. (2017). Mioma Servikal. Cdk-249, 44(2), 118–120.
Walyani, E. S. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. PT PUSTAKA
BARU. Wulandari, A. D., Cahyawati, P. N., & Kurniawan, K. A. (2021).
Hubungan Usia dan
Paritas dengan Kejadian Mioma Uteri di RSUD Wagaya Denpasar Tahun
2016- 2017. Bali Health Journal, 5(2), 104–110.
Yosi Apriyani, S. S. (2013). ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSUD dr.
ADHYATMA SEMARANG. Jurnal Kebidanan, 2(5), 36–46.
Tags