20221202_Complete materi MP KI SIP 912 Update.pptx

RullyTheonfire1 14 views 171 slides Sep 16, 2025
Slide 1
Slide 1 of 171
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109
Slide 110
110
Slide 111
111
Slide 112
112
Slide 113
113
Slide 114
114
Slide 115
115
Slide 116
116
Slide 117
117
Slide 118
118
Slide 119
119
Slide 120
120
Slide 121
121
Slide 122
122
Slide 123
123
Slide 124
124
Slide 125
125
Slide 126
126
Slide 127
127
Slide 128
128
Slide 129
129
Slide 130
130
Slide 131
131
Slide 132
132
Slide 133
133
Slide 134
134
Slide 135
135
Slide 136
136
Slide 137
137
Slide 138
138
Slide 139
139
Slide 140
140
Slide 141
141
Slide 142
142
Slide 143
143
Slide 144
144
Slide 145
145
Slide 146
146
Slide 147
147
Slide 148
148
Slide 149
149
Slide 150
150
Slide 151
151
Slide 152
152
Slide 153
153
Slide 154
154
Slide 155
155
Slide 156
156
Slide 157
157
Slide 158
158
Slide 159
159
Slide 160
160
Slide 161
161
Slide 162
162
Slide 163
163
Slide 164
164
Slide 165
165
Slide 166
166
Slide 167
167
Slide 168
168
Slide 169
169
Slide 170
170
Slide 171
171

About This Presentation

GAS


Slide Content

PROGRESS MEETING-9 JASA KONSULTANSI PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN INDUSTRI SUMEDANG INDUSTRIALPOLIS SUMEDANG, JAWA BARAT 15 JULI 2022 MATERI : FINAL KONSEP MASTERPLAN KI SIP 912 HA

DAFTAR ISI KONSEP ZONING DAN BLOK PLAN KAWASAN…………………………………………………………………………………………………... 3 KONSEP INFRASTRUKTUR KAJIAN TOPOGRAFI EKSISTING……………..……………………………………………………………………………………………… 30 KAJIAN LALU LINTAS…………………………………………………………………………………………………………………………... 35 KAJIAN GEOTEKNIK ……………………………………………………………………………………………………………………………. 45 KAJIAN HIDROLOGI…………………………………………………………………………………………………………………………….. 63 RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN .……………………………………………………………………………………….. 69 RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND ………………………………………………………………………………………….. 82 RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH ……………………………………………………………………………………………………… 93 RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR …………………………………………………………………………………………….... 103 RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT ………………………………………………………………………………………..…… 117 RENCANA SISTEM KELISTRIKAN …………………………………………………………………………………………………………… 131 RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI ……………………………………………………………………………………………….. 139 RENCANA JARINGAN PIPA GAS …………………………………………………………………………………………………………….159

1. KONSEP ZONING DAN BLOKPLAN KAWASAN

KONSEP ZONING DAN BLOK PLAN KAWASAN LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KI SUMEDANG INDUSTRIALPOLIS Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Pada tahun 2019, Indonesia mampu memproduksi 29,6% dari total cadangan bijih dunia. Kebijakan dan atau regulasi pendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia: Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2019 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2020  Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2020 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2020  Peraturan Menteri Perindustrian  Nomor 27 Tahun 2020 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 28 Tahun 2020  Diperkirakan jika nikel diolah menjadi baterai listrik , nilai tambah akan meningkat hingga enam hingga tujuh kali lipat . Begitu pula jika berubah menjadi mobil listrik , nilainya akan meningkat sebelas kali lipat . Pemerintah Indonesia telah tegas dalam memastikan bahwa Indonesia akan segera memiliki pabrik sel baterai kendaraan listrik sendiri . Pemerintah Indonesia telah menyatakan akan mendukung pengembangan industri mobil listrik di Indonesia dengan memberikan kemudahan perizinan dan memberikan kepastian hukum bagi pengembangan industri hilir . Pembangunan KI Sumedang Industrialpolis diajukan untuk mendukung program pemerintah terkait pengembangan industri hilir mobil listrik dan sebagai upaya mendorong terciptanya lapangan kerja baru baik bagi tenaga kerja lokal ( daerah ) maupun nasional secara umum.

KONSEP ZONING DAN BLOK PLAN KAWASAN 2 KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI (KPI) DI KAWASAN REBANA KPI Cipali Subang Barat KPI Cipali Subang Timur KPI Patimban KPI Butom (BUAHDUA, Uj.Jaya , Tomo) KPI Patrol KPI Cipali Indramayu KPI Losarang KPI Kertajati KPI Balongan KPI Tukdana KPI Jatiwangi KPI Krangkeng KPI Cirebon Berdasarkan Perpres No. 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana , menimbang kebijakan pengembangan industri di Provinsi Jawa Barat, perkembangan industri diarahkan menuju bagian timur-utara Provinsi Jawa Barat. Dengan adanya Kawasan Rebana , arah investasi dan pengembangan industri akan terdistribusi ke bagian timur-utara Provinsi Jawa Barat. R E B A N A M E T R O P O L I T A N

BANDUNG BEKASI MAJALENGKA SUMEDANG JAKARTA LOKASI KI SIP RADIUS 15 KM RADIUS 30 KM INDRAMAYU Pelabuhan Patimban ±56 KM CIREBON KUNINGAN CILACAP Pelabuhan Balongan ±81 KM Pelabuhan Cirebon ±85 KM ±40 KM Jl. Raya Pantura Jl. Tol Cikopo - Palimanan SUBANG ±43.4 KM Stasiun KA Haurgeulis ±20.5 KM ±41 KM Rencana Tol Gate Cisumdawu KM 152 Overpass Cipali KM 130 Tol Gate Cikedung KM 137 ±25.8 KM Rencana Tol Gate Gede Bage ±45.7 KM ±15.6 KM Jl. Raya Cianjur - Bandung Jl. Tol Purbaleunyi ±11KM ± 6.27 KM ±15 KM Jl. Veteran Rencana Tol Gate Patimban KM 89 Jl. Tol Cipularang Jalan Raya Pantura Jalan Tol Cikopo - Palimanan Jalan Akses ke STA KA Haurgeulis Jalan Propinsi ( Akses masuk ke Kawasan tahap awal Rel KA Eksisting Rencana Rel KA Tanjungsari - Kertajati Rencana Akses Tol Cipali - Patimban Rencana Rel KA Menuju Patimban Rencana Rel KA Logitik Patimban - Kertajati Rencana Akses Tol Cisumdawu - Gedebage Usulan jalan akses Nasional melintasi Kawasan menuju exit tol paseh ( tahap future development ) PURWAKARTA ±165 KM Rencana Tol Getaci ( Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap ) ±206,65 KM Jl. Raya Cirebon - Bandung Rencana Tol Gate Paseh K O N T E K S R E G I O N A L GOLDEN TRIANGLE REBANA Kawasan Rebana dibangun dengan poros pertumbuhan berupa infrastruktur perhubungan , yaitu Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati . Ketiga infrastruktur ini memainkan peranan penting dalam pergerakan orang dan barang baik dalam konstelasi nasional maupun global. Bandara Kertajati

LOKASI KI Sumedang Industrialpolis A. RENCANA POLA RUANG KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2018-2038 Sumber : PERDA No. 8 Tahun 2018 (RTRW Kabupaten Sumedang Tahun 2018-2038 BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KONSEP ZONING DAN BLOK PLAN KAWASAN

B. RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2018-2038 LOKASI KI SUMEDANG INDUSTRIALPOLIS Sumber : Perda No. 8 Tahun 2018 (RTRW Kabupaten Sumedang Tahun 2018-2038) Rencana Jalan Tol Cisumdawu BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KONSEP ZONING DAN BLOK PLAN KAWASAN

A. RENCANA POLA RUANG KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2011-2031 LOKASI KI SUMEDANG INDUSTRIALPOLIS Sumber : Perda No. 1 Tahun 2012 (RTRW Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031) BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KONSEP ZONING DAN BLOK PLAN KAWASAN

B. RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2011-2031 LOKASI KI SUMEDANG INDUSTRIALPOLIS Sumber : Perda No. 1 Tahun 2012 (RTRW Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031) BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KONSEP ZONING DAN BLOK PLAN KAWASAN

KAWASAN INDUSTRI SUMEDANG INDUSTRIALPOLIS (KI SIP) KI Sumedang Industrialpolis akan diarahkan menjadi Kawasan industri yang akan menerapkan teknologi 4.0 dengan basis industri hilirisasi dari kendaraan listrik dan industri pendukung lainnya yang memajukan potensi lokal . Visioning : “ KI SIP sebagai Kawasan industri strategis yang mampu mendorong penciptaan industri yang tidak hanya berteknologi dan bernilai tambah tinggi . Tetapi juga berkaitan erat dengan paradigma pembangunan berkelanjutan ”, dengan misi diantaranya : Mengoptimalkan efektivitas investasi dan layanan nilai tambah Meningkatkan efisiensi dan menyediakan lapangan kerja yang luas KI Sumedang Industrialpolis akan mewujudkan Kawasan yang akan menerapkan teknologi 4.0 yang dapat meningkatkan daya saing dalam jangka Panjang dengan konsep diantaranya : Penerapan konsep hilirisasi , dari produksi komponen-komponen penunjang hingga perakitan kendaraan listrik . Menyediakan fasilitas pendukung kegiatan industri seperti Research and Development (R&D) dan tempat pelatihan kerja sebagai upaya mendorong kemajuan SDM di wilayah. Menciptakan lingkungan binaan yang menjalin simbiosis mutualisme antara kegiatan industri dan aktivitas urban. Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kapasitas masyarakat dengan adanya Industri Kecil Menengah . Mendukung konservasi lingkungan dengan konsep efisiensi dan konservasi air Menciptakan Kawasan yang nyaman dengan sistem keamanan dan ketertiban Kawasan 24 jam.

POTENSI INDUSTRI YANG AKAN DIKEMBANGKAN DI KI BUAH DUA

PRESEDEN INDUSTRIAL PARK FOR ELECTRIC VEHICLE MANUFACTURE CLUSTER Tesla Factory, Fremont, California Pabrik Tesla di Fremont, California adalah salah satu pabrik otomotif tercanggih di dunia, dengan total area kawasan seluas 370 Ha yang meliputi area manufaktur dan perkantoran . Selain itu juga terdapat fasilitas pusat pelatihan karyawan (R&D), kafetaria dan truk makanan, gym, pusat medis dll.

PRESEDEN INDUSTRIAL PARK FOR ELECTRIC VEHICLE MANUFACTURE CLUSTER General Motors, Lake Orion, Michigan General Motors’s EV battery factory in Ohio ( underconstruction ) General Motors’ battery cell modules production, 2019 General Motors Assembly Plant in Lake Orion Michigan, 2018 Kawasan EV General Motors sedang dibangun di atas lahan seluas 158 hektar yang akan diprioritaskan sebagai pabrik baterai EV. Pabrik baterai EV GMs yang baru akan memiliki output produksi tahunan sebesar 30 GWh per tahun , yang cukup untuk sekitar 300.000 kendaraan . Sebagai perbandingan , gigafactory Tesla memiliki kapasitas hingga 35 GWh per tahun dan saat ini merupakan pabrik baterai terbesar di dunia. Untuk mendukung pengembangan industry mobil listrik ini , GMs memproyeksikan dibutuhkan jumlah tenaga kerja hampir 4000 orang Sumber : https://m.futurecar.com/3937/General-Motors-Begins-Site-Prep-on-its-$2-3-Billion-Joint-Venture-EV-Battery-Plant-in-Ohio

PRESEDEN INDUSTRIAL PARK FOR ELECTRIC VEHICLE MANUFACTURE CLUSTER NeoPark , Hefei, China NeoPark , merupakan "Smart Electric Vehicle Industry Park" terbesar yang akan dibangun di Hefei, Cina seluas 16.950 Hektar , dengan target pengembangan tahap awal selesai dibangun di Tahun 2024. Pada tahap awal pengembangan , Neopark akan dibagi menjadi tiga zona utama , yaitu : (1) smart manufacturing, (2) research and development, dan (3) living area, dengan eco-park untuk karyawan dan pengunjung . Nio memproyeksikan akan membutuhkan sebanyak 10.000 personel R&D dan 40.000 pekerja teknis ke NeoPark , yang akan memiliki kapasitas produksi 1 juta EV dan 100 GWh dalam kemasan baterai per tahun . Sumber : https://insideevs.com/news/504490/nio-neopark-research-manufacturing-center/

POTENSI INDUSTRI LOKAL / IKM YANG AKAN DIKEMBANGKAN DI KI SIP Sumedang diarahkan untuk menjadi kawasan agroindustri dan pariwasata mengingat kesesuaian karakter Buahdua . Data Bappeda mencatat , untuk Industri Kecil Menengah , kawasan Industri Buah Dua lebih diarahkan untuk agro industri , industri pengolahan makanan dan minuman juga industri furnitur . Buahdua sendiri sudah memiliki industri yang sudah berjalan baik sejauh ini , tercatat ada 196 jenis industri makanan dan minuman , 106 industri kayu , pariwisata sebanyak 2 jenis , industri rumah tangga 31 dan agro industri peternakan ayam 1 jenis . WISATA UMKM

Massa bangunan Massa bangunan PENDEKATAN DESAIN

Perencanaan Grading yang tepat khususnya untuk menangani area berkontur ( berbukit ) dengan penerapan konsep terasering (trapping). Cut & Fill Massa bangunan Massa bangunan Massa bangunan Massa bangunan Land Grading dengan kemiringan lereng bukit tertentu Massa bangunan Massa bangunan Massa bangunan PENDEKATAN DESAIN

Dengan mengacu kepada pilot project industri otomotif di dalam negeri maupun di luar negeri, luas kavling untuk car assembly plant manufacture berkisar antara 40 – 100 Ha. Sedangkan untuk industri pendukungnya mengikuti ukuran Standard Factory Building (SFB) pada umumnya yaitu antara 1,5 - 5 Ha. Pembagian kavling industri di KI Sumedang Industrialpolis menerapkan konsep modular dengan memaksimalkan potensi lahan yang ada , guna memudahkan saat tahap pengembangan . Lot Industri Lot Industri Lot Industri Lot Industri Double Loaded Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk ROW Potongan Melintang Tipikal Jalan Utama Pembagian Modul lot untuk zona SFB PENDEKATAN DESAIN

KONEKTIVITAS KEDUA KAWASAN TOLL GATE CIKDEUNG (KM 137) Usulan jalan akses Nasional melintasi Kawasan menuju exit tol paseh ( tahap future development )

DRAFT KONSEP ZONING PLAN KI SUMEDANG INDUSTRIALPOLIS LOKASI AREA BARAT UNTUK KAWASAN HEAVY MANUFACTURE WTP WWTP Estate Office Entrance Gate Pond R & D Assembly Plant

DRAFT KONSEP ZONING PLAN KI SUMEDANG INDUSTRIALPOLIS LOKASI AREA TIMUR UNTUK KAWASAN IKM Dormitory Wisata UMKM Exhibition Center for UMKM Warehouse Rent Industri Padat Karya Skala Menengah

UPDATE BLOKPLAN BERDASARKAN BATAS BOUNDARY LAHAN PEMDA & PT. SPA PROPORSI PENGGUNAAN LAHAN Dormitory Estate Office & ICT Room GI Utara Jalan Provinsi Entrance Gate Timur Usulan jalan akses Nasional melintasi Kawasan menuju exit tol paseh ( tahap future development ) Jalan Propinsi ( Akses masuk ke Kawasan tahap awal Entrance Gate Barat MAIN ACCESS Luas Area Pemda : 228 Ha Luas Area SPA : 684 Has Temporary Office – Groundbreaking LAHAN PEMDA LAHAN PT SPA

KONDISI EKSISTING USULAN RENCANA AKSES UTAMA Untuk menghubungkan area boundary KI SIP dengan jalan eksisting terdekat yang berada di luar Kawasan, yaitu Jalan Burujul Sanca yang berada di sisi Utara Kawasan yang memiliki lebar 4 meter dengan kondisi jalan sebagian sudah di aspal dan beton ( ke arah selatan ). Pertigaan Eksisting Jalan Provinsi – Jalan Burujul Sanca Jalan Burujul Sanca Jalan Provinsi Panjang Jalan Burujul Sanca yang berada di Wilayah Indramayu 1.78 KM

POTONGAN JALAN KONEKSI AREA BARAT & TIMUR Pilar hanya berada di satu sisi jalan dengan jumlah 29 pilar dengan panjang 1.223,77 meter Elevasi eksisting pada STA 0+000 adalah 60 meter, elevasi eksisting tertinggi berada pada STA 0+365 yaitu 93 meter, elevasi pada STA 2+295 adalah 75 meter Elevasi setelah grading pada STA 0+000 adalah 79.73 meter dengan kemiringan 0.00%. Kemiringan antara STA 0+075 hingga STA 0+600 adalah -2.72% 520 M 520 M 60 M 79.73M 93M -2.72% 40 0.00% 81M 45M 0.00% 0.30% 65.4M 72.13M 67.76M 58 M 50.2 M 60 M 56 M 74.59 M 5.00% 0.20% 75 M 65 M 0.50% 157.77 M STA 0+000 STA 2+925 90.4 M STA 0+075 STA 0+600 STA 0+000 STA 0+925 STA 0+075 STA 0+600

POTENSI AREA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI ( FUTURE DEVELOPMENT ) 1. OPSI UTARA (MENGIKUTI ARAH PENGEMBANGAN KPI) BOUNDARY 912 HA RENCANA EXTENSION AREA 1150 HA Rencana ekstensi area pada opsi pertama mengikuti arah KPI Rebana dengan luas area ±1150 HA. Pada area usulan ini , lahan relatif datar berada di kisaran ± 55 m, sedangkan rencana elevasi grading berada di ketinggian ± 80 m, sehingga terdapat perbedaan yang cukup signifikan . Oleh karena itu dimungkinannya akan terdapat banyak pekerjaan timbunan ( fill ). 1150 HA Jalan Provinsi Jalan Provinsi Tol Cipali Batas Kabupaten Kawasan Peruntukan Industri

POTENSI AREA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI ( FUTURE DEVELOPMENT ) 471 HA Jalan Provinsi Jalan Provinsi Tol Cipali Batas Kabupaten 2. OPSI BARAT & SELATAN (KONTUR RELATIF SAMA DENGAN WILAYAH PERENCANAAN 912 HA) BOUNDARY 912 HA RENCANA EXTENSION AREA 471 HA Rencana ekstensi area pada opsi kedua berdasarkan kontur yang menyesuaikan dengan range elevasi rencana grading . Rencana elevasi grading di sisi barat dan selatan tersebut berada dikisaran 84m - 90m

POTENSI AREA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI ( FUTURE DEVELOPMENT ) 3. OPSI TIMUR (MENGIKUTI ARAH PENGEMBANGAN KPI) BOUNDARY 912 HA RENCANA EXTENSION AREA 357 HA Rencana ekstensi area pada opsi ketiga ini mengikuti arah KPI Rebana dengan luas area ±357 HA. Kontur pada area ini menyesuaikan dengan range elevasi rencana grading. Rencana elevasi grading di sisi timur tersebut berada di kisaran 84m - 90m 357 HA 546 HA RENCANA EXTENSION AREA 546 HA Rencana ekstensi area pada opsi ketiga ini mengikuti arah KPI Rebana dengan luas area ±546 HA. Kontur pada area ini menyesuaikan dengan range elevasi rencana grading. Rencana elevasi grading di sisi timur tersebut berada dikisaran 84m - 90m Kawasan Peruntukan Industri Tol Cipali Jalan Provinsi Jalan Penghubung Jalan Penghubung ke Extension Area Timur 357 HA , dengan Lebar Jalan 100 m, Panjang 4.4 km, dan luas 44 HA

2. KONSEP INFRASTRUKTUR

KAJIAN TOPOGRAFI EKSISTING A. KONSEP GRADING Land grading adalah kegiatan meratakan topografi yang ada sehingga mendapatkan kemiringan dan elevasi sesuai dengan desain . Tujuan utama dari land grading Daerah bebas dari banjir . Mendapatkan elevasi permukaan tanah yang optimum sehingga diperoleh sistem drainase yang baik Untuk mendapatkan volume galian dan timbunan yang paling ekonomis Membuat permukaan tanah menjadi lebih rata sehingga memudahkan pembangunan yang akan dilakukan pada lahan tersebut . Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam perancangan land grading adalah sebagai berikut : Elevasi banjir dengan kala ulang 100 tahun . Elevasi jalan harus 1 m atau lebih dari muka air banjir periode ulang 100 tahun dan elevasi lot minimum 0,5 m di atas elevasi jalan . Gradien lot berkisar antara 0.2% - 1%. Kemiringan jalan mempertimbangkan aliran drainase dan aliran sewerage. Untuk mengantisipasi impor dan ekspor material, pekerjaan land grading menggunakan konsep balance ( seimbang ) dimana volume galian hampir sama dengan volume timbunan . Namun eksisting material harus dianalisis apakah dapat digunakan sebagai material timbunan atau tidak . Jika konsep keseimbangan tidak memungkinkan maka diusahakan sesedikit mungkin adanya impor ataupun ekspor material. Gradien cut and fill atau kemiringan lereng harus didasarkan pada hasil analisis tanah dan sesuai dengan faktor keamanan . Jika kondisi tanah eksisting tidak memungkinkan untuk dibuat kemiringan normal maka struktur perlindungan lereng yang sesuai harus dirancang dan dilaksanakan .

KAJIAN TOPOGRAFI EKSISTING A. KONDISI EKSISTING Jalan Burujul Sanca Area Pemda Area PT. SPA Area PT. SPA Area Pemda Rencana Blokplan U

KAJIAN TOPOGRAFI EKSISTING A. KONDISI EKSISTING

KAJIAN TOPOGRAFI EKSISTING A. DESAIN LAND GRADING – ELEVASI BANJIR 100 TAHUN Ci Karo Ci Barengkok Ci Mener

KAJIAN TOPOGRAFI EKSISTING A. DESAIN LAND GRADING – ELEVASI BANJIR 100 TAHUN Ci Galagah

KAJIAN LALU LINTAS B 1. Tahapan Perencanaan Lalulintas Halmahera Selatan, Maluku Utara 17.320,39 Ha Block Plan Aktifitas Jaringan Jalan Lalu Lintas Eksisting Pembebanan Lalu Lintas Jenis Kendaraan Pengumpulan Data Rekomendasi Aksesibilitas/ Jaringan Jalan Sebaran Lalu Lintas Bangkitan/Tarikan Lalu Lintas Simpul Rekomendasi Ruang Lalu Lintas Rekomendasi Area Parkir Rekomendasi Bentuk Persimpangan Konflik Lalu Lintas Lalu Lintas Kendaraan Lalu Lintas Pejalan Kaki Rekomendasi Fasilitas Pejalan Kaki Manajemen Lalu Lintas

KAJIAN LALU LINTAS B 2. Fakta dan Analisa Kondisi Eksisting Terdapat jalan penghubung antara Rencana Kawasan dengan luar Kawasan, telah dilaksanakan survei lalu lintas pada jalan eksisting yaitu pada jalan provinsi ( J alan Raya Subang – Cikamurang ) dan jalan kabupaten ( Jalan Burujul Sanca ) Arus lalu lintas pada jalan provinsi tersebut sebesar 608 kendaraan /jam atau 373 smp /jam dengan komposisi mayoritas sepeda motor (77%), diikuti kendaraan ringan (minibus, jeep dll ), lalu truk sedang 2 gandar , berikutnya golongan mobil box kecil dan hantaran Arus lalu lintas pada jalan kabupaten tersebut sebesar 253 kendaraan /jam atau 148 smp /jam dengan komposisi mayoritas sepeda motor (79%), diikuti kendaraan ringan (minibus, jeep dll ), lalu golongan mobil box kecil dan hantaran dan berikutnya truk sedang 2 gandar Rencana Kawasan dan luar Rencana Kawasan harus dihubungkan dengan jalan akses Lalu Lintas Rencana Tahapan untuk menentukan lalu lintas rencana dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi lalu memperkirakan berbagai kegiatan yang akan terjadi pada block plan Setelah itu dihitung bangkitan dan tarikan lalu lintas pada berbagai zona rencana penggunaan lahan dalam block plan Bangkitan dan tarikan lalu lintas tersebut kemudian didistribusikan antar zona sehingga diketahui pergerakan lalu lintas antar zona Dilakukan pembebanan lalu lintas pada jaringan jalan yang direncanakan dengan memperkirakan moda kendaraan yang digunakan pada pergerakan lalu lintas antar zona sehingga diketahui jumlah pergerakan lalu lintas pada ruas-ruas jalan dalam Kawasan Setelah itu rekomendasi ruang lalu lintas yang dibutuhkan dan rekomendasi lainnya Tahap terakhir adalah usulan manajemen lalu lintas pada Kawasan

KAJIAN LALU LINTAS B 3. Golongan Kendaraan Untuk mengetahui kapasitas jalan , kendaraan dibagi empat kategori menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, yaitu : Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan bermotor roda empat dua gandar dengan jarak poros 2,0 – 3,0 meter ( termasuk mobil penumpang , opelet , mikrolet , pick up dan truk kecil menurut sistem klasifikasi Bina Marga ). Kendaraan Berat (HV) Kendaraan bermotor dengan jarak gandar lebih dari 3,5 meter, biasanya dengan roda lebih dari 4 ( termasuk bus, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi menurut sistem klasifikasi Bina Marga ). Sepeda Motor (MC) Kendaraan bermotor roda dua atau tiga ( termasuk sepeda motor dan kendaraan roda 3 menurut sistem klasifikasi Bina Marga ). Tidak Bermotor (UM) Kendaraan beroda yang menggunakan tenaga manusia atau hewan ( termasuk sepeda , becak , kereta kuda dan kereta bayi menurut sistem klasifikasi Bina Marga ). Dalam analisis , kendaraan tidak bermotor tidak digunakan dan menjadi masukan dalam menentukan hambatan samping . Dalam analisis selanjutnya ada istilah ‘emp’ dan ‘ smp ’. Penjelasan dari istilah tersebut adalah sebagai berikut : Ekuivalen Mobil Penumpang (emp) Faktor yang menunjukkan perbedaan jenis kendaraan dibandingkan kendaraan ringan dalam hal pengaruhnya terhadap kecepatan kendaraan ringan dalam arus lalu lintas ( untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan dengan sasis yang sama , emp = 1,0). Satuan Mobil Penumpang ( smp ) Satuan arus lalu lintas dimana arus berbagai jenis kendaraan diubah menjadi arus kendaraan ringan ( termasuk mobil penumpang ) dengan menggunakan emp.

KAJIAN LALU LINTAS B 4. Zonasi Pemodelan Lalulintas 82 81 05 03 02 12 11 09 08 06 04 01 91 92 83 14 15 20 19 07 10 13 16 17 18 21

KAJIAN LALU LINTAS B 5. Bangkitan Lalu Lintas ( Alternatif 1)

KAJIAN LALU LINTAS B 5. Bangkitan Lalu Lintas ( Alternatif 2)

KAJIAN LALU LINTAS B 6. Desire Line Pergerakan Lalulintas Desire Line Angkutan Orang Desire Line Angkutan Barang

KAJIAN LALU LINTAS B 7. Kesimpulan Jalan akses kawasan sekaligus penghubung Area Barat dengan Jalan Burujul Sanca dengan tipe jalan 4/2 T cukup untuk melayani lalu lintas pada kondisi ultimate Demikian pula jalan utama dalam kawasan di Area Barat cukup dengan tipe jalan 4/2 T pada kondisi ultimate Jalan akses kawasan sekaligus penghubung Area Timur dengan Jalan Burujul Sanca dengan tipe jalan 2/2 TT cukup untuk melayani lalu lintas pada kondisi ultimate Demikian pula jalan utama dalam kawasan di Area Timur cukup dengan tipe jalan 2/2 TT pada kondisi ultimate Tentu saja jika jalan akses kawasan penghubung Area Timur dengan Jalan Burujul Sanca direncanakan dengan tipe jalan 4/2 T sebagaimana jalan akses kawasan penghubung Area Barat dengan Jalan Burujul Sanca lebih dari cukup Demikian pula jalan utama dalam kawasan di Area Timur jika direncanakan dengan tipe jalan 4/2 T sebgagaimana jalan utama dalam kawasan di Area Barat lebih dari cukup Namun jika luas kawasan nanti termasuk rencana pengembangan 600 Ha sehingga luas totalnya 1500 Ha, maka rencana jalan akses kawasan sekaligus penghubung Area Barat dengan Jalan Burujul Sanca dan Area Timur akan dikaji ulang Demikian pula maka rencana jalan dalam kawasan akan dikaji ulang jika luas kawasan nanti termasuk rencana pengembangan 600 Ha sehingga luas totalnya 1500 Ha, Kondisi eksisting Jalan Burujul Sanca lebar perkerasan rata-rata hanya 4,2 meter. Jalan Burujul Sanca ini harus ditingkatkan kelasnya agar mencukupi dari sisi kekuatan perkerasan dan mencukupi dari sisi kemudahan kendaraan besar saat berpapasan .

KAJIAN LALU LINTAS B Catatan Kondisi Eksisting Jalan Burujul Sanca

KAJIAN LALU LINTAS B Catatan Kondisi Eksisting Jalan Burujul Sanca 4,2 meter

KAJIAN GEOTEKNIK C. Pk formasi kaliwangi. Batu pasir tufa, konglomerat, batulempung, lapisan batupasir gampingan, terdapat juga lapisan tipis gambut, terdapat fosil moluska Pt formasi tjitalang. Lapisan napal tufaan, diselingi oleh batu pasir tufaan dan konglomerat Msc formasi subang. Batulempung, kadang mengandung lapisan batugamping, sisipan batu pasir. Mengandung fosil foraminifera.

Data episenter di Pulau Jawa untuk magnitude, M < 5.0 hingga M > 7.0 (1900 – 2018) Time Latitude Longitude Depth Mag Place Type 31/07/2016 -6.7544 107.9482 180.24 4.2 11 km NNE of Sumedang Utara, Indonesia earthquake 20/06/2008 -7.046 107.826 35 4 9 km NE of Paseh, Indonesia earthquake 06/01/2007 -7.041 108.158 10 4.5 20 km N of Rajapolah, Indonesia earthquake 02/02/2005 -7.037 107.819 15 4.8 9 km NE of Paseh, Indonesia earthquake 06/04/2003 -7.042 107.799 145.6 4.7 Java, Indonesia earthquake 04/10/1995 -7.019 107.823 170.4 4.5 11 km NE of Paseh, Indonesia earthquake 06/07/1990 -6.904 108.12 13.5 5.5 14 km WSW of Majalengka , Indonesia earthquake 14/02/1990 -6.777 108.023 265.8 4.3 14 km NE of Sumedang Utara, Indonesia earthquake 12/12/1985 -6.722 108.175 251.1 5 9 km W of Jatiwangi, Indonesia earthquake

KAJIAN GEOTEKNIK C.

Stabilitas Lereng Gradient Slope Dimension (m) FS Vertical Horizontal 1:2 3.0 6.0 1.43 1:2.5 3.0 7.0 1.61 1:3 3.0 9.0 1.71

Swelling Test Nilai Aktifitas (AC) Hasil Swelling Test Berdasarkan hasil test, nilai Swelling Pressure dilokasi proyek sebesar 0,05 – 0,59 kg/cm² < 2 kg/cm² termasuk kategori “SWELLING POTENTIAL LOW”

Proyek X, Karawang Proyek Y, Subang Sumedang Industrialpolis 1. Kerentanan Tanah bergerak Proyek X Masuk dalam kategori rendah Proyek Buah Dua Masuk dalam kategori rendah, menengah, dan tinggi Proyek Y Masuk dalam kategori rendah

Proyek X, Karawang Proyek Y, Subang Sumedang Industrial Polish 2. Potensi Likuifaksi Proyek X Tidak berpotensi likuifaksi Proyek Y Tidak berpotensi likuifaksi Proyek Buah Dua Tidak berpotensi likuifaksi

Proyek X, Karawang Proyek Y, Subang Sumedang Industrial Polish 3. Gempa Bumi Proyek X Masuk dalam kategori menengah Proyek Buah Dua Masuk dalam kategori menengah Proyek Y Masuk dalam kategori menengah

Proyek X, Karawang Proyek Y, Subang Sumedang Industrialpolis 4.Kelas Situs Proyek X Masuk dalam kelas situs tanah lunak dan sedang Proyek Y Masuk dalam kelas situs tanah lunak dan sedang Proyek Buah Dua Masuk dalam kelas situs tanah sedang

Proyek X, Karawang Proyek Y, Subang Sumedang Industrialpolis 5.Tanah Lunak / Ekspansif Berdasarkan hasil test, nilai Swelling Pressure dilokasi proyek X sebesar 0.06 – 10.95 > 2 kg/cm2 Berdasarkan hasil test, nilai Swelling Pressure dilokasi proyek Y sebesar 0.06 – 10.95 > 2 kg/cm2 Berdasarkan hasil test, nilai Swelling Pressure dilokasi proyek Buah Dua sebesar 0,05 – 0,59 kg/cm² < 2 kg/cm² Proyek X Swelling Potential Tinggi (Ekspansif) Proyek Y Swelling Potential Tinggi (Ekspansif) Proyek Buah Dua Swelling Potential Rendah (Tidak Ekspansif)

Proyek X, Karawang Proyek Y, Subang Sumedang Industrialpolis 6.Patahan Aktif Ke tiganya berada dekat dengan p atahan aktif naik bumiayu dan patahan aktif baribis

Proyek X, Karawang Proyek Y, Subang Sumedang Industrialpolis 7.History Gempa Proyek X Rad 50 km terjadi 5 kali gempa dengan magnitude 4.3-4.9, kedalaman 177.5-215 km Proyek Buah Dua Rad 50 km terjadi 9 kali gempa dengan magnitude 4-5, kedalaman 10-265.8 km Proyek Y Rad 50 km terjadi 7 kali gempa dengan magnitude 4. 2 - 5.7 , kedalaman 33 - 265.8 km

KAJIAN GEOTEKNIK C. Berdasarkan studi perbandingan dengan kawasan industry X dan Y , kondisi tanah pada lokasi proyek kawasan Industri Buah Dua lebih baik. Tidak ada ditemukan potensi likuifaksi, tanah lunak maupun ekspansif. Namun untuk kegempaan, buah dua sumedang memiliki risiko yang lebih tinggi bila dilihat dari frekuensi dan kedalaman gempa yang pernah terjadi. K etiga lokasi kawasan industry ini berada dekat dengan naik bumiayu dan patahan aktif baribis.

KAJIAN GEOTEKNIK C. Berdasarkan pengamatan lapangan , kondisi tanah terindikasi ekspansif , namun setelah dilakukan penyelidikan geoteknik dengan mengambil sampel untuk pengujian swelling test, maka diketahui bahwa tanah pada lokasi proyek masuk dalam kategori potensi rendah swelling. Tanah pada lokasi proyek berdasarkan kajian awal geologi dan geoteknik berjenis lempung , berpasir , dan sedikit lapisan gambut dan fosil . Sesuai dengan hasil penyelidikan geoteknik ( laporan terlampir ) Untuk tanah berpasir dengan muka air tinggi dan dekat dengan lokasi sesar membutuhkan studi lanjut tentang potensi likuifaksi Kedalaman tanah keras berdasarkan hasil sondir berada pada kedalaman 3.2 m sampai dengan 7.4 m Kemiringan lereng natural berkisar 1V:2H ~ 1V:3H. Dari hasil perhitungan slope stability, SF untuk 1V:2H~1V:3H mendapatkan SF>1 Tanah pada lokasi proyek masuk dalam kategori kelas situs tanah sedang Pada area Sungai Galagah , terdapat potensi mindering sungai dan pada lokasi tersebut pernah mengalami longsor akibat mindering sungai Rekomendasi

KAJIAN GEOTEKNIK C. Rekomendasi pondasi untuk kategori konstruksi dapat dilihat pada tabel dibawah Detail perhitungan terlampir dalam laporan penyelidikan geoteknik.

KAJIAN HIDROLOGI Dalam melakukan kajian hidrologi , regulasi dan standar yang dijadikan acuan adalah : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan . Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Umum Pada area rencana KI SIP dan sekitarnya , terdapat beberapa sungai eksisting , di antaranya : Sungai Ci Karo dan Ci Barengkok yang melintasi area KI SIP sisi barat. Sungai Ci Kandung , yang melintasi sebagian area boundary KI SIP sisi barat. Sungai Ci Galagah dan Ci Mener yang melintasi area KI SIP sisi timur . Sumber : Google Earth Area KI SIP Beserta Sungai yang Melintasinya Sungai Ci Karo Sungai Ci Barengkok Sungai Ci Kandung Sungai Ci Galagah Sungai Ci Mener D.

KAJIAN HIDROLOGI Tahapan Pemodelan Banjir (Flood Modelling) Berdasarkan bagan alir desain saluran drainase pada Lampiran I Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan , metodologi analisis flood modelling yang mencakup analisis hidrologi dan hidrolika dirumuskan sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut . Bagan Alir Flood Modelling Sumber : Konsultan , 2022 Tahapan penyusunan flood modelling mencakup : Analisis Spasial Pada analisis spasial , Konsultan akan mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti : peta topografi (LiDAR), rencana grading , dan data DEMNAS/GIS. Data-data tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menentukan catchment area . Analisis Hidrologi Analisis hidrologi akan dilakukan berdasarkan data hujan tertentu yang diperoleh dari sumber terdekat . Data ini akan mendukung analisis hujan rencana dan analisis debit banjir dengan kala ulang yang ditentukan (100, 50, 25, 10, 5, dan 2 tahun ). Analisis Hidraulika Analisis hidraulika dilakukan untuk mengetahui elevasi muka air banjir dengan kala ulang tertentu . Pada analisis ini , akan dilakukan pemodelan menggunakan software HEC-RAS versi 5.0.5. D.

Hasil Pemodelan Banjir Sungai Ci Karo Kala Ulang 100 Tahun C=0,7 Sumber : Konsultan , 2022 KAJIAN HIDROLOGI D. Pemodelan banjir (flood modelling) dilakukan menggunakan software HECRAS 5.05 dengan beberapa kala ulang . Pemodelan ini dilakukan dengan mempertimbangkan sempadan sungai selebar 15 m di sisi kanan dan kiri badan sungai ( berdasarkan Peta Pola Ruang Bappeda ). Pemodelan menggunakan basemap dari DEMNAS dan badan sungai berdasarkan layer sungai yang didapatkan dari BIG. Hasil flood modelling Sungai Ci Karo untuk kala ulang 100 tahun dan C=0,7 dapat dilihat sebagai berikut .

KAJIAN HIDROLOGI Hasil Pemodelan Banjir Sungai Ci Barengkok Kala Ulang 100 Tahun C=0,7 Sumber : Konsultan , 2022 D. Pemodelan banjir (flood modelling) dilakukan menggunakan software HECRAS 5.05 dengan beberapa kala ulang . Pemodelan ini dilakukan dengan mempertimbangkan sempadan sungai selebar 15 m di sisi kanan dan kiri badan sungai ( berdasarkan Peta Pola Ruang Bappeda ). Pemodelan menggunakan basemap dari DEMNAS dan badan sungai berdasarkan layer sungai yang didapatkan dari BIG. Hasil flood modelling Sungai Ci Barengkok untuk kala ulang 100 tahun dan C=0,7 dapat dilihat sebagai berikut .

KAJIAN HIDROLOGI D. Hasil Pemodelan Banjir Sungai Ci Mener Kala Ulang 100 Tahun C=0,7 Sumber : Konsultan , 2022 Pemodelan banjir (flood modelling) dilakukan menggunakan software HECRAS 5.05 dengan beberapa kala ulang . Pemodelan ini dilakukan dengan mempertimbangkan sempadan sungai selebar 15 m di sisi kanan dan kiri badan sungai ( berdasarkan Peta Pola Ruang Bappeda ). Pemodelan menggunakan basemap dari DEMNAS dan badan sungai berdasarkan layer sungai yang didapatkan dari BIG. Hasil flood modelling Sungai Ci Mener untuk kala ulang 100 tahun dan C=0,7 dapat dilihat sebagai berikut .

Hasil Pemodelan Banjir Sungai Ci Kandung & Ci Galagah Kala Ulang 100 Tahun C=0,7 Sumber : Konsultan , 2022 KAJIAN HIDROLOGI D. Pemodelan banjir (flood modelling) dilakukan menggunakan software HECRAS 5.05 dengan beberapa kala ulang . Pemodelan ini dilakukan dengan mempertimbangkan sempadan sungai selebar 15 m di sisi kanan dan kiri badan sungai ( berdasarkan Peta Pola Ruang Bappeda ). Pemodelan menggunakan basemap dari DEMNAS dan badan sungai berdasarkan layer sungai yang didapatkan dari BIG. Hasil flood modelling Sungai Ci Kandung dan Ci Galagah untuk kala ulang 100 tahun dan C=0,7 dapat dilihat sebagai berikut .

Exit Tol Gate Cikedung Panjang Jalan = 1.7 km Lebar Jalan = 6 M Status Jalan = Jalan Provinsi Dapat menampung kendaraan besar dan berat ( Truk Trailer) Jalan Raya Subang – Cikamurang Panjang Jalan = 11 km Lebar Jalan = 6 M Status Jalan = Jalan Provinsi Dapat menampung kendaraan besar dan berat ( Truk Trailer) Jalan Burujul Sanca ke Kawasan Panjang Jalan = 1.15 km Lebar Jalan = 4 M Status Jalan = Jalan Kabupaten Jalan Burujul Sanca ke Tol Gate Paseh Panjang Jalan = 25.8 Km Lebar Jalan = 4 M Status Jalan = Jalan Kabupaten A B C D B C A D Jl. Tol Cikopo - Palimanan Tol Gate Cikedung KM 137 ±1.7 KM Jl. Raya Subang - Cikamurang ±11 KM ±1.15 KM Jalan Burujul Sanca Jalan Burujul Sanca Exit Tol Cikedung Exit Tol Paseh ± 25.8 KM RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN LUAR KAWASAN IDENTIFIKASI JALAN EKSISTING E.

A Jl. Tol Cikopo - Palimanan Tol Gate Cikedung KM 137 ±1.15 KM Jembatan (Jl. Subang Cikamurang Jembatan ( Jl Burujul Sanca ) Exit Tol Cikedung Exit Tol Paseh ± 25.8 KM B Jembatan di Jl. Subang Cikamurang Lebar Jembatan = 6 M Status Jalan = Jalan Provinsi Perlu adanya penambahan jembatan untuk menampung volume lalu lintas pada kondisi ultimate. A Jembatan di Jl. Burujul sanca Lebar Jembatan = 6 M Status Jalan = Jalan Kabupaten Panjang Jembatan = 88m Perlu adanya penambahan jembatan untuk menampung volume lalu lintas pada kondisi ultimate dan perbaikan perkerasan B Sumber : Google Earth Sumber : Tim Konsultan RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN LUAR KAWASAN IDENTIFIKASI JEMBATAN EKSISTING E.

Sumber : Tim Konsultan TIPIKAL PENAMPANG MELINTANG ROW 10 Sumber : Google Earth Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan 2020 No.13/P/BM/2021 No Komponen Penampang Melintang   Minimum Digunakan Keterangan 1 Tipe Jalan 2/2 TT 2 Lebar jalur LL m 1x6 1x7 3 Lebar Bahu luar m 0.5 0.5 4 Lebar Saluran tepi jalan m 0.5 1 5 Lebar Ambang pengaman m 0.5 0.5 untuk ruang utilitas kawasan 6 Lebar median m 7 Lebar bahu dalam m 8 Lebar trotoar m 9 Ruang milik jalan m 10 10 RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN LUAR KAWASAN TIPIKAL PENAMPANG MELINTANG PHASE 1 E.

TIPIKAL PENAMPANG MELINTANG ROW 22 Sumber : Tim Konsultan Sumber : Google Earth Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan 2020 No.13/P/BM/2021 No Komponen Penampang Melintang   Minimum Digunakan Keterangan 1 Tipe Jalan 4/2 T 2 Lebar jalur LL m 2x5.5 2x6.5 3 Lebar Bahu luar m 1 1 4 Lebar Saluran tepi jalan m 1 1 5 Lebar Ambang pengaman m 1 1.25 untuk ruang utilitas kawasan 6 Lebar median m 1.5 1.5 7 Lebar bahu dalam m 0.5 0.5 8 Lebar trotoar m 1 1 9 Ruang milik jalan m 22 22 RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN LUAR KAWASAN TIPIKAL PENAMPANG MELINTANG ULTIMATE E.

2. Kriteria Desain Elemen Desain Nilai 1 Tipe Jalan 4/2 T 2/2 TT 2 Kemiringan Melintang (%) 2 2 3 Kecepatan Rencana (km/h) 40 40 4 Alinyemen H orizontal Lengkung Horizontal       Radius Minimum (m) 60 60 Superelevasi (Se)       Nilai Se maksimum untuk radius minimum (%) 6 6   5 Alinyemen Vertikal Kemiringan memanjang maksimum (%) 4 4 Panjang Maksimum (m) 350 350 Lengkung Vertikal       Nilai K minimum untuk lengkung vertikal cembung 4 4   Nilai K minimum untuk lengkung vertikal cekung 9 9 6 Tinggi Bebas Vertikal 5.1 5.1 REGULASI/LANDASAN HUKUM PERMENPERIN No.40/M - IND/PER/6/2016 P e doman T eknis P engembangan K awasan I ndustri Lebar perkerasan jalan kawasan industri direncanakan sesuai ketentuan teknis sebagai berikut : Jalan utama : 2 jalur 1 arah dengan lebar perkerasan 2 x 7m, atau 1 jalur 2 arah dengan lebar perkerasan minimum 8 m Jalan lingkungan : 2 arah dengan lebar perkerasan minimum 7 m Pedoman Desain Geometrik Jalan 2020 No.13/P/BM/2021, Kementerian PUPR Dirjen Binamarga L ebar masing-masing komponen penampang melintang RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN DALAM KAWASAN JARINGAN JALAN E.

RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN DALAM KAWASAN JARINGAN JALAN DALAM KAWASAN Jalan Sekunder – ROW 23 Jalan Tersier – ROW 14 Jalan Primer Residential – ROW 25 K ETERANGAN Jalan Primer – ROW 30 Rencana Jalan Akses E.

RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN DALAM KAWASAN DESAIN PENAMPANG MELINTANG No. Komponen Penampang Melintang   Minimum Digunakan Keterangan 1 Tipe Jalan 4/2 T 2 Lebar jalur LL m 2 x 7 2 x 7 3 Lebar Bahu luar m 0.5 0.5 4 Lebar Saluran tepi jalan m 1.5 2 5 Lebar Ambang pengaman m 1 3.25 untuk ruang utilitas kawasan 6 Lebar median m 2 1.5 7 Lebar bahu dalam m 0.5 0.5 8 Lebar trotoar m 1 1 9 Ruang milik jalan m 29 30 PENAMPANG MELINTANG JALAN UTAMA KAWASAN (ROW 30) ROW 30 – Jalan Primer Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan 2020 No.13/P/BM/2021 E.

DESAIN PENAMPANG MELINTANG No. Komponen Penampang Melintang   Minimum Digunakan Keterangan 1 Tipe Jalan 2/2 TT 2 Lebar jalur LL m 6.5 1x 7 3 Lebar Bahu luar m 0.5 0.5 4 Lebar Saluran tepi jalan m 1 2 5 Lebar Ambang pengaman m 1 3 untuk ruang utilitas kawasan 6 Lebar median m 7 Lebar bahu dalam m 8 Lebar trotoar m 1 1.5 9 Ruang milik jalan m 14 23 PENAMPANG MELINTANG JALAN SEKUNDER (ROW 23) ROW 23– Jalan Sekunder Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan 2020 No.13/P/BM/2021 RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN DALAM KAWASAN E.

DESAIN PENAMPANG MELINTANG No. Komponen Penampang Melintang   Minimum Digunakan Keterangan 1 Tipe Jalan 2/2 TT 2 Lebar jalur LL m 6.5 1 x 6 3 Lebar Bahu luar m 0.5 0.5 4 Lebar Saluran tepi jalan m 1 1.5 5 Lebar Ambang pengaman m 1 1 untuk ruang utilitas kawasan 6 Lebar median m 7 Lebar bahu dalam m 0.5 8 Lebar trotoar m 1 1 9 Ruang milik jalan m 14 14 PENAMPANG MELINTANG JALAN KOLEKTOR (ROW 14) ROW 14– Jalan Kolektor Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan 2020 No.13/P/BM/2021 RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN DALAM KAWASAN E.

DESAIN PENAMPANG MELINTANG No. Komponen Penampang Melintang   Minimum Digunakan Keterangan 1 Tipe Jalan 2/2 TT 2 Lebar jalur LL m 1 x 7 1 x 7 3 Lebar Bahu luar m 0.5 1 4 Lebar Saluran tepi jalan m 1 3 5 Lebar Ambang pengaman m 1 3,5 untuk ruang utilitas kawasan 6 Lebar median m 1.5 1.5 7 Lebar bahu dalam m 0.5 0.5 8 Lebar trotoar m 1 1 9 Ruang milik jalan m 14 25 PENAMPANG MELINTANG JALAN UTAMA RESIDENTIAL (ROW 25) ROW 25– Jalan Utama Residential Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan 2020 No.13/P/BM/2021 RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN DALAM KAWASAN E.

RENCANA JEMBATAN DAN BOX CULVERT Box Culvert 4 Box Culvert 1 Box Culvert 2 Jembatan Besar Box Culvert 3 RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN DALAM KAWASAN E.

RENCANA JEMBATAN DAN BOX CULVERT RENCANA JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN DALAM KAWASAN E. No Nama Panjang Bentang Dimensi Lebar Tinggi 1 Jembatan Besar 110m Span 2x35m Span 1x40m 20m 10,8m  2 Box culvert 1 9,3m 3x (2,5m x 2,5m) 70m 2,5m  3 Box culvert 2 9,3m 3x (2,5m x 2,5m) 50m 2,5m  4 Box culvert 3 9,3m 3x (2,5m x 2,5m) 85m 2,5m 5 Box Culvert 4 9,3m 3x (2,5m x 2,5m) 40m 2,5m Sumber : Tim Konsultan , 2022 Sumber : Internet Ilustrasi Jembatan Sumber : Internet Ilustrasi Box Culvert

Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan 2020 No.13/P/BM/2021 TIPIKAL PENAMPANG MELINTANG ROW 30 Sumber : Tim Konsultan , 2022 PENGEMBANGAN PHASE 1 Panjang total jalan yang dibangun pada fase 1 : 5.142 Km Sumber : Tim Konsultan No Komponen Penampang Melintang   Minimum Digunakan Keterangan 1 Tipe Jalan 4/2 T 2 Lebar jalur LL m 2x7 2 x 7 3 Lebar Bahu luar m 0.5 0.5 4 Lebar Saluran tepi jalan m 1.5 2 5 Lebar Ambang pengaman m 1 3.25 untuk ruang utilitas kawasan 6 Lebar median m 2 1.5 7 Lebar bahu dalam m 0.5 0.5 8 Lebar trotoar m 1 1 9 Ruang milik jalan m 29 30 E.

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Konsep Desain Jaringan Drainase KI SIP Sistem drainase pada Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis (KI SIP) dirancang berdasarkan daerah tangkapan air dengan mempertimbangkan kemiringan memanjang jalan , kemiringan lereng , dan penggunaan lahan . Semua air hujan akan ditangkap oleh saluran drainase dan dialirkan menuju ke detention pond dan retention pond , sebelum menuju ke sungai terdekat . Adapun r egulasi dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam perencanaan saluran drainase adalah : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12 Tahun 2014 tentang Sistem Drainase Perkotaan . Pd T-02-2006B yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum tentang Perancangan Sistem Drainase Jalan. Bagan alir berikut menunjukkan langkah-langkah perencanaan sistem drainase . Sumber : Konsultan , 2022

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Kriteria Desain Saluran Drainase KI SIP HIDROLOGI Hujan Rencana Hujan rencana yang akan digunakan dalam desain akan dikalikan dengan faktor 1,1 sebagai antisipasi terhadap terjadinya perubahan iklim di masa mendatang . Berdasarkan hasil analisis hidrologi , hujan rencana yang akan digunakan untuk perhitungan saluran drainase adalah hasil perhitungan dengan metode Log Pearson III, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini . Hujan Rencana dengan Beberapa Periode Ulang Koefisien Limpasan (Runoff) Nilai koefisien limpasan atau runoff coefficient yang digunakan dalam desain adalah 0,7 karena mempertimbangkan kondisi kawasan terbangun . Pemilihan Kala Ulang Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12 Tahun 2014 tentang Sistem Drainase Perkotaan , pemilihan kala ulang dapat disesuaikan dengan catchment area dari saluran drainase yang akan direncanakan , seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut . Pemilihan Kala Ulang Berdasarkan Catchment Area Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No.12/PRT/M/2014 No Periode Ulang ( tahun ) Hujan Rencana (mm) 1,1 x Hujan Rencana (mm) Log Pearson III 1 1 44 48 2 2 95 105 3 5 130 144 4 10 155 170 5 20 176 193 6 25 187 206 7 50 212 233 8 100 237 261 Sumber : Konsultan , 2022

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Kriteria Desain Saluran Drainase KI SIP HIDROLOGI Debit Rencana Untuk saluran drainase terbuka , debit rencana dapat dihitung sebagai berikut . Dimana: = Debit rencana (m 3 /s) = Debit limpasan (run-off discharge) (m 3 /s) Sedangkan untuk saluran tertutup seperti gorong-gorong ( b ox culvert) , mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 12 Tahun 2014 tentang Sistem Drainase Perkotaan , debit rencana yang digunakan untuk perencanaan adalah 1,1-1,5x debit limpasan . Sehingga , besarnya debit rencana untuk saluran tertutup adalah sebesar :   Pada Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis (KI SIP), saluran drainase akan direncanakan sebagai u ditch dengan material beton . Koefisien Manning (n) Untuk saluran beton , menggunakan n = 0,015 . Kecepatan Aliran (v) Saluran Beton V min = 0,6 m/s V maks = 3 m/s Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No.12/PRT/M/2014 HIDROLIKA Tinggi Jagaan (Freeboard) Debit Tinggi Jagaan (a) Satuan  Untuk Q < 1,5 m3/s 0,2 m Untuk Q = 1,5-5,0 m3/s 0,25 m Untuk Q = 5,0-10,0 m3/s 0,3 m Untuk Q = 10,0-15,0 m3/s 0,4 m Untuk Q > 15 m3/s 0,5 m Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No.12/PRT/M/2014

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Rencana Arah Aliran Drainase KI SIP Retention Pond 1 (River Pond) Retention Pond 2 (River Pond) U Keterangan : Menuju Retention Pond 1 Menuju Retention Pond 2 U Detention Pond 2 (Side Pond) Detention Pond 1 (River Pond) Retention Pond 3 (Side Pond) Menuju Detention Pond 1 Menuju Detention Pond 2 Menuju Retention Pond 3 Keterangan : Sumber : Konsultan , 2022 Sumber : Konsultan , 2022

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Rencana Kebutuhan Pond - KI SIP (Sisi Barat) Pada area KI SIP sisi barat, direncanakan dua retention pond, dengan masing-masing kebutuhan sebagai berikut . Retention Pond 1 (River Pond) Menerima aliran drainase dari sebagian area KI SIP sisi barat, sebelum bermuara ke Sungai Ci Karo. Retention Pond 1 didesain sebagai river pond karena letaknya yang berada di badan Sungai Ci Karo. Retention Pond 2 (River Pond) Menerima aliran drainase dari sebagian area KI SIP sisi barat, sebelum bermuara ke Sungai Ci Barengkok . Retention Pond 2 didesain sebagai river pond karena letaknya yang berada di badan Sungai Ci Barengkok . Retention Pond 1 (River Pond) Retention Pond 2 (River Pond) U Keterangan : Menuju Retention Pond 1 Menuju Retention Pond 2 CA Retention Pond 1 = 267,48 ha CA Retention Pond 2 = 410,67 ha

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Retention Pond 1 Luas : 8,92 Ha Kedalaman : 6 m Lebar Spillway : 3,5 m El. Spillway : 2 m ( dari dasar ) Q25 Alami : 26,02 m 3 / detik Dead Storage : 143582,63 m 3 Kala Ulang 25 tahun Qmax = 25,320 m 3 / detik < Q Alami El. Max = 4,356 m ( dari dasar ) Vol. max = 350154,11 m 3 Kala Ulang 100 tahun Qmax = 34,101 m 3 / detik El. Max = 4,874 m ( dari dasar ) Vol. max = 410177,27 m 3 Rencana Retention Pond 1 (River Pond) Skets Potongan Melintang Retention Pond 1 Skets Outlet Retention Pond 1 H Spillway = 2 m H 25 yr = 4,356 m H Pond = 6,0 m Dasar Pond Lebar Spillway = 3,5 m H 100 yr = 4,874 m Sumber : Konsultan , 2022 D ead Storage = 143582,63 m3

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Retention Pond 2 Luas : 13,29 Ha Kedalaman : 6,5 m Lebar Spillway : 4,2 m El. Spillway : 2 m ( dari dasar ) Q25 Alami : 26,5 m 3 / detik Dead Storage : 220276,37 m 3 Kala Ulang 25 tahun Qmax = 26,360 m 3 / detik < Q Alami El. Max = 4,438 m ( dari dasar ) Vol. max = 523838,03 m 3 Kala Ulang 100 tahun Qmax = 32,607 m 3 / detik El. Max = 5,490 m ( dari dasar ) Vol. max = 647985,22 m 3 Rencana Retention Pond 2 (River Pond) Skets Potongan Melintang Retention Pond 2 Skets Outlet Retention Pond 2 H Spillway = 2 m H 25 yr = 4,438 m H Pond = 6,5 m Dasar Pond Lebar Spillway = 4,2 m H 100 yr = 5,490 m Sumber : Konsultan , 2022 D ead Storage = 220276,37 m3

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Rencana Kebutuhan Pond - KI SIP (Sisi Timur) Pada area KI SIP sisi timur , direncanakan dua retention pond, dengan masing-masing kebutuhan sebagai berikut . Detention Pond 1 (River Pond) Menerima aliran drainase dari sebagian area KI SIP sisi timur , sebelum bermuara ke Sungai Ci Kandung . Detention Pond 1 didesain sebagai river pond karena letaknya yang berada di badan anak Sungai Ci Kandung . Detention Pond 2 (Side Pond) Menerima aliran drainase dari sebagian area KI SIP sisi timur , sebelum bermuara ke Sungai Ci Galagah . Detention Pond 2 didesain sebagai side pond karena letaknya yang berada di samping sisi Sungai Ci Galagah . Retention Pond 3 (Side Pond) Menerima aliran drainase dari sebagian area KI SIP sisi timur , sebelum bermuara ke Sungai Ci Mener . Retention Pond 3 didesain sebagai side pond karena letaknya yang berada di samping sisi Sungai Ci Mener . U Detention Pond 2 (Side Pond) Detention Pond 1 (River Pond) Retention Pond 3 (Side Pond) Menuju Detention Pond 1 Menuju Detention Pond 2 Menuju Retention Pond 3 Keterangan : CA Detention Pond 1 = 98,06 ha CA Detention Pond 2 = 40,97 ha CA Retention Pond 3 = 45,99 ha

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Detention Pond 1 Luas : 1,96 Ha Kedalaman : 5,5 m Lebar Spillway : 1 m El. Spillway : 1 m ( dari dasar ) Q25 Alami : 7,738 m 3 / detik Dead Storage : 12446,94 m 3 Kala Ulang 25 tahun Qmax = 7,540 m 3 / detik < Q Alami El. Max = 4,072 m ( dari dasar ) Vol. max = 64785,83 m 3 Kala Ulang 100 tahun Qmax = 9,531 m 3 / detik El. Max = 4,592 m ( dari dasar ) Vol. max = 80132,47 m 3 Rencana Detention Pond 1 (River Pond) Skets Potongan Melintang Detention Pond 1 Skets Outlet Detention Pond 1 H Spillway = 1 m H 25 yr = 4,072 m H Pond = 5,5 m Dasar Pond Lebar Spillway = 1 m H 100 yr = 4,592 m Sumber : Konsultan , 2022 D ead Storage = 12446,94 m3 1:3 1:3 1:3 1:3 3 m 3 m Dasar Pond 5,5 m 4 m

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Detention Pond 2 Luas : 1,83 Ha Kedalaman : 4 m Lebar Spillway : 1 m El. Spillway : 1 m ( dari dasar ) Q25 Alami : 2,869 m 3 / detik Dead Storage : 13859,04 m 3 Kala Ulang 25 tahun Qmax = 2,746 m 3 / detik < Q Alami El. Max = 2,238 m ( dari dasar ) Vol. max = 34344,21 m 3 Kala Ulang 100 tahun Qmax = 3,838 m 3 / detik El. Max = 2,544 m ( dari dasar ) Vol. max = 40288,03 m 3 Rencana Detention Pond 2 (Side Pond) Skets Potongan Melintang Detention Pond 2 Skets Outlet Detention Pond 2 H Spillway = 1 m H 25 yr = 2,235 m H Pond = 4 m Dasar Pond Lebar Spillway = 1 m H 100 yr = 2,544 m Sumber : Konsultan , 2022 D ead Storage = 13859,04 m3 Dasar Pond 1:3 1:3 4 m

RENCANA JARINGAN DRAINASE DAN POND F. Retention Pond 3 Luas : 3,38 Ha Kedalaman : 4 m Lebar Spillway : 6 m El. Spillway : 2 m ( dari dasar ) Q25 Alami : 2,711 m 3 / detik Dead Storage : 50188,82 m 3 Kala Ulang 25 tahun Qmax = 2,695 m 3 / detik < Q Alami El. Max = 2,368 m ( dari dasar ) Vol. max = 60935,37 m 3 Kala Ulang 100 tahun Qmax = 4,595 m 3 / detik El. Max = 2,526 m ( dari dasar ) Vol. max = 65738,50 m 3 Rencana Retention Pond 3 (Side Pond) Skets Potongan Melintang Retention Pond 3 Skets Outlet Retention Pond 3 H Spillway = 2 m H 25 yr = 2,368 m H Pond = 4 m Dasar Pond Lebar Spillway = 6 m H 100 yr = 2,526 m Sumber : Konsultan , 2022 D ead Storage = 50188,82 m3 Dasar Pond 1:3 1:3 4 m

RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G. 5. Reservoir Distribusi 4. Pipa Transmisi Air Bersih 1. Unit Intake Daerah Pelayanan (Tenant dan Sarana Penunjang ) 3. IPA 6. Pipa Distribusi 2. Pipa Transmisi Air Baku Komponen Sistem Penyediaan Air Bersih mulai Pengumpulan data dan Survey Perhitungan kebutuhan air Perencanaan sistem penyediaan air bersih Intake Sistem transmisi WTP Jaringan Distribusi Selesai Potensi sumber air Rencana penggunaan lahan Kondisi topografi Standar kebutuhan penggunaan lahan estimasi populasi Kriteria desain dan regulasi Langkah-Langkah Perencanaan

RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 Tanggal 6 Juni 2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum . Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri . Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi , Kolam Renang , Solus per Aqua dan Pemandian Umum . SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Cara Perencanaan Plambing . Tata Guna Lahan Kebutuhan Air Unit Referensi A. Industri       Industri Ringan 13-22 m3/ha/ hari Direktorat Jenderal Cipta Karya (1994) Industri Sedang 22-43 m3/ha/ hari Industri Berat 43-87 m3/ha/ hari B. Sarana Penunjang (WTP, IPAL, TPS, Kantor, dll) 50 L/org/ hari SNI 03-7065-2005 & Kriteria Perencanaan PU, 2000 C. Residensial 150 L/org/ hari SNI 03-7065-2005 D. Komersial 150 L/org/ hari SNI 03-7065-2005 Tata Guna Lahan Standar Populasi Unit Referensi Kawasan Industri 100 Jiwa/Ha Permenperin. 40/2016 Kawasan Residensial 500 Jiwa/Ha Asumasi dari Neufert Kawasan Komersial 500 Jiwa/Ha Asumsi dari SNI-03-1733-2004 Sarana & Prasarana Penunjang 100 Jiwa/Ha English Partnership Employment Densities Guide Parameter` Kriteria Unit F peak hari 1.15 F peak jam 1.5 (1.15-3) Kecepatan 0.3-3 m/detik Min. Pressure 15 m Max. Pressure 60-80 m Min. Hydraulic Grade Line (HGL) 5 m Standar Populasi Pekerja / Penghuni Per Tata Guna Lahan Unit air baku : 130% dari kebutuhan rata-rata. Unit produksi : 120% dari kebutuhan rata-rata. Unit distribusi : 115%-300% dari kebutuhan rata-rata. Standar dan Kriteria Perencanaan

RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G. Potensi Sumber Air Baku Titik Sungai A Ci Punegara B Ci Kandung C Ci Panas D Ci Galagah 1 Bendungan Sadawarna 2 Bendungan Cipanas Bendungan Sadawarna A 1 Ci Punagara ± 15,2 km Bendung Ci Panas 2 ± 19 km C Ci Panas ± 11,2 km D B B

RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G. Potensi Sumber Air Baku No Sumber Air Baku Data Sekunder ¹ Data Primer (Pengukuran Sesaat) Perhitungan Low Flow Jarak (km) ² Debit (m3/dtk) WS Debit (m3/ dtk ) Debit (m3/ dtk ) I. Air Permukaan           1 S. Cikandung 133.2 Citarum 15,26 - 26,13 3,53 – 4,73 1-5 2 S. Cigalagah 269.1 Citarum 5,75 0,51 1-2 3 S. Cipanas 5-26 Cimancis     11-16 4 S. Cipunegara 96-500 Citarum     ±15 II Bendungan/ Bendung Potensi Air Baku (m3/dt)       1 Sadawarna 4,5 Citarum     ±15 2 Cipanas 0,85 Cimancis     15-20 II Rencana Pengembangan SPAM Potensi Air Baku (m3/dt)       1 Wilayah Buahdia dan Jatigede untuk kawasan industri          

Penggunaan Lahan Kebutuhan Air (m3/hari) (liter/detik) Heavy Industri 14,751 170.73 Medium Industry 9,571 110.78 Standard Factory Building 2,392 27.69 Light Industry (IKM) 2,045 23.66 Residential 1,739 20.13 Commercial Area 1,180 13.65 Utility Area 97 1.12 Supporting Facility 81 0.94 Total Rata-rata 31,856 369 Kebutuhan Air Baku (130%) 41,413 479 Kapasitas IPA (120%) 38,227 442 RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G.

RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G. Penggunaan Lahan Kebutuhan Air (m3/hari) (liter/detik) Heavy Industri 14,751 170.73 Medium Industry 9,571 110.78 Standard Factory Building 2,392 27.69 Light Industry (IKM) - - Residential 767 8.88 Commercial Area 650 7.52 Utility Area 54 0.63 Supporting Facility 68 0.79 Total Rata-rata 28,254 327 Kebutuhan Air Baku (130%) 36,730 425 Kapasitas IPA (120%) 33,904 392 Lokasi WTP Zona Barat Kebutuhan Air Zona Barat = 425 Liter/ detik Kapasitas IPA (120%) = 392 Liter/ detik Kebutuhan Area = 1 Ha Kebutuhan Air Zona Barat Zona Barat

RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G. Lokasi WTP Zona Timur Kebutuhan Air Zona Timur = 42 Liter/ detik Kapasitas IPA (120%) = 54 Liter/ detik Kebutuhan Area = 0,5 Ha Kebutuhan Air Zona Timur Penggunaan Lahan Kebutuhan Air (m3/hari) (liter/detik) Heavy Industri - - Medium Industry - - Standard Factory Building - - Light Industry (IKM) 2,045 23.66 Residential 972 11.25 Commercial Area 530 6.14 Utility Area 42 0.49 Supporting Facility 13 0.15 Total Rata-rata 3,602 42 Kebutuhan Air Baku (130%) 4,683 54 Kapasitas IPA (120%) 4,323 50 Zona Timur

RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G. Konsep Water Treatment Plant Keterangan Tabel : (1) Permenkes No. 32/2017 (2) Permenkes No. 492/2010 Rekomendasi Std. Kualitas Air Industri yang disediakan kawasan

RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G. Distribusi Air Bersih Sistem jaringan distribusi yang diterapkan adalah sistem melingkar ( loop ) dimana pada sistem ini jaringan distribusi utama saling berhubungan satu dengan yang lain, sehingga pada pipa induk tidak ada titik mati ( dead end ) dan air mengalir ke suatu titik yang dapat melalui beberapa arah . Sistem distribusi menggunakan sistem pengaliran menggunakan pompa dengan sisa tekan minimum hingga ke titik tapping/ service connection sebesar 15 m (1,5 bar). Masing-masing tenant perlu menyediakan penampungan air (ground water tank) sebelum digunakan untuk aktitas / kegiatan kawasan . Jenis pipa yang digunakan pada jaringan pipa ini adalah pipa High-Density Polyethylne ( HDPE) kecuali pada jaringan pipa yang terekspos atau tidak tertanam akan digunakan pipa besi ( steel pipe ) seperti pada jembatan pipa yang melintasi canal/ sungai . Jalur Pipa umumnya mengikuti jaringan jalan . Masing-masing tenant akan disediakan 1-3 titiik tapping air (Service Connection) dan Hidran Kebarakan disuplai dari sistem distribusi yang sama dengan air bersih , jarak hidran kebakaran minimal setiap per 100-200 meter.

RENCANA PENYEDIAAN AIR BERSIH G. Rencana Pipa Distribusi Air Bersih Pipa Primer Pipa Sekunder Pipa Tersier Pipa Primer Pipa Sekunder Pipa Tersier

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Timbulan Air Limbah Tenant ( Kegiatan domestik , produksi , komersil , dll ) Jaringan Perpipaan Air Limbah Kawasan IPAL/WWTP Kawasan Reduksi pembuangan limbah cair , dengan menerapkan : Efisiensi konsumsi air Penerapan teknologi bersih Badan Air Penerima Standar pembuangan kualitas effluent air limbah yang diolah kawasan industri Harus Memenuhi standar kualitas & Kuantitas air limbah yang diizinkan kedalam jaringan air limbah kawasan (Tata Tertib Kawasan SIP) Bak Kontrol / Sampling Point ( Pengecekkan Berkala oleh Pengelola Kawasan) Proses Pengolahan Biologi (MBBR /MBR /CMAS /SBR /Conventional Activated Sludge) Pengolahan lumpur Sludge Residu Lumpur Keringdiperlakukan sebagai Limbah Padat Berbahaya (LB3) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 ttg Baku Mutu Air Limbah Outlet pembuangan limbah cair Kawasan SIP: Ci Karo Ci Barengkok Ci Mener Anak Sungai Ci Kandung Pond Kawasan Lingkup Pengelolaan di masing-masing Tenant/ penghasil limbah yang diatur oleh Tata Tertib Kawasan Outlet IPAL ( Pmantauan Kualitas Air) Lingkup Pengelola Kawasan Industri Perizinan pembuangan limbah cair ke Badan Pengelola Air dan Pengelola Lingkungan Terkait Diusahakan degan gravitasi Dilengkapi bak control/ manhole Konsep Pengelolaan Limbah Cair Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis (SIP)

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Landasan Hukum, Kriteria Standar dan Regulasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup . Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.80/MENLKHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 tentang Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus Dalam Jaringan Bagi Usaha dan/ atau Kegiatan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2010 tentant Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri Peraturan Menteri Perindustrian No. 40 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik . Bagan Alir Perencanaan Dimensi Jaringan Perpipaan Air Limbah ( Coventional Sewer) Parameter Kriteria Unit Sumber Slope Minimum 0.15%-0.45% m PUPR No. 4/ 2017 Kecepatan min. 0.4 -3 m/s PUPR No. 4/ 2017 Jarak Manhole 25- 100 m CPHEEO (2013) Ketinggian air 0.6-0.8 Di a. pipa - PUPR No. 4/ 2017 Kedalaman pipa Maks . 7 m Dia. Pipa Min. 100 mm Tabel Kriteria Desain Jaringan Perpipaan Air Limbah PUPR No. 4/ 2017 Persamaan manning berlaku : Kondisi aliran tidak penuh dan tidak bertekanan ( partially flow) d/D maksimum 0,6-0,8 atau Ө < 200˚

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Pemakaian Air Kegiatan kawasan /tenant: Industri Residensial Komersial Utilitas Sarana Penunjang Limbah Cair Kegiatan (80% dari Pemakaian Air Kegiatan ) Rencana Tata Guna Lahan Kawasan Penggunaan Lahan Timbulan Limbah Cair (m3/hari) (liter/detik) Heavy Industri 11.800,96 136,59 Medium Industry 7.656,96 88,62 Light Industry (IKM) 3.549,28 41,08 Residential 1.391,40 16,10 Commercial Area 943,80 10,92 Utility Area 77,92 0,90 Supporting Facility 64,94 0,75 Total Rata-rata 25.485,26 294,97 Kapasitas IPAL (120%) 30.582,31 353,96 Estimasi Timbulan Limbah Cair Kawasan SIP (Ultimate)

Barat-1 (120,3 L/dt) Barat-2 (141,3 L/dt) Timur-1 (14,5 L/d) Timur-2 (19 L/dt) WWTP Timur-1 WWTP Timur-2 WWTP Barat-1 WWTP Barat-2 Area Pelayanan : 204,7 Ha Timbulan Air Limbah : 120,3 L/ detik Kapasitas WWTP: 12.470 m3/ hari Keb . Lahan WWTP: ± 1,44 Ha Badan Air Penerima /Outlet IPAL; Pond/Ci Karo Area Pelayanan : 295,3 Ha Timbulan Air Limbah : 141 L/ detik Kapasitas WWTP: 12.204 m3/ hari Keb . Lahan WWTP: ± 1,7 Ha Badan Air Penerima /Outlet IPAL; Pond/Ci Barengkok Area Pelayanan : 49,5 Ha Timbulan Air Limbah : 14,5 L/ detik Kapasitas WWTP: 1.492 m3/ hari Keb . Lahan WWTP: ± 0,2 Ha Badan Air Penerima /Outlet IPAL; Pond/ Anak Sungai Ci Kandung Area Pelayanan : 84 Ha Timbulan Air Limbah : 19 L/ detik Kapasitas WWTP: 1.967 m3/ hari Keb . Lahan WWTP: ± 0,25 Ha Badan Air Penerima /Outlet IPAL; Pond/Ci Mener Rencana Zonasi Pelayanan dan Kebutuhan WWTP Kawasan ( Rencana Awal) RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Catatan Pertimbangan penentuan zonasi didasarkan pada rencana tangkapan air kawasan SIP untuk memastikan sistem pengaliran jaringan perpipaan limbah cair dapat dilakukan secara gravitasi , meminimalisir kebutuhan diameter pipa yang besar dan kebutuhan bangunan pelengkap Kapasitas WWTP, safety factor : 1,2 Kebutuhan Area WWTP di asumsikan berdasarkan studi proyek-proyek sebelumnya

Barat-1 Barat-2 WWTP Barat-1 WWTP Barat-2 Zona Barat Pumping (wet) well/ Lift Station Skenario Rencana Jalur Perpipaan Limbah Cair Kawasan RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Zona Barat Skenario-1 – Pengaliran Gravitasi ( Gravity Sewer System) 2 Area Pelayanan dengan Sistem Pengaliran gravitasi Kemiringan pipa air limbah dibuat 0,25% searah dengan kemiringan jalan ( Galian pipa tidak akan terlalu dalam ) 2 Lokasi IPAL/WWTP -> Pembangunan Staging/ Pentahapan ( Rekomendasi Konsultan ) Skenario-2 Sistem Kombinasi Gravitasi dan Pompa ( Combined Gravity Sewer System) 3 Sistem Pengumpulan / Jaringan Air Limbah Pipa pada jalur menanjak -> Jalur Melawan Arah Slope Jalan -> membutuhkan lift station saat kedalaman pipa > 6 meter Rute Pipa Pembawa ( menurun ) pengumpul dari area Barat Pipa Pada Jalur menurun langsung menuju IPAL Kedalaman pipa yang melawan slope jalan akan sangat dalam -> mempegaruhi biaya galian dan manhole 1 lokasi IPAL/WWTP dan ± beberapa lift station/pump-> Perencanaan bertahap / staging IPAL/ WWTP Barat Uphill Slope/ Melawan Arah Kemiringan Downhill Slope/ Searah Kemringan Trunk Sewer/ Pipa Pembawa (Downhill Slope) Update

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Kelebihan Dan Kekurangan Kriteria Skenario-1 (Gravity) Skenario-2 (Combined) Biaya Infrastrukur Awal (Capex) Jaringan Pipa + Manhole ( Galian Tidak Terlalu Dalam ) Jaringan Pipa + Manhole (Pada jalur yang Berlawanan dengan Jalan Galian akan semakin dalam ) Membutuhkan Pipa Pembawa ( Trunk Sewer) Biaya MEP ( Aset Dapat dilakukan secara staging) Tidak membutuhkan pompa pada jaringan sewer Dua Lokasi IPAL (2 sistem MEP) 1 Lokasi IPAL (1 Sistem MEP Terpusat ) Membutuhkan Pompa / lift station saat kedalaman pipa >6 m Kehandalan Sistem Pengaliran gravitasi (natural), penggelontoran Power Outgages ( Potensi Overflow ke area Jalan Tenant Sekitar ) Biaya Operasional dan Pemeliharaan Biaya Pemerliharaan Jaringan & Manhole Biaya Operasional MEP jaringan (Listrik dan Operator) Keberlanjutan Pada kondisi jangka panjang scenario-1 mempertimbanhkan keberlanjutan sistem untuk pengembanganya . Jika ada tenant yg di luar lokasi zona pelayanan tahap awal IPAL diperlungan pengumpul sementara menuju lokasi WWTP. Pada tahap awal pengembangan masih efisien jika jumlah pelayanan yang membutuhkan pompa masih kecil Kurang Fleksibel terhadap pengembangan tenant pada zona yang membutuhkan pompa ( terutama staging pompa air limbah dari segi unit dan kapasitasnya ) Secara Kesluruhan pada tahap Masterplan Konsultan merekomendasikan untuk tetap menggunkan skenario-1 menggunakan sistem gravitasi dari segi cost dan kehandalan sistem . Namun pada pengembanganya sistem ini dibangun secara bertahap dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan tenant dan pengelola kawasan , pada pentahapan kemungkinan diperlukan adjustment dan tambahan jaringan atau sistem pengumpul sementara yang dilakukan pada studi pendetilan selanjutnya . Skenario Rencana Jalur Perpipaan Limbah Cair Kawasan Update

Update Rencana Sistem Pengelolaan Limbah Cair ( Setelah Analisa Grading) RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Barat-1 (120,3 L/dt) Barat-2 (141,3 L/dt) Timur-1 (14,5 L/d) WWTP Timur-1 WWTP Barat-1 WWTP Barat-2 Area Pelayanan : 204,7 Ha Timbulan Air Limbah : 120,3 L/ detik Kapasitas WWTP: 12.470 m3/ hari Keb . Lahan WWTP: ± 1,44 Ha Badan Air Penerima /Outlet IPAL; Pond/Ci Karo Area Pelayanan : 295,3 Ha Timbulan Air Limbah : 141 L/ detik Kapasitas WWTP: 12.204 m3/ hari Keb . Lahan WWTP: ± 1,7 Ha Badan Air Penerima /Outlet IPAL; Pond/Ci Barengkok Area Pelayanan : 135,32 Ha Timbulan Air Limbah : 33,35 L/ detik Kapasitas WWTP: 3.458,06 m3/ hari Keb . Lahan WWTP: ± 0,5 Ha Badan Air Penerima /Outlet IPAL; Pond/ Anak Sungai Ci Kandung Berdasarkan hasil analisa grading untuk Zona Timur-1 masih dapat dijaga menggunakan pengaliran sistem gravitasi sehingga hanya memerlukan 1 lokasi IPAL Update

Titik Inlet WWTP Titik Oulet WWTP Pipa menuju WWTP-Timur-1 Pipa menuju WWTP-Timur-2 Rencana Jalur Perpipaan Limbah Cair Kawasan ( Conventional Sewer) – Rencana Awal RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Zona Timur Zona Barat Titik Inlet WWTP Titik Outlet WWTP Pipa menuju WWTP-Barat-1 Pipa menuju WWTP-Barat-2

Rencana Jalur Perpipaan Limbah Cair Kawasan ( Conventional Sewer) RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Zona Timur Zona Barat Titik Inlet WWTP Titik Outlet WWTP Pipa menuju WWTP-Barat-1 Pipa menuju WWTP-Barat-2 Titik Inlet WWTP Titik Oulet WWTP Pipa Zona Timur-1 Pipa Zona Timur-2 Pipa Update Update Jaringan Update Pressure Sewer Pipe ( Sementara pada Masa Pengembangan / opsional ) Sedikit Melawan Arah Jalan

Rencana Sistem Pengolahan Limbah Cair Kawasan SIP RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Standar Baku Mutu Limbah Cair Kawasan No Parameter Unit INFLUENT IPAL Kawasan Effluent IPAL Kawasan Permenperin . 40/2016 Rekomendasi Konsultan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.05/2014 1 Temperature C 38 38 2 TDS mg/l 2000 2000 3 TSS mg/l 400 - 600 400 200 4 Color Pt.Co 300 5 pH - 4-10 6-9 6-9 6 Ferro Fe) mg/l 5 5 7 Manganese (Mn) mg/l 2 2 8 Barium (Ba) mg/l 2 2 9 Copper (Cu) mg/l 2 2 10 Zinc (Zn) mg/l 5 5 11 Cromiun Heksavalen (Cr6+) mg/l 0.1 0.1 12 Total Cromium (Cr) mg/l 0.5 0.5 No Parameter Unit INFLUENT WWTP EFFLUENT WWTP Permenperin . 40/2016 Rekomendasi Konsultan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05/2014 13 Cadmium (Cd) mg/l 0.05 0.05 14 Total Mercury (Hg) mg/l 0.002 0.002 15 Lead (Pb) mg/l 0.1 0.1 16 Stanum (Sn) mg/l 2 2 17 Arsenik (Ar) mg/l 0.1 0.1 18 Selenium (Se) mg/l 0.05 0.05 19 Nikel (Ni) mg/l 0.2 0.2 20 Cobalt (Co) mg/l 0.4 0.4 21 Cianida (CN) mg/l 0.05 0.05 22 Sulfida (S) mg/l 0,5 0,5 23 Fluorida (F) mg/l 2 2 24 Chlorine (Cl2) mg/l 1 1 25 Ammonia-Nitrogen(NH3-N) mg/l 5 5 26 Nitrate (NO3-N) mg/l 20 20 27 Nitrite (NO2-N) mg/l 1 1 28 Total Nitrogen mg/l 30 30 29 BOD5 mg/l 400 - 600 500 50 30 COD mg/l 600 - 800 800 100 31 Blue Methyl Active Compound mg/l 5 5 32 Phenol mg/l 0.5 0.5 33 Oil & Grease mg/l 10 10 34 Coliform Total MPN/100 ml 10,000 10,000 Untuk menyeragamkan kualitas air limbah kawasan yang masuk ke sistem kawasan perlu ada Batasan kualitas air dari masing-masing tenant yang dapat dikelola kawasan , Batasan standar tersebut mengacu pada Permennperin No.40 Tahun 2016 dan Permen LH No.5/2014. Jika belum memenuhi kualitas tersebut tenant wajib melakukan pre-treatment terlebih dahulu sebelum masuk ke sistem jaringan perpipaan limbah cair kawasan .

Rencana Sistem Pengolahan Limbah Cair Kawasan SIP RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Alternatif Teknologi Pengolahan Limbah Cair Kawasan Konfigurasi IPAL ( Aeration System) Alternatif Teknologi Pengolahan Lumpur Alternatif Teknologi Conventional Activated Sludge -> Rekomendasi pada tahap awal Membrane Bio Reactor (MBR) Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) -> Rekomendasi pada tahap pengembangan Oxydation Ditch, dll Pertimbangan dalam pemilihan teknologi : Ramah lingkungan . Estetika dan Kenyamanan . Perawatan yang tahan lama dan minimal . Dapat ditingkatkan dan diperluas . Biaya yang sepadan Kemudahan pengoperasian Jumlah akumulasi lumpur Kebutuhan lahan Biaya pengoperasian/ Opex K ualitas air hasil pengolahan

Rencana Sistem Pengolahan Limbah Cair Kawasan SIP RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Perkiraan Biaya Investasi Pengadaan IPAL/WWTP Kawasan Industri (CAPEX) ( Studi Kasus pada beberapa lokasi Kawasan Industri ) Komponen Biaya Iterm Pekerjaan Kapasitas Nilai Pekerjaan Lokasi Harga Per LPS (Rp/LPS) (M3/hari) LPS Miliar Rupiah Daerah WWTP -> Lumpur Aktif Konvensional 2x2750 64 35,75 Jakarta Utara 561,6 Juta WWTP -> MBR (2018) 5000 57,8 85,56 Gresik 1,478 Miliar STP -> MBR (2018) 2500 28,9 47,4 Gresik 1,634 Miliar WWTP -> Konvensional (2015) 6912 80 64,85 Karawang 810 Juta 2,5-5% 70-85% 8-20% 0-5% < 1% 0-2,5% Estimasi biaya IPAL sangat bergantung dengan sistem yang akan diaplikasi oleh penyedia /vendor. Update

Rencana Sistem Pengolahan Limbah Cair Kawasan SIP RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. Teknologi Pengolahan Kriteria Pengoalahan Kriteria Pemilihan Teknologi BOD COD TSS Ammonia Skala Pengolahan Biaya Ivenstasi Biaya O&M Kebutuhan Energi Kemudahan Pengoperasian Kebutuhan Area Proses Biologis Aerobik (Tanpa Media) Kolam Stabilisasi √ √ √ √ B SK SK SK M SB Conventional Activated Sludge √ √ √ √ B K K B M B Oxydation Ditch √ √ √ √ B B K K M B Sequencial Batch Reactor √ √ √ √ K K K K S K Proses Biologis dengan Media MBR √ √ √ √ B SB SB B S SK MBBR √ √ √ √ B SB B B S SK RBC √ √ √ √ SK B B B S K 4. Perbandingan Kriteria Teknologi Pengolahan Limbah Cair Keterangan : SB- Sangat Besar B- Besar K-Kecil SK-Sangat Kecil M- Mudah S- Sukar Direkomendasikan Update

Draft Hasil Perhitungan Dimesni Jaringan Perpipaan Limbah Cair RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR I. 200 mm 300 mm 400 mm 500 mm 600 mm Kebutuhan Diameter Pipa

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. I. Umum ( Sumber : Konsultan , 2022) ( Sumber : Konsultan , 2022) Pengurangan Penanganan Tahapan Pengelolaan Limbah Padat NonB3 Domestik Sumedang Industrialpolis Tahapan Pengelolaan Limbah Padat B3 Domestik Sumedang Industrialpolis Pencegahan dan Pengurangan Pewadahan Pengumpulan Pencegahan dan Pengurangan Pemilahan Pewadahan Pengumpulan Pengangkutan Reuse dan Recycle/Recovery Peningkatan kesadaran dan perubahan kebiasaan Penyimpanan Sementara Peraturan terkait pengelolaan limbah padat

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. II. Alur Pengelolaan Limbah Padat ( Sumber : Konsultan , 2022)

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. III. Timbulan Limbah Padat Standar Populasi Standar Limbah Padat Langkah Perhitungan * Massa jenis limbah padat = 0,3 kg/ liter ( Buku institusi ) Area Penggunaan Lahan Estimasi Populasi Estimasi Total Volume Timbulan Limbah Padat Domestik Standar Populasi i Standar Timbulan Limbah Padat , Massa Jenis * ( Sumber : Konsultan , 2022) ( Sumber : Konsultan , 2022) Total Volume Timbulan Limbah Padat Domestik Limbah Padat B3 Domestik (2%)

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. III. Timbulan Limbah Padat Volume Timbulan Limbah Padat Domestik paling sedikit paling banyak ( Sumber : Konsultan , 2022) ( Sumber : Konsultan , 2022)

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. IV. Pencegahan dan Pengurangan ( Sumber : Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan , 2022) Berdasarkan data dari SIPSN KLHK, persentase komposisi tertinggi yaitu sisa makanan (62,27%), plastik (12,67%), dan kertas / karton (9,25%). Komposisi Limbah Padat Domestik ( Sumber : Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan , 2022)

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. IV. Pemilahan sampah dapur kertas dan karton tekstil bekas plastik kaca dan logam Limbah Padat B3 domestik lainnya sludge domestik WWTP debris konstruksi sampah dapur kertas dan karton tekstil bekas plastik kaca dan logam Limbah Padat B3 domestik lainnya sludge domestik WWTP a. Pada masa konstruksi b. Pada masa operasional Merunut pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga , jumlah kelompok pemilahan minimal sebanyak 5 jenis .

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. V. Pewadahan Tali yang dapat terdekomposisi secara alami ( biodegradable rope ) Kontainer yang dapat didaur-ulang ( recyclable container ) Wadah Limbah B3 Simbol dan Label Wadah Limbah B3 a. Wadah Limbah Padat NonB3 domestik b. Wadah Limbah Padat B3 domestik Kantong plastik yang dapat terdekomposisi secara alami ( biodegradable plastic ) ( Sumber : Konsultan , 2022)

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. VI. Pengumpulan Contoh lokasi pengumpulan rumah tapak Contoh lokasi pengumpulan gedung industri , apartemen , fasilitas pendukung , utilitas , dan perkantoran Contoh lokasi pengumpulan komersial Contoh lokasi pengumpulan RTH Contoh lokasi pengumpulan ruas jalan Contoh lokasi pengumpulan Limbah Padat B3 spesifik industri atau TPS Limbah B3 industri a. Pengumpulan Limbah Padat Domestik b. Pengumpulan Limbah Padat Spesifik Industri Untuk ruas jalan , sesuai dengan SNI 19-2454-2002 Tentang Teknik Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan , jarak antara satu tempat sampah dengan tempat sampah lainnya yaitu minimal 100 meter.

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. VII. Pengangkutan Truk pengangkut Limbah Padat NonB3 domestik yang dapat dikompos Truk pengangkut Limbah Padat B3 domestik Frekuensi dan Jadwal Pengangkutan Truk pengangkut Limbah Padat NonB3 domestik yang tidak dapat dikompos ( Sumber : Konsultan , 2022) ( Sumber : Konsultan , 2022)

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. VIII. TPS 3R dan TPSSS-B3 ( Sumber : Konsultan , 2022) Fasilitas yang ada di tiap TPS 3R dan TPSSS-B3: Tempat parkir Area penyortiran Ruang penyimpanan sampah dapur Area pengomposan Ruang penyimpanan kompos Ruang penyimpanan kertas dan karton Ruang penyimpanan tekstil bekas Ruang penyimpanan plastik Ruang penyimpanan kaca dan logam Ruang penyimpanan limbah padat lainnya Ruang penyimpanan sementara Limbah Padat B3 domestik Area penanganan lindi Ruang peralatan Area pengolahan lumpur ( sludge) domestik WWTP Area Waste-to-Energy (WTE) Kantor dan toilet ( Sumber : Konsultan , 2022) ( Sumber : Konsultan , 2022)

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. IX. Reuse dan Recycle/Recovery Contoh Proses Pengomposan dengan Teknologi Aerator Bambu a. Pengomposan untuk sampah dapur atau Limbah Padat NonB3 domestik yang dapat dikompos Standar Kualitas Kompos ( Sumber : SNI 19-7030-2004) Proses pengomposan adalah proses dekomposisi terhadap bahan organik biodegradable . Beberapa teknologi pengomposan yang umum diterapkan di Indonesia: Sistem aerator bambu Sistem bata berongga Teknik takakura susun Komposter drum Bokashi Larva BSF ( Black Soldier Fly ) ( Sumber : Petunjuk Teknis TPS 3R dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR))

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. IX. Reuse dan Recycle/Recovery b. Waste-to-Energy (WTE) untuk Limbah Padat NonB3 domestik yang tidak dapat dikompos 1. Refuse-derived fuel (RDF) 2. Hydrothermal ( Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Cilacap ) ( Sumber : itb.ac.id ) Pada dasarnya , proses RDF mengeringkan campuran limbah hingga kadar air berkurang dan menghomogenkan limbah menjadi ukuran yang lebih kecil . Hasil dari proses ini adalah RDF yang memiliki karakteristik dan nilai kalor yang cocok sebagai alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan , misalnya digunakan di industri semen, PLTU, dan lainnya yang masih bergantung pada bahan bakar batu bara. Proses hydrothermal dimulai dengan memasukkan campuran limbah padat ke dalam reaktor bersama dengan air. Setelah reaktor ditutup , reaktor dipanaskan dengan uap jenuh yang memiliki temperatur 200°C dan 200 MPa. Untuk menjaga temperatur dan tekanan sesuai kondisi awal , dalam reaktor dilakukan pengadukan selama satu jam. Setelah proses pengadukan selesai , dilakukan pelepasan uap untuk menstabilkan kondisi reaktor sebelum dibuka dan diambil hasil olahan sampahnya . Hasil olahan sampah yaitu padatan seragam yang berukuran lebih kecil yang dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan bakar pembangkit listrik , kompos tanaman , pakan hewan ternak , dsb . Konsep ini serupa memasak dengan menggunakan “ panci presto”.

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. IX. Reuse dan Recycle/Recovery c. Pengolahan pupuk untuk lumpur ( sludge ) domestik WWTP Contoh Proses Pengeringan Lumpur ( Sludge ) WWTP Untuk kelompok pemilahan limbah lumpur ( sludge ) domestik , dilakukan proses awal terlebih dahulu di area WWTP. Proses tersebut adalah dewatering atau pengurangan kadar air yang terkandung di dalam lumpur . Setelah proses dewatering , lumpur dibawa ke TPS 3R dan ditempatkan di rumah kaca . Proses pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan panas matahari yang terperangkap di dalam rumah kaca ( solar drying ). Penggunaan rumah kaca juga dipilih untuk menjaga agar lumpur yang sedang dalam proses pengeringan tidak terlalu terganggu oleh hujan dan meminimalisasi timbulnya lindi . Selama proses pengeringan , lumpur akan dibolak-balik dengan menggunakan mesin pembalik . Dengan mesin pembalik ini , lumpur dapat mengering secara lebih merata . ( Sumber : Google )

RENCANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. IX. Reuse dan Recycle/Recovery d. Pengolahan Limbah Padat B3 domestik dan industri oleh perusahaan pengelola Limbah B3 berizin Perusahaan rekomendasi adalah PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PT. PPLi ) yang berlokasi di Nambo , Klapanunggal , Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara garis besar , PT. PPLi melakukan proses stabilisasi Limbah Padat B3 yang melibatkan berbagai bentuk pra-perlakuan kimia , diikuti dengan pencampuran dengan semen Portland, fly ash , tanah liat penyerap , air, dan reagen lainnya dalam proporsi yang bervariasi untuk membuat zat yang stabil . Setelah stabil , produk akhir disimpan dengan aman ke tempat pembuangan akhir yang ramah lingkungan . Proses Pengolahan Limbah B3 oleh PT. PPLi ( Sumber : PT. PPLi )

RENCANA SISTEM KELISTRIKAN J. Umum Konsep sistem kelistrikan ini dimaksudkan untuk menjelaskan konsep desain terkait sumber daya dan sistem kelistrikan serta distribusi daya listrik (150 kV dan 20 kV) pada area KI Sumedang Industrialpolis . Untuk menunjang kegiatan industri terutama di KI Sumedang Industrialpolis , maka kawasan industry perlu melakuan perencanaan sistem sumber daya listrik untuk Kawasan Industri tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 40 Tahun 2016 juga menerangkan bahwa “ Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik sesuai dengan ketentuan PT.PLN (Persero) . Adapun yang perlu diperhatikan ada beberapa factor: Ketersediaan suplai tenaga listrik Keandalan sistem tenaga listrik Kualitas daya listrik Penerapan konsep smart grid Standard, Landasan Hukum & Regulasi Konsep desain dalam perencanaan master plan mengacu pada beberapa regulasi standar berikut : RUPTL PT. PLN 2021-2030 UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan PP No. 14 Tahun 2012 tentang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL PT. PLN 2021-2030 SPLN T5.001-1: 2008 ( Pedoman Gardu Induk 150kV) SNI 04-6918-2002 ( Tentang ruang bebas dan jarak bebas minimum pada SUTT dan SUTET ) SNI 6197:2011 tentang Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan. Grid Code (ESDM) - Aturan Jaringan Distribusi Grid Code (ESDM) - Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Permen ESDM NOMOR: 18 TAHUN 2015 Tentang ruang bebas dan jarak bebas minimum pada SUTT dan SUTET IEC ( International Electrotechnical Commission ) IEEE ( Institute of Electrical and Electronics Engineers )

RENCANA SISTEM KELISTRIKAN J. Lokasi Jaringan Tenaga Listrik (GI) di Sekitar KI Sumedang Industrialpolis Sumber Daya Listrik PLN yang berada di sekitar Kawasan Indusri Buahdua yang terletak di Kabutapen Sumedang Jawa Barat d iantaranya : Gardu Induk 70 kV Subang ( Sistem Barat) dan Sumedang ( Sistem Selatan). Gardu Induk 150 kV Hargeulis ( Sistem Utara) dan Rancaekek ( Sistem Selatan). Back Bone penghubung pembangkit listrik dari Jawa Bagian Timur hingga Jawa Bagian Barat terdapat jaringan 500 kV Selatan ( eksisting ) menghubungkan GITET Mandirancang – GITET Bandung Selatan- GITET Saguling – GITET Cirata – GITET Deltamas dan diteruskan ke sistem DKI Jayakarta

RENCANA SISTEM KELISTRIKAN K. Sistem Transmisi Tegangan Tinggi di Jawa Barat Dalam 2 tahun terakhir beban puncak di Jawa Barat masih berkisar 5.700 – 5.800 MW dengan reserve margine masih di atas 30% seperti terlihat pada tabel berikut : Dilihat pada peta kelistrikan Jawa Barat dari RUPTL PLN 2021-2030 melihat pengembangan Jaringan Listrik di Jwabarat di sisi 150 KV akan ada penambahan Jaringan SUTT kearah Subang. Selain itu disisi transmisi 500kV SUTET juga ada penambahan jaringan yang menghubungkan kelistikan Jawa – Bali. diteruskan ke sistem 500 kV DKI Jaya.

RENCANA SISTEM KELISTRIKAN K. Rencana Sumber Sistem Kelistrikan Kawasan 43.0 Km 20.9 Km Melihat kondisi KI Sumedang Industrialpolis akan sangat memungkinkan kebutuhan sumber listrik utama kawasan industry disupplay oleh PLN. Demi menjaga kontinuitas sumber listrik direkomendasikan kawasan industry membangun 2 gardu induk kawasan dengan 2 sumber yang berbeda . Direncanakan sumber utama listrik Kawasan Indusri Subang Industrialpolis disuplai oleh PLN – Gardu induk Hargeulis melalui penyulang Hargeulis-Cikedung SUTT 150kV di GI Barat Kawasan dan PLN – Gardu induk Rancaekek melalui penyulang Rancaekek-Mandirancan SUTT 150kV di GI Barat Kawasan.

RENCANA SISTEM KELISTRIKAN K. Konsep Rencana Sistem Distribusi Tenaga Listrik Penempatan lokasi susbstation / GI merupakan salah satu aspek penting terkait dengan keseimbangan pelayanan sehingga mendapatkan load faktor optimal dan membantu dalam memenuhi standard reserve margin yang ditetapkan. Untuk memnuhi kondisi tersebut maka hal berikut menjadi pertimbangan dalam menempatkan Substati o n: Dekat dengan cluster beban (tenant) Dekat dengan substation lain agar dapat dijadikan alternative suplai daya . Aman, mudah dan area extendable Gardu Induk Barat Gardu Induk Timur

RENCANA SISTEM KELISTRIKAN K. Konsep Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Sisi Gardu Induk Barat d iperkirakan membutuhkan daya listrik 360 MW untuk mengakomodir kebutuhan listrik disisi barat secara keseluruhan . Gardu Induk Barat

RENCANA SISTEM KELISTRIKAN K. Pada Sisi Gardu Induk Barat d iperkirakan membutuhkan daya listrik 75 MW untuk mengakomodir kebutuhan listrik disisi barat secara keseluruhan . Konsep Sistem Distribusi Tenaga Listrik

RENCANA SISTEM KELISTRIKAN K. Konsep Sistem Distribusi Tenaga Listrik

RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L. Analisis Koneksi WAN Kondisi Jaringan Telekomunikasi di sekitar Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis Posisi STO Telkom terdekat , yang dapat mencatu Fiber Optik adalah STO Telkom Subang, dengan jarak 31 Kilometer. Posisi Tower 4G Telkomsel Terdekat adalah dilokasi Ganta – Bantar Huni, dekat dengan Jalan Tol Cipali Dengan kedua titik ini , dapat disimpulkan bahwa catuan backbone Fiber Optic terutama ke eNode -B sudah tersebar di sekitar lokasi yang akan dibangun Kawasan Industri . Lokasi Tower T- Sel terdekat , diperlukan untuk PTP Radio, jika saat pembangunan jalur FO menuju Kawasan belum selesai dikerjakan .

RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI Kondisi Jaringan Seluler Berikut kajian hasil drive test 3 operator besar disekitar Kawasan. Dari hasil drive test Telkomsel memiliki coverage terbaik diantara 2 operator cellular lainnya , sehingga dapat dipastikan bahwa operator terbaik untuk catuan FO, adalah Telkom. Kemudian XL- Axiata juga memiliki jarak terdekat dengan Kawasan industry yang akan terbangun , dapat menjadi alternatif kedua backbone WAN yang masuk dalam Kawasan industri Indosat sama sekali tidak memiliki coverage disekitar wilayah Kawasan Industri , sehingga tidak dapat menjadi pilihan WAN. Selain 3 Operator Telekomunikasi terbesar , ada banyak Fiber Optic backbone diwilayah subang dan sekitarnya yang dapat menjadi alternatif koneksi WAN Analisis Koneksi WAN L.

Koneksi PTP Sebagai Alternatif Jaringan Radio PTP, merupakan jaringan alternatif , jika Jaringan FO belum dapat digelar didalam Kawasan, atau nantinya digunakan sebagai redundancy network, jika terjadi permasalahan di jaringan FO. Jarak PTP dengan STO terdekat , dengan asumsi memanfaatkan dark fiber yang ada di tower T- Sel , dan memanfaatkan ijin frekuensi milik Telkom (6 GHz – 7 GHz), maka dapat diperoleh bandwidth throughput 4 Gbps. Dengan jarak LoS sejauh 6 kilometer. Ketinggian Radio PTP adalah 40 meter, sehingga minimal ketinggian tower di Kawasan industry adalah 42 meter, sehingga Fresnel Zone tidak menyentuh ground (minimal 70% dari Fresnel Zone) harus terakomodir . RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI Analisis Koneksi WAN L.

Konsep Telekomunikasi : Design Jaringan ICT untuk Metro Area Network - AnyPON / xPON Untuk Perencanaan Metro Area Network (MAN) ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan , dan penerapan jaringannya tergantung dari site / block plan yang telah dibuat . Jika dalam Kawasan Industri terdapat wilayah residential, maka bentuk jaringan yang paling tepat adalah xPON , dimana kebutuhan bandwidth dapat diatur serta diplih kebutuhannya sesuai dengan kriteria : Jarak dari Central Office ke setiap Node Kebutuhan bandwidth ke setiap Node Kesederhanaan bentuk jaringan dalam operasional dan perawatannya . RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

Konsep Telekomunikasi : Pengenalan Teknologi Fiber Optic xPON xPON / any PON adalah penerapan teknologi Passive Optical Network dengan keunggulan sebagai berikut : Perawatan mudah , karena hanya menggunakan core FO cable yang sedikit , untuk melayani end nodes yang banyak  Konsep Point to Multi point Tidak diperlukan perangkat aktif pada jaringan distribusi /OSP, cukup memanfaatkan passive optical splitter, sehingga tidak ada penggunaan listrik di jaringan distribusinya . Dalam operasional dan perawatannya , hanya diperlukan team core network engineering dan Outside Plant saja . Jenis xPON : GPON, atau Gigabit Passive Optical Network, dapat menghantarkan bandwidth maksimum per Channel GPON sebesar 2.4 Gbps untuk Downlink dan 1.2 Gbps untuk Uplink, bandwidth sebesar itu biasanya digunakan untuk mendistribusikan triple-play network dengan pembagian per ONU (Optical Network Unit) sekitar 100 mbps , dengan mengatur rangkaian pembagi optic 1:4  1:8, artinya per port GPON dapat melayani 32 ONU sekaligus . Jaringan GPON lebih cocok digunakan untuk residential area, apartemen dan hotel. XGS-PON, atau 10Gbps ~ 50Gbps Synchronous Passive Optical Network, merupakan pengembangan dari GPON, dan memiliki bandwidth sebesar 10Gbps baik DL dan UL nya . Biasanya rangkaian pembagi optiknya menggunakan 1:4, sehingga memperoleh bandwith per ONU nya sebesar 2.5 ~ 12.5 Gbps Uplink dan Downlink, pemanfaatannya saat ini lebih diarahkan untuk backhaul teknologi cellular, terutama untuk Jaringan 4G dan industry yang memerlukan bandwidth tersebut diatas NG-PON2, merupakan evolusi teknologi dari XGS-PON, dimana 4 channel XGS-PON dapat digabungkan dalam satu kesatuan (Bonding Channel), sehingga kapasitas bandwidth yang dihasilkan adalah 4 kali lipat dari XGS-PON, dengan rangkaian pembagi optic 1:4 di jaringan distribusinya , maka disetiap ONU NG-PON2, dapat memperoleh 10 Gbps synchronous DL/UL. Teknology NG-PON2 telah dimanfaatkan sebagai backhaul jaringan Cellular 5G, pada operator cellular di Amerika Serikat (Verizon), berikut link informasi terkait hal tersebut : verizon-full-speed-ahead-with-ngpon2-for-5g-mobile-support Info Graphic Perkembangan teknologi xPON RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

I. Konsep Jaringan ICT dan Smart System Secara Umum Central Office / ICT Office, akan dibangun dilokasi Kantor Kawasan, dengan mendesign MMR, Core Network, xPON Distribution System. Akan diterapkan Multi operator WAN Connection, sehingga memberikan kesempatan tenant dalam memilih operator ISP, bahkan penerapan SD-WAN. Akan didesain Edge Computing System untuk IoT Data Collection, sebelum dikirim ke Middleware yang telah ditentukan . Akan didesign xPON sebagai backbone keseluruhan koneksi system, dan dapat digunakan sebagai fiber transport jaringan selular 4G/5G, dengan menerapkan eCPRI over WDM PON Akan didesign dan penentuan titik smart pole, yang digunakan untuk : IoT gateway Security System : CCTV & Gate Bar Smart Mobility over WiFi Mesh Network Integrasi SCADA untuk Sub. Station, WTP dan WWTP RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

I. Konsep Telekomunikasi: SD-WAN Connections Untuk Para Tenant Topology Umum SD-WAN SD-WAN (Software Define WAN) adalah pendekatan baru untuk konektivitas jaringan yang menurunkan biaya operasional dan meningkatkan penggunaan sumber daya untuk penyebaran multisite. Perusahaan dapat menggunakan bandwidth secara lebih efisien dan dapat membantu memastikan tingkat kinerja tertinggi untuk aplikasi penting tanpa mengorbankan keamanan atau privasi data. SD-WAN, merupakan solusi yang memanfaatkan Multi-WAN Input, untuk Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis , Multi-WAN Input dapat diperoleh dari : Koneksi WAN dari STO Telkom Subang yang bisa di catu dengan jarak 31 km dari KI Sumedang Industrialpolis . Dari Provider ISP lain seperti : Cyberlink , Biznet , Mentari yang sudah menggelar koneksi WAN di sekitar KI Sumedang Industrialpolis Koneksi FO dari STO Tower Telkomsel yang berjarak 11 km dari KI Sumedang Industrialpolis , dan juga dapat melakukan koneksi PTP Radio dari tower t- sel / seluler lainya sebagai alternatif apabila pembangunan kabel FO menuju Kawasan belum dikerjakan . Seluruh koneksi tersebut menjadi sebuah ‘aggregate connections’, sehingga dapat menghubungkan antara kantor pusat dengan pabrik yang ada dikawasan industry, walaupun berbeda lokasi secara geografis . SD-WAN merupakan solusi alternatif MPLS yang jauh lebih mahal harga perkoneksinya , dengan memanfaatkan banyaknya koneksi WAN dikawasan Industri Sumedang Industrialpolis . RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

Jaringan SD-WAN yang di rencanakan akan digunakan sebagai konsep interkoneksi antara Kantor Pusat Jakarta dengan Sumedang Industrialpolis Disisi Central Office, dibangun Spine Leaf Core Network, juga digunakan sebagai On Premise SD-WAN Controller Server. Leaf Server disisi Central Office adalah High Converged Infrastucture , yang digunakan untuk smart system / edge computing, SCADA, Video Management System, etc. Hub Router pada spine leaf border, akan terkoneksi minimal dengan 2 koneksi WAN, dalam hal ini adalah koneksi dari Telkom (STO Telkom Subang) , dan yang kedua koneksi dari ISP / operator seluler di sekitar kawasan Untuk koneksi HQ Jakarta, Spoke Router akan dipasang dan akan terkoneksi dengan minimal 2 WAN / ISP ( tidak harus ISP yang sama dengan yang di Sumedang Industrialpolis ) . Di HQ Jakarta akan dipasang Common Center untuk monitoring kondisi di Sumedang Industrialpolis , termasuk didalamnya akan terpasang slave HCI Server, digunakan sebagai DRC jika ada permasalahan pada Master HCI yang ada di Sumedang Industrialpolis . Konsep Desain Jaringan ICT untuk Wide Area Network : Topologi Jaringan SD-WAN CC Sumedang Industrialpolis Central Office Sumedang Industrialpolis RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

Pemanfaatan Internet of Things pada Sumedang Indrianapolis dapat dikembangkan sesuai kebutuhan IoT yang sudah ditentukan . Integrasi jaringan IoT ke xPON , dapat dilihat pada gambar disamping , dimana seluruh koneksi IoT Nodes yang ada di Kawasan , akan terhubung dengan IoT Gateway melalui LP-WAN Connection, seperti Long Range Radio ( LoRa ) atau SigFox . Seluruh data yang terkumpul akan disimpan di edge computing server system, untuk kemudian diteruskan ke IoT Middleware / Platform, seperti The Things Network, IBM Watson dan Google Cloud. Untuk dikumpulkan dan dibuat Data Analysisnya dalam kurun waktu tertentu , sehingga dapat menjadi sebuah prediksi dikemudian hari . Penempatan IoT gateway akan diletakkan di sebuah tiang dengan ketinggian tertentu , sehingga IoT Node dapat terhubung dengan baik . IoT Node yang terpasang diposisi yang rendah seperti Smart Water yang diletakkan untuk pengawasan level air sungai dan danau , juga Smart gardening, yang diletakkan posisinya sejajar dengan tanaman , serta Smart Parking yang sensor dan trasmitternya terletak dibawah mobil , harus dihitung RF Loss, baik dari Rx Sensitivity nya sampai dengan kekuatan Transmisinya (Tx) sedemikian rupa , sehingga koneksi LP-WAN secara ideal dapat bekerja dengan baik . Konsep Desain Jaringan ICT untuk Metro Area Network : Topologi Smart System / IoT RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

Untuk jaringan Selular Outdoor, akan digunakan teknologi small cell, dimana koneksinya akan memanfaatkan jaringan xPON yang berada pada smart pole yang akan dipasang disepanjang Kawasan. Pada Jaringan Outdoor, ONU NG-PON2 dapat dimanfaatkan untuk backhaul small cell 4G/5G, atau dapat dimanfaatkan dark fiber PON yang ada untuk dilewati CPRI (Common Public Radio Interface) – 4G dan eCPRI (5G) yang secara langsung bisa terkoneksi dengan RRU 5G. Untuk jaringan Indoor, dalam indusri , dapat memanfaatkan Femto Cell, Pico Cell, dan Micro Cell, dengan memanfaatkan jaringan internet pada tenant. Konsep Desain Jaringan ICT untuk Metro Area Network : Jaringan Selular dalam Kawasan (Outdoor / Indoor) RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

Konsep Desain Jaringan ICT untuk Metro Area Network : Perhitungan Demand Investigation Demand Investigation diperlukan untuk menentukan kebutuhan jaringan dan bandwidth minimal untuk 20 tahun mendatang . Kebutuhan Demand dalam Kawasan industri mencakup : Kebutuhan koneksi dan bandwidth sampai 20 tahun mendatang dengan prediksi teknologi yang dipakai untuk industrial tenant Kebutuhan koneksi pendukung wilayah industri terkait dengan industry 4.0 / IoT, seperti automation, meter reading, serta data analytics, IP CCTV dengan AI, dll Antisipasi kemungkinan terjadi pemecahan sertifikat atau perubahan site plan disaat pembangunan Kawasan industry, sehingga diperlukan tambahan kapasitas jaringan yang sebelumnya di buat saat master plan. Diperlukan Demand Investigation untuk wilayah residential, dengan pendekatan teknologi yg berbeda dengan Kawasan industry. Kebutuhan koneksi untuk mendukung fasilitas pada Kawasan industri seperti : WTP & WWTP SCADA System Power Plant / Sub. Station Power Plant SCADA System Water Level Meter Monitoring dan Automation Water Gate System untuk Pond dan Drainage System. Backhaul / Fronthaul 5G Network dalam kawasan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa teknologi koneksi WAN yang akan digunakan dalam setiap tenant akan menggunakan teknologi SD-WAN, maka minimal diperlukan 2 koneksi fixed broadband. Jika ditentukan teknologi jaringan yang digunakan adalah xPON , untuk daerah industri , maka minimal core fiber yang diperlukan adalah : Koneksi SD-WAN (SDW) setiap tenant = 2 * koneksi xPON Untuk xPON industry, ditentukan split ratio 1:4 (1 port PON di OLT untuk 4 Access Node), dengan bandwidth koneksi ke setiap lots mulai dari 2.5 Gbps (XGS-PON) ~ 10 Gbps (NG-PON2) Untuk menghitung demand akibat perubahan atau pemecahan site plan menjadi beberapa lots. Diperlukan perhitungan pembagian luas Lot yang ada dengan persamaan : x 2 Contoh : Dalam planning ada Kavling dengan luasan 5.2 Ha, maka sesuai dengan formula diatas , total FO distribusi yang diperlukan adalah :   RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

Konsep Desain Jaringan ICT untuk Metro Area Network : Perhitungan Demand Investigation(2) Untuk keperluan smart kawasan , direncanakan penanaman smart pole, dan diperlukan ratio 1:16 XGS-PON atau NG-PON2, sehingga maksimal koneksi per pole untuk keperluan IoT gateway, IP-CCTV dan WiFi Mesh maksimal 625 Mbps / smart pole, sehingga per ODC yang dikawasan tersebut diperlukan smart pole, maka ada 1 core fiber setiap 16 smart pole. Smart Pole dapat menggunakan tiang PJU yang ada Untuk Kawasan Residential, Demand Investigation yang diperlukan adalah menghitung luasan area perumahan dan dibagi dengan luasan lahan rumah sebesar 120 M2, atau untuk commercial 100M2 Sesuai dengan desain untuk residential dan commercial, maka diperlukan cascading splitter 1:4 (ODC)  1:8 (ODP), atau 1 port PON untuk 32 Subscriber, sehingga perhitungan demandnya adalah sebagai berikut : Contoh : Dalam kawasan industri terdapat lot yang disediakan untuk residential adalah 119.43 Ha, maka dengan persamaan diatas dapat dihitung : Artinya dengan jumlah total asumsi rumah sebanyak 6.968 rumah , cukup memanfaatkan 218 cores FO untuk pendistribusiannya   Perhitungan kapasitas duct dengan jumlah kabel yang dapat diisikan mengikuti persamaan dibawah ini: Pipa sub.duct yang digunakan adalah type 40/33 HDPE Pipe. Sehingga dapat diketahui diameter dalam pipa ada 33 mm. Type kabel trunk yang ditarik dari Central Office ke ODC, ditentukan kapasitas maksimumnya adalah 288 cores dengan diameter 17.5 mm = 0.82 inch Dari penjelasan diatas maka dapat dihitung ratio nya : Nilai ini masih memenuhi persyaratan jumlah kabel per duct nya , dibandingkan dengan 2 kabel 144, yaitu 0,56   RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

Konsep Desain Jaringan ICT untuk Metro Area Network : Tabel Demand Investigation dan Planning Jumlah ODC RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L.

Konsep Desain Jaringan ICT untuk Metro Area Network : Tabel Demand Investigation dan Planning Jumlah ODC RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L. Dari perhitungan diatas , diperoleh ada 25 titik ODC diseluruh Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis , Total ada 4 tarikan kabel FO dari ODF/CO, dengan type kabel 288 cores tiga tarikan , dan 144 cores satu tarikan , Gambar Schematic Drawing dari table diatas dapat dilihat pada halaman berikut ini :

RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L. Konsep Desain Jaringan ICT untuk Metro Area Network : Contoh Schematic Drawing OSP xPON KI SIP Area Barat (ODC1 -> ODC 16) Gambar disamping ini adalah cuplikan dari schematic drawing OSP xPON SIP , Area Barat Central Office dapat dilihat dari ODF, dimana duct dan FO yang ada didalamnya didistribusikan ke seluruh Kawasan, baik itu industrial tenant, smart pole, fasilitas Kawasan (Electrical/Genset, WTP/WWTP, Ponds Level Meter, dll ) Untuk lebih lengkapnya , dapat dilihat pada file DWG terlampir

RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L. Konsep Desain Jaringan ICT untuk Metro Area Network : Contoh Schematic Drawing OSP xPON KI SIP Area Timur (ODC 17 -> ODC 25)

RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L. Drawing Jaringan OSP xPON KI SIP Area Barat (ODF,ODC1 s/d ODC16)

RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L. Drawing Jaringan OSP xPON KI SIP Area Timur (ODC 17 s/d ODC 16)

RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L. Drawing Jaringan OSP xPON KI Sumedang Industrialpolis

RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI L. Pembangunan Central Office Gambar disamping merupakan salah satu contoh Layout Design Central Office ICT untuk sebuah Kawasan Industri . Central Office digunakan untuk terminasi akhir setiap operator telekomunikasi baik fixed line dan Jaringan Selular yang ingin mendisribusikan jaringan mereka ke Kawasan SIP. Central Office terdiri dari ruang : Meet Me Room (MMR), dimana kabel fiber optic milik operator diterminasikan , ruang core network, letak perangkat jaringan utama , yang menjembatani koneksi dari MMR ke system distribusi seperti core switch, server farm switch, server-server dan storage, serta perangkat distribusi xPON yang sering disebut OLT ODF Room, merupakan terminasi kabel optic ke seluruh Kawasan Industri . Central Office bersifat mandatory, artinya setiap pengelola Kawasan harus membangun fasilitas ini , agar dapat mendistribusikan banyak operator dan untuk kemudian di distribusikan ke setiap tenant Kawasan.

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Umum Konsep sistem pipa gas ini bertujuan untuk menjelaskan konsep desain terkait pendistribusian sistem pipa gas pada area KI Sumedang Industrialpolis. Untuk menunjang kegiatan industri terutama di KI Sumedang Industrialpolis, maka kawasan industri perlu melakukan perencanaan sistem pipa gas untuk Kawasan Industri tersebut sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Gas Bumi Melalui Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi dan Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 Serta PP Nomor 35 Tahun 2004. Standard, Landasan Hukum & Regulasi Konsep desain dalam perencanaan master plan mengacu pada beberapa regulasi standar berikut : Undang - Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2001, Pasal 3c dan pasal 8 ayat 2 Tentang Minyak dan Gas Bumi. PP Nomor 35 tahun 2004 tentang Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi. PP Nomor 36 tahun 2004 tentang Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi. PP Nomor 17 tahun 1974 Tentang Pengawasan Pelaksanaan Ekplorasi dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Daerah Lepas Pantai. PP Nomor 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. PP nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 Tahun 2010 tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pemenuhan Kbutuhan dallam Negeri. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.300 K/38/MPE/1997 tentang Keselamatan Kerja Pipa Pengalur Miyak dan Gas Bumi. Permen ESDM No.32 Tahun 2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan instalasi dan Peralatan Pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. ANSI/ASME B31.4: Pipeline Transportation Systems for Liquid Hydrocarbons and Other Liquids. ANSI/ASME B31.8: Gas Transmission and Distribution Piping Systems. ISO 13623: Petroleum and Natural Gas Industries – Pipeline Transportation Systems. API 1104: Welding of Pipelines and Related Facilities. API 1107: Recommended Pipeline Maintenance Welding Practices.

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Natural Gas Price LAND USE Range Estimate Average Volume (MMSCFD) Heavy Industry 3 S/d 4 Medium Industry 2 s/d 3 Light Industry (IKM) 1 s/d 2 Residential 0,5 s/d 1 Commercial 0,1 s/d 0,5 Total 10 Real Demand Status

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Lokasi Rencana Jaringan Pipa Transmisi Dan Pipa Distribusi di Sekitar KI Sumedang Industrialpolis Sumber Jalur Pipa Distribusi yang berada di sekitar Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis yang terletak di Kabutapen Sumedang Jawa Barat d iantaranya : Pertagas PTG jalur Pipa Transmisi Kadanghaur Timur-Cilamaya ( Sistem Utara) dan Pertagas PTG jalur Pipa Transmisi Balongan-Kadanghaur Timur ( Sistem Timur Laut). Untuk jalur Pipa Distribusi di PGN WJD-Cirebon ( Sistem Timur) dan jalur Pipa Distribusi BBG Niaga Subang ( Sistem Barat). Sumber data: Google Earth KI Sumedang Industrialpolis Jalur Pipa Distribusi PGN

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Peta Infrastruktur Distribusi Gas Bumi Di Provinsi Jawa Barat Dapat dilihat pada Peta Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Barat terdapat 115 Gas Alam serta memiliki 43 titik Potensi Panas Bumi yang nantinya akan dikembangkan Kembali oleh Provinsi Jawa Barat. Sumber: Dinas ESDM Jawa Barat https://esdm.jabarprov.go.id/bidang-energi/

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Rencana Sumber Sistem Jalur Pipa Distribusi Melihat kondisi KI Sumedang Industrialpolis akan sangat memungkinkan kebutuhan sumber gas utama kawasan industri disupply oleh PGN dan diinstal dengan jalur existing yang sudah ada di jalur pipa distribusi PGN WJD Karawang, Purwakarta,Subang. dengan jarak yang terdekat 39 Km. Direncanakan sumber utama gas Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis disupply oleh PGN dengan ukuran pipa 6” agar bisa mencakup kebutuhan dari Kawasan Industri 6-10 MMSCFD. Sumber data: Google Earth KI Sumedang Industrialpolis Jalur Pipa Distribusi 39 Km Jalur Pipa Gas

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . SITE RECONNAISSANCE SURVEY Manhole Gas Station PGN Survey Day-1 Jalur Distribusi

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . SITE RECONNAISSANCE SURVEY Survey Day-2 Jalur Distribusi Gas Station 2 Gas Station 4 Gas Station 3 Gas Station 1 Gas Station 5 Gas Station 6 KI Sumedang Industrialpolis

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Rencana Tapping dari Jalur Pipa Transmisi PTG Peragas untuk Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis Rencana Penempatan lokasi Tapping point dari jalur Pipa Distribusi PGN untuk Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis. Sumber Data: geoportal/peta ESDM Minyak dan Gas Bumi. Jalur pipa WJD Karawang, Purwakarta,Subang.

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Rencana Tapping dari Jalur Pipa Distribusi PGN untuk Kawasan Industri Sumedang Industrialpolis Melihat kondisi KI Sumedang Industrialpolis akan sangat memungkinkan kebutuhan untuk sumber gas utama dan setelah dilihat bahwa ada gas station dari PGN sebesar 84 MMSCFD maka kemungkinan besar bisa di connect dari jalur distribusi PGN ke kawasan industri dengan kebutuhan 6-10 MMSCFD disupply oleh PGN dan Jalur ini Rekomendasi langsung dari petugas Pertagas daan PGN. Sumber data: Google Earth & Google Maps

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Konsep Rencana Sistem Distribusi Pipa Gas Tapping dari Transmisi ke Jalur Pipa Distribusi Penempatan lokasi Tapping point dari jalur distribusi PGN untuk kawasan industri merupakan salah satu aspek penting terkait dengan keseimbangan pelayanan sehingga mendapatkan faktor optimal dan membantu dalam memenuhi kebutuhan . Untuk mem e nuhi kondisi tersebut maka hal berikut menjadi pertimbangan dalam menempatkan pipa antara lain : Dekat dengan cluster beban (tenant ) Lokasi penempatan pipa merupakan jalur terbaik akses untuk penanaman pipa. Dekat dengan substation lain agar mempermudah memasang jalur baru

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Tapping dari Jalur Distribusi PGN untuk Kawasan Industri Pada area ini zona barat rencana akan direkomendasikan jalur pipa gas 4” yang berwarna biru dan ada beberapa valve serta metering dengan indikasi warna hijau untuk melihat berapa flow yang dipakai pada masing masing area. lalu untuk interconnecting pipe ke tenant yang sudah ada symbol warna hijau tersebut bisa di connect pipa 1” – 2” cukup untuk memenuhi kebutuhan tenant serta di indikasikan Maintenance Manhole untuk mengecek apabila terjadi kerusakan.

RENCANA JARINGAN PIPA GAS L . Konsep Sistem Distribusi Jalur Pipa Gas Pada area ini zona timur rencana akan direkomendasikan jalur pipa gas 4” yang berwarna biru dan ada beberapa valve serta metering dengan indikasi warna hijau untuk melihat berapa flow yang dipakai pada masing masing area. lalu untuk interconnecting pipe ke tenant yang sudah ada symbol warna hijau tersebut bisa di connect pipa 1” – 2” cukup untuk memenuhi kebutuhan tenant serta di indikasikan Maintenance Manhole untuk mengecek apabila terjadi kerusakan.

TERIMA KASIH
Tags